Perbedaan teori Behaviorisme dan teori kognitivisme

Perbedaan teori Behaviorisme dan teori kognitivisme

Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting bagi semua orang. Di sekolah, kegiatan belajar dan mengajar terwujud pada proses interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa saat melakukan kegiatan belajar kelompok, dan bentuk-bentuk lain. Dalam interaksi tersebut akan terjadi sebuah proses pembelajaran.

Ada beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Masing-masing teori mempunyai fokus aspek yang berbeda-beda. Perbedaan ini juga berdampak pada proses belajar mengajar antara guru dan siswa serta tujuan pembelajaran itu sendiri. Berikut ini perbedaan antara teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivistik, dan humanistik.

1. Teori Behavioristik

Teori behavioristik berpandangan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.

Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons.

Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan.

Pembelajaran dan evaluasi lebih mengutamakan hasil, dan evaluasi menuntut hanya satu jawaban benar. Jawaban yang benar berarti siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.

Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.

2. Teori Belajar Kognitif

Menurut teori belajar kognitif, keterlibatan siswa secara aktif sangat penting. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.

Tokoh-tokoh teori kognitif adalah Jean Piaget, Ausubel, dan Bruner.

Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.

Sedangkan Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan atau informasi, dan bukan ditentukan oleh usia. Suatu proses belajar akan terjadi lewat tahap-tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.

Di sisi lain, Ausubel menyatakan bahwa proses belajar terjadi apabila seseorang telah mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.

3. Teori Belajar Konstruktivistik

Teori belajar konstruktivistik menekankan pada usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah.

Untuk itu, diperlukan layanan pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya.

Pandangan kognitif-konstruktivistik mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut.

Karakteristik pembelajaran yang dilakukannya adalah:

  • Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya secara lebih luas.
  • Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan di antara ide-ide atau gagasannya, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
  • Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks, di mana terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datangnya dari berbagai interpretasi.
  • Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.

Tokoh teori belajar konstruktivistik diantaranya adalah Lev Vygotsky.

4. Teori Humanistik

Teori humanistik menitikberatkan tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Atau dalam kalimat lain, siswa sudah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal.

Aplikasi teori ini dalam kegiatan pembelajaran cenderung mengajak siswa untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.

Beberapa tokoh penganut aliran humanistik di antaranya adalah;

  • Kolb, dengan konsepnya tentang 4 tahap dalam belajar, yakni pengalaman konkrit, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif.
  • Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu aktifis, reflektor, teoris, dan pragmatis.
  • Hubermas, membedakan 3 macam atau tipe belajar yaitu belajar teknis, belajar praktis, dan belajar emansipatoris.
  • Bloom dan Krathwohl, dengan 3 kawasan tujuan belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
  • Ausubel, walaupun termasuk juga ke dalam aliran kognitif, ia terkenal dengan konsepnya belajar bermakna (meaningful learning).

Itulah paparan tentang perbedaan antara teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivistik dan humanisme. Mudah-mudahan menambah wawasan bagi kita terutama rekan guru untuk menentukan mana yang terbaik untuk diterapkan bagi anak didik di kelas.

Pengertian Teori Belajar

KaryaTulisku.com – Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun

ide-ide baru atau konsep. 

1. Pengertian Teori belajar Behaviorisme

Perbedaan teori Behaviorisme dan teori kognitivisme
Teori Belajar Behaviorisme

Pengertian Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. 
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. 



Teori behavioristik sendiri dipelopori oleh Thorndike (1913), Pavlov (1927) dan Skiner (1974).Teori behavioristik menganggap bahwa belajar adalah tingkah laku yang dapat diamati yang disebabkan oleh adanya stimulus dari luar. Berdasarkan hal tersebut maka teori ini beranggapan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar ditunjukan dari prilaku yang dapat di lihat, bukan dari apa yang ada dalam pikirannya.

Teori Behavioristik menekankan bahwa hasil belajar terbentuk dari adanya stimulus dan respon – Hasil belajar dapat dilihat dari perilaku yang nampak. Teori behavioristik menempatkan bahwa belajar merupakan proses pembentukan keterkaitan antara stimulus dan respon (rangsangan dan tindak balas). Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang

belajar sebagai individu yang pasif. 

Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan

semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Teori belajar
behavioristik menjelaskan belajar adalah
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik

terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).

  

Teori
Behavioristik:
 

1) Mementingkan faktor lingkungan 

2) Menekankan pada faktor bagian 

3) Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode
obyektif.
 

4) Sifatnya mekanis 

5) Mementingkan masa lalu 



Karakteristik Teori Behavioristik

  1. Perubahan perilaku manusia sangat dipengaruhi lingkungan
  2. Mementingkan bagian-bagian terpisah, artinya manusia itu terdiri dari bagian-bagian
  3. Mengamati perilaku manusi yang terjadi karena reaksi-reaksi yang berpengaruh (stimulus)
  4. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu bersifat mekanis. Artinya perilaku manusia itu sama seperti mesin dan gejala-gelaja alam.
  5. Perilaku manusia sangat ditentukan oleh masa lalu. Artinya pengalaman-pengalaman yang pernah terjadi akan mempengaruhi perilaku manusia.
  6. Pembentukan perilaku manusia lebih banyak dipengaruhi oleh proses pembiasaan.
  7. Ciri khas dalam pemecahan masalah lebih banyak dilakukan dengan mencoba-coba (trial and error)

Peneliti yang
mengembangkan Teori ini adalah;
Thorndike. Pavlov, Skinerr,
Gagne, dan Bandura.

1. Edward Lee Thorndike (1874-1949): Teori Koneksionisme

Perbedaan teori Behaviorisme dan teori kognitivisme

Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence (1911), Ateacher’s Word Book (1921),Your City (1939), dan

Human Nature and The Social Order (1940).

Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha –usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and

connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. 

Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan tersebut

maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi pendidikan.

2. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936).

Perbedaan teori Behaviorisme dan teori kognitivisme
Ivan Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjan kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada institute of Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun 1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikology behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah

Work of Digestive Glands(1902) dan Conditioned Reflexes(1927).

Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaanny terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga

memunculkan reaksi yang diinginkan.

Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup

manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya.

Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan
arti yang benar jika ia berbuat sesuatu (Bakker, 1985).

Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang didinkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia

berbeda dengan binatang.

Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kin sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan

maka air liurpun akan keluar pula.

Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat(kondisi) untuk timbulnys air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek

Bersyarat atau Conditioned Respons.

Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang

timbul tidak disadari manusia.           

Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dpat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang

dikondisikan. 

Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehar-jhari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu trsebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Contoh lai adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan(rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk

kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.            

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia

dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

3. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990).

Perbedaan teori Behaviorisme dan teori kognitivisme
Skinner

Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of

Behavior”.  Hasil konferensi dimuat dalam


jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori
oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970) 

B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa

perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana

seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal,

pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.

Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar
dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan. 

Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku

tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. 

Eksperimen Skinner

Perbedaan teori Behaviorisme dan teori kognitivisme
Percobaan yang dilakukan Skinner

Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :

Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yangdapat diatur nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasah keluar untuk mencari makanan. Selam tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai

peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.

Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan,

memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.

Beberapa prinsip Skinner antara lain :

  1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa,
    jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat
  2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. 
  3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul. 
  4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk
    itu lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
     
  5. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas
    sendiri.
     
  6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein

    forcer.

     
  7. Dalam
    pembelajaran digunakan shaping.

4.
Robert Gagne ( 1916-2002)
.

Perbedaan teori Behaviorisme dan teori kognitivisme
Robert Gagne

Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang terkenal dengan

penemuannya berupa condition of learning.

Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian mengembangkan konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis multi media. Teori Gagne banyak dipakai untuk

mendisain software instruksional. 

Gagne

disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutnkanpada yanglebih kompleks ( belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih

tinggi(belajar aturan danpemecahan 
masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi


stimulus respon.

2. Pengertian Teori Belajar kognitivisme

Perbedaan teori Behaviorisme dan teori kognitivisme
Teori Belajar Kognitivisme

Teori Kognitif dipelopori oleh Jean Piaget (1896-1980). Pengertian Teori belajar

kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan

pada bagaimana informasi diproses. 

Perbedaan teori Behaviorisme dan teori kognitivisme
Jean Piaget

Menurut teori kognitivisme, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.
Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku
yang bisa diamati (Hal ini berlawanan dengan teori behavioristik)
. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan

struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.

Ciri-Ciri Teori Bwlajar Kognitif (Rusman. 2015 : 52)

  1. Perubahan perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam dirinya (nativistik)
  2. Mementingkan keseluruhan (holistik) dibandingkan bagian-bagian (Wholistik)
  3. Mementingkan peranan fungsi kognitif
  4. Mengutamakan keseimbangan dalam diri individu
  5. Perilaku manusia sangat ditentukan oleh masa kini
  6. Pembentukan perilaku manusia lebih banyak dipengaruhi oleh struktur kognitif
  7. Ciri khas dalam pemecahan menurut teori kognitif adalah adanya “insight”

Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Piaget. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda.
Ausubel menekankan pada aspek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh
utama terhadap belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh

informasi dari lingkungan. Sementara menurut Piaget pengetahuan terbentuk melalui proses yaitu, sekema, asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.

No

Piaget

Brunner

Ausubel

1

2

Proses belajar terjadi menurut pola tahap-tahap
perkembangan tertentu sesuai dengan umur siswa

Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:

a. Asimilasi

b. Akomodasi

c. Equilibrasi

Proses belajar lebih ditentukan oleh karena cara
kita mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur siswa

Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:

a. Enaktif (aktivitas)

b. Ekonik (visual verbal)

c. Simbolik

Proses belajar terjadi jika siswa mampu
mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru

Proses belajar terjadi melaui tahap-tahap:

a. Memperhatikan stimulus yang diberikan

b. Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan
informasi yang sudah dipahami.

Baca :

Makalah Teori Piaget dan Penerapannya dalam SD 

Perkembangan Peserta Didik



Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai

keberhasilan siswa.

Dari
penjelasan diatas jelas bahwa implikasinya dalam pembelajaran bahasa
arab

adalah seorang pendidik, guru ataupun apa namanya mereka harus dapat memahami bagaimana cara belajar siswa yang baik, sebab mereka para siswa tidak akan dapat memahami bahasa bila mereka tidak mampu mencerna dari apa yang mereka

dengar ataupun mereka tangkap.

Dari
ketiga macam teori diatas jelas masing-masing mempunya  implikasi yang berbeda, namun secara umum teori kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif

siswa, dan ini tidaklah mudah,

Dengan memahami struktur
kognitif siswa, maka dengan tepat pelajaran bahasa disesuaikan  sejauh mana kemampuan siswanya.
S

elain itu, juga model penyusunan materi pelajaran  bahasa arab hendaknya disusun berdasarkan pola dan logika tertentu agar lebih mudah dipahami. Penyusunan materi pelajaran bahasa arab di buat bertahap mulai dari yang paling sederhana ke kompleks.

hendaknya dalam proses pembelajaran sebisa mungkin tidak hanya terfokus  pada hafalan, tetapi juga memahami apa yang

sedang dipelajari, dengan demikian jauh akan lebih baik dari sekedar menghafal

kosakata.

3. Teori Belajar Konstruktivisme

Perbedaan teori Behaviorisme dan teori kognitivisme
Teori Belajar Kontruktivisme

Pelopor dari teori Kontruktivisme ialah Jean Piaget, Bruner, dan Vygotsky pada awal abad 20-an yang memiliki pandangan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif melainkan secara aktif. Konsep utama dalam teori konstruktivisme yaitu peserta didik akan aktif mencari untuk membuat pengertian tentang apa yang ia pahami. Hal ini memiliki arti bahwa belajar adalah sebuah kegiatan yang berbasis mencari tau secara mandiri, menyelesaikan masalah, menemukan.

Perbedaan teori Behaviorisme dan teori kognitivisme
Jean Piaget, Brunner, Vygotsky



Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup

yang berbudaya modern. 

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak

sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan

memberi makna melalui pengalaman nyata. 

Menurut konstruktivisme, pengetahuan bukan hal
yang statis dan deterministik, tetapi
suatu proses menjadi tahu. Kontrutivisme menganggap bahwa manusia mampu mengkonstruk atau membangun pengetahuan setelah ia berinteraksi dengan lingkungan.



Misalnya, pengetahuan mengenai kucing, tidak sekali jadi, tetapi merupakan suatu proses. Pada pertama kali melihat kucing kita memperoleh pengetahuan dengan melihat dan menjamah. Pada kesempatan lain, kita bertemu dengan kucing lain. Interaksi dengan macam-macam kucing akan menjadikan pengetahuan kita tentang kucing menjadi lebih lengkap dan rinci. Hal ini terjadi secara terus

menerus. 

Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa

terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

Model-Model Pembelajaran yang berlandasakan teori kontruktivisme dianataranya adalah :

1. Model Pembelajaran Reasoning dan Problem Solving

2. Model Pembelajaran Problem-Based instruction

3. Model Pembelajaran Perubahan Konseptual

4. Model Pembelajaran Grup Investigation

5. Model Pembelajaran Inquiri