Salah satu tujuan pengeboran pada mesin bubut adalah akan dilanjutkan untuk proses pembuatan

135

4. Tugas

1. Buat rangkuman terkait materi parameter pemotongan pada mesin bubut

2. Jelaskan dengan singkat, jika pelaksanaan proses pembubutan tidak mengacu pada

parameter-parameter yang sudah ditentukan.

5. Test Formatif

Essay Test: 1. Sebuah baja lunak berdiameter  35 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong Cs 22 metermenit. Pertanyaannya adalah: Berapa besar putaran mesinnya ?. 2. Sebuah benda kerja akan dibubut dengan putaran mesinnya n 700 putaranmenit dan besar pemakanan f 0,25 mmputaran. Pertanyaannya adalah: Berapa besar kecepatan pemakanannya ?. 3. Sebuah benda kerja dengan diameter terbesar D= 48 mm akan dibubut rata menjadi d= 42 mm sepanjang l= 55, dengan jarak star pahat la= 4 mm. Data- data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Putaran mesin n= 600 putaranmenit, dan pemakanan mesin dalam satu putaran f= 0,05 mmputaran. Pertaanyannya adalah: Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan proses pembubutan rata sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakananproses?. 4. Sebuah benda kerja dengan diameter terbesar D= 52 mm akan dibubut muka dengan jarak star pahat ℓa= 3 mm. Data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Putaran mesin n= 600 putaranmenit, dan pemakanan dalam satu putaran f= 0,2 mmputaran. Pertanyaannya adalah: Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan pengeboran pada mesin bubut sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakananproses?. 5. Sebuah benda kerja akan dilakukan pengeboran sepanjang 28 mm dengan mata bor berdiameter 14 mm. Data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Putaran mesin n= 800 putaranmenit, dan pemakanan dalam satu putaran f= 0,04 mmputaran. 136 Pilihan Ganda: Jawablah soal dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban yang dianggap paling benar dengan memberi tanda X. 1. Kecepatan putaran mesin bubut dapat dihitung dengan rumus … a. n = nit Langkahme π.D 1000Cs b. n = Rpm π.D 1000Cs c. n = mmenit π.D 1000Cs d. n = mdetik π.D 1000Cs 2. Membubut benda kerja berdiameter 108 mm dengan kecepatan potong 25 mmenit. Putaran mesinnnya adalah … a. 73,72 Rpm b. 83,72 Rpm c. 93,72 Rpm d. 103, 72 Rpm 3. Mengebor sebuah benda kerja pada mesin bubut, dengan diameter mata bor d: 18 mm dengan kecepatan potong 20 mmenit. Putaran mesinnny a adalah … a. 153, 86 Rpm b. 253, 86 Rpm c. 353,86 Rpm d. 453,86 Rpm 4. Besarnya kecepatan pemakanan pembubutan, bila diketahui besar pemakanan f: 0,15 mmputaran dan putaran mesin: 400 Rpm adalah… a. 60 mmputaran b. 60 mmdetik c. 60 mmmenit d. 60 mmenit 137 5. Membubut luar diameter D: 60 mm menjadi diameter d: 50 mm dilakukan 1 kali proses pemakan, panjang yang dibubut l: 65 mm, star awal pahat la: 2 mm, putaran mesin ditetapkan 450 Rpm dan besarnya pemakanan s: 0,04 mmputaran. Maka proses pemesinann ya memerlukan waktu selama…..

a. 7,44 detik

b. 7,44 menit c. 3,72 detik d. 3,72 menit 6. Membubut luar diameter D: 50 mm menjadi diameter d: 40 mm dilakukan 2 kali proses pemakan, panjang yang dibubut l: 35 mm, star awal pahat la: 4 mm, cutting speed Cs nya ditetapkan 30 metermenit dan besarnya pemakanan s: 0,03 mmputaran. Maka proses pemesinannya memerlukan waktu selama…..

a. 6,80 menit

b. 6.80detik c. 13,60 menit d. 13,60 detik 7. Membubut permukaan facing diameter D: 50 mm, dilakukan 1 kali proses pemakanan, star awal pahat la: 2 mm, putaran mesinnya ditetapkan 600 Rpm dan besarnya pemakanan s: 0,04 mmputaran. Maka proses pemesinannya memerlukan waktu selama…..

a. 1,125 detik

b. 1,125 menit c. 2,25 detik d. 2,25 menit 8. Membubut permukaan facing diameter D: 40 mm, dilakukan 1 kali proses pemakan, star awal pahat la: 3 mm, cutting speed ditetapkan 30 metermenit dan besarnya pemakanan s: 0,04 mmputaran. Maka proses pemesinannya memerlukan waktu selama…..

a. 4,80 detik

b. 4,80 menit 138 c. 2,40 detik d. 2,40 menit 9. Proses pengeboran dilakukan pada mesin bubut dengan kedalaman l: 30 mm, diameter bor d: 12 mm, pemakanannya s 0,03 mmputaran dan putaran mesin ditetapkan 500 Rpm. Maka proses pengeborannya memerlukan waktu selama…..

a. 4,48menit

b. 4,48detik c. 2,24 menit d. 2,24 detik 10. Proses pengeboran dilakukan pada mesin bubut dengan kedalaman l: 28 mm, diameter bor d: 14 mm, pemakanannya s 0,04 mmputaran dan cutting speed Cs ditetapkan 20 metermenit.Maka proses pengeborannya memerlukan waktu selama….. a. 1,77 menit b. 1,77 detik c. 3,54 menit d. 3,54 detik 139

E. Kegiatan Belajar 4

– Teknik Pembubutan 1. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini dengan melalui mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan, peserta didik dapat: a. Menjelaskan teknik pembubutan muka b. Menggunakan teknik pembubutan muka c. Menjelaskan teknik pembubutan lurus dan bertingkat d. Menggunakan teknik pembubutan lurus dan bertingkat e. Menjelaskan teknik pembubutan tirus dengan eretan atas f. Menggunakan teknik pembubutan tirus dengan eretan atas g. Menjelaskan teknik pembubutan alur h. Menggunakan teknik pembubutan alur i. Menjelaskan teknik pembubutan bentukprofil j. Menggunakan teknik pembubutan bentukprofil k. Menjelaskan teknik pemotongan pada mesin bubut l. Menggunakan teknik pemotongan pada mesin bubut m. Menjelaskan teknik pembubutan ulir n. Menggunakan teknik pembubutan ulir o. Menjelaskan teknik pembubutan bentukprofil p. Menggunakan teknik pembubutan bentukprofil q. Menjelaskan teknik pengeboran pada mesin bubut r. Menggunakan teknik pengeboran pada mesin bubut s. Menjelaskan teknik pengkartelan pada mesin bubut t. Menggunakan teknik pengkartelan pada mesin bubut

2. Uraian Materi

Sebelum mempelajari materi alat potong pada mesin bubut, lakukan kegiatan sebagai berikut: Pengamatan: Silahkan anda mengamati berbagai proses pembubutan sebagaimana terlihat pada Gambar 4.1 atau objek lain sejenis disekitar anda. Untuk dapat melakukan proses pembubutan sesuai ketentuan yang berlaku, tentunya perlu menguasai berbagai 140 macam teknik pembubutan. Sebutkan beberapa teknik pembubutan untuk mendukung kegiatan tersebut dan jelaskan bagaimana caranya. Gambar 3.1. Bebagai proses pembubutan 141 Menanya: Apabila anda mengalami kesulitan dalam memahami tentang teknik apa saja yang diperlukan pada proses pembubutan dan cara menggunakannya, bertanyalahberdiskusi atau berkomentar kepada sasama teman atau guru yang sedang membimbing anda. Mengekplorasi: Kumpulkan data secara individu atau kelompok, terkait beberapa teknik pembubutan dan cara menggunakannya, melalui: benda konkrit, dokumen, buku sumber, atau hasil eksperimen. Mengasosiasi: Setelah anda memilki data dan menemukan jawabannya, selanjutnya jelaskan bagaimana cara menerapkan pada proses pemebubutan. Mengkomunikasikan: Presentasikan hasil pengumpulan data-data anda, terkait beberapa teknik pembubutan dan cara menggunakannya, dan selanjutnya buat laporannya. TEKNIK PEMBUBUTAN Yang dimaksud teknik pembubutan adalah, bagaimana cara melakukan berbagai macam proses pembubutan yang dilakukan dengan menggunakan prosedur dan tata cara yang dibenarkan oleh dasar-dasar teori pendukung yang disertai penerapan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan K3L, pada saat melaksanakan proses pembubutan. Banyak teknik-teknik pembubutan yang harus diterapakan dalam proses pembubutan diantaranya, bagaimana teknik pemasangan pahat bubut, mertakan permukaan, membuat lubang senter, membubut lurus, mengalur, mengulir, memotong, menchamper, mengkertel dll.

