Pertanda kupu kupu coklat masuk rumah menurut islam

TRIBUNJAKARTA.COM- Mitos mengenai kupu-kupu masuk rumah sudah lumrah di Indonesia.

Sebagian beranggapan kupu-kupu masuk rumah dipersepsikan rumah tersebut akan kedatangan tamu.

Apakah kupu-kupu masuk rumah bernar benar menandakan akan kedatangan tamu?

Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini beberapa arti mitos kupu-kupu masuk rumah.

1. Pertanda Anda akan kedatangan tamu

freepik ilustrasi tamu []

Masyarakat Indonesia masih percaya bahwa mitos kupu-kupu masuk rumah artinya Anda akan kedatangan tamu.

Bahkan menurut primbon Anda dapat mengetahui niatan dari tamu tersebut dilihat dari wujud kupu-kupu yang masuk kerumah Anda.

Jika kupu-kupu ini berwujud cantik, maka niatan dari tamu yang akan datang artinya baik.

Sedangkan jika kupu-kupu yang masuk kerumah Anda terlihat buruk rupa, maka niatan tamu tersebut juga buruk.

2. Mendapat rezeki tak terduga

freepik ilustrasi rezeki []

Halaman selanjutnya arrow_forward

Sumber: Tribun Bali

Begitu banyak mitos yang tersebar di masyarakat, di mana mitos tersebut tidak berdasar sama sekali, melainkan hanyalah kepercayaan yang turun-temurun dari nenek moyang. Dan hal ini sudah disebutkan oleh Allah di dalam Al-Quran mengenai kepercayaan yang turun-temurun ini.

Allah berfirman :

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَىٰ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak [pula] mendapat petunjuk?. [QS. Al-Maidah : 104].

Salah satu mitos yang tersebar di masyarakat dan masih diyakini hingga sekarang adalah “Kupu-kupu masuk ke dalam rumah” dan apabila kupu-kupu masuk ke dalam rumah pertanda 3 perkara :

1. Pertanda tamu jauh mau datang ke rumah

2. Pertanda mendapatkan rezeki

3. Pertanda salah satu anggota keluarga akan tertimpa musibah

Seperti misalnya kalau yang datang ke rumah itu kupu-kupu berwarna putih, maka dia akan ke datangan tamu dari jauh atau mendapatkan rezeki.

Adapun jika yang masuk ke dalam rumahnya itu kupu-kupu berwarna hitam, maka pertanda salah satu anggota keluarga akan ditimpa musibah.

Benarkah keyakinan ini menurut ajaran Islam?

Tentunya tidak, karena tidak ada dalil dari Al-Qur’an dan Hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menerangkan tentang ini. Ini hanyalah mitos yang turun-temurun dari nenek moyang yang entah dari mana asalnya.

Di dalam Islam keyakinan seperti ini dinamakan 2 macam :

1. Khurafat

Khurafat adalah berita bohong atau mitos, di mana seseorang berkeyakinan bahwa makhluk Allah bisa mendatangkan manfaat dan mudorot bagi dirinya. Padahal, yang bisa mendatangkan manfaat dan mudorot hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala saja, karena Dialah yang Berkuasa atas segala sesuatu.

Allah berfirman :

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak [pula] menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. [QS. Al-A’raf : 188].

Untuk itu, jika seorang muslim percaya bahwa kupu-kupu bisa mendatangkan manfaat dan mudorot, maka dia telah berbuat syirik dan harus segera bertaubat kepada Allah atas perbuatannya tersebut, karena yang berkuasa mendatangkan manfaat dan mudorot di dunia ini hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala saja, Tuhan semesta alam.

2. Tathayyur atau Thiyaroh.

Tathayyur adalah menganggap sial sesuatu, di mana dia menganggap sebuah kesialan jika tertimpa sesuatu. Padahal tidak ada korelasinya dengan apa yang menimpanya.

Contoh :

Kupu-kupu hitam masuk ke dalam rumahnya pada malam hari, dia beranggapan kupu-kupu tersebut sebagai tanda musibah akan menimpa salah satu keluarganya. Padahal tidak ada korelasi antara kupu-kupu dan musibah. Karena musibah sudah ditetapkan oleh Allah dan tidak ditetapkan oleh makhluk Allah.

Ataupun menganggap nama yang diberikan kepada sang anak itu terlalu berat, sehingga membuatnya sakit-sakitan.

Beranggapan sial terhadap sesuatu seperti ini dianggap Tathayyur dan termasuk kesyirikan di dalam Islam.

Dari Abdullah bin Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَلَكِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ

Beranggapan sial adalah kesyirikan, beranggapan sial adalah kesyirikan. Ibnu Mas’ud berkata : Akan tetapi Allah akan menghilangkan persangkaan jelek tersebut dengan bertawakal kepada-Nya. [HR. Ahmad, hadist no. 4194].

Syekh Syu’aib Al-Arnauth rohimahullah mengomentari hadist di atas di dalam Musnad Ahmad :

إسناده صحيح

Sanadnya shahih. [Musnad Ahmad, jilid 7 halaman 250].

Syekh Utsaimin rohimahullah mengomentari hadist di atas di dalam Liqo’ Al-Bab Al-Maftuh :

وأما التوكل فهو: صدق الاعتماد على الله في جلب المنافع ودفع المضار مع فعل الأسباب النافعة

Adapun tawakal adalah menetapkan sandaaran kepada Allah dalam hal mendatangkan manfaat dan menolak mudorot dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat. [Liqo’ Al-Bab Al-Maftuh, jilid 12 halaman 21].

Artinya untuk menghilangkan Khurafat ataupun Tathayyur seperti di atas adalah dengan bertawakal kepada Allah, dengan menyandarkan segala urusan hanya kepada Allah. Percaya bahwa Allah sajalah di dunia ini yang bisa mendatangkan manfaat dan hanya Allah sajalah yang bisa mendatangkan mudorot kepada setiap manusia.

Jika dia bertawakal kepada Allah dan berkeyakinan seperti ini, insyaAllah dia tidak akan dihinggapi Khurafat dan Tathayyur di dalam dirinya serta jauh dari kesyirikan, dan insyaAllah dekat dengan rahmat Allah, karena dia menyandarkan segala urusannya kepada Allah dan dia mempercayakan segala urusannya hanya kepada Allah.

Semoga bermanfaat.

Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi

Malam itu kami sekeluarga sedang berada di rumah. Sejak pagi, kami memang di rumah saja. Bahkan sudah hampir dua minggu lamanya kami tidak ke mana-mana. Virus Corona atau COVID-19 yang kian menjadi pandemi di seluruh dunia telah membuat kami terpaksa menetap di rumah untuk sementara waktu.

Suatu malam, saat aku dan kedua adikku sedang sibuk dengan kegiatan kami masing-masing, seekor kupu-kupu masuk ke dalam rumah kami. Kupu-kupu itu sangat cantik dengan warna coklat tanah nan indah. Namun, di balik itu, ada rasa khawatir bercampur takut. Gerangan apa yang menyebabkan kupu-kupu itu berterbangan kian kemari di dalam rumah kami?

Adik bungsuku, Oa namanya, perempuan, kelas 5 SD, saking takutnya sampai-sampai bersembunyi di balik bantal dan selimut. Tak sekadar takut, ia juga geli karena warna coklat kupu-kupu itu menyerupai warna kecoa, binatang yang paling tidak disukainya. Sementara adikku yang satu lagi, Chelo namanya, laki-laki, kelas 2 SMP, menunjukkan kebolehannya berkejaran dengan kupu-kupu. Saya pun ikut takut, khawatir kupu-kupu itu hinggap di tubuh saya.

