Program pembangunan jangka panjang orde baru direncanakan dalam

Pada masa Orde Baru, program ekonomi pemerintah lebih banyak tertuju kepada kepada upaya penyelamatan ekonomi nasional terutama upaya mengatasi inflasi penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Dalam melaksanakan program ekonomi, pemerintah menetapkan kebijakan ekonomi jangka pendek dan jangka panjang. Program tersebut dapat terlaksana dan berhasil menjadikan ekonomi Indonesia berkembang pesat dari Perkembangan Dari Ekonomi Pada Masa Orde Baru.

a. Program Jangka Pendek 

Program jangka pendek dalam rangka penyelamatan ekonomi nasional diwujudkan dengan stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Pada awal tahun melakukan pembangunan dengan segera, tetapi harus melakukan stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi terlebih dahulu. Stabilisasi yang dimaksud adalah prasarana dan alat-alat produksi yang banyak mengalami kerusakan Perkembangan Dari Ekonomi Pada Masa Orde Baru

Stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi yang dilakukan membuahkan hasil yang cukup baik. Tingkat inflasi yang semula mencapai 650% menjadi 120% pada tahun 1967. Keadaan ekonomi Indonesia terus membaik, hingga pada tahun 1969, pemerintah siap melaksanakan program jangka panjang. 

b. Program Jangka Panjang 

Program jangka panjang yang dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru diwujudkan dengan pelaksanaan rencana pembangunan jangka panjang (25 tahun). Pembangunan jangka panjang dilakukan secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan Lima Tahun) Perkembangan Dari Ekonomi Pada Masa Orde Baru.

1). Pelita I (1 April 1969-1 Maret 1974) 

Sasaran yang hendak dicapai adalah pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita I lebih menitikberatkan pada sektor pertanian. 

Pelaksanaan Pelita I telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan, antara lain produksi beras telah meningkat dari 11,32 juta ton menjadi 14 juta ton; pertumbuhan ekonomi dari rata-rata 3% menjadi 6,7% per tahun; pendapatan rata-rata penduduk (pendapatan per kapita) dari 80 dolar Amerika menjadi 47,8% pada akhir Pelita I (1973/1974). 

2). Pelita II (1 April 1974 - 31 Maret 1979) 

Sasaran yang hendak dicapai pada masa ini adalah pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana, menyejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan kerja. Pelita II berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata sektor pertanian, telah dilakukan perbaikan dan pembangunan jaringan irigasi baru. 

3). Pelita III (1 April 1979-31 Maret 1984) 

Pelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan yang bertujuan terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil.

Pelita III ini menitikberatkan pada sektor pertanian menuju swasembada pangan, serta meningkatkan industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Produksi beras diperkirakan mencapai 20,6 juta ton pada tahun 1983. 

4). Pelita IV (1 April 1984 – 31 Maret 1989) 

Pelita IV menitikberatkan pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha menuju swasembada pangan, serta meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri berat maupun industri swasembada pangan dengan produksi beras mencapai 25,8 juta ton pada tahun 1984. Kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. 

5). Pelita V (1 April 1989 - 31 Maret 1994) 

Pelita V menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri untuk menetapkan swasembada pangan dan meningkatkan produksi hasil pertanian lainnya; dan sektor industri khususnya industri yang menghasilkan barang ekspor, industri yang banyak menyerap tenaga kerja, industri pengolahan hasil pertanian, serta industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri. Pelita V adalah periode terakhir dari pembangunan jangka panjang tahap pertama. Lalu, dilanjutkan pembangunan jangka panjang tahap kedua. 

6). Pelita VI 

Pelita VI merupakan awal pembangunan jangka panjang tahap kedua. Pelita VI lebih menitikberatkan pada sektor ekonomi, industri, pertanian, serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Direncanakan, Pelita VI dilaksanakan mulai tanggal 1 April 1994 dan berakhir pada tanggal 31 Maret 1999. Namun, pada tahun 1997 Indonesia dilanda krisis keuangan yang berlanjut menjadi krisis ekonomi dan akhirnya menjadi krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Akibatnya, Pelita VI tidak bisa dilanjutkan sesuai dengan yang direncanakan. 

Baca Juga

Demikian Artikel Perkembangan Dari Ekonomi Pada Masa Orde Baru Yang Saya Buat Semoga Bermanfaat Ya Mbloo:)



  • Lembaga Keuangan Bank Sarana Pendukung Kerja Sama Ekonomi
  • Kerja Sama Dalam Bidang Sosial Budaya
  • Sarana Dan Prasarana Transportasi Di Indonesia
  • Modernisasi Di Dalam Bidang Teknologi Masa Kini
  • Perdagangan Internasional Sebagai Perwujudan Kerja Sama Ekonomi Antarnegara


Selanjutnya, Rcpelita Il dan lll yang berlangsung pad a 1974-1984 difokuskan pada perenca.naan pertumbuhan ekonorni, stabilitas nasional, dan pemerataan pembangunan dengan penekanan pada sektor pertanian serta industri yang mengolah bahan mentah rnenjadi bahan baku. Pada 1984, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras

Jawaban yang tepat dari pertanyaan diatas adalah E.

Untuk lebih jelasnya, yuk pahami penjelasan berikut:

Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, pemerintah melaksanakan pembangunan di berbagai bidang, seperti bidang ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Pembangunan pada masa Orde Baru demi tercapainya tujuan pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan program pembangunan jangka panjang secara bertahap. Selanjutnya, disusunlah tahapan-tahapan pembangunan yang dikenal dengan Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) pada April 1969. yang bertujuan untuk meningkatkan sarana ekonomi, kegiatan ekonomi serta kebutuhan sandang dan pangan. 

Repelita I mulai dilaksanakan pada tanggal 1 April 1969 setelah berhasilnya usaha-usaha stabilisasi di bidang politik dan ekonomi yang dilancarkan sejak Oktober 1966. Tujuan Repelita I ialah meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap-tahap berikutnya, sedangkan sasaran yang hendak dicapai adalah pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Arah pembangunan Repelita I menitik beratkan pada beberapa bidang, yaitu: 

  1. pertanian, titik berat diletakkan pada pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan mendobrak keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaruan bidang pertanian karena sebagian besar penduduk masih hidup dari hasil pertanian,
  2. industri, sektor industri merupakan sektor yang paling menarik bagi penanaman modal dalam negeri disusul oleh sektor kehutanan, pariwisata, perhubungan, dan perkebunan. Sebagian besar proyek-proyek penanaman modal dalam negeri merupakan proyek-proyek yang sifatnya cepat menghasilkan dan tersebar terutama di Jawa, khususnya di Jakarta,
  3. pertambangan, pertambangan dalam hal ini adalah sektor minyak. Di bidang perminyakan ditemukan sumber-sumber minyak baru di dataran dan lepas pantai, antara Lain di Kalmantan Timur dan di pantai Utara Jawa Barat. Selama Repelita I berhasil pula dibangun pengilangan minyak di Dumai dan Sungai Pakning di Provinsi Riau, sedangkan perkembangan kilang minyak di Cilacap masih dalam taraf penyelesaian,
  4. prasarana yang meliputi usaha-usaha rehabilitasi perluasan. Selama Repelita I telah dilakukan rehabi tasi pabrik-pabrik pengolahan yang telah ada.

Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun adalah satuan perencanaan yang dibuat oleh pemerintah Orde Baru di Indonesia yang dilaksanakan selama 30 tahun masa jabatan Soeharto. Program ini menerapkan pembangunan terpusat untuk ekonomi makro yang ada di Indonesia. Perancangan program Repelita berada di bawah arahan Widjojo Nitisastro pada tahun 1967 saat ia menjabat sebagai kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang disempurnakan selama kurun waktu lebih kurang setahun. [1] Selain Nitisastro, program ini juga disusun bersama dengan tokoh teknokrat lain yang juga berasal dari lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, yaitu Emil Salim, Ali Wardhana, J.B. Sumarlin, Saleh Afiff, Subroto dan Mohammad Sadli. [2]

Repelita I dimulai pada tanggal 1 April 1969 setelan pengesahan Rancangan Undang Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia tahun anggaran 1969/1970 pada tanggal 31 Maret 1969.[3]

  • Repelita I (1969–1974) bertujuan memenuhi kebutuhan dasar dan infrastruktur dengan penekanan pada bidang pertanian.
  • Repelita II (1974–1979) bertujuan meningkatkan pembangunan di pulau-pulau selain Jawa, Bali dan Madura, di antaranya melalui transmigrasi.
  • Repelita III (1979–1984) menekankan bidang industri padat karya untuk meningkatkan ekspor.
  • Repelita IV (1984–1989) bertujuan menciptakan lapangan kerja baru dan industri.
  • Repelita V (1989–1994) menekankan bidang transportasi, komunikasi dan pendidikan.
  • Repelita VI (1994–tidak selesai) bertujuan meningkatkan pembangunan iklim investasi asing dalam rangka menggenjot perekonomian dan industri nasional.
  • Pembangunan Lima Tahun
  1. ^ Ardanareswari, Indira (1 April 2020). "Repelita ala Orba: Pembangunanisme yang Mengandalkan Modal Asing". tirto.id. Diakses tanggal 16 November 2021. 
  2. ^ Rosario (23 September 2020). "Widjojo Nitisastro 'Mafia Berkeley' dan Repelita di Era Soeharto". Minews ID. Diakses tanggal 16 November 2021. 
  3. ^ Fitria, Dona (1 April 2020). "Repelita 1 April 1969". kebudayaan.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 16 November 2021. 
 

Artikel bertopik Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rencana_Pembangunan_Lima_Tahun&oldid=20991026"