a. Pemasangan pahat bubut

Persyaratan utama dalam melakukan proses pembubutan adalah, pemasangan pahat bubut ketinggiannya harus sama dengan pusat senter. Persyaratan tersebut 142 harus dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi perubahan geometri pada pahat bubut yang sedang digunakan Gambar 4.1. Gambar 4.1. Pemasangan ketinggian pahat bubut Perubahan geomertri yang terjadi pada pahat bubut dapat merubah besarnya sudut bebas potong dan sudut buang tatalnya, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil pembubutan menjadi kurang maksimal. Pada proses pembubutan permukaanfacing, bila pemasangan pahat bubutnya dibawah sumbu senter akan berakibat permuakaannya tidak dapat rata, dan bila pemasangan pahat bubutnya diatas sumbu senter akan berakibat pahat tidak dapat memotong dengan baik karena sudut bebas potongnya tambah kecil Gambar 4.2. Dampak-dampak lain akibat pemasangan pahat bubut tidak setinggi sumbu senter telah diuraikan pada materi sebelumya. Gambar 4.2. Pemasangan pahat bubut tidak setinggi sumbu senter Untuk menghindari terjadinya perubahan ketinggian pahat bubut setelah dilakukan pemasangan, pada saat melakukan pengikatan harus kuat dan kokoh, 143 selain itu untuk menghindari terjadinya getaran dan patahnya pahat akibat beban gaya yang diterima terlalu besar, maka pemasangan pahat tidak boleh terlalu menonjol keluar atau terlalu panjang keluar dari dudukannya maksimal dua kali persegiannya – Gambar 4.3. Gambar 4.3. Pemasangan pahat bubut terlalu panjang

b. Pembubutan Permukaan Benda Kerja Facing

Membubut permukaan benda kerja adalah proses pembubutan pada permukaan ujung benda kerja dengan tujuan meratakan pada bidang permukaannya. Ada beberapa persyaratan yang harus dilakukan pada saat membubut permukaan diantarannya adalah: 1 Pemasangan Benda Kerja Untuk pemasangan benda kerja yang memiliki ukuran tidak terlalu panjang, disarankan pemasangannya tidak boleh terlalu keluar atau menonjol dari permukaan rahang cekam Gambar 4.4, hal ini dilakukan dengan tujuan agar benda kerja tidak mudah berubah posisinyakokoh dan tidak terjadi getaran akibat tumpuan benda kerja terlalu jauh. 144 Gambar 4.4. Pemasangannya benda kerja berukuran pendek sebelum dibubut permukaannya Untuk benda kerja yang memiliki ukuran relatif panjang dan pada prosesnya tidak mungkin dipotong-potong terlebih dahulu, maka pada saat membubut permukaan harus ditahan dengan penahan benda kerja yaitu steady rest Gambar 4.5. . Gambar 4.4. Pemasangannya benda kerja berukuran panjang sebelum dibubut permukaannya 2 Proses Pembubutan Permukaan Benda Kerja Facing Prinsip terjadinya pemotongan pada proses pembubutan adalah, apabila putaran benda kerja berlawanan arah dengan gerakan mata sayat alat potongnya. Maka dari itu berdasarkan prinsip tersebut, pada proses pembubutan permukaan benda kerja dapat dilakukan dari berbagai cara yaitu: 145 a Posisi start pahat bubut dari sumbu senter benda kerja Membubut permukaan benda kerja dengan start pahat bubut dari sumbu senter pengertiannya adalah, pembubutan permukaan diawali dari tengah permukaan benda kerja atau sumbu senter Gambar 4.5. Proses pembubutan facing dengan cara ini dapat dilkukan dengan catatan arah putaran mesin berlawanan arah jarum jam. Gambar 4.5. Pembubutan permukaan start pahat bubut diawali dari sumbu senter benda kerja b Posisi start pahat bubut dari luar bagian kiri benda kerja Membubut permukaan benda kerja dengan start pahat bubut dari luar bagian kiri benda kerja pengertiannya adalah, pembubutan permukaan diawali dari luar bagian kiri benda kerja menuju sumbu senter Gambar 4.6. Proses ini pembubutan facing dengan cara ini dapat dilakukan dengan catatan arah putaran mesin berlawanan arah jarum jam. Gambar 4.6. Pembubutan permukaan diawali dari luar bagian kiri benda kerja 146 c Posisi start pahat bubut dari luar bagian kanan benda kerja Membubut permukaan benda kerja dengan start pahat bubut dari luar bagian kanan benda kerja pengertiannya adalah, pembubutan permukaan diawali dari luar bagian kanan benda kerja menuju sumbu senter Gambar 4.7. Proses pembubutan facing dengan cara ini dapat dilakukan dengan catatan arah putaran mesin sarah jarum jam. Gambar 4.7. Pembubutan permukaan diawali dari luar bagian kanan benda kerja

c. PembubutanPembuatan Lubang Senter

Pembubutanpembuatan lubang senter bor dengan bor senter centre drill pada permukaan ujung benda kerja Gambar 4.8, tujuannya adalah agar pada ujung benda kerja memiliki dudukan apabila didalam proses pembubutannya memerlukan dukungan senter putar atau sebagai pengarah sebelum melakukan pengeboran Gambar 4.9. Gambar 4.8. Pembubutan lubang senter pada permukaan ujung benda kerja 147 Gambar 4.9. Fungsi lubang senter bor sebagai dudukan senter putar dan pengarah pengeboran Untuk menghindari terjadinya patah pada ujung mata sayat bor senter akibat kesalahan prosedur, ada beberapa persyaratan dalam membuat lubang senter pada mesin bubut selain yang dipersyaratan sebagaimana pada saat meratakan permukaan benda kerja yaitu penonjolan benda kerjanya tidak boleh terlalu panjang dan untuk benda kerja yang berukuran panjang harus ditahan dengan penahan benda kerja steady rest, persyaratan lainnya adalah: a Sumbu Senter Spindel Mesin Harus Satu Sumbu Dengan Kepala Lepas Persyaratan utama sebelum melakukan proses pembuatan lubang senter pada mesin bubut adalah, sumbu senter kepala lepas harus diseting kelurusannyakesepusatannya terlebih dahulu dengan sumbu senter spindel mesin yang berfungsi sebagai dudukan atau pemegang benda kerja. Apabila kedua sumbu senter tidak lurussepusat, kemungkinan akan terjadi patah pada ujung senter bor lebih besar, karena pada saat bor senter digunakan akan mendapatkan beban gaya puntir yang tidak sepusat. Seting atau menyetel kelurusan sumbu senter kepala lepas terhadap sumbu senter spindel mesin ada dua cara yaitu, apabila menghendaki hasil yang presisi adalah dengan cara menggunakan alat bantu batang pengetes dan dial indikator yang cara penggunaannya dapat dilihat pada Gambar 4.10 dan apabila menghendaki hasil yang tidak terlalu presisistandar adalah dengan cara mempertemukan kedua ujung senter Gambar 4.11. 148 Gambar 4.10. Mengatur kesepusatan sumbu dengan alat bantu batang pengetes dan dial indikator Gambar 4.11. Mengatur kesepustan sumbu senter dengan mempertemukan kedua ujung senter Didalam menyeting kesepusatan senter sumbu, apabila sumbu senter kepala lepas tidak sepusatlurus dengan sumbu senter spindel mesin, caranya adalah dengan mengendorkan terlebih dahulu pengikat kepala lepas dari pengikatan meja mesin yaitu dengan mengendorkan baut pengencangnya atau handel yang telah tersedia, baru kemudian atur sumbu kepala lepas dengan menggeser arah kirikanan dengan mengatur baut yang ada pada sisi samping bagian bawah bodi kepala lepas Gambar 4.12, sampai mendapatkan kesepusatan kedua sumbun senternya. 149 Gambar 4.12. Kepala lepas dan baut pengatur pergeseran Kegiatan penyetelan sumbu senter ini, sekaligus dapat digunakan sebagai acuan pada saat melakukan proses pembubutan lainnny. Misalnya pada proses pembubutan lurus yang menggunakan penahan senter putar, pembubutan lurus diantara dua senter, pengeboran, perimeran atau pembubutan lainnya yang memerlukan kesepusatan kedua sumbu senter. b Permukaan harus benar-benar rata Permukaan benda kerja sebelum dibuat lubang senter harus benar-benar rata terlebih dahulu atau dilakukan pembubutan muka atau facing Gambar 4.13, dengan tujuan agar senter bor pada saat pemakanaan awal menyentuh permukaan benda kerja tidak mendapat beban kejut dan gaya puntir yang diterima merata pada ujung mata sayatnya sehingga aman . Gambar 4.13. Permukaan benda kerja harus benar-benar rata selum pembuatan lubang senter Baut pengatur 150 c Putaran Mesin Harus Sesuai Ketentuan Putaran mesin bubut pada saat pembuatan lubang senter bor harus sesuai ketentuan yaitu, selain besarnya putaran mesin harus sesuai dengan perhitungan arah putarannya tidak boleh terbalik putaran mesin harus berlawanan arah jarum jam - Gambar 4.14. Gambar 4.14. Putaran mesin bubut harus berlawanan dengan arah jarum jam Perhitungan dalam menetapkan putaran mesin pada saat pembuatan lubang senter yang dijadikan acuan dasar perhitungan adalah diameter terkecil D1 pada ujung mata sayatnya. Sedangkan untuk kedalaman lubang senter bor tidak ada ketentuanketetapan yang baku yaitu tergantung digunakan untuk apa, sebagai pengarah pengeboran atau sebagai dudukan ujung senter putar yang befungsi untuk menahan benda kerja pada saat dalakukan pembubutan. Untuk mengakomodasi kedua proses tersebut, maka pada umumnya kedalaman lubang senter bor dibuat antara 13 s.d 23 pada bagian tirus yang besar sudutnya 60º Gambar 4.15. 151 bar 4.15. Dimensi bor senter centre drill dan hasil pembubutan lubang senter bor

