Salah satu faktor yang melatarbelakangi pendudukan Jepang di wilayah Indonesia

Indonesia adalah suatu negara yang kaya sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Keinginan Jepang menguasai Indonesia muncul pada tahun 1940 setelah melihat Indonesia selain dari segi sumber daya alam dan sumber daya manusianya, Indonesia sangat penting bagi strategis dan politik Jepang. Jepang tertarik menguasai Jawa Barat karena secara politik Jawa Barat sebagai pusat pemerintahan, Jawa Barat juga sebagai pusat pertahanan militer Jepang di kepulauan Indonesia. Jawa Barat secara ekonomi merupakan salah satu daerah penting bagi beroprasinya kegiatan perekonomian di Indonesia. Jawa Barat yang terletak di bagian barat pulau Jawa pada saat pendudukan Jepang terdiri dari lima Syu (karesidenan) yaitu Banten, Jakarta, Bogor, Priangan dan Cirebon. Daerah-daerah di Jawa Barat banyak memiliki perkebunan kopi, teh dan tebu serta daerah persawahan yang sangat bermanfaat untuk bahan makanan bagi penduduk dan tentara-tentara Jepang. Jumlah penduduk Jawa Barat yang padat sangat baik untuk pemasaran barang-barang produksi Jepang. Sumber daya manusia juga sangat dibutuhkan Jepang untuk mendukung kemenangan Jepang dalam perang Asia Timur Raya (Dai Toa no Senso). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Mengapa Jepang melakukan pendudukan di Jawa Barat pada tahun 1942-1945?; 2. Bagaimana pemerintahan Jepang di Jawa Barat tahun 1942-1945?; dan 3. Bagaimana dampak pendudukan Jepang terhadap kehidupan masyarakat Jawa Barat pada tahun 1942-1945? Penelitian ini bertujuan untuk menggali faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi pendudukan Jepang di Jawa Barat tahun 1942-1945, berusaha mendeskripsikan bentuk pemerintahan militer Jepang di Jawa Barat tahun 1942-1945 dan mengkaji lebih mendalam pengaruh yang ditimbulkan akibat pendudukan Jepang terhadap kehidupan masyarakat di Jawa Barat pada tahun 1942-1945. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari kegiatan heuristik, kritik, interprestasi dan historiografi. Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Daerah Jawa Barat dan Perpustakaan Universitas Jember. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pendudukan Jepang di Jawa Barat pada tahun 1942-1945 dilatarbelakangi oleh dua fakor yaitu faktor politik dan sosial-ekonomi. Jawa Barat dari segi politik penting bagi pusat pertahanan militer Jepang di kepulauan Indonesia. Sedangkan berdasarkan faktor sosial-ekonomi, Jawa Barat merupakan daerah yang banyak memiliki perkebunan dan persawahan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk dan tentara Jepang. Pendudukan Jawa Barat yang padat sangat bermanfaat untuk mendukung kepentingan Jepang dalam perang Asia Timur Raya. Pada tanggal 1 Maret 1942 Jepang segera mendaratkan Divisi ke-2 dibawah komando Tentara ke-16 yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Hitoshi Imammura di Banten dan Eretan di Indramayu. Setelah penyerahan tanpa syarat Belanda kepada pemerintah Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati Jawa Barat, Jawa dan Madura berada dibawah kekuasaan Angkatan Darat ke-16 yang berkedudukan di Jakarta. Pemerintah Jepang melaksanakan kebijaksanaan secara ketat dan tidak segan-segan menyiksa orang-orang yang melawan. Jepang mengeluarkan peraturan-peraturan yang merugikan rakyat sehingga menimbulkan perlawanan seperti perlawanan santri Sukamanah dan perlawanan petani di Indramayu. Pendudukan Jepang di Jawa Barat secara umum menimbulkan kesengsaraan terhadap masyarakat di Jawa Barat. Saran ditujukan kepada pemerintah agar memperhatikan para korban pendudukan Jepang di wilayah Jawa Barat. Penelitian ini juga diharapkan dapat menumbuhkan dan memupuk rasa nasionalisme dan patriotisme yang kuat pada generasi penerus bangsa dalam membangun negara Republik Indonesia sehingga tumbuh persatuan dan kesatuan bangsa.

tirto.id - Sejarah mencatat, Jepang resmi mengambil-alih Indonesia dari Belanda setelah penandatanganan Perjanjian Kalijati. Lantas, kapan tepatnya kedatangan Dai Nippon ke Nusantara, apa tujuannya, dan bagaimana kronologinya?

Perjanjian Kalijati yang diteken tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, dekat Subang, Jawa Barat. merupakan tanda resmi menyerahnya Belanda kepada Jepang dalam Perang Asia Timur Raya atau yang menjadi rangkaian dari Perang Dunia II.

Lantaran Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang, maka kekuasaan atas wilayah koloni mereka yakni Hindia Belanda alias Nusantara atau Indonesia diserahkan kepada pemerintah militer Dai Nippon.

Penyebab Kedatangan Jepang ke Indonesia

Sebenarnya, orang-orang Jepang memasuki Indonesia sebelum menyerahnya Belanda tahun 1942. Tahun 1937 sedang terjadi krisis ekonomi yang melanda dunia. Jepang ternyata berhasil mengantisipasi dampak buruk yang diakibatkan oleh resesi global tersebut.

Onghokham dalam Runtuhnya Hindia Belanda [1987:30] menyebutkan bahwa Jepang termasuk salah satu negara yang mampu selamat dari krisis moneter dunia. Hal ini berbeda dengan Hindia Belanda [Indonesia di bawah penjajah kolonial Belanda].

Maka, ketika krisis ekonomi melanda dunia, Jepang mampu bertahan berkat strategi perekonomian mereka. Sebaliknya, perekonomian Hindia Belanda kian terpuruk. Inilah yang menjadi jalan masuk awal Jepang ke wilayah Indonesia.

Pada 1938-1939, orang-orang Jepang masuk ke Indonesia untuk berinvestasi kepada pemerintah Hindia Belanda. Selain itu, Jepang juga menjadi salah satu negara utama tujuan ekspor komoditas dari Hindia Belanda yang didapat dari kekayaan alam Nusantara.

Jepang pada waktu itu menjadi pesaing negara-negara Eropa dalam perebutan pasar ekonomi. Situasi demikian, membuat mereka mampu masuk ke Indonesia pada tahun 1938-1939 untuk berinvestasi kepada pemerintah Hindia Belanda.

Baca juga:

  • Sejarah Perang Dunia II: Penyebab dan Negara yang Terlibat
  • Dampak Perang Dunia I: Sejarah, Kronologi, Akhir, Siapa Menang?
  • Sejarah Perjanjian Versailles 1919: Latar Belakang, Isi, & Dampak

Tujuan Jepang Ingin Menguasai Indonesia

Pada 1 September 1939, Perang Dunia II dimulai. Jepang dan Belanda berada di kubu yang saling berhadapan: Jepang di blok fasisme bersama Jerman dan Italia, sedangkan Belanda menjadi bagian dari Sekutu yang dimotori Amerika Serikat dan Inggris.

Situasi ini tentunya merugikan Jepang yang telah menanamkan investasi di Indonesia serta mengimpor berbagai komoditas hasil alam dari Hindia Belanda. Atas hal itulah Jepang kemudian mengincar Indonesia.

Dengan demikian, tujuan awal Jepang atas penguasaan terhadap Hindia Belanda adalah ingin menguasai kekayaan alam Nusantara untuk kebutuhan perang dan industri.

Jepang menjadi salah satu kekuatan penting dalam Perang Dunia II. Bahkan, pada 7 Desember 1941, Jepang menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii.

Dikutip dari Sejarah Nasional Indonesia VI [1984] karya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, pemerintah kolonial Hindia Belanda melalui Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menyatakan perang terhadap Jepang.

Jepang merespons tantangan tersebut dengan mengirimkan pasukannya ke wilayah Tarakan, Kalimantan Timur, pada 11 Januari 1942. Keesokan harinya, wilayah Tarakan berhasil diduduki Jepang yang segera merembet ke wilayah-wilayah Indonesia lainnya, termasuk Maluku di kawasan timur.

Baca juga:

  • Pengertian Komunisme: Sejarah, Tokoh Pencetus, & Contoh Negara
  • Sejarah Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia dalam Berbagai Bidang
  • Sejarah Pendidikan & Kebudayaan Era Penjajahan Jepang di Indonesia

Kronologi Masuknya Jepang ke Indonesia

Keberhasilan Jepang menduduki Tarakan kemudian diikuti dengan didudukinya wilayah-wilayah lainnya. Balikpapan dan Pontianak, misalnya, masing-masing berhasil dikuasai Jepang tanggal 24 Januari 1942 dan 29 Januari 1942.

Berikutnya, berturut-turut pada 3 Februari 1942 dan 10 Februari 1942, giliran Samarinda dan Banjarmasin yang direbut Jepang dari Belanda. Setelah menguasai Kalimantan dan Maluku, pasukan Dai Nippon melanjutkan ekspansi ke wilayah Sumatera.

Tanggal 14 Februari 1942, Jepang mengerahkan pasukan payung untuk menduduki Sumatera. Dua hari kemudian, tepatnya tangga 16 Februari 1942, Palembang dan sekitarnya berhasil diduduki. Keberhasilan tersebut membuat Jepang semakin bertekad menguasai Jawa.

Jepang menduduki wilayah Teluk Banten di Jawa Barat dan Kragan di Jawa Tengah pada awal Maret 1942. Akhirnya, Batavia [Jakarta] yang menjadi pusat pemerintahan kolonial Hindia Belanda direbut pada 5 Maret 1942 menyusul kemudian Bandung yang diambil-alih dua hari berselang.

Belanda yang semakin terdesak terpaksa menyetujui untuk diadakan perundingan. Tanggal 8 Maret 1942, di Kalijati, dekat Subang, Jawa Barat, kedua belah pihak bertemu. Dalam perundingan yang dikenal dengan nama Perjanjian Kalijati itu, diputuskan bahwa Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.

Baca juga:

  • Sejarah Perjanjian Kalijati: Latar Belakang, Isi, & Tokoh Delegasi
  • Sejarah Organisasi Militer di Masa Pendudukan Jepang
  • Sejarah serta Pengaruh Ideologi Liberalisme di Asia dan Afrika

Dikutip dari Sejarah Pergerakan Nasional: Dari Budi Utomo Sampai Proklamasi 1908-1945 [2001] karya Suhartono, pertemuan dilangsungkan di Kalijati pada 8 Maret 1942. Disepakati bahwa angkatan perang Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.

Selanjutnya, dilakukan penyerahan kekuasaan atas wilayah Indonesia oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachouwer dan Letnan Jenderal Heindrik Ter Poorten yang merupakan Komandan Angkatan Perang Belanda di Jawa kepada Jenderal Hitoshi Imamura selaku wakil delegasi Dai Nippon.

Sejak saat itu, wilayah Indonesia berada dalam pendudukan pemerintahan militer Jepang. Hingga akhirnya, Dai Nippon mengalami kekalahan dari Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya yang membuka peluang bagi bangsa Indonesia untuk memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Baca juga:

  • Sejarah Organisasi Semi Militer Masa Pendudukan Jepang
  • Sejarah PETA di Zaman Pendudukan Jepang: Tugas, Tokoh, & Tujuan
  • Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi RI

Propaganda Jepang di Indonesia

Setelah resmi menduduki Indonesia sejak 8 Maret 1942, Jepang mulai menyusun pemerintahan demi melancarkan pendudukan mereka di Indonesia. Selain itu, Dai Nippon juga melakukan aksi-aksi propaganda demi menarik simpati rakyat Indonesia.

Salah satu propaganda yang Jepang lakukan ialah membentuk Gerakan 3A, yaitu Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Cahaya Asia. Abdulsalam dalam Menudju Kemerdekaan [1964] menyebutkan bahwa gerakan 3A dibentuk oleh Jepang diterapkan untuk membantu usaha peperangan mereka melawan Sekutu di Perang Dunia Kedua.

Selain Gerakan 3A, pemerintah militer Jepang juga menyebarkan berbagai propaganda lainnya serta kegiatan-kegiatan dan membentuk deretan organisasi yang melibatkan orang-orang Indonesia, seperti Pembela Tanah Air [PETA], Heiho, Seinendan, Keibodan, Barisan Pelopor, dan masih banyak lagi.

Baca juga:

  • Sejarah Gerakan 3A: Propaganda Jepang Demi Simpati Rakyat Indonesia
  • Apa Itu Romusha di Masa Penjajahan Jepang, Tujuan, dan Dampaknya?
  • Sejarah Jugun Ianfu pada Masa Penjajahan Jepang di Indonesia

Jepang membutuhkan bantuan orang-orang Indonesia untuk menghadapi Sekutu di Perang Dunia Kedua. Namun di sisi lain, pada perkembangannya, perlakuan Dai Nippon terhadap rakyat Indonesia justru semakin kejam, penerapan kerja paksa romusha dan jugun ianfu adalah sedikit contohnya.

Selama kurang lebih 4,5 tahun Jepang menjajah Indonesia, banyak kerugian dan kesengsaraan yang ditimbulkan. Semua diarahkan demi kepentingan perang untuk Jepang sehingga kehidupan masyarakat Indonesia tersiksa, begitu pula dengan sumber daya alam yang dikuras oleh Dai Nippon.

Hingga akhirnya, pada pertengahan tahun 1945, Jepang menunjukkan tanda-tanda kekalahan dan akhirnya menyerah kepada Sekutu. Situasi ini membuka peluang bagi bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Baca juga:

  • Sejarah Wayang di Indonesia: Jenis-Jenis Serta Fungsinya
  • Sejarah Ibu Kota Thailand Sebelum Bangkok: Sukhothai & Ayutthaya
  • Sejarah Latar Belakang Pembentukan PETA dan Tujuannya

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN atau tulisan menarik lainnya Alhidayath Parinduri
[tirto.id - hdy/isw]

Penulis: Alhidayath Parinduri Editor: Iswara N Raditya Kontributor: Alhidayath Parinduri

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan