Perilaku menyimpang terkait dengan praktik kekuasaan yang tidak adil hal ini merupakan pendapat dari

kesimpulan mengambil sampah​

Microsoft Powerpoint digunakan untuk membantu merancang dan menyajikan​

Kebakaran hutan di Kalimantan menimbulkan dampak negatif mulai dari timbulnya penyakit saluran pernafasan hingga terganggunya transportasi darat dan u … dara di wilayah sekitar termasuk Negara tetangga. Menurut analisamu apa kaitan kebakaran hutan dengan terganggunya transportasi di wilayah sekitarnya? PLH​

please jawab kak cantik/ganteng besok di kumpulin​

p= saya kangen Q= saya akan melihat poto mu jika saya kangen,maka saya akan melihat poto mu, kesimpulanya

plisss bantu jawab ya, ini itu disuruh membagi peran antar kelompok yang berjumlah 5 orang untuk pembagian menghias booth pameran plisss bantu ya diku … mpulkan besok soalnya ​

berikan contoh tolong menolong dari gambaran di negara Indonesia dan deskripsi​

1. Menurut Auguste Comte, konflik antarkelas di masyarakat terjadi karena... A. perilaku anggota masyarakat yang sangat kompleksB. tidak ada hukum yan … g mengatur timbulnya gejala-gejala sosial C. hilangnya norma atau pegangan bagi masyarakat dalam bertindak beragamnya kepentingan yang memengaruhi perilaku masyarakat D. hidup yang selalu tergantung pada ketersediaan sumber daya alam​

assalamu alaikumApakah ada yg bisa bantu???​

Contoh perubahan blum mengenal adanya perencanaan pada masyarakat tradisional

Mengapa terjadi perilaku menyimpang?  Pertanyaan ini bisa dijelaskan secara sederhana maupun berdasarkan berbagai teori.

Perilaku menyimpang terjadi karena berlangsungnya proses sosialisasi yang tidak      Sempurna  dan adanya subkebudayaan penyimpangan sosial. Kedua sebab tersebut bisa dijelaskan secara singkat sebagai berikut.

  1. Berklangsungnya proses sosialisasi yang tidak sempurna. Artinya apa yang diajarkan dalam keluarga dan sekolah berbeda dengan apa yang dilihat dan dialami seseorang dalam kehidupan nyata jujur, namun dalam masyarakat ternyata begitu banyak orang berbuat tidak jujur.
  2. Adanya subkebudayaan penyimpanhan sosial. Artinya, seseorang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan budaya yang diwarnai oleh subbudaya penyimpangan sosial. Misalnya, seorang anak yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga/masyarakat preman , potensial melakukan tindakan – tindakan premanisme.
  1. 2.       Penjelasan Berdasarkan Teori – teori tentang Gejala Perilaku Menyimpang

Penjelasan itu antara lain dikemukakan oleh: teori boilogis, teori labeling, teori sosialisasi, teori disorganisasi sosial, teori ketegngan, teori anomi, dan teori konflik. Berikut di kemukakan garis besar uraian mengenai teori – teori tersebut    [Gibbons & Jones, 1975; Macionis, 1997; Calhoun, 1997; Schaefer & Lamm, 1998].

2.1.         Teori Biologis

Teori ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1876 oleh caesare Lombroso [1835 – 1909]. Ia adalah seorang dokter berkebangsaan italia yang berbagai penjara. Lombroso menyatakan, bahwa pelaku kejahatan pada umumnya memiliki ciri – ciri fisik yang berbeda bila dibandingkan dengan orang kebanyakan.

Menurut Lombroso, poara poelaku kejahatan umumnya memiliki cirri fisik : raut muka murung /sedih, rahang dan tulang pipi menonjol, daun telinga menonjol keluar, bulu – bulu yang berlebihan, dan jari – jari yang luar biasa  bisa panjang, sehingga membuat mereka menyerupai nenek moyang manusia [kera]. Namun, menurut Charles Buckman Goring , ada kelamahan dalam pendapat Lombroso, yaitu hanya didasarkan pada penelitian dengan sampel yang sangat terbatas.

Lebih lanjut, menurut William Sheldon struktur tubuh berpredeksi  kriminalitas. Ia telah meneliti ratusan oranh berdasarkan tipe tubuh dan penelusuran sejarah kriminalitasnya. Berdasarkan penilitian itu dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang umumnya terjadi pada orang yang  berotot dan memiliki tubuh atletis.

Kesimpulan tersebut dikuatkan oleh penelitian Sheldon Glueck dan  Eleanor Glueck. Tetapi mereka mengingatkan bahwa tubuh yang kekaritu umumnya merupakan akibat perlakuan/latihan dari orang tua dengan cara yang sangat rendah kerpada orang lain dan memiliki perilaku agresif.