d. Pembubutan LurusRata

Yang dimaksud pembubutan lurus adalah, proses pembubutan untuk mendapatkan permukaan yang lurus dan rata dengan diameter yang sama antara ujung satu dengan ujung lainnya. Proses pemembubutan ratalurus, ada beberapa cara pemegangan atau pengikatannya yaitu tergantung dari ukuran panjangnya benda kerja. Pengikatan benda kerja yang berukuran relatif pendek, dapat dilakukan dengan cara langsung diikat menggunakan cekam mesin Gambar 4.16. Pengikatan benda kerja yang berukuran relatif panjang, pada bagian ujung yang menonjol keluar ditahan dengan senter putar Gambar 4.17. Sedangkan pengikatan benda kerja yang berukuran realatif panjang yang dikawatirkan akan terjadi getaran pada bagian tengahnya, selain pada bagian ujung benda kerja yang menonjol keluar ditahan dengan senter putar, juga pada bagian tengahnya harus ditahan dengan penahan benda kerjasteady ress Gambar 4.18. Gambar 4.16. Pembubutan lurus dengan cekam mesin 152 Gambar 4.17. Pembubutan lurus, benda kerja ditahan dengan senter putar Gambar 4.18. Pembubutan lurus benda kerja ditahan dengan senter putar dan tengahnya ditahan dengan steady rest Ketiga cara pengikatan benda kerja tersebut diatas, adalah cara pembubutan lurus yang tidak dituntut kesepusatan dan kesejajaran diameternya dengan kedua lubang senter bornya. Apabila pada diameter benda kerja yang dituntut harus sepusat dan sejajar dengan kedua lubang senter bornya karena masih akan dilakukan proses pemesinan berikutnya, maka pengikatannnya harus dilakukan dengan cara diantara dua sentar Gambar 4.19. 153 Gambar 4.19. Pembubutan lurus diantara dua senter Untuk mendapatkan hasil pembubutan yang lurus terutama yang pengiktannya menggunakan penahan senter putar dan diantara dua senter, yakinkan bahwa sumbu senter kepala lepas harus benar-benar satu sumbusepusat dengan sumbu senter spindel mesin, karena apabila tidak hasil pembubutannya akan menjadi tirus atau tidak lurus.

e. Pembubutan Tirus Taper

Yang dimaksud dengan pembubutan tirus adalah, proses pembubutan sebuah benda kerja dengan hasil ukuran diameter yang berbeda antara ujung satu dengan yang lainnya Gambar 4.20. Perbedaan diameter tersebut tentunya ada unsur kesengajaan karena hasil ketirusannya akan digunakan untuk tujuan tertentu. Gambar 4.20. Pembubutan tirus Proses pembubutan tirus pada prinsipnya sama dengan proses pembubutan lurus yaitu akan terjadi pemotongan apabila putaran mesin berlawanan arah dengan mata sayat pahat bubutnya, yang berbeda adalah dalam melakukan pemotongan 154 gerakan pahatnya disetel atau diatur mengikuti sudut ketirusan yang dikehendaki pada benda kerja. Pembubutan tirus dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya: Untuk pembubutan tirus yang pendek ukurann panjangya dengan cara membentuk pahat bubut Gambar 4.21, untuk pembubutan tirus yang sedang ukuran panjangnya dengan cara menggeser eretan atas Gambar 4.22, untuk pembubutan tirus bagian luar yang relatif panjang ukurannya dengan menggeser kedudukan kepala lepas Gambar 4.23 dan untuk pembubutan tirus bagian luardalam yang relatif panjang ukurannya dengan menggunakan perlengkapan tirustaper attachment Gambar 4.24. Gambar 4.21. Pembubutan tirus dengan membentuk pahat pahat bubut Gambar 4.22. Pembubutan tirus dengan menggeser eretan atas 155 Gambar 4.23. Pembubutan tirus dengan menggeser kedudukan kepala lepas Gambar 4.24. Pembubutan tirus dengan menggunakan perlengkapan tiirus Untuk memenuhi tuntutan kompetensi yang terdapat pada tujuan kegaiatan pembelajaran, pada materi ini hanya akan dibahas pembubutan tirus dengan memenggeser eretan atas dan cara pembubutan tirus yang lain akan dibahas pada buku teks bahan ajar jilid berikutnya. a Macam-macam Standar Ketirusan Pelaksanakan pembubutan tirus, terdapat beberapa macam standar ketirusan yang dapat dijadikan sebagai acuan diantaranya:  Tirus Mandril Mandrel Taper Tirus mandril memililki standar ketirusan 1:2000 mm, artinya sepanjang 2000 mm perbedaan diameter satu dengan lainnya sebesar 1 mm. Penggunaan tirus mandril ini hanya terbatas untuk mengikat benda kerja 156 yang akan dilakukan proses pemesinan berikutnya, dengan cara dipreskan pada lubang benda kerja yang sebelumnya sudah dipersiapkan terlebih dahulu dengan toleransi yang standar.  Tirus Jacobs Jacobs Tapers Tirus Jacobs memililiki standar ketirusan nomor 0 s.d 33, dengan perbandingan ketirusan sebagaimana pada tabel 4.4. Tirus jenis ini digunakan pada perlengkapan mesin-mesin bubut dan mesin bor. Tabel 4.4. Standar Tirus Jacobs Taper No. Large End Small End Length Taper Foot Taper Inch Angle From Center 0.2500 0.2284 0.44 .5915 .0493 1.4117 1 0.3840 0.3334 0.66 .9251 .0771 2.2074 2 0.5590 0.4876 0.88 .9786 .0816 2.3350 2 Short 0.5488 0.4876 0.75 .9786 .0816 2.3350 3 0.8110 0.7461 1.22 .6390 .0532 1.5251 4 1.1240 1.0372 1.66 .6289 .0524 1.5009 5 1.4130 1.3161 1.88 .6201 .0517 1.4801 6 0.6760 0.6241 1.00 .6229 .0519 1.4868 33 0.6240 0.5605 1.00 .7619 .0635 1.8184  Tirus Morse Morse Tapers – TPM Tirus morse memililiki standar ketirusan nomor 0 s.d 7, dengan perbandingan ketirusan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.1. Tirus jenis ini banyak digunakan pada tangkai bor, spindel mesin bor dan perlengkapan mesin bubut. 157 Tabel 4.1. Standar Tirus Morse Taper No. Large End Small End Length Taper Foot Taper Inch Taper mm Angle From Center 0.3561 0.2520 2.00 .6246 .0521 19.212 1.4908 1 0.4750 0.3690 2.13 .5986 .0499 20.047 1.4287 2 0.7000 0.5720 2.56 .5994 .0500 20.020 1.4307 3 0.9380 0.7780 3.19 .6024 .0502 19.922 1.4377 4 1.2310 1.0200 4.06 .6233 .0519 19.922 1.4876 4,5 1.5000 1.2660 4.50 .6240 .0520 19.230 1.4894 5 1.7480 1.4750 5.19 .6315 .0526 19.002 1.5073 6 2.4940 2.1160 7.25 .6257 .0521 19.180 1.4933 7 3.2700 2.7500 10.00 .6240 .0520 19.230 1.4894  Tirus Brown dan Sharp Brown dan Sharp Tapers – BS Tirus Brown dan Sharp memililiki standar ketirusan nomor 1 s.d 18, dengan perbandingan ketirusan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.2. Tirus jenis ini digunakan pada tangkai pemegang pisau frais, dan lubang sleeve pada spindel mesin frais. Tabel 4.2. Standar Tirus Brown dan Sharp Taper No. Large End Small End Length Taper Foot Taper Inch Angle From Center 1 0.2392 0.2000 0.94 .5020 .0418 1.1983 2 0.2997 0.2500 1.19 .5020 .0418 1.1983 3 0.3753 0.3125 1.50 .5020 .0418 1.1983 4 0.4207 0.3500 1.69 .5024 .0419 1.1992 5 0.5388 0.4500 2.13 .5016 .0418 1.1973 6 0.5996 0.5000 2.38 .5033 .0419 1.2013 7 0.7201 0.6000 2.88 .5015 .0418 1.1970 158 8 0.8987 0.7500 3.56 .5010 .0418 1.1959 9 1.0775 0.9001 4.25 .5009 .0417 1.1955 10 1.2597 1.0447 5.00 .5161 .0430 1.2320 11 1.4978 1.2500 5.94 .5010 .0418 1.1959 12 1.7968 1.5001 7.13 .4997 .0416 1.1928 13 2.0731 1.7501 7.75 .5002 .0417 1.1940 14 2.3438 2.0000 8.25 .5000 .0417 1.1935 15 2.6146 2.2500 8.75 .5000 .0417 1.1935 16 2.8854 2.5000 9.25 .5000 .0417 1.1935 17 3.1563 2.7500 9.75 .5000 .0417 1.1935 18 3.4271 3.0000 10.25 .5000 .0417 1.1935 - Tirus Jarno Jarno Tapers Tirus Jarno memililiki standar ketirusan nomor 2 s.d 20, dengan perbandingan ketirusan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.3. Tirus jenis ini digunakan pada perlengkapan mesin-mesin bubut dan mesin bor yang berukuran kecil. Tabel 4.3. Standar Tirus Jarno Taper N0. Large End Small End Length Taper Foot Taper Inch Angle From Center 2 0.2500 0.2000 1.00 .6000 .0500 1.4321 3 0.3750 0.3000 1.50 .6000 .0500 1.4321 4 0.5000 0.4000 2.00 .6000 .0500 1.4321 5 0.6250 0.5000 2.50 .6000 .0500 1.4321 6 0.7500 0.6000 3.00 .6000 .0500 1.4321 7 0.8750 0.7000 3.50 .6000 .0500 1.4321 8 1.0000 0.8000 4.00 .6000 .0500 1.4321 159 9 1.1250 0.9000 4.50 .6000 .0500 1.4321 10 1.2500 1.0000 5.00 .6000 .0500 1.4321 11 1.3750 1.1000 5.50 .6000 .0500 1.4321 12 1.5000 1.2000 6.00 .6000 .0500 1.4321 13 1.6250 1.3000 6.50 .6000 .0500 1.4321 14 1.7500 1.4000 7.00 .6000 .0500 1.4321 15 1.8750 1.5000 7.50 .6000 .0500 1.4321 16 2.0000 1.6000 8.00 .6000 .0500 1.4321 17 2.1250 1.7000 8.50 .6000 .0500 1.4321 18 2.2500 1.8000 9.00 .6000 .0500 1.4321 19 2.3750 1.9000 9.50 .6000 .0500 1.4321 20 2.5000 2.0000 10.00 .6000 .0500 1.4321 - Tirus BT BT Tapers Tirus BT memililiki standar perbandingan ketirusan 7: 24, artinya sepanjang 24 mm perbedaan diameter satu dengan lainnya sebesar 7 mm. Tirus jenis ini ditandai dengan nomor BT 30 s.d 50 sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.5. Tirus jenis ini digunakan pada tangkai pemegang pisau frais, dan lubang sleeve pada spindel mesin frais. Tabel 4.5. Standar Tirus BT Size D1 D2 D3 L F A G BT30 1.250 31.75 1.811 46.00 1.906 48.40 0.866 22.00 0.079 2.00 M12 thread BT35 1.500 38.10 2.087 53.00 2.224 56.50 0.945 24.00 0.079 2.00 M12 thread BT40 1.750 44.45 2.480 63.00 2.575 65.40 1.063 27.00 0.079 2.00 M16 thread BT45 2.250 57.15 3.346 85.00 3.260 82.80 1.299 33.00 0.118 3.00 M20 thread BT50 2.750 69.85 3.937 100.00 4.008 101.80 1.496 38.00 0.118 3.00 M24 thread 160 - Tirus Pena Pin Tapers Tirus Pena memililki standar ketirusan 1:50 mm, artinya perbandingan ketirusan adalah sepanjang 50 mm perbedaan diameter satu dengan lainnya sebesar 1 mm. Tirus jenis ini digunakan sambungan komponen satu dengan lainnya. b Pembubutan Tirus Dengan Eretan Atas Pembubutan tirus dengan eretan atas, adalah pembubutan tirus dengan cara menggeser atau mengatur kedudukan sudut eretan atas dari pusat sumbunya sebesar derajat yang dikehendaki Gambar 2.25. Keuntungan pembubutan tirus dengan eretan atas adalah , dapat membuat tirus pada bagian dalam dan luar dan dapat membentuk ketirusan yang besar. Sedangkan kekurangannya adalah, tidak dapat dikerjakan secara otomatis, sehingga harus selalu dilakukan dengan manual dan tidak dapat melakukan pembubutan tirus yang panjang karena langkah geraknya terbatas pada panjang pengarah gerakan eretan atas. Gambar 4.25. Pembubutan tirus dengan menggeser eretan atas c Dasar Perhitungan Pembubutan Tirus Dengan Menggeser Eretan Atas Pembubutan tirus akan menghasilkan benda kerja yang memiliki ukuran yang berbeda diameter satu dengan lainnya pada panjang tertentu Gambar 4.26, shingga didalam proses pembubutanya diperlukan perhitungan agar mendapatkan tirus sesuai tuntutan pekerjaan. 161 Gambar 4.26. Dimensi benda kerja tirus Berdasarkan gambar diatas, maka pembubutan tirus dengan menggeser eretan dapat dicarai dengan rumus: �� � = D −d 2 l �� � = D − d 2l Keterangan: D = diameter besar d = diameter kecil l = panjang Contoh 1: Sebuah benda kerja berdiameter D= 60 mm, panjang 60 mm, akan dilakukan pembubutan tirus dengan diameter kecilnya d= 44 mm. Pertanyaannya adalah, berapa besar pergeseran eretan atasnya?. Jawaban: l . 2 d D α tg   133 , 2.60 44 60 α tg     = 7° 35 40,72” Jadi pergeseran eretan atasnya sebesar 7° 35 40,72” D d l 162 Contoh 2: Sebuah benda kerja berdiameter D= 55 mm, panjang 75 mm, akan dilakukan pembubutan tirus dengan diameter kecilnya d= 42 mm. Pertanyaannya adalah, berapa besar pergeseran eretan atasnya?. Jawaban: l . 2 d D α tg   087 , 2.75 42 5 5 α tg    = 4° 57 11,73 ” Jadi pergeseran eretan atasnya sebesar 4° 57 11,73” d Proses Pembubutan tirus Dengan Menggeser Eretan Atas Proses pembubutan tirus dengan eretan menggeser eretan atas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, pertama: langsung mengatur pergeseran eretan atas dengan mengacu pada garis-garis derajatnya sesuai data atau perhitungan yang ada Gambar 4.27, kedua: pengaturan pergeseran eretan atas dengan cara mengemalkanmengkopi pada batang tirus yana sudah standar dengan alat bantu dial indikator Gambar 4.28. Cara kedua ini hasilnya akan lebih presisi dibandingkan dengan yang pertama. Gambar 4.27. Pengaturan pergeseran eretan atas berdasarkan hasil perhitungan 163 Gambar 4.28. Pengaturan pergeseran eretan atas berdarkan batang tirus standar

f. Pembubutan Alur Groove

Yang dimaksud pembubutan alur adalah, proses pembubutan benda kerja dengan tujuan membuat alur pada bidang permukaan luar dan dalam atau pada bagian depannya sesuai tuntutan pekerjaan Gambar 4.29. Gambar 4.29. Pengaluran dengan berbagai posisi a Macam-macam bentuk alur Sesuai dengan fungsinya bentuk alur ada tiga jenis yaitu: berbentuk kotak, radius, dan V Gambar 4.30. Fungsi alur pada sebuah benda kerja adalah, pertama: untuk pembubutan alur pada poros lurus, berfungsi memberi kebebasanspace pada saat benda kerja dipasangkan dengan elemenkomponen lainnya atau memberi jarak bebas pada proses penggerindaan terhadap suatu poros; kedua: untuk pembubutan alur pada ujung ulir, tujuannya agar bautmur dapat bergerak penuh sampai pada ujung ulir Gambar 4.31. 164 Gambar 4.30. Macam-macam bentuk alur Gambar 4.31. Fungsi alur untuk berbagai proses manufaktur b Proses pembubutan alur Untuk membentuk berbagai bentuk alur tersebut, pahat yang digunakan diasah terlebih dengan mesin gerinda yang bentuk disesuaikan dengan bentuk alur yang akan dibuat. Kecepatan potong yang digunakan pada saat pembubutan alur disarankan sepertiga sampai dengan setengah dari kecepatan potong bubut rata, karena bidang potong pada saat proses pengaluran relatif lebar.  Pemasangan Pahat Persyaratan pemasangan pahat untuk proses pembubutan alur, pada prinsipnya sama dengan memasang pahat bubut untuk proses pembubutan lainnya yaitu harus setinggi senter. Namun untuk menghindari terjadinya hasil pengaluran lebarnya melebihi dari lebar 165 pahat alurnya, pemasangan pahat harus benar-benar tegak lurus terhadap sumbu mesin Gambar 4.32. Gambar 4.32. Pemasangan pahat alur  Pemasangan Benda Kerja Persyaratan pemasangan benda kerja pada proses pembubutan alur, pada prinsipnya sama dengan memasang benda kerja untuk proses pembubutan lainnya yaitu selain harus harus kuat, untuk benda kerja yang memiliki ukuran panjang relatif pendek pengikatannya dapat dilakukan langsung dengan cekam mesin Gambar 2.33. Gambar 4.33. Pengaluran benda kerja dengan pengiktan cekam mesin 166 Untuk benda kerja yang memiliki ukuran relatif panjang pengikatan pada ujungnya harus ditahan atau didukung dengan senter putar Gambar 2.34. Hal ini dilakukan agar kedudukan benda kerja stabil dan tidak bergetar, sehingga hasil pengaluran maksimal dan pahat yang digunakan tidak rawan patah. Gambar 4.34. Pengaluran benda kerja dengan pendukung senter putar

g. Pembubutan Bentuk Profil

Pembubutan profil adalah proses pembubutan untuk membentuk permukaan benda kerja dengan bentuk sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Dalam membentuk permukaan benda kerja dapat dilakukan dengan cara mengatur gerakan pahat secara manual atau menggerakkan pahat secara otomatis dengan menggunakan perlengkapan bubut copy Gambar 4.35 dan cara lainnya adalah dengan membentuk pahat bubut yanag akan digunakan sesuai bentuk yang diinginkan Gambar 4.36. Gambar 4.35. Pembubutan profil dengan gerakan pahat 167 Gambar 4.36. Pembubutan profil dengan pahat bubut bentuk Pada proses pembubutan profil yang menggunakan pahat bubut bentuk, karena bidang mata sayatnya yang memotong lebar, maka disarankan pemakanan dan kecepatan putarnya tidak boleh besar yaitu pendekatnnya sama pada saat melakukan pembubutan alur, sehingga dapat memperkecil terjadinya beban lebih dan gesekan yang tinggi terhadap pahat.

h. Pemotongan Pada mesin Bubut Cutting off

Yang dimaksud pemotongan pada mesin bubut adalah, proses pemotongan benda kerja yang dilakukan menggunakan mesin bubut. Proses pemotongan pada mesin bubut, pada umumnya dilakukan apabila ingin menyelesaikan atau mendekatkan ukuran panjang dari benda kerja hasil proses sebelumnya karena benda kerja tidak memungkinkan untuk dicekam pada posisi sebalikannya atau tidak dapat dipotong dengan proses lain. Ada beberapa persyaratan umum yang harus dilakukan pada proses pemotongannya diantaranya: menggunakan pahat potong yang standar geometrinya, pemasangan benda kerja harus kuat dan tidak boleh terlalu menonjol keluar dari rahang cekam untuk benda kerja yang berukuran pendek, , pemasangan pahat potong harus kuat dan tidak boleh terlalu menonjol keluar dari dudukannya, gunakan putaran mesin antara 14 s.d 13 putaran normal, bagian yang akan dipotong harus sedikit lebih lebar dibandingkan dengan lebar mata pahatnya agar pahat tidak terjepit, dan untuk pemotongan benda yang berukuran panjang boleh menggunakan penahan senter putar dengan catatan mengikuti prosedur yang benar. 168 1 Geometri Pahat Bubut Potong Untuk mendapatkan hasil pemotongan yang baik, pahat potong yang digunakan harus memiliki geometri sesuai ketentuan. Misalnya untuk menghindari terjepitnya pahat pada saat digunakan memotong benda kerja yang berdiameter besar sehingga memerlukan kedalaman pemotonngan yang relatif dalam, maka sebaiknya pengasahan pada sisi pahat potong dibuat mengecil ke belakang anatara 1º s.d 2 º Gambar 4.37. Gambar 4.36. Geometri Pahat potong 2 Pemasangan Pahat Potong Selain yang telah dipersyaratkan tersebut diatas, pemasangan pahat potong harus benar-benar setinggi sumbu senter Gambar 4.37, karena apabila tidak setinggi sumbu senter akan berpengaruh besar terhadap perubahan geometrinya terutama pada sudut bebas potong bagian depan. Apabila pemasangan terlalu tinggi dari sumbu senter pengaruhnya tidak akan dapat melakukan pemotongan, karena ujung mata potongnya berubah pada posisi diatas sumbu senter dan apabila terlalu rendah, pahat akan mendapat gaya potong yang relatif besar sehingga rawan patah dan juga benda kerja akan terangakat keatas. 169 Gambar 4.37. Pemasangan Pahat potong 3 Proses pemotongan Proses pemotongan benda kerja pada mesin bubut, pada umumnya akan dihadapkan pada ukuran yang pendek dan panajang. Untuk benda kerja uyang berukuran pendek dapat dilakukan dengan cara pencekam langsung dengan cekam mesin Gambar 4.38. Gambar 4.38. Proses pemotongan benda kerja berukuran pendek. Untuk melakukan pemotongan benda kerja yang panjang diperbolehkan ditahan menggunakan senter putar, akan tetapi pemotongannya tidak boleh dilakukan sampai putus atau disisakan sebagian untuk kemudian digergaji, atau dilanjutkan dengan dengan pahat tersebut tetapi tanpa didukung dengan senter dengan tujuan untuk menghindari terjadinya pembengkokan benda kerja dan 170 patahnya pahat Gambar 4.39. Cara lain untuk melakukan pemotongan benda kerja yang panjang, yaitu dengan mendukung benda kerja pada ujungnya dengan penahan bena kerja steady rest Gambar 4.40 Gambar 4.39. Pemotongan benda kerja berukuran panjang. Gambar 4.40. Menahan benda kerja sebelum dipotong dengan steady rest

i. Pembubutan Ulir Pada Mesin bubut

Proses pembubutan ulir pada mesin bubut standar, pada dasarnya hanyalah alternatif apabila jensis ulir yang diperlukan tidak ada dipasaran umum atau jenis ulir yan dibuat hanya untuk keperluan khusus. Mesin bubut standar didesain tidak hanya untuk membuat ulir saja, sehingga untuk melakukan pembubutan ulir memerlukan waktu yang relatif lama, hasilnya kurang presisi dan banyak teknik- teknik yang harus dipahami sebelum melakukan pembubutan ulir. Pembuatan ulir dengan jumlah banyak atau produk masal, pada umunya dilakukan atau diproses dengan cara diantaranya: diroll, dicetak, dipress dan diproses pemesinan dengan mesin yang desainnya hanya khusus digunakan untuk membauat ulir sehingga prosesnya cepat dan hasilnya presisi. Dari berbagai cara 171 yang telah telah disebutkan diatas, pada proses pembuatannya harus tetap mengacu dan berpedoman pada standar umum yang telah disepakti, yaitu meliputi nama-nama jenis ulirnya, nama-nama bagiannya, ukurannya, toleransinya dan peristilahan-peristilahannya sehingga hasilnya dapat digunakan sesusai keperuntukannya. 1 Bagian-bagian ULir Pada Ulir terdapat beberapa bagian yang dengan peristilahan nama tertentu diantaranya, pada bagian lingkaran ulir terdapat gang pitch-P dan kisar lead- L. Pengertian “gang” adalah jarak puncak ulir terdekat dan pengertian “kisar” adalah jarak puncak ulir dalalam satu putaran penuh Gambar 4.41. Bila dilihat dari jumlah uliranya, jenis ulir dapat dibagi menajadi dua jenis yaitu: ulir tunggal Single thread dan ulir gandamajemuk Multiple thread. Disebut ulir tunggal apabila dalam satu kali keliling benda kerja hanya terdapat satu alur ulir dan disebut ulir gandamajemuk jika mempunyai lebih dari satu alur ulir dalam satu keliling lingkaran. Gambar 4.41. Ulir tunggal kanan Bila dilihat dari arah uliranya, jenis ulir dapat dibagi menajadi dua jenis yaitu: ulir kanan righ hand screw thread dan ulir kiri left hand screw thread. Disebut ulir kanan apabila ulirannya mengarah kekanan Gambar 4.42, dan disebut ulir kiri apabila arah ulirannya mengarah kekiri Gambar 4.43. 172 Gambar 4.42. Ulir tunggal kanan dan arah uir . Gambar 4.3. Ulir tunggal kiri dan arah ulir Selain itu ulir juga memiliki standar nama ukuran yang baku, diantaranya diameter terbesar atau nomilal mayor diameter, diameter tusuk pitch diameter dan diameter terkecil atau diameter kaki minor diameter. Nama ulir bagian luar dan ulir bagian dalam dapat dilihat pada Gambar 4.44. Sedangkan mama-nama bagian ulir luar secra lengkap dapat dilihat pada Gambar 4.45. Gambar 4.44. Nama-nama bagian ulir luar dan dalam 173 Gambar 4.45. Nama-nama bagian ulir luar 2 Standar Ulir Untuk Penggunaan Umum Didalam melakukan pembubutan ulir untuk penggunaan umum harus mengacu pada standar yang telah ditetapakan pada gambar kerja. Terdapat macam- macam standar ulir yang dapat dijadikan acauan, sehingga hasil penguliran sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Macam-macam standar ulir untuk penggunaan umum diantaranya: a Metrik V Thread Standard Jenis ulir Metrik V Thread Standard atau biasa disebut ulir segitiga metrik, adalah salah satu jenis ulir dengan satuan milimeter mm dengan total sudut ulir sebesar 60º Gambar 4.46. Selain itu ulir metrik memiliki kedalaman ulir baut luar 0,61P dengan radius pada dasar ulirnya 0,7 P dan kedalaman ulir murnya dalam 0,54 P dengan radius pada dasar ulirnya 0,07 P. Gambar 4.47. 174 Gambar 4.46. Sudut ulir metrik Gambar 4.47. Kedalaman ulir standar metrik Untuk operasional dilapangan, penulisan ulir metrik diberi lambang M yang disertai diameter nominal dan gangkisar ulirnya. Misalnya M 12x1,75 artinya: standar ulir mertrik dengan diameter nominal 12 mm dan gangkisarnya 1,75 mm. b British Standard Whitworth Thread BSW Jenis ulir British Standard Whitworth Thread BSW atau biasa disebut ulir standar whitwhorth, adalah salah satu jenis ulir dengan satuan inchi 1 inchi= 1mm dengan total sudut ulir sebesar 55º, kedalaman ulir total 0,96 P, kedalaman ulir riil 0,64 dan pada dasar dan puncak ulirnya memiliki radius 0,137 inchi. Gambar 4.48. 175 Gambar 4.48. Dimensi ulir whitwhorth Untuk operasional dilapangan, penulisan ulir whitworth diberi lambang BSW atau W yang disertai diameter nominal dan gangkisar ulirnya. Misalnya W 12x14 artinya: standar ulir whitworth dengan diameter nominal 12 inchi dan gangkisarnya 14 sepanjang satu inchi. c British standard Fine Thread BSF Jenis ulir British standard Fine Thread BSF, memiliki satuan dan profil yang sama dengan jenis ulir standar whitwhorth yaitu memiliki total sudut ulir sebesar 55º, kedalaman ulir total 0,96 P, kedalaman ulir riil 0,64 dengan pada dasar dan puncak ulirnya 0,1 d Unified National Coarse Thread UNC Jenis ulir Unified National Coarse Thread UNC, memiliki total sudut 60º dengan kedalaman ulir baut luar 0,614 P dan kedalaman ulir murnya dalam 0,54 P Gambar 4.49. 176 Gambar 4.49. Dimensi ulir unified national coarse thread UNC, e Unified National Fine Thread UNF Jenis ulir Unified National Fine Thread UNC memiliki profil yang sama dengan Jenis ulir Unified National Coarse Thread UNC, perbedaannya kisar ulirnya lebih halus. f British Association Thread BA Jenis ulir British Association Thread BA atau bisa disebut ulir bola, memiliki total sudut 47,5º dengan kedalaman ulir 0,6 P dan radius pada ujung ulir memiliki radius 0,18 P Gambar 4.50. Gambar 4.50. Dimensi ulir british association thread BA 177 3 Standar Ulir Untuk Penggunaan Transmisi Berat Dan Gerak Didalam melakukan pembubutan ulir untuk penggunaan transmisi berat dan gerak harus mengacu pada standar yang telah ditetapakan pada gambar kerja. Terdapat macam-macam standar ulir yang dapat dijadikan acauan, sehingga hasil penguliran sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Macam-macam standar ulir untuk penggunaan umum diantaranya: 1 Square Thread Form Jenis ulir Square Thread Form atau biasa disebut ulir segi empat, adalah salah satu jenis ulir dengan bentuk ulirnya segi empat denagnbentuk sudut yang siku Gambar 4.51. Gambar 4.51. Dimensi ulir Square Thread Form 2 Acme Trhead Form Jenis ulir acme trhead form atau biasa disebut ulir Acme, adalah salah satu jenis ulir dengan bentuk ulirnya trapesium dan sudut ulirnya 29º dan lebar puncak ulirnya 0,37 P Gambar 4.52. Gambar 4.52. Dimensi ulir acme trhead form 178 3 Metrik ISO Trapezoidal Tread Jenis ulir metrik iso trapezoidal tread atau biasa disebut ulir trapesium, adalah salah satu jenis ulir dengan bentuk ulirnya trapesium dan sudut ulirnya 30º Gambar 4.53. Gambar 4.53. Dimensi ulir metrik iso trapezoidal tread 4 Batres Tread Jenis ulir Batres Tread atau biasa disebut ulir gergaji terdapat dua jenis yaitu, pertama: ulir gergaji dengan sudut total ulirnya 45º dan kedalaman ulirnya 0,75 P Gambar 4.54a, kedua: ulir gergaji dengan sudut total ulirnya 50º dan kedalaman ulirnya sama yaitu 0,75 P Gambar 4.54b. Gambar 4.54. Dimensi ulir metrik iso trapezoidal tread 4 Teknik Dasar Pembubutan ULir Segitiga Pada proses pembubutan ulir segitiga selain harus mengikuti dan ketentuan sebagaimana pada proses pembubutan lainnya, ada beberapa teknik dasar lain a b 179 yang harus dipahami sebelum melakukan pembubutan ulir. Beberapa teknik yang mendasari proses pembubutan ulir tersebut diantaranya: a Metoda Pemotongan Ulir Segitiga Metoda Pemotongan ulir pada mesin bubut dapat dilakukan dengan tiga cara diantaranya:  PemotonganTegak lurus terhadap sumbu dengan eretan lintang Yang dimaksud pemotongan ulir dengan cara tegak lurus terhadap sumbu adalah, proses pembubutan ulir pemakanannya dilakukan dengan cara posisi pahat ulir maju terus tegak lurus terhadap sumbu sehingga pahat bubut mendapatkan beban yang lebih besar karena ketiga sisi mata sayat melakukan pemotongan bersama-sama Gambar 4.55. Keuntungan cara pemotongan ulir seperti ini adalah, lebih cepat, halus dan mudah cara melakukannya. Sedangkan kekurangannya adalah, beban pahat lebih besar karena ketiga mata sayat pahat bubut serentak melakukan pemotongan dan pahat cepat panas sehingga cenderung cepat rusak. Cara pemotongan seperti ini disarankan hanya digunakan untuk pemotongan ulir yang memiliki ukuran gangkisar kecil. Gambar 4.55. Pembubutan ulir dengan cara tegak lurus  Pemotongan Miring dengan menggeser eretan atas Yang dimaksud pemotongan ulir miring dengan menggeser eretan atas adalah, proses pembubutan ulir pemakanannya dilakukan dengan cara pahat dimiringkan sebesar stengah sudut ulir dengan memiringkan 180 dudukan pada eretan atas Gambar 4.56. Keuntungan cara pemotongan ulir seperti ini adalah, beban pahat lebih ringan dan tidak cepat panas. Sedangkan kekurangannya adalah prosesnya lebih lama dan hasil lebih kasar. Cara pemotongan seperti ini disarankan hanya digunakan untuk pemotongan ulir yang memiliki ukuran gangkisar sedang. Gambar 4.56. Pembubutan ulir dengan cara memiringkan eretan atas  Pemotongan Zig-zag Yang dimaksud pemotongan ulir dengan cara zig-zag adalah, proses pembubutan ulir dilakukan dengan cara pemakanan bervariasi yaitu pemakanan sampai pada kedalaman ulir tidak hanya tegak lurus menggunakan eretan lintang saja, melainkan pemakanan divariasi dengan menggeser eretan atas sebagai dudukan pahat ulir arah kekanan atau kekiri. Gambar 4.57. Keuntungan cara pemotongan ulir seperti ini adalah hasil pembubutan dan beban pahat ringan . Sedangkan kekurangannya adalah prosesnya lebih lama dan prosesnya memerlukan ketrampilan khusus. Cara pemotongan seperti ini disarankan hanya digunakan untuk pemotongan ulir yang memiliki ukuran gangkisar besar. 181 Gambar 4.57 Metoda pemotongan ulir dengan cara zig-zag b Arah Pemotongan Ulir Arah pemotongan ulir tergantung dari jenis ulirnya yaitu ulir kiri atau kanan. Apabila jenis ulirnya kanan, arah pemotongan ulirnya dimulai start awal dari posisi ujung benda kerja bagian kanan, dan untuk ulir kiri, arah pemotongan ulirnya dimulai start awal dari posisi ujung benda kerja bagian kiri Gambar 4.58. Gambar 4.58. Arah pemotongan ulir kanan dan kiri c Kedalaman Pemotongan Ulir Untuk mendapatkan kedalamam ulir yang standar pada proses pembubutan ulir segitiga, perlu memiliki acuan yang standar agar prosesnya efisien dan hasilnya dapat memenuhi sesuai tuntutan pekerjaan. Dari uraian materi sebelumnya telah dijelaskan bahwa, kedalaman ulir segitiga jenis metris untuk baud ulir luar kedalamannya sebesar “0,61 mm x Kisar”, dan untuk murnya ulir dalam kedalamannya sebesar “0,54 mm x Kisar”. Gambar 4.59. Ketentuan lain sebelum melakukan pemotongan ulir adalah, kurangi diameter nominal ulir sebesar 110.K atau d ulir = D nomina l x 110 K. 182 Gambar 4.59. Kedalaman pemotongan ulir metris d Proses Pemotongan ULir Segitiga Proses pemotongan ulir segitiga pada mesin bubut dapat menggunakan dua jenis pahat ulir yaitu pahat ulir mata potong tunggal atau majemuk. Pemotongan ulir luar baut dengan pahat mata potong satu dan majemuk dapat dilihat pada Gambar 4.60 dan pemotongan ulir dalam mur dengan pahat mata potong satu dan majemuk dapat dilihat pada Gambar 4.61. Gambar 4.60. Pemotongan ulir luar dengan pahat mata potong satu majemuk Gambar 4.61. Pemotongan ulir dalam dengan pahat mata potong satu majemuk 183 5 Langkah-langkah Pembubutan Ulir Segitiga Langkah-langkah dalam melaksanakan pembubutan ulir sigitiga adalah sebagai berikut: a Persiapan Mesin Persiapan mesin sebelum melaksanan pembubutan ulir diantaranya:  Chek kondisi mesin dan yakinkan bahwa mesin siap digunakan  Aktifkan sumber listrik dari posisi OF kearah ON  Tetapkan besarnya putaran mesin dan arah pemakananan  Persiapkan susunan roda gigi dalam kotak gigi gear box dan atur handel-handelnya sesuai dengan jenis dan kisar ulirgang yang akan dibuat berdasarkan tabel yang tersedia pada mesin. b Pelaksanan Pembubutan Ulir Segitiga  Siapkan benda kerja, poros atau lubang dengan diameter yang sesuaidiinginkan untuk dibuat ulir dan cekam benda kerja dengan kuat  Topangtahan ujung benda kerja dengan senter putar apabila benda kerja yang akan diulir berukuran yang panjang.  Laksanakan pembubutan benda kerja yang akan diulir sampai pada diameter nominal ulirnya 184  Apabila benda kerja sudah siap dilkukan penguliran, lanjutkan persiapan pembubutan ulir dengandaiwalai menyetel ketinggian pahat ulir dan eretan atas pada posisi sesuai ketentuan.  Laksanakan awal pembubutan ulir dengan kedalaman pemakanan diperkirakan tidak terlalu besar.  Lakukan pengecekan kisar ulir dengan mal kisar ulir sebelum dilanjutkan penguliran, dan jika kisar ulir sudah sesuai pembubutan ulir dapat dilnjutkan hingga selesai. 185  Pada pembubutan ulir yang tidak menggunakan loceng ulir, saat mengembalikan pahat pada posisi semula diperbolehkan dengan kecepatan putar yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan agar supaya prosesnya lebih cepat.  Untuk pembubutan ulir dengan loceng ulir, pada saat mengembalikan pahat ke ujung benda, tuas mur belah boleh dibuka apabila ulir transportir dengan ulir yang sedang dibuat satu sistem ukuran, misalnya sama-sama metris atau inci dan kisar poros transportir merupakan kelipatan bulat dari kisar ulir yang sedang dibuat.  Apabila pemakanan kedalaman ulir sudah sesuai perhitungan, sebelum dilepas ckeck atau coba dulu dengan mal ulir trhead gauge  Apabila pengepasan ulir sudah standar sesuai ketentuan, benda kerja baru boleh dilepas dari pencekamnnya.

j. Pengeboran Pada Mesin Bubut

Pengeboran drilling pada mesin bubut adalah pembuatan lubang dengan alat potong mata bor Gambar 4.62. Proses pengeboran pada mesin bubut, pada umumnya dilakukan untuk pekerjaan lanjutan diantaranya akan dilanjutkan untuk diproses: pengetapan, pembesaran lubang borring, rimer, ulir dalam dll. Masing- masing proses tersebut memiliki ketentuan sendiri dalam menetapkan diameter lubang bornya, maka dari itu didalam menentukan diameter bor yang akan digunakan untuk proses pengeboran di mesin bubut harus mempertimbangkan beberapa kepentingan diatas. 186 Gambar 4.62. Proses pengeboran pada mesin bubut 1 Persyaratan Pengeboran Pada Mesin Bubut Untuk menghindari terjadinya mata bor patah dan pembesaran lubang pada proses pengeboran di mesin bubut, ada beberapa persyaratan teknis yang harus dilakukan sebelum melakukan pengeboran yaitu pada prinsipnya hampir sama dengan persayarantan pada saat melakukan pembubutan permukaan dan membuat lubang senter bor diantaranya:  Penonjolan benda kerjanya tidak boleh terlalu panjang, dan untuk benda kerja yang berukuran panjang harus ditahan dengan penahan benda kerja steady rest.  Senter kepala lepas harus disetting kelurusannyakesepusatannya terlebih dahulu dengan sumbu senter spindel mesin yang berfungsi sebagai dudukan atau pemegang benda kerja.  Permukaan benda kerja sebelum dibuat lubang bor harus dibuat lubang pengarah dengan bor senter  Selain besarnya putaran mesin harus sesuai dengan perhitungan, arah putarannya tidak boleh terbalik putaran mesin harus berlawanan arah jarum jam 2 Langkah-langkah Pengeboran Pada Mesin Bubut Untuk mendapatkan hasil pengeboran sesuai dengan tuntutan pekerjaan, langkah-langkah pengeboran pada mesin bubut adalah sebagai berikut: 187 a Persiapan Mesin Untuk Pengeboran Persiapan mesin bubut sebelum melaksanan pengeboran diantaranya:  Chek kondisi mesin dan yakinkan bahwa mesin siap digunakan untuk melakukan pengeboran  Aktifkan sumber listrik dari posisi OF kearah ON  Hitung putaran mesin sesui dengan jenis bahan benda kerja dan diameter mata bor yang digunakan  Atur handel-handel mesin bubut, untuk mengatur besarnya putaran mesin dan arah putarannya putaran berlawanan arah jarum jam. b Pelaksaan Pengeboran  Siapkan benda kerja yang akan dilakukan pengeboran dan cekam benda kerja dengan kuat. Untuk benda kerja yang berukuran pendek, usahakan penonjolannya tidak terlalu keluar dari mulut rahang mesin bubut.  Topangtahan ujung benda kerja pada ujungnya dengan penahan benda kerja steady rest apabila benda kerja yang akan dilakukan pengeboran berukuran relatif panjang. 188  Ratakan permukaan benda kerja sebelum dibuat lubang senter bor, sebagai pengarah mata bor  Laksanakan pembubutan lubang senter bor dengan besar putaran mesin sesuai perhitungan, dengan beracuan diameter terkecil bor senter yang digunakan acuan perhitungan. Hati-hati dalam melakukan pembubutan lubang senter, karena bor senter rawan patah apabila terkena beban kejut dan beban berat.  Laksanakan pengeboran dengan kedalaman mengacu pada skala nonius kepala lepas hingga selesai, dan jangan lupa gunakan air pendingin agar mata bor tidak cepat tumpul 189  Apabila sudah selesai melakukan pengeboran, sebelum benda kerja dilepas lakukan pengukuran kedalamannya, dan apabila sudah yakin bahwa kedalaman pengeboran sudah sesuai dengan tuntutan pekerjaan benda kerja boleh dilepas dari pencekamnya.

k. Pembubutan Diameter Dalam Boring

Pembubutan diameter dalam atau juga disebut pembubutan dalam adalah proses memperbesar diameter lubang sebuah benda kerja pada mesin bubut yang sebelumnya dilakukan proses pengeboran. Jadi pembubutan dalam hanya bersifat perluasan lubang atau membentuk bagian dalam benda kerja Gambar 4.63 . Gambar 4.63. Proses pembubutan diameter dalam Pembububutan diameter dalam dapat dilakukan untuk menghasilkan diameter dalam yang lurus dan tirus Gambar. 4.64. Untuk diameter yang lurus, pemotongannya dapat dilakukan secara manual dan otomatis. Sedangkan untuk diameter yang tirus hanya dapat dilakukan secara manual dengan menggeser eretan atas kecuali menggunakan perlengkapan tirus taper attachment baru dapat dilakukan pemotongan secara otomatis. Gambar 4.64. Proses pembubutan diameter dalam lurus dan tirus 190 1 Persyaratan Pembubutan Diameter Dalam Boring Untuk menghindari terjadinya getaran pada proses pembubutan diameter dalam, ada beberapa persyaratan teknis yang harus dilakukan diantaranya:  Pemasangan pahat bubut dalam harus kuat dan setinggi senter.  Penonjolan benda kerjanya tidak boleh terlalu panjang, dan untuk benda kerja yang berukuran panjang harus ditahan dengan penahan benda kerja steady rest.  Sebelum dilakukan pembubutan lubang harus dilakukan pembuatan lubang awal terlebih dahulu  Selain besarnya putaran mesin harus sesuai dengan perhitungan, arah putaran harus disesuaikan dengan posisi mata sayat pahat dalamnya 2 Langkah-langkah Pembubutan Diameter Dalam Untuk mendapatkan hasil pembubutan dalam sesuai dengan tuntutan pekerjaan, langkah-langkah yang harus dilkukan adalah sebagai berikut: a Persiapan Mesin Persiapan mesin sebelum melaksanan pembubutan dalam diantaranya:  Chek kondisi mesin dan yakinkan bahwa mesin siap digunakan untuk melakukan pembubutan diameter dalam  Aktifkan sumber listrik dari posisi OF kearah ON  Hitung putaran mesin sesui dengan jenis bahan benda kerja dan diameter lubang yang akan dibuat  Atur handel-handel mesin bubut untuk mengatur besarnya putaran mesin dan arah putarannya b Pelaksaan Pembubutan Diameter Dalam  Siapkan benda kerja yang akan dilakukan pembubutan diameter dalam dan cekam benda kerja dengan kuat. Selanjutnya lakukan pengeboran dengan tahapan seperti yang telah di bahas pada materi sebelumnya.  Pasang pahat bubut dalam, sesuai jenis lubang yang akan dikerjakan. Untuk lubang tembus gunakan pahat dalam yang berfungsi untuk memperbesar lubang tembus, dan untuk lubangtidak tembus gunakan pahat dalam yang berfungsi untuk memperbesar lubang tidak tembus 191  Lakukan proses pembubutan diameter dalam dengan panjang pembubutan kurang-lebih 3-5 mm, dengan tujuan untuk mengecek kedalaman pemakanan apakah sudah sesuai setting pahatnya. Selanjutnya hentikan mesin dan periksa diameternya pada tahap itu. Apabila diameter ukurannya lebih kecil dari yang dikehendaki, kedalaman pahat perlu ditambah. Apabila diameter ukurannya lebih besar dari yang dikehendaki, kedalaman pahat perlu dikurangi. Ulangi proses pembubutan berikutnya dengan kecepatan dan kedalaman sayat yang lebih kecil.  Apabila sudah selesai melakukan pembubutan diametrer dalam, sebelum benda kerja dilepas lakukan pengukuran diameternya, dan apabila sudah yakin bahwa kedalaman pengeboran sudah sesuai dengan tuntutan gambar kerja, benda kerja boleh dilepas dari pencekamnya.

l. Pengkartelan Pada Mesin Bubut

Mengkartel pada mesin bubut adalah proses pembuatan alurgigi melingkar pada bagian permukaan benda kerja dengan tujuannya agar permukannya tidak licin pada saat dipegang oleh tangan. Contohnya terdapat pada batang penarik, tangkai 192 palu besi dan pemutar tap dan komponen lain yang memerlukan pemegannya tidak licin Gambar 4.65. Bentukprofil hasil hasil pengkartelan akan mengikuti jenis katertel yang digunakan. ada yang belah ketupat, dan ada yang lurus tergantung gigi kartelnya. Gambar 4.65. Contoh hasil pengkartelan 1 Menetukan Putaran Mesin dan Diameter Benda Kerja Untuk menentukan putaran mesin pada saat mengkartel, gunakan putaran kurang- lebih “¼” dari putaran normal atau n kartel = ¼ x n normal , dengan tujuan agar supaya roll dan porosnya tidak mendapat beban yang berat dan terjadi gesek yang tinggi. Untuk mengurangi terjadinya gesekan antara roll dan poros, berikan pelumasan sebelum katel digunakan. a Menetukan Diameter Benda Kerja Untuk mendapatkan diameter kartel sesuai dengan ukuran yang diharapkan, sebelum dikartel diameter benda kerja terlebih dahulu dikurangi sebesar ±13÷12 kali kisar kartel atau D kartel = D - 13 x Kisar kartel . Hal ini dapat terjadi karena benda kerja akan mengembang pada saat dikartel. Dan jangan lupa pada saat mengkartel selalu gunakan cairan pendingin, dengan tujuan mempermudah pemotongan dan juga agar supaya kartel tidak panas. b Langkah-langkah Mengkartel Pada Mesin Bubut  Bubut diameter benda kerja sesuai ketentuan, yaitu: D kartel = D- 13x Kisar kartel . 193  Pasang kartel dengan kuat dan setinggi senter sebagaimana pemasangan alat potong pada proses pembubutan lainnya  Atur putaran mesin sesuai ketentuan, yaitu n kartel = ¼ x n normal .  Lakukan pengkartelan dimulai pada ujung benda kerja, dengan cara posisi kartel dimiring kurang lebih 3º-5º  Laksanakan pengkartelan secara otomatis hingga mencapai panjang yang dikehendaki. Jangan lupa gunakan pendingan pada saat mengkartel 194  Netralkan gerakan otomatisnya dan ukur diameter hasil pengkartelan. Apabila diameternya belum mencapai ukuran yang dikehendaki, tambah kedalaman pengkartelan dengan cara penambahan pemakanannya pada posisi spindel mesin hidupberputar. Jangan lupa arah putaran mesinnya tetap sama dan yang perlu dibalik hanya arah gerakkan otomatisnya, yaitu dengan cara mengatur tuas pembalik arah poros pembawa gerakan eretan memanjang. Selanjutnya lakukan kembaili pengkartelan secara otomatis hingga selesai.

m. Penerapan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan K3L Pada

Proses Pembubutan Kegiatan produksi pada bengkel manufaktur terutama pada proses pembubutan, penerapan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan K3L di lingkungan kerja seharusnya sudah menjadi keasadaran diri yang harus dilaksanakan tanpa adanya peringatan dan bahkan paksaan dari siapapun. Karena pada dasarnya penerapan K3L di lingkungan kerja secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada diri sendiri, orang disekitarnya, mesin, peralatan dan lingkungan kerja sehari-hari. Dengan demikian, apabila K3L diterapkan dengan penuh kesadaran akan berdampak positif dan jika tidak akan berdampak negatif terhadap diri sendiri dan lingkungan kerja. Terdapat beberapa kegiatan standar yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan terkait penerapan K3L pada saat melakukan proses pembubutan, diantaranya: 1 Yang harus dilakukan Kegiatan yang harus dilakukan terkait penerapan K3L pada saat proses pembubuatan diantaranya:  Menggunakan Pakaian Kerja Untuk menghindari baju dan celana harian terkena kotoran, oli dan benda- benda lain pada saat melakukan proses pembubutan, operator harus menggunakan pakaian kerja yang standar sebagaimana terlihat pada Gambar 4.66. 195 Gambar 4.66. Penggunakan pakaian kerja yang standar pada saat proses pembubutan  Menggunakan Kaca Pengaman Safety Glasses Untuk menghindari mata terkena atau kemasukan tatalberam pada saat proses pembubutan, maka selama melakukan pemotongan harus menggunakan kaca mata yanag sesuai standar keselamatan kerja Gambar 4.67 Gambar 4.67. Menggunaan kaca mata yang standar pada saat proses pembubutan  Menggunakan Sepatu Kerja Pada saat melakukan proses pembubutan, tidak bisa dihindari adanya chipberam yang berserakan dilantai akibat dari hasil pemotongan. Selain itu ada kemungkinan bendaalat atau perlengkapan lain terjatuh dari atas dan juga oli yang berceceran. Maka dari itu, pada saat melakukan proses pembubutan harus menggunakan sepatu kerja sesuai standar yang berlaku Gambar 4.68. 196 Gambar 4.68. Menggunakan sepatu kerja yang standar pada saat proses pembubutan  Menggunakan Alat Penarik Beram Proses pembubutan akan mengsilkan potongan tatalberam. Hasil potongaan yang melilit pada benda kerja, apabila dianggap perlu untuk menghilangkannya harus menggunakan alat penarik beram agar tangan tidak terluka Gambar 4.69. Gambar 4.69. Penggunakan batang penarik pada saat menarik tatalberam 2 Yang Tidak boleh dilakukan Kegiatan yang tidak boleh dilakukan pada saat proses pembubuatan diantaranya:  Menempatkan Peralatan Kerja Yang Tidak Aman Agar semua peralatan aman dan mudah diambil pada saat akan digunakan, perlatan harus diletakkan dan ditempatkan pada posisi yang aman dan ditata dalam penempatannya. Penempatan peralatan sebagaimana Gambar 4.70, 197 sangat tidak dibenarkan karena peralatan rawan akan terjadinya kerusakan akibat saling berbenturan atau mudah terjatuh. Gambar 470. Penempatkan peralatan kerja yang tidak aman  Meninggalkan Kunci Cekam Pada Mulut Pengencang Cekam Mesin Setelah Melepas Benda Kerja Menempatkan kunci cekam pada mulut pengencang cekam setelah melepas benda kerja Gambar 4.71, adalah kegiatan yang sangat membahyakan bagi operator dan orang-orang yang ada disekitarnya, karena apabila mesin dihidupkan sedangkan kunci cekam masih menempel di mulut kunci cekam mesin, kunci cekam akan terlempar dengan arah yang tidak jelas sehingga dapat mengenai siapa saja yang ada disekitarnya. Gambar 471. Menempatkan kunci cekam pada mulut pengencang cekam setelah melepas benda kerja 198  Berkerumunan Disekirtar Mesin Bubut Tanpa Alat Pelindung Berkerumunan disekirtar mesin bubut tanpa alat pelindung adalah salahsatu kegitan yang sangat membahayakan, karena rawan terjadi kecelakaan akibat loncatan tatalberam atau perlengkapan mesin bubut yang terjatuh Gambar 4.72 Gambar 472. Bekerumunan disekirtar mesin bubut yang sedang beroperAsi, tanpa menggunakan pakaian kerja dan alat keselamatan kerja.  Membiarkan air Pendingin dan TatalBeram Berserakan di Lantai Dengan membiarkan air pendingan dan tatal berserakan dilantai Gambar 4.73, akan mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Misalnya lantai jadi licin sehingga orang yang lewat mudah terjatuh dan tatalnya dapat mengakibatkan orang yang lewat terluka kakinya. Selain itu dilarang keras bekas air pendingin dibuang sembarangan, karena campuran air pendingin mengandung bahan kimia yang berbahaya. Gambar 473. Membiarkan air pendingan dan tatal berserakan 199  Menggunakan Sarung Tangan Pada Saat Melakukan Pembubutan Menggunakan sarung tangan pada saat melakukan pembubutan, juga sangat tidak dianjurkan. Karena jika menggunakan sarung tangan kepekaan tangan jadi berkurang, sehingga dalam melakukan pengukuran hasil pembubutan kurang sensitif Gambar 4.74, dan juga tangan jadi kuarang peka terhadap kejadian-kejadian lainnya yang dapat mengakibatkan tangan rawan terjadi kecelakaan. Gambar 4.74. Menggunakan sarung tangan pada saat melakukan pembubutan  Membuang TatalBeram Bersama Jenis Sampah Lainnya Kegiatan membuang tatalberam hasil pembubutan bersama-sama jenis sampah lainnya sangatlah tidak dianjurkan Gambar 4.75, karena demi kesehatan lingkungan sampah jenis organik dan an-organik seharusnya dibedakan sehingga pengolahan akhirnya lebih mudah Gambar 4.75. Membuang tatalberam, besama jenis sampah lainnya 200

3. Rangkuman