Marcelina Elenora

Sejenak, kupu-kupu itu terdiam di salah satu sudut tembok kamar. Suasana rumah hening. Kami pun penasaran untuk mencari jawaban. Sebagaimana biasanya, kami tanya kepada google [Arti Kupu-Kupu Coklat Masuk Rumah, Benarkah Akan Ada Tamu Datang?, 2020]. Oa menceritakan hasil pencariannya bahwa menurut mitos, kupu-kupu yang berwarna coklat itu membawa pertanda positif. Mereka memberi tahu kita bahwa akan ada kabar baik yang datang. Kedatangan kupu-kupu itu memberi tahu kita jika ada sanak saudara yang datang dan membawa kebaikan bagi keluarga. Di Jepang, banyak orang yang memelihara, merawat, bahkan mengawetkan kupu-kupu yang memiliki warna sayap indah.

Chelo juga menceritakan hasil pencariannya di google. Chelo mengatakan bahwa kupu-kupu punya banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia karena membantu menjaga kelangsungan ekosistem. Kupu-kupu punya peran ganda dalam kelangsungan ekosistem, menjadi predator ataupun pemangsa, dan menyediakan antibiotik. Kupu-kupu dapat menyelamatkan 90.000 orang yang meninggal karena bakteri Staphylococcus Aureus [Menyediakan antibiotik, 2019].

Aku terus menyimak cerita kedua adikku sambil sekali-kali mataku menatap kupu-kupu itu. Akankah kupu-kupu ini membawa keberuntungan? Siapa juga yang mau datang keesokan hari ke rumah kami di tengah pandemi ini? Tapi keindahan kupu-kupu malam itu lebih membawa perhatianku pada cerita adikku tentang keberadaan kupu-kupu dalam ekosistem dunia ini.

***

Sudah sering aku mendengar, entah dari kotbah pastor di gereja, pengumuman iklan seminar atau pun membaca dari judul berita, tentang Paus Fransiskus yang menaruh perhatian pada keberlangsungan bumi. Jika mengingat Paus Fransiskus yang berbicara tentang keberlangsungan bumi dan alam semesta, maka ‘Laudato Si’ itu-lah yang aku ingat. Di kemudian hari aku baru tahu bahwa “Laudato si” itu merupakan suatu Ensiklik Paus yang berisi ‘tentang kepedulian memelihara alam ciptaan sebagai rumah umat manusia [Ensiklik ‘Laudato Si’, 2015]. Sampai di situ pengetahunanku tentang ‘Laudato Si’.

Aku menemukan kembali Ensiklik atau surat amanat Paus itu secara lengkap di internet. Aku coba membacanya dan berhasil menangkap poin-poin yang aku anggap menarik. ‘Laudato Si’ [bahasa Italia] diadopsi dari nyanyian Santo Fransiskus dari Asisi, orang kudus dalaam sejarah Gereja Katolik. Versi panjangnya adalah ‘Laudato Si, mi’Signore’. Artinya, Terpujilah engkau Tuhan [Ensiklik ‘Laudato Si’, 2015].

Ensiklik ini memberitahukan sekaligus mengingatkan kita betapa pentingnya menjaga bumi ini. Paus Fransiskus ingin bumi ini bisa terawat dan terlestarikan. Karena bumi ini adalah tempat tinggal umat manusia dari generasi ke generasi. Kita harus memelihara apa yang telah Tuhan percayakan kepada kita sebagai anak-anak Allah [Mazmur,115:16]. Paus Fransiskus mengeluarkan Ensiklik ini karena prihatin akan kondisi bumi saat ini dengan begitu banyak bencana yang terjadi. Dan semua itu karena ulah manusia.

Manusia selalu bersikap acuh terhadap bumi dan alam semesta. Mulai dari sampah yang dibuang sembarangan, pemakaian plastik yang berlebihan, zat-zat kimia yang memberikan kontribusi pada pengasaman tanah dan air, perlakuan terhadap makhluk hidup yang lain, pemanasan global, serta punahnya bebagai species.

Dalam contoh sampah yang dibuang sembarangan, kita bisa melihat begitu banyak hewan seperti ikan paus, kura-kura, penyu, dan hewan laut lainnya yang mendapatkan dampaknya [Geographic, 2019]. Hewan-hewan ini ditemukan mati karena memakan sampah plastik yang dibuang sembarangan oleh umat manusia. Lebih mirisnya, di dalam perut hewan-hewan yang mati ini, banyak sekali ditemukan sampah plastik yang seharusnya tidak dimakan oleh hewan itu.

Berita tentang awal mula virus korona yang terjadi di Wuhan, China sebenarnya menunjukkan kepada kita akibat dari suatu kerusakan rantai ekosistem. Manusia memangsa kelelawar. Hewan ini, kelelawar, merupakan hewan yang merelakan hidupnya untuk menyimpan virus yang ada di bumi. Ulah manusia yang demikian, membuat seluruh dunia menderita.

Sebagai manusia, kita diingatkan oleh Bapa Paus untuk menyadari akan hal itu. Kita harus mulai memperhatikan dan peduli akan lingkungan sekitar. Bukankah selama ini kita hanya ingin memakai tetapi tidak merawatnya kembali? Bukankah selama ini manusia merasa dia adalah penguasa alam semesta yang dapat memperlakukan semesta menurut kemauannya sendiri? Manusia juga menciptakan teknologi untuk menaklukan dunia.

Sebagaimana sebuah tulisan yang diniatkan untuk dibaca berbagai kalangan, tulisan ini perlu mendapatkan koreksi. Demikian juga dengan tingkah laku kita sebagai manusia selama ini. Tak ada kata terlambat untuk manusia untuk kembali merangkul bumi dan seluruh isinya seperti sedia kala saat Tuhan menciptakannya. “Setiap upaya untuk melindungi dan memperbaiki dunia kita memerlukan perubahan besar dalam “gaya hidup, dalam pola produksi dan konsumsi, begitu juga dalam sistem maupun struktur pemerintahan yang sudah baku, yang sekarang ini menguasai masyarakat” [hal : 3 Pengantar Buku Laudato Si].

Dunia ini begitu besar dan luas. Mengharapkan semua orang berubah seketika tidaklah mungkin. Tetapi kita bisa memulainya dengan mengubah diri sendiri. Kemudian perubahan itu akan terjadi di lingkungan keluarga hingga berkembang secara luas dan menjadikan bumi akrab kembali dengan manusia. Bayangkan jika semua orang yang mendengar dan membaca ajakan Bapa Paus mau melaksanakannya, bukankah kita akan menemukan dunia yang baru?

Manusia tidak hidup sendiri. Manusia ditemani oleh makhluk hidup yang lain. Maka dari itu, kita harus bisa membenahi dan merawat bumi ini. Bumi dan isinya adalah milik Tuhan [Mzm 24:1]. Tetapi Tuhan mempercayakan manusia untuk menjaga dan merawat bumi ini.

Merawat dan memelihara bumi ini tidaklah mudah. Tetapi kita harus belajar dari Santo Fransiskus dari Asisi. Dia berasal dari keluarga yang berada. Ayahnya seorang pedagang sukses. Santo Fransiskus tidak suka dengan dunia di sekitarnya. Dia mulai peduli dan merawat bumi sekitarnya. “Start by doing what’s necessary then what’s possible and suddenly you are doing the impossible,” itulah yang dikatakan Santo Fransiskus dari Asisi.

Santo Fransiskus dari Asisi mengingatkan kita untuk memulai hal yang kita bisa. Tidak usah buru-buru. Ada saatnya dimana kita akan bisa melakukan hal yang mustahil. Kita harus merawat bumi mulai dari lingkungan kita. Kita bisa melakukan hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, mendaur ulang, dan mengurangi pemakaian plastik. Dengan melakukan hal itu, kita sudah melaksanakan apa yang Paus Fransiskus katakan dalam ensikliknya yang berjudul ‘Laudato Si’.

