Perbedaan yang mencolok antara fabel dengan cerpen adalah

Dongeng merupakan cerita fiktif dan imajinatif. Banyak sekali macam dongeng menurut isi cerita dan karakteristiknya, diantaranya hikayat, legenda, fabel, mitos, sage dan babad. 

Setiap jenis dongeng tentu memiliki pengertian, tujuan, fungsi dan karakteristik yang berbeda satu sama lain.

Namun, pada kenyataannya masyarakat kebanyakan mempunyai fikiran bahwa  dongeng yang satu dengan dongeng yang lain sama saja, baik dilihat dari segi isi maupun karakteristiknya.

Padahal jika kita memperhatikan dengan seksama, terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat detail antara jenis dongeng yang satu dengan yang lainnya.

Contohnya fabel, fabel merupakan salah satu dongeng cerita lama. Fabel merupakan salah satu jenis dongeng yang menggunakan binatang sebagai tokoh utamanya.

Dilihat dari segi isi cerita yang disampaikan dan karakteristik tentu berbeda antara fabel dengan hikayat, legenda, sage, mitos dan babad yang merupakan beberapa contoh jenis dongeng cerita lama.

Perbedaan karakteristik dan isi inilah yang kurang dipahami masyarakat dan semakin membuat buram perbedaan jenis-jenis dongeng cerita lama. 

Sehingga ketika kita dibacakan suatu cerita fiktif dan imajinatif kita hanya berpendapat bahwa cerita tersebut merupakan dongeng, dan tidak tahu atau tidak mau tahu bahwa pada kenyataanya jenis-jenis dongeng tersebut mempunyai perbedaan yang jelas.

Permasalahan ini juga yang semakin membuat anak-anak bangsa buta akan pengetahuan budaya sastra yang harusnya mampu mereka ketahui dengan baik. Jika hal ini terus berkelanjutan, tidak mustahil warisan karya sastra yang berbentuk dongeng ini akan semakin tidak ditemui di masa yang akan datang.

Dari permasalahan inilah, penulis berusaha menjelaskan secara detail segala sesuatu yang berkaitan dengan fabel, diantaranya:  pengertian, fungsi dan ciri khusus serta karakteristik fabel dibandingkan dengan jenis dongeng lainnya. 

Perbedaan yang mencolok antara fabel dengan cerpen adalah


Fabel lahir di Yunani pada abad ke-6 SM. Cerita fabel merupakan kesusatraan dunia yang tertua. Dari awal fabel merupakan suatu alat atau perantara yang paling tepat untuk menyampaikan suatu kebenaran, yang pada saat itu tidak mudah untuk dikatakan secara langsung terutama untuk kalangan rakyat jelata

Kamus Besar Bahasa Indonesia (401), fabel adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang, biasanya berisi pendidikan moral dan budi pekerti (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2010:401). 

Fabel adalah media yang dapat digunakan dalam menyampaikan pesan moral kepada anak. Fabel diceritakan bukan dengan tujuan hiburan semata. Di dalamnya terselip nilai luhur, yakni pengenalan tentang budi pekerti. Dalam hal ini, fabel memiliki daya tarik tersendiri. Daya tarik ini terlihat dari fungsinya sebagai hiburan yang juga bermanfaat bagi pembaca dan pendengar, khususnya anak (Muzaqi, 2011)

Sedangkan menurut Kurniasih (2010), fabel diambil dari bahasa Belanda yang artinya cerita yang menggunakan hewan sebagai tokoh utamanya. Misalkan cerita kancil atau cerita Tantri di Indonesia.

Banyak sastrawan dan penulis dunia yang juga memanfaatkan bentuk fabel dalam karangannya. Salah seorang pengarang fabel yang terkenal adalah Michael de La Fontaine dari Perancis. Penyair Sufi Fariduddin Attar dari Persia juga menuliskan karyanya yang termashur yakni Musyawarah Burung dalam bentuk fabel.

Fabel adalah cerita fiksi, maksudnya khayalan belaka (fantasi). Kadang fabel memasukkan karakter minoritas berupa manusia. Fabel merupakan salah satu jenis karya sastra cerita lama yang di dalamnya menjadikan binatang sebagai tokoh utamanya. 

Dimana binatang-binatang dalam cerita tersebut mampu berbicara layaknya manusia. Fabel merupakan cerita fiksi atau tidak ada dalam kisah nyata. Yang cerita di dalamnya sarat akan pesan dan amanah yang baik.

Fabel sebagai salah satu jenis cerita lama memiliki beberapa ciri khusus dan karakteristik yang berbeda dengan cerita lama yang lainnya. Ciri khusus dan karakteristik fabel adalah sebagai berikut.

Perbedaan yang paling mencolok antara fabel dan dongeng cerita lama lainnyaadalah  tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya. Fabel selalu menggunakan binatang sebagai tokoh utama. Jarang sekali fabel yang menjadikan manusia sebagai tokoh utamanya, jika memang ada tokoh manusia, mereka hanya sebagai tokoh sampingan yang biasanya jarang muncul.

Di dalam cerita fabel, tokoh yang diperankan binatang-binatang ini sungguh istimewa, mereka dikisahkan seperti manusia, baik watak dan perilaku mereka. Mereka dapat berbicara dengan satu sama lain, baik hewan yang sejenis maupun tidak. Kadang mereka juga melakukan pekerjaan seperti apa yang dilakukan oleh manusia. Hal tersebut tentu tidak terjadi di dunia nyata. Hidupnya karakter binatang pada fabel ini berfungsi untuk mengembangkan imajinasi pembaca. 

Penokohan yang biasa digunakan dalam fabel adalah penokohan hitam putih, dalam satu cerita terdapat dua tokoh yang berperan sebagai si baik dan si jahat atau licik, misalnya tokoh pada cerita si Kelinci dan Kura-kura. 

Penokohan yang semacam ini memudahkan bagi pembaca yang mayoritas pembaca fabel adalah anak-anak untuk membedakan karakter yang diperankan oleh tokoh. 

Biasanya pada akhir cerita tokoh yang berkarakter baik, hidunya akan berakhir bahagia, sebaliknya tokoh yang tidak baik akan berakhir menyedihkan, atau mungkin sadar akan kesalahannya dan menjadi karakter yang baik juga.

Fabel banyak mengambil cerita berlatar belakang di hutan, yang notabene merupakan tempat tinggal kebanyakan hewan, terkadang juga di sungai dan sawah.

Yang paling tampak dalam cerita fabel ini adalah setiap cerita pasti mengandung makna pesan, amanah dan moral yang positif bagi pembacanya. Pesan dan moral itu terkadang menganjurkan kita untuk tidak sombong, tamak dan jahat kepada sesama, karena pada akhirnya seseorang yang berperilaku demikian akan merugi di kemudian hari.

Sasaran cerita fabel ini biasanya pada siswa sekolah dasar dan anak-anak yang baru bisa membaca, karena kata-kata yang digunakan dalam fabel ini biasanya menggunakan kata-kata yang mudah dipahami.

Namun,  tidak menutup kemungkinan fabel ini menjadi bacaan favorit bagi para pembaca remaja dan dewasa karena kebanyakan isi cerita yang menghibur dan menyenangkan.

Bentuk fabel sendiri bisa berupa prosa (epik) ataupun sajak (lirik). Tetapi sebagian besar karya fabel pendek, karena pada awalnya cerita fabel disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut.

Secara sederhana, fabel didefinisikan sebagai cerita dengan hewan sebagai tokohnya. Dalam fabel, tokoh hewan itu digambarkan dapat bicara dan berpikir layaknya manusia. 

Biasanya ada seekor binatang yang memegang peranan penting yang pada umumnya binatang yang kecil dan lemah, tetapi dengan kecerdasannya ia mampu memperdaya binatang-binatang lain yang lebih besar dan lebih kuat darinya.

Hollowell (dalam Agus,2008:91) menyatakan enam segi positif dari sebuah dongeng (fabel), yaitu: (1) Mengembangkan imajinasi dan memberikan pengalaman emosional yang mendalam.

Cerita yang ada di dalamnya menuntut pembaca untuk mengembangkan imajinasi mereka dalam menggambarkan tokoh-tokoh dan isi cerita di dalam fabel, di mana mereka harus mengimajinasikan bagaimana hewan-hewan bisa berbicara layaknya manusia. (2) Memuaskan kebutuhan ekspresi diri. (3) Menanamkan pendidikan moral tanpa harus menggurui. (4) Menumbuhkan rasa humor yang sehat. (5) Mempersiapkan apresiasi sastra. (6) Memperluas cakrawala khayal anak.

Priyono (dalam Marzuqi, 2011) juga menyebutkan beberapa tujuan mendongeng, yaitu : (1) merangsang dan menumbuhkan imajinasi dan daya fantasi anak secara wajar (2) mengembangkan daya penalaran sikap kritis serta kreatif (3) mempunyai sikap kepedulian terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa (4) dapat membedakan perbuatan yang baik dan perlu ditiru dengan yang buruk dan tidak perlu dicontoh (5) menumbuhkan rasa hormat dan mendorong terciptanya kepercayaan diri dan sikap terpuji pada anak.

Fabel sebagai dongeng cerita lama sarat akan pesan moral di dalamnya, tentu hal ini sangat bermanfaat bagi pembentukan moral anak bangsa, di mana era sekarang anak-anak tidak mempunyai budaya membaca yang baik. Diharapkan dengan membaca fabel mereka akan tahu bagaimana kenyataan hidup yang sesungguhnya namun dituangkan dalam bentuk dongeng ringan yang diperankan oleh binatang.

Salah satu manfaat dari fabel adalah sebagai media pendidikan moral. Fabel diceritakan bukan dengan tujuan hiburan semata.

Baca Juga : Unsur-Unsur Resensi

Di dalamnya terselip nilai luhur, yakni pengenalan tentang budi pekerti. Dalam hal ini, fabel memiliki daya tarik tersendiri. Daya tarik ini terlihat dari fungsinya sebagai hiburan yang juga bermanfaat bagi pembaca dan pendengar, khususnya anak. 

Fabel sebagai salah satu contoh jenis dongeng cerita lama banyak menceritakan tentang kehidupan para binatang yang di dalamnya banyak menanamkan moral dan amanah yang baik bagi masyarakat, sehingga fabel merupakan suatu karya yang sangat mendidik bagi para pembaca. 

Fabel juga merupakan sebagai sarana belajar bagi anak-anak untuk mengenal bagaimana kehidupan para binatang di  hutan, yang kebanyakan sifat dan watak binatang pada cerita disesuaikan dengan perilaku binatang pada kenyataan.

Misalnya kancil yang cerdik dan lincah disesuaikan dengan perilaku kancil yang memang cepat dalam berlari pada kenyataanya, serigala yang licik disesuaikan dengan perilaku serigala yang memang pintar mengelabuhi mangsa kemudian menerkamnya.

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca pembahasan mengenai pengertian fabel, manfaat, dan karakterisitik fabel. Semoga dapat bermanfaat untuk sobat semua. Jika ada kritik dan saran langsung saja berkomentar pada kolom yang telah disediakan.

Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.