Berbagai penelitian genetis dan sosiobiologi mutakhir terus mencoba mencari kaitan yang masuk akal antara kondisi biologis dan kejahatan. Namun, belum ada temuan yang rinci dan meyakinkan, yang mermbuktikan kaitan antara kondisi biologis dan kejahatan. Hanya, dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor biologis bisa menyebabkan orang melakukan tindakan kejahatan.

2.2.    Teori labeling

                Menurut Howard S. Becker tindakan perilaku menyimpang  sesungguhnya tidak ada. Setiap tindakan sebenarnya bersifat “netral” dan “relative”. Artinya, makna tindakan itu relatif tergantung pada sudut pandang orang yang menilainya. Sebuah tindakan disebut perilaku menyimpang karena orang lain/masytarakat memaknai dan menamainya [labeling] sebagai perilaku menyimpang. Jika orang/ masyarakat tidak menyebut sebuah tindakan sebagai perilaku menyimpang, maka perilaku menyimpang itu tidak ada. Penyebutan sebuah tindakan parilaku menyimpang sangat bergantung pada proses deteksi, definisi, dan tanggapan  seseorang terhadap sebuah tindakan.

Sebagai contoh, sekolompok masyarakat disebuah desa difilipina melakukan tindakan sabung ayam sebagian penduduk Filipina tindakan itu ternyata merupakan ritual penting untuk menghayati kehidupan yang jujur. Jadi, proses deteksi, definisi, dan tanggapan seseorang terhadap tindakan sabung ayam akan sangat menentukan penamaan [labeling]   tindakan itu, apakah tindakan itu akan disebut perilaku menyimpang ataukah kegiatan ritual.

Bagi Erving Goffman, perilaku menyimpang terjadi karena adanya stigma. Adalah penamaan yang sangat negatif kepada seseorang /kelompok sehingga mampu mengubah secara radikal konsep diri dan identitas social mereka. Adanya stigma akan membuat seseorang atau sebuah kelompok negatif dan diabaikan, sehingga mereka disisihkan secara sosial.

Lebih lanjut, menurut Harold Garfinkel ada kalanya masyarakat secara formal melakukan stigmatisasi melalui tata cara penghinaan [dengan – dation ceremony] .Stigmatisasi ini menjadi orang sakit secara mental [mental illness]. Akibat selanjutnya, mereka terus menerus melakukan perilaku menyimpang.

Contoh, stigmatisasi yang pada umumnya dilakukan oleh masyrakat terhadap mantan nara pidana. Masyarakat umumnya menganggap mereka tak bisa menjadi orang baik – baik. Karena itu, umumnya mereka padahal, demikian menurut Thomas Szasz,sesungguhnya para nara pidana itu tidak mengalami sakit mental kalau mereka tidak dikenai stigmatisasi. Sebab, pada dasarnya sakit mental hanyalah sebuah mitos. Tetapi, stigmatisasi telah membuat mereka percaya pada mitos itu. Maka, disini berlaku dalil Thomas szasz, yang menyatakan:” situasi yang dianggap nyata akan benar- benar menjadi nyata” [situations defined as real become real in their consequences].

2.3.    Teori sosialisasi

Pandangan dasar teori ini adalah bahwa penyimpangan sosial merupakan produk dari proses sosialisasi yang kurang sempurna atau gagal

Menurut Alberet Bandura dan Richard H.Walters misalnya, Anak-anak belajar prilaku menyimpang dengan mengamati dan meniru orang lain yang memiliki prilaku menyimpang. Khusus nya,mereka mengamati dan meniru orang yang dekat dengannya.

Selanjutnya, menurut Deborah M. Capaldi dan Gerald M.peterson, Anak-anak yang agresif umumnya berasal dari keluarga yang orang tuanya terlalu keras atau agresif. Akibatnya, anak kehilangan teladan pngendalian diri dan mungkin menanggapi hukuman dengan meningkatkan agresif. Intinya, perilaku menyimpang di hasilkan oleh proses sosialisasi yang sama dengan perilaku itu.

Sementara itu, menurut Mark S. Gaylord dan john F. galliher serta Edwin Sutherland, orang yang memiliki perilaku menyimpang cenderung  memiliki ikatan dengan orang lain yang memiliki perilaku menyimpang, dimana orang tersebut  mengokohkan Norma-norma dan nilai –nilai yang menyimpang. Perinsipnya, setiap kelompok sosial akan mewariskan nilai-nilai dan Norma-norma kelompoknya kepada anggota –anggota baru.

Kaum mudah pada umumnya sangat terbuka terhadap norma, perilaku, Dan Nilai-nilai yang berasal dari subkultur berbeda, termasuk subkultur perilku menyimpang. Karna itu,menurut Ronald R.Akers  perilaku Teman –teman dekat merupakan sarana yang paling baik untuk memprediksi apakah perilaku seorang anak mudah sesuai dengan norma yang berlaku ataukah perilaku menyimpang:

2.4.     Teori keterangan

Teori ketegangan  [ strain theory] dikemukakan oleh Robert K.Merton. Ia menyatakan bahwa perilaku menyimpang ditentukan oleh seberapa baik sebuah masyarakat mampu menciptakan keselarasan antara aspirasi warga masyarakat [missal, pekerjaan]. Jika tidak keselarasan antara anspirasi-anspirasi warga masyarakat dengan ncara-cara legal yang ada, maka akan lahir perilaku menyimpang.

Jadi, perilaku menyimpang merupakan akibat dari adanya ketegangan antara anspirasi apa yang dianggap bernilai oleh warga masyarakat dan cara pencapaian anspirasi yang dianggap sah oleh masyarakat.

Terkait dengan perilaku menyimpang, merton memetakan adanya lima kemungkinan sikap seorang terhadap norma yang ada. Kelima kemungkinan sikap itu adalah : Konformitas [conformity],  inovasi [innovation],ritualisme [ritualism],retreatisme [rewtreatism], dan pemberontakan [rebellion].

Konformitas adalah kesediaan seseorang untuk menyesiaikan diri dengan norma yang ada dalam mewujudkan anspirasi/apa yang dianggap bernilai oleh masyarakat. Contoh, masyarakat menganggap bahwa kesuksesan hidup dicapai melalui kesuksesan materi. Karena itu, seorang yang ingin sukses berusaha mencapai kekayaan materi dengan bekerja keras mengoptimalkan semua potensi yang dimilikinya.

Namun, tidak semua orang memiliki talenta memadai untuk mencapai hidup sukses. Seseorang yang dilahirkan dalam keluarga yang sangat miskin misalnya, merasa tidak mungkin meraih sukses dengan mengikuti norma yang ada. Karena itu, ia mungkin akan berusaha meraih kesuksesan hidup dengan menempuh perilaku menyimpang, misalnya menjadi pengedar narkoba. Merton menyebut hal ini sebagai inovasi, yaitu upaya untuk mewujudkan aspirasi/apa yang dianggap bernilai dengan cara-cara tidak biasa /non –konvensional.

Sementara itu, ada pula warga masyarakat yang merasa memiliki hambatan untuk meraih kesuksesan hidup dengan cara yang sesuai dengan norma yang ada. Namun, ia tak bersedia untuk melanggar norma demi mewujudkan aspirasinya.Ia bersedia mengorbankan aspirasinya demi ketaatan kepada norma yang ada. Warga yang demikian, oleh Merton disebut bersikap litualisme.Menurut merton, hal ini sering terjadi dikalangan birokrat rendahan.

Disisi lain adapula warga masyarakat yang merasa memiliki hambatan untuk meraih kesuksesan hidup dengan cara yang sesuai dengan norma yang ada. Ia juga tak bersedia untuk melanggar norma demi mewujudka aspirasinya. Namun, ia bersikap menolak aspirasi/apa yang dianggap bernilai  norma yang ada dengan “menarik diri” dari masyarakat dengan berperilaku apatis terhadap keadaan atau melarikan diri dalam kebiasaan mengkonsumsi minuman  keras dan perilaku menyimpang lainnya. Warga yang bersikap demikian, oleh Merton disebut retreatisme.

Bentuk perilaku menyimpang yang keempat disebut pemberontakan. Seperti retreatisme ,pemberontakan menolak pandangan masyarakat mengenai apa yang dianggap bernilai dan juga norma-norma yang berlaku untuk mewujudkannya. Namun, Ia bukannya menarik diri dari masyarakat dan budaya  yang berlaku, melainkan berusaha secara radikal untuk  menggantikan nilai dan norma yang ada dengan nilai dan norma yang sama sekali baru. Pemberontakan politik atau keagamaan  umumnya termasuk kategori ini.

2.5.     Teori Diforganisasi Sosial

Komsep tentang disorganisasi sosial di dasarkan pada karya  wilyam  l. Thomas dan florian znaneicki  serta karya Clifford Shaw dan henry McKay. Istilah di sorganisasikan sosail mengacu pada penjelasan mengenai perilaku menyimpang dan kondisi masyarakat yang menyebabkannya.

Menurut teori ini perilaku menyimpang merupakan produk dari perkembangan masyarakat yang tak seimbang. Di dalam terjadi perubahan dan konflik yang berdampak pada prilaku masrayakat.

Teori ini menekankan bahwa masyarakat teorganisasi bila anggota masyarakat membangun kesepakatan mengenai nilai dan norma funda mental sebangai dasar tindakan bersama. Organisasi sosial atau sosial terwujud ketika ada ikatan yang kuat di antara Indifudu-indufidu. Dan lembaga-lembaga dalam masyarakat. Ikatan ini  mengikuti ke sepakatan luas mengenai tujuan yang di hargai dan di perjuangkan . Dengan demikian, di sorganisasi sosial adalah kekacauan sosial .

Teori di sorganisasi sosial percaya , bahwa di sorganisasi sosial terjadi di sebagian besar kehidupan kota. Masyarakat kota di jadikan laboratorium studi mengenai prilaku menyimpang dan kejahatan penganut teori ini memusat penelitian pada di sorganisasi di wilaya lokal, Tempat-tempat kumuh atau pusat kota yang banyak terjadi kejahatan trostitusi, Bunih diri, dan berbangai bentuk, prilaku menyimpang lainnya.

Dalam pandangan teori ini , pola lingkungan kehidupan kota melahirkan disorganisasi sosial, yang mengakibatkan terjadinya prilaku menyimpang dan kejahatan.

2.6.   Teori anomi

                Emile Durkheim,sosiolog dari prancis, memperkenalkan pada anomi [anomie] dalam karyanya yang terkenal The tahun 1893. Ia menggunakan konsep anomi untuk mendeskripsikan kondisi tanpa norma yang terjadi dalam masyarakat. Anomi berarti runtuhnya norma mengenai bagaimana masyarakat seharusnya bersikap terhadap yang lain. Masyarakat tidak tahu lagi apa yang bisa diharapkan dari orang lain. Kondsi itu, menurut Durkheim, akan melahirkan perilaku menyimpang.

Pada tahun 1897, Durkheim menggunakan kembali istilah anomi dalam penelitiannya mengenai bunuh diri [suicide] , yang mengacu pada kondisi tanpa norma moral. Disini Durkheim tertarik dengan dampak perubahan sosial.Dalam penelitian itu ia dengan sangat  baik memberikan gambaran mengenai konsep anomi.

AnomI mengacu pada  hancurnya norma-norma saosial, ketika norma tidak lagi mengontrol tindakan anggota masyarakat. Individu-individu  tidak dapat menemukan kedudukan  dan mereka dalam masyarakat. Mereka juga tak dapat menemukan aturan-aturan jelas yang membantu mengarahkan mereka. Kondisi yang berubah itu mengarah pada ketidak puasan, konflik, dan perilaku menyimpang.

Menuurut pengamatan Durkheim, kekacauan sosial[misalnya, depresi  ekonomi] akan mengakibatkan anomi dan naiknya tingkat kejahatan, bunuh diri, dan perilaku menyimpang lainnya . Perubahan yang mendadak [entah itu dalam masa kemakmuran ataukah masa depresi]akan menyebabkan terjadinya anomi.

2.7.     Teori Konflik

Menurut teori ini, perilaku menyimpang merupakan akibat dari ketidaksamaan dalam masyarakat. Teori ini menekankan bahwa seseorang atau perbuatan yang disebut perilaku menyimpang tergantung pada kekuasaan relative dari kelompok masyarakat.

Alexander Liazos [1972] mencatat bahwa konsep umum mengenai perilaku menyimpang misalnya orang gila, pelacur, gelandangan menunjuk pada masyarakat yang tidak memiliki kekuasaan. Mereka diberi stigma sebagai pelaku perilaku menyimpang.

Menurut teori konflik, gejala perilaku menyimpang terkait dengan praktik kekuasaan yang tidak adil. Hal itu tampak dalam ketiga hal berikut.

ü  Norma-norma khususnya norma hukum dari setiap masyarakat pada umumnya menguntungkan mereka yang kaya dan berkuasa.Karl Marx mengatakan bahwa hukum [bersama dengan lembaga sosial yang lain] cenderung mendukung kepentingan kaum kaya. Senada dengan Marx, Richard Quinney menyatakan bahwa keadilan kapitalis dilakukan oleh kelas kapitalis, untuk melawan kelas buruh.

ü  Jika perilaku kaum kaya dan berkuasa dipersoalkan, mereka memiliki berbagai sarana untuk menolak sebutan sebagai pelaku perilaku menyimpang. Berbagai kasus hukum di Indonesia dengan sangat jelas menunjukkan hal ini. Seorang tukang becak yang baru pertama kali mencuri uang Rp. 5.000,00 akan segera dipukuli massa dan dianggap sebagai pencuri. Sementara itu pelaku korupsi milyaran bisa melenggang dengan gembira.

ü  Norma-norma dan hukum merupakan topeng yang sangat baik untuk menutupi berbagai perilaku curang kaum kaya dan berkuasa. Banyak orang mengutuk penerapan hokum yang sering tidak sama. Namun, mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya aturan hukum itu sendiri tidak adil. Karena itu, aturan hukum sering kali merupakan topeng bagi kejahatan yang dilakukan oleh mereka yang kaya dan berkuasa.    

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề