Perkembangan jalur transportasi dan perdagangan di Indonesia mengalami kemunduran pada saat

Perkembangan jalur transportasi dan perdagangan internasional di Indonesia mengalami pertumbuhan dari masa ke masa. Sejarah jalur transportasi dan perdagangan di tanah air mengalami perkembangan sejak zaman kerajaan di Nusantara, era kolonial, kemerdekaan, hingga sekarang ini.

Jaman dahulu, Indonesia menjadi jalur transportasi dan pedagangan (Jalur Sutera) yang menghubungkan Cina dan India. Lalu, karena hal itu, bangsa Eropa melakukan penjelajahan dan sampailah di Nusantara dan mengadakan perdagangan dengan jalur transportasi lautan hingga sekarang.

Baca juga:Pengertian dan Manfaat Perdagangan Internasional

Perkembangan jalur transportasi dan perdagangan internasional Indonesia

a. Masa Klasik Hindu-Buddha

Sebagai negara maritim, nenek moyang bangsa Indonesia dikenal sebagai pelaut ulung. Kaum pelaut sangat mengandalkan kapal sebagai alat transportasi untuk melakukan perjalanan laut alias pelayaran.

Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, 2 kerajaan yang kuat dalam maritim adalah Sriwijaya (abad ke 8-9 M) dan Majapahit (Abad ke-13 M). Pada masa itu mereka juga melakukan perdagangan Internasional.

Menurut buku Posisi Strategis Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia (2019:39-40) karya Nurbidawati, bukti pertama yang menunjukkan orang-orang Indonesia memanfaatkan kapal dalam jalur transportasinya terlihat pada relief di Candi Borobudur.

Di relief candi Buddha yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, itu, tampak gambar yang menggambarkan kehidupan nenek moyang di masa lalu, yakni perahu atau kapal orang Nusantara yang sudah pernah sampai ke Madagaskar, Afrika.

Baca juga:Karakteristik Daratan dan Lautan Indonesia

b. Masa Kolonialisme (Abad ke-16)

Kemudian, perkembangan terjadi ketika bangsa asing datang dan Indonesia mendapat pengetahuan baru terkait teknologi navigasi dan pelayaran. Negara Barat saat itu memiliki armada niaga dan militer yang lebih kuat dan peralatan yang lebih modern.

PT. PAL Indonesia yang bernaung di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) misalnya. Pada masa kolonial Hindia Belanda, perusahaan ini merupakan bengkel reparasi kapal yang didirikan pada 1823 oleh V.D. Capellen dengan nama NV. Nederlandsch Indische Industri.

Setelah itu, dikutip dari website PT PAL, perusahaan berubah nama menjadi Marine Establishment (ME) yang diresmikan oleh Pemerintah Belanda pada 1939.

c. Masa Orde Lama atau Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan tahun 1945, Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan Marine Establishment (ME) dan mengubah namanya menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL).

Adanya Deklarasi Juanda pada tanggal 13 Desember 1957 yang membuat kekuatan maritim Indonesia kembali. Pulau-pulau dan wilayah perairan Indonesia menjadi bagian dari NKRI. Kemudian Deklarasi ini semakin diperkuat dengan UU no.4 Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia.

Baca juga:Letak dan Batas Wilayah Indonesia

d. Masa Orde Baru (1966 - 1998)

Pada masa orde baru, perkembangan kekuatan maritim mengalami kemunduran dikarenakan program-program Orde Baru yang mengutamakan Pembangunan Darat.

Tahun 1982, Indonesia menyepakati United Nation Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) dalam Konverensi yang diadakan PBB.

e. Masa Reformasi Hingga sekarang

Beberapa kebijakan yang sudah dilakukan oleh para pemimpin guna mengembangkan jalur transportasi dan perdagangan internasional di Indonesia, antara lain:

- Deklarasi Bunaken pada Pemerintahan B.J. Habibie

- Dibentuk Departemen Eksplorasi Laut pada Pemerintahan Abdurrahman Wahid

- Dikeluarkan Seruan Sunda Kelapa pada masa Pemerintahan Megawati

- Worls Ocean Conference oleh Dewan Kelautan Indonesia pada Masa Pemerintahan SBY

- Pembangunan Maritim dengan 5 Pilar Utama oleh Jokowi

Baca juga:Faktor Pendorong dan Penghambat Perdagangan Internasional

Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara maritim yang perlu diperhitungkan. Penyebabnya karena Indonesia memiliki 4chokepointdari 10chokepointdi seluruh dunia.

Keempatchokepointtersebut berada di Selat Malaka (antara dataran Asia dan Pulau Sumatera), Selat Sunda (antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa), Selat Lombok (antara Pulau Bali dan Nusa Tenggara Barat), dan Selat Ombai-Wetar (antara Pulau Alor dan dataran Sunda Kecil).

Selain empat lokasi tersebut, berikut ini adalah berbagai jalur transportasi dan perdagangan internasional Indonesia saat ini:

1. Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)adalah alur laut yang ditetapkan sebagai alur untuk pelaksanaan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan berdasarkan konvensi hukum laut internasional. Di Indonesia, terdapat ALKI I (Selat Sunda), ALKI II (Selat Lombok), dan ALKI III (Selat Ombai-Wetar).

2. Indonesiaterletak pada posisi silangdi antara Benua Asia dan Australia, serta di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

3. Jalur laut adalah jalur yang paling efisienuntuk mengangkut barang dalam jumlah besar.

4.Indonesia terletak di jalur strategis perdagangan internasional yang disebutjalur sutra laut, yaitu dari Tiongkok dan Indonesia, melalui Selat Malaka ke India.

5. Berkaitan dengan jalur perdagangan laut, pemerintah Indonesia memiliki rencana membanguntol laut untuk meratakan distribusi orang, barang maupun jasa melalui jalur laut ke seluruh Indonesia dengan biaya terjangkau dan efisien.

Pada saat kita belajar tentang Laut Indonesia, kita harus tahu Perkembangan Jalur Laut di Indonesia secara umum. Indonesia sendiri merupakan sebuah negara maritim. Berdasarkan buku The Periplus of the Erythraean Sea, kapal dari Indonesia sudah terlihat berlabuh di Teluk Benggala pada tahun 50-150 Masehi.

Perkembangan Jalur Transportasi dan Perdagangan Laut di Indonesia

Hal ini menunjukan bahwa memang masyarakat Indonesia sejak dahulu sudah mengarungi laut untuk berdagang. Menurut Andrian B. Lapian (2008), konsep negara meritim mengacu pada teori mahan, yaitu negara maritim adalah negara yang mempu memanfaatkan dan menjaga wilayah lautnya. Konsep ini tampaknya sudah terwujud pada zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, dua kerajaan maritim terbesar Indonesia.

1. Masa Kerajaan

Pola jalur perdagangan pun sudah terbentuk sejak kerajaan-kerajaan masa lampau yang menjadikan sektor kemaritiman sebagai ujung tombak kebijakan kerajaan. Hal tersebut dapat dilihat dari catatan sejarah bahwa kerajaan-kerajaan di Nusantara banyak melakukan hubungan dagang dengan bangsa lain seperti Cina, India, Arab bahkan Eropa. Silahkan perhatikan gambar berikut ini!

Perkembangan jalur transportasi dan perdagangan di Indonesia mengalami kemunduran pada saat
Jalur Sutra : geostrategic

Indonesia yang semenjak dulu menjadi wilayah persinggahan kapal- kapal dagang dan berbagai daerah ikut tumbuh serta jadi pusat- pusat perdagangan, khususnya kawasan selat Malaka. Di selat Malaka dan dekat pesisir timur Sumatera banyak tumbuh kerajaan baru yang memanfaatkan potensi tersebut salah satunya merupakan Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya( abad ke- 6 sampai 10 Masehi), memahami segala jalan perdagangan maritim di Asia Tenggara lewat Selat Malaka serta Selat Sunda.

Perkembangan jalur transportasi dan perdagangan di Indonesia mengalami kemunduran pada saat
Peta Kekuasaan Sriwijaya, Sumber : Wikipedia

Kerajaan Sriwijaya mencapai kejayaan pada abad ke-6 sampai dengan 10 Masehi. Kerajaan ini menguasai seluruh jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok sebagai negara benua yang kaya akan komoditas perdagangan.

Baca Juga : Kondisi Wilayah Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia

Setelah Kerajaan Sriwijaya runtuh, muncul Kerajaan Majapahit sebagai kerajaan maritim besar Jawa. Setelah penyatuan Nusantara oleh Majapahit, aktivitas ekonomi maritim berkembang pesat. Kerajaan Majapahit memberdayakan perairan di Nusantara sebagai jalur perdagangan ekonomi, kerja sama antar negara, pertukaran budaya, pertahanan dan keamanan.

Perkembangan jalur transportasi dan perdagangan di Indonesia mengalami kemunduran pada saat
Peta Kekuasaan Majapahit, Sumber : Wikipedia

Dunia kemaritiman di Indonesia kembali berkembang sejak jaman kerajaan Majapahit dimana masa keemasannya yang dipimpin Raja Hayam Wuruk yang didukung oleh Patih Gajah Mada melalu Sumpah Palapa yang ingin menyatukan wilayah Nusantara, Kerajaan Majapahit Melakukan kegiatan ekspor rempah-rempah dengan pelabuhan tersibuk di daerah Bubat dan Canggu.

2. Masa Kolonial

Pada masa kolonial kemaritiman nusantara kengalami kemunduran karena jalur-jalur perdagangan di kuasai oleh asing, sebagai berikut:

  • Kolonialisme Belanda-> Masuknya Kongsi Dagang Perusahaan Hindia Timur (VOC) yang menguasai jalur perdagangan dan sumber daya milik Indonesia.
  • Kolonialisme Jepang -> Menyita perusahaan kapal penting Indonesia bernama Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) dan jarang dilalui kapal perdagangan internasional. Semua jaringan pelayaran antarpulau diambil alih dan dikuasai oleh Jepang.

Baca juga : POTENSI DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN INDONESIA

3. Masa Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka, laut Nusantara Memulai kembali pembenahan di bidang kemaritiman. Deklarasi Djuanda menjadi tonggak sejarah pengakuan negara terhadap pentingnya sektor maritim.

  • Masa Orde Lama: Penataan Kembali Maritim, Pembentukan Deklarasi Djuanda yang berisi tentang hukum laut Indonesia dan pentingnya sektor ekonomi maritime, Melakukan nasionalisasi perusahaan maritim Belanda dengan mengubah dan mengelola perusahaannya menjadi milik Indonesia
  • Masa Orde Baru: Peralihan ke Pembangunan Darat, Menekankan adanya stabilitas ekonomi dan politik, Terjadi kemunduran maritim dikarenakan lebih fokus pada pembangunan transportasi darat
  • Masa Reformasi: Peningkatan Maritim, Deklarasi Bunaken, Departemen Eksplorasi Laut, Deklarasi Maritim Seruan Sunda Kelapa, Konferensi Laut Dunia oleh DEKIN, dan Visi Poros Maritim Dunia.

Perairan laut Indonesia memiliki beberapa jalur utama,Yaitu Laut Natuna, Laut Jawa, Laut Flores, Laut Sulawesi, Laut Maluku, dan Laut Banda.

Indonesia juga mempunyai empat titik strategis yang dilalui oleh 40% kapal-kapal perdagangan dunia. Keempat titik strategis ini adalah Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombo, dan Selat Makassar.

Indonesia sendiri mempunyai 3 alur laut kepulauan Indonesia ( ALKI) yang menghubungkan Samudara Pasifik dan Samudra Hindia. Ketiga Jalur tersebut adalah :

  • ALKI I melalui alur Selat Sunda, Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Tiongkok Selatan
  • ALKI II melalui alur selat Lombok, Selat Makassar, dan Luat Suawesi.
  • ALKI III-A melalui Laut Sawu, Selat Ombai, Laut Banda, (barat Pulau Buru), Laut Seram (timur Laut Monggole), Laut Maluku, dan Samudra Pasifik.
  • ALKI III-B melalui Laut Timor, Selat Leti, Laut Banda, (barat Pulau Buru), Laut Seram (timur Laut Monggole), Laut Maluku, dan Samudra Pasifik.
  • ALKI III-C melalui Laut Arafuru, Laut Banda, (barat Pulau Buru), Laut Seram (timur Laut Monggole), Laut Maluku, dan Samudra Pasifik.

Seiring dengan pergeseran pusat ekonomi dunia dari poros Atlantik ke Asia-Pasifik, saat ini, 70% perdagangan dunia berlangsung di kawasan Asia-Pasifik. Sekitar 75% produk dan komoditas perdagangan di transportasikan melalui laut Indonesia. Oleh karena itu Transportasi laut berperan penting dalam dunia perdagangan internasional maupun domestik. Transportasi laut juga membuka akses dan menghubungkan wilayah pulau, baik daerah sudah yang maju maupun yang masih terisolasi.

Menurut kalian bagaimana potensi Transportasi Laut di Indonesia saat ini dan Bagaimana Peran Pemerintah untuk mendorong potensi jalur laut Indonesia secara maksimal, coba utarakan pendapat kalian di kolom komentar ya !