Steve Irwin, seorang yang begitu mencintai binatang, pernah mengatakan bahwa bumi itu bukan punya kita, maka dari itu kita harus berbagi dengan satwa liar [Irwin, 2002]. Sekecil apapun hal yang kita lakukan untuk merawat bumi bisa membuat hewan dan tumbuhan lain merasa senang. Maka dari itu sangatlah penting bagi manusia untuk mengubah sikapnya dan cara pandangnya akan bumi ini agar bisa dinikmati oleh makhluk hidup lainnya.

Jika kita tidak mengubah dunia mulai dari sekarang, mungkin di masa depan kita tidak bisa melihat indahnya burung yang terbang kesana-kemari, lumba-lumba yang melakukan atraksinya di laut, kupu-kupu yang membantu bunga bermekaran, terumbu karang yang mengisi kekosongan laut, bunga yang menghiasi taman, dan pepohonan yang memberi kehidupan.

***

Sudah sangat lama, bahkan semenjak manusia mengenal teknologi dan barang-barang milik pribadi, manusia merasa dia adalah penguasa tunggal alam semesta. Tak hanya menaklukan alam untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papannya, tapi juga untuk memenuhi kepuasaannya sendiri akan kenyamanan hidup. Bila melihat kupu-kupu kecil yang berterbangan kian kemari, yang manusia lakukan adalah mengusir, menangkap, mengurung bahkan membunuhnya.

Manusia takut, keindahan kupu-kupu akan berlalu, seiring bebasnya kupu-kupu berterbangan. Maka yang dilakukannya adalah menangkap dan membunuh kupu-kupu, lalu bangkai kupu-kupu dimasukkan ke dalam bingkai berkaca. Manusia akan puas melihat keindahan kupu-kupu yang diawetkannya di dalam bingkai itu.

Bumi yang rusak dan berantakan adalah bumi yang tidak lagi menjadi taman nan indah bagi kupu-kupu dan segenap mahkluk hidup  untuk tumbuh dan berkembang. Alam terasa begitu kering karena dipenuhi benda-benda mati hasil karya manusia. Sampai di sini, manusia hanya bertemu dengan manusia lain. Akibatnya, manusia tidak lagi berpikir tentang lingkungan dan bumi yang dipijak. Manusia lantas saling menyalahkan. Hidup dipenuhi dengan kekhawatiran akan bencana dan kematian.

Kini tak ada yang bisa memastikan kapan kehidupan kembali seperti sedia kala. Namun, ajakan Paus Fransiskus dalam Laudato si memberi terang baru pada manusia bahwa kehidupan itu masih ada dan Tuhan tak pernah meninggalkan manusia. Asalkan, manusia kembali merangkul alam, menghidupkan lagi yang tersisa.

Malam itu, kupu-kupu kecil berbaju coklat itu akhirnya pergi meninggalkan kami, sebelum aku dan kedua adikku mengambil tindakan terbaik dari informasi yang kami dapatkan idari internet. Kupu-kupu itu perlahan terbang ke luar melalui jendela.

Kemanakah ia? Apakah di luar sana, pada malam seperti ini, masih ada tempat buatnya untuk merebahkan tubuh? Bukankah sudah tidak ada lagi pepohonan hijau, bunga bermekaran, udara yang baik di luar sana? Apakah rumahku tak lagi nyaman dan kupu-kupu harus mencari tempat yang lebih nyaman di rumah tetangga?

Sekarang, aku jadi rindu pada kupu-kupu. Aku prihatin pada nasibnya pada malam ini. Dunia harus berubah, seperti ajakan Bapa Paus dalam ‘Laudato si’, agar kupu-kupu itu bisa tidur nyenyak melewati malam-malam selanjutnya. Selamat jalan kupu-kupu kecil. Selamat memasuki malam yang kelam, tempat yang lebih engkau pahami daripada kami. Terima kasih atas kedatanganmu yang membawa pesan ‘Laudato Si’ untuk kami.

Marcelina Elenora, Siswa Kelas X

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề