Perbedaan antara agama hal yang harus dilakukan

Toleransi adalah cara menghargai dan menerima perbedaan atas berbagai perilaku, budaya, agama, dan ras yang ada di dunia ini. Toleransi adalah keniscayaan bagi bangsa majemuk dengan berbagai latar belakang suku, agama dan ras seperti Indonesia.

Toleransi tumbuh dengan kesadaran bahwa keanekaragaman suku, agama, ras dan bahasa terjadi karena sejarah dengan semua faktor yang mempengaruhinya, juga dengan kondisi ruang dan waktunya yang berbeda termasuk prasangka, keinginan dan kepentingannya.

Kesadaran individu akan masing-masing keyakinan yang dipeluk yang memiliki makna dan kepentingan yang berbeda sehingga diperlukan sikap toleransi.

Baca Juga: Contoh Perilaku Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-hari Bagi Siswa

Toleransi sosial disebut juga dengan toleransi kemasyarakatan yang dilakukan ditengah masyarakat yang terwujud dalam bentuk kerjasama dan gotong royong dalam kegiatan kerja bakti warga atau membantu salah satu warga yang sedang memiliki hajatan dengan sukarela, dimana masyarakat yang serba beranekaragam baik ras, tradisi, keyakinan maupun agama menegakkan kedamaian hidup bersama dan melakukan kerjasama dalam batas-batas tertentu tanpa harus mengorbankan akidah dan ibadah yang telah diatur dan ditentukan secara rinci dan jelas.

Toleransi merupakan bentuk akomodasi dalam interaksi sosial. Manusia beragama secara sosial tidak bisa menafikan bahwa mereka harus bergaul bukan hanya dengan kelompoknya sendiri, tetapi juga dengan kelompok berbeda agama. Umat beragama musti berupaya memunculkan toleransi untuk menjaga kestabilan sosial sehingga tidak terjadi benturan-benturan ideologi dan fisik di antara umat berbeda agama.

Pengertian Toleransi

Toleransi berasal dari bahasa latin tolerantia, berarti kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan kesabaran. Secara umum, istilah toleransi mengacu pada sikap terbuka, lapang dada, suka rela dan kelembutan.

Badan dunia PBB yang mengurusi pendidikan dan kebudayaan [UNESCO], mengartikan toleransi sebagai sikap saling menghormati, saling menerima, saling menghargai di tengah keragaman budaya, kebebasan berekspresi dan karakter manusia.

Toleransi harus didukung oleh cakrawala pengetahuan yang luas, bersikap terbuka, dialog, kebebasan berpikir dan beragama. Pendek kata toleransi setara dengan sikap positif, dan menghargai orang lain dalam rangka menggunakan kebebasan asasi sebagai manusia

Dengan selalu berpedoman kepada dasar negara Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika kita tentu lebih dapat bersikap bijaksana dalam pergaulan di rumah, lingkungan belajar atau di masyarakat kita yang beragam. Kita akan selalu menjaga persatuan dan kesatuan sehingga kehidupan yang rukun, serasi dan harmonis dapat terwujud.

Jadi apa yang dimaksud dengan toleransi? Toleransi adalah sikap yang harus dikembangkan dalam keberagaman agar tercipta kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat.

Alam yang merupakan anugerah Tuhan harus kita jaga dan pelihara kelestariannya. Perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat harus kita sikapi dengan bijak agar tidak menimbulkan konflik.

Toleransi dibutuhkan pada sesama masyarakat Indonesia agar bisa saling membantu satu sama lainnya tanpa memandang suku,agama, ras dan antar golongan.

Toleransi merupakan sikap untuk mengerti, memahami dan menerima perbedaan antar individu. Sikap ini tanpa paksaan dan tidak ingin memaksakan orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Baca Juga: Perilaku-Perilaku yang Sesuai Pancasila

Perbedaan adalah keniscayaan dalam masyarakat. Sebagaimana mestinya seorang saudara, maka tidak boleh untuk saling menjatuhkan karena dia atau mereka berbeda. Terutama, untuk membuat keberagaman di Indonesia tetap berjalan. Di negara yang lainnya, tentu tidak memiliki keberagaman yang begitu banyak. Memang, tugas masyarakat Indonesia saat ini cukup berat. Karena, harus menjaga keberagaman ini agar tetap lestari.

Contoh adanya toleransi di masyarakat adalah usaha menjaga ketenangan dan ketertiban ketika warga lain yang berbeda agama sedang melaksanakan ritual keagamaan serta saling silaturahmi ke masing-masing warga ketika warga beragama lain merayakan hari besar keagamaan.

Gotong royong dilingkungan masyarkat, dimana masing-masing warga menyumbangkan tenaga, dimana ada satu atau dua warga yang sukarela menyediakan makanan dan minuman bagi warga yang melakukan gotong royong tanpa membedakan agama merupakan bentuk nyata toleransi yang ada di Indoensia.

Marilah kita bahas tentang gotong royong dalam keberagaman masyarakat Indonesia.

Gotong Royong, Budaya Asli Indonesia

Gotong royong merupakan budaya yang telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang majemuk. Seligus ada sebagai warisan budaya yang telah lama menjadi kebiasaan secara turun-temurun.

Gotong royong adalah bentuk kerja-sama kelompok masyarakat untuk mencapai suatu hasil positif dari tujuan yang ingin dicapai secara mufakat dan musyawarah bersama. Itulah mengapa, dapat pula disebut sebagai perwujudan dari pengalaman nilai Pancasila.

Gotong-royong muncul atas dorongan dari hati dengan dibarengi kesadaran dan semangat untuk mengerjakan serta menanggung akibat dari suatu karya, terutama yang benar-benar, secara bersamasama, serentak dan beramai-ramai, tanpa memikirkan dan mengutamakan keuntungan bagi dirinya sendiri, melainkan selalu untuk kebahagian bersama, seperti terkandung dalam istilah ‘Gotong.’

Saat membagi hasil karyanya, masing-masing anggota mendapat dan menerima bagian-bagiannya sendiri-sendiri sesuai dengan tempat dan sifat sumbangan karyanya masingmasing, seperti tersimpul dalam istilah ‘Royong’.

Menumbuhkan Toleransi dan Gotong Royong Satu Sama Lain

Manfaat gotong royong dan toleransi antar sesama adalah menjalin komunikasi yang lebih baik. Tentu saja di lingkungan sekolah, komunikasi dengan teman teman dan guru anda menjadi lebih baik. Hal ini akan membuat sekolah akan terasa menyenangkan.

Untuk lingkungan rumah tentu saja, komunikasi anda dengan anggota keluarga lainnya membaik sehingga tidak menimbulkan salah paham yang dapat menyebabkan pertengkaran.

Baik di kehidupan sekolah, keluarga, ataupun rumah tentu saja akan lebih harmonis dibandingkan sebelumnya. Sehingga bila terjadi masalah, anda akan tenang dalam menghadapinya.

Lingkungan sekolah, rumah, dan keluarga anda akan menjadi lebih tentram dan aman, hal ini karena satu sama lainnya akan membantu jika ada kesusahan. Hidup rukun juga akan mempererat tali persatuan dengan teman dan keluarga anda.

Karena hubungan yang baik, tentu saja akan meminimalisir terjadi perselisihan dan perdebatan satu sama lainnya.

Om Swastyastu. Om Awighnamastu Nammo Sidham. Umat Sedharma yang berbahagia. Mimbar Hindu kali ini mengangkat tema “Memahami dan Menyikapi  Perbedaan”. 

Ayam nijah paro veti ganana laghucetasam. Udaracaritanam tu vasudhaiva kutumbakam. Pikiran tentang ia milikku atau dia milik orang lain hanya muncul dalam orang-orang yang berpikiran sempit. Bagi orang berpikiran luas, seluruh dunia adalah keluarga mereka. [mantra Subhasita]

Mantra Subhasita ini  mengandung pesan agar umat Hindu memiliki wawasan yang luas. Sesungguhnya siapapun dia atau mereka, baik yang kenal maupun tidak kenal, adalah keluarga kita. Keluarga kita tidak dibatasi oleh asal ataupun tempat, seperti dari kampung mana, dari kota mana ataupun dari negara mana, mereka adalah saudara kita. 

Kenapa demikian? Mari kita berpikir dengan jernih. Siapa yang menciptakan manusia yang ada di desa, manusia yang ada di kota, bahkan yang ada di negeri lain? Tentu saja Ida Sanghyang Widdhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Tanpa karya agung dari Tuhan, maka dunia beserta seluruh mahluk hidup tidak ada. Itu berarti manusia yang ada di seluruh dunia berasal dari sumber yang sama, yaitu Tuhan Yang Mah Esa. Karena berasal dari sumber yang sama, maka seluruh dunia adalah keluarga kita. 

Umat sedharma yang budiman. Tuhan menciptakan keanekaragaman mahluk hidup di dunia ini, supaya dunia ini menjadi indah. Pergilah kita ke sebuah taman, di sana kita akan melihat beraneka warna bunga. Bayangkan jika di taman tersebut hanya ada satu jenis bunga, putih saja atau merah saja, maka taman tersebut kurang indah. Sejatinya kita adalah sama dalam perbedaan dan berbeda dalam kesamaan. 

Misalnya, kita memiliki teman yang berbeda, cara sembahyang atau berbeda keyakinan. Jelas hal ini sangat berbeda. Tetapi di balik itu, kita semua memiliki persamaan, meskipun berbeda keyakinan. Kalau kita sakit atau teman kita sakit, kita atau teman kita merasakan hal yang sama, yaitu penderitaan. Siapapun di dunia ini ingin terhindar dari penyakit atau penderitaan.  Demikian pula sebaliknya kalau kita sendiri atau orang lain yang berbeda dengan kita sehat, pikiran tenang, lingkungan aman, keluarga harmonis pasti mereka sama dengan kita, yakni  merasakan kebahagiaan.  

Umat sedharma yang kami banggakan. Di dunia ini tidak ada individu yang sama persis. Walaupun orang itu kembar atau lahir di hari yang sama, pasti ada perbedaan. Bagaikan daun dalam satu pohon. Petiklah beberapa lembar daun dari satu pohon, dan cocokkan antara daun yang satu dengan daun yang lainnya. Pasti ada perbedaan, buktikanlah! Dengan mengetahui bahwa setiap individu berbeda, maka kita hendaknya maklum bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Hendaknya, kita bertoleransi terhadap perbedaan tersebut. Jangan pernah memaksakan kehendak, atau ingin mengubah orang lain sama dengan diri kita. 

Jangan mengukur orang lain dengan ukuran kita sendiri. Ibarat makan buah durian, orang yang hobi akan mengatakan bahwa durian itu enak. Bahkan, saking sukanya makan durian, di mana pun ada durian, dia berusaha untuk mendapatkannya. Namun, bagi mereka yang tidak suka durian, dikasih secara gratis pun tidak mau makan, mencium baunya saja sudah mual, apalagi menyentuh dan memakannya. 

Tuhan atau Ida Sanghyang Widdhi Wasa pun menyediakan beraneka ragam jalan untuk memuja-Nya dan kembali kepada-Nya. Ingat ajaran Catur Marga Yoga, empat jalan untuk menghubungkan diri kepada-Nya. Meskipun keempat jalan tersebut saling berhubungan atau saling berkaitan, namun setiap orang akan melaksanakan salah satu yang lebih dominan yang dia sukai daripada yang lainnya. 

Mereka yang  suka dengan jalan Karma Marga, dia akan selalu berbuat atau bertingkah laku demi dan untuk dharma. Mereka berbuat untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia dan untuk Tuhan, tanpa merasa lelah dan tanpa pamerih. 

Mereka yang menempuh jalan Bhakti, akan mencintai dan mengasihi Tuhan dengan sepenuh hatinya. Setiap perayaan keagamaan pasti mereka hadir di Tempat Suci. Cuaca hujan ataupun panas, bukan halangan baginya untuk melakukan pemujaan kepada Tuhan. 

Mereka yang menyukai Jnana Marga, tidak henti-hentinya belajar. Setiap kitab suci dibaca, senang ber-Dharma Tula. Di mana ada pertemuan yang membahas kitab suci, dia berusaha untuk hadir dan berpartisipasi. Dia juga berusaha untuk menyebarkan ilmu yang dia peroleh kepada sanak saudaranya dan kepada masyarakat luas. 

Sedangkan mereka yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan tapa brata yoga dan samadi [Raja Marga Yoga], dia taat sekali melaksanakan sadhana [latihan-latihan kerohanian], seperti: gemar berpuasa, suka berjapa, taat berpantang [brata], misalnya berpantang makan daging, berpantang melakukan hubungan suami istri, berpantang main judi dan mabuk-mabukan, serta lain sebagainya. Sering melakukan samadi, menyatukan jiwa dan raganya kepada Yang Maha Kuasa, mereka berserah diri dan memasrahkan segalanya, apapun yang menjadi kehendak Tuhan atas dirinya.

Umat sedharma yang terkasih. Betapa indah dan damainya dunia ini ketika kita mampu menyadari bahwa Tuhan menciptakan dunia ini penuh warna. Lihatlah ketika pelangi muncul di cakrawala, betapa kita kagum dan terpesona melihat keindahannya karena pelangi itu beraneka warna. Marilah kita sikapi perbedaan itu dengan berlapang dada, bertenggang rasa, bertoleransi, saling harga menghargai, niscaya rasa iri, dengki, kemarahan dan kebencian akan sirna menuju kedamaian dan kebahagiaan. Terima kasih

Om Santih, Santih, Santih Om

Putu Sariati [Rohaniwan Hindu]
 

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề