Sebagai anak muslim jika ada sisa uang jajan sebaiknya di

Oleh: Difi Dahliana, MEI*

Siapa di kelas ini yang rutin menabung ?

Pertanyaan yang selalu sukses membuat kelas menjadi ramai, karena lebih banyak yang tertawa sumringah dibanding yang mengangkat tangan.

Kapan terakhir kali kalian menabung ?

Mayoritas mahasiswa menjawab terakhir kali menabung saat mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar [SD].

Kenapa sekarang tidak lagi?

Karena ketika TK dan SD setiap hari orang tua membekali mereka dengan uang saku untuk jajan dan secara terpisah mereka juga diberikan uang tabungan untuk disetorkan kepada guru kelas. Tapi, orang tua tidak lagi memberikan uang untuk menabung sejak mereka duduk di bangku SMP.

Petikan dialog santai saya dengan para mahasiswa di atas, ditambah data saving rate atau tingkat tabungan Indonesia yang masih tergolong rendah, yakni berkisar 30 – 33% dimana tabungan bruto Indonesia pada akhir 2018 sebesar 30,6%. Hal ini menandakan bahwa menabung belum menjadi budaya masyarakat Indonesia. Padahal, upaya mensosialisasikan pentingnya menabung sejak dini dan menumbuhkan budaya gemar menabung pada masyarakat telah dilakukan oleh pemerintah dan berbagai pihak seperti lembaga keuangan, sekolah dan keluarga.

Selain memiliki celengan di rumah, anak-anak dapat menabung kepada guru kelasnya di sekolah bahkan saat ini banyak sekolah bekerjasama dengan bank umum konvensional maupun syariah sehingga anak dapat mengenal bank di usianya yang dini dan dapat menabung di Bank tanpa harus pergi ke bank. Sejak TK anak-anak sudah dibiasakan menabung di sekolah dengan harapan anak akan terbiasa sehingga menabung akan menjadi budaya bahkan gaya hidupnya di masa depan.

Pada tanggal 20 Februari 2010 dicanangkan Gerakan Indonesia Menabung [GIM] bersamaan dengan peluncuran produk Tabunganku. Bank Indonesia juga mencanangkan hari Rabu setiap awal bulan sebagai hari rajin menabung dan pembukaan tabungan baru oleh pelajar dan masyarakat.  Selanjutnya pada tanggal 31 Oktober 2016 Presiden RI memulai kampanye gerakan Ayo Menabung yang digelar oleh Otoritas Jasa Keuangan [OJK] bersamaan dengan perayaan hari menabung sedunia yang jatuh setiap tanggal 31 Oktober.

Menurut penulis untuk membudayakan menabung perlu upaya yang  lebih mendasar dari sekedar berfokus pada peningkatan angka atau persentase saving rate. Terlalu fokus kepada angka membuat kita mengabaikan akar permasalahan yang sebenarnya harus diperbaiki, berbagai gerakan atau program akhirnya menjadi dangkal tidak sampai menyentuh akar permasalahan yakni pola pikir yang keliru tentang tabungan dan cara menabung yang kurang tepat pada anak usia dini.

Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah pertama, stop menjadikan anak sebagai kurir tabungan. Apa yang dipraktikkan selama ini adalah anak hanya menjadi kurir tabungan orang tuanya. Setiap pagi anak TK dan SD selain diberi uang jajan juga diberi uang khusus untuk menabung kepada guru atau petugas bank di sekolah. Anak mungkin akan terbiasa melakukannya, tapi wajar saja jika nantinya seorang kurir tidak melakukan pengantaran lagi jika tidak ada objek yang harus diantarnya, remaja SMP yang tidak lagi diberikan orang tuanya uang titipan khusus untuk menabung maka dia tidak lagi melaksanakan tugasnya tersebut. Jadi, dampaknya adalah pemahaman anak terhadap sumber uang tabungan menjadi keliru, anak berhenti menjadi penabung saat tidak diberi jatah menabung lagi oleh oang tuanya, anak merasa manfaat menabung itu absurd karena setelah setiap hari menabung dia tetap tidak merasakan manfaat atau hasilnya secara konkrit sebagaimana yang mampu dia pahami karena uang kembali kepada orang tua umumnya untuk membayar keperluan sekolah.

Kedua, luruskan mindset atau pola pikir tentang menabung. Dalam ilmu ekonomi tabungan atau saving adalah sebagian pendapatan yang tidak dikonsumsi, fungsi saving dituliskan dalam persamaan  S = Y – C dimana S adalah saving, Y adalah pendapatan dan C adalah konsumsi. Menurut konsultan keuangan Merry Riana, menabung adalah menyisiskan beberapa bagian penghasilan untuk disimpan. Sejatinya menabung artinya menyisihkan uang baik uang saku maupun uang pendapatan bagi yang bekerja bahkan semestinya uang tabungan bukanlah uang sisa konsumsi tapi memang ia memiliki pos tersendiri dalam pos-pos keuangan yang telah direncanakan sejak awal, minimal 10% dari pendapatan adalah untuk pos tabungan yang wajib disisihkan setiap bulan. Meskipun anak-anak masih kecil ia tetap harus mendapatkan informasi yang benar tentang menabung.

Ketiga, tumbuhkan passion anak untuk menabung. Memang idealnya menabung berorientasi jangka panjang, namun pembelajaran pada anak sebaiknya bersifat jangka pendek. Informasikan tentang manfaat menabung kepada anak secara sederhana, motivasi anak dengan hal yang menarik dan menyenangkan untuknya, misalnya nanti uangnya bisa buat beli mainan yang kamu suka” biarkan akan menikmati manfaat tabungannya dalam jangka pendek.

Keempat, ajari anak mengelola keuangan. Kemampuan dan kedisiplinan seseorang dalam menabung sangat bergantung pada keterampilannya mengelola keuangan. Berdasarkan hasil survey OJK tahun 2016 tentang literasi keuangan [pengetahuan atau kemampuan untuk mengelola keuangan] menunjukkan bahwa hanya 29,66% masyarakat Indonesia yang melek pengelolaan keuangan. Saat ini gaya hidup konsumtif semakin didukung oleh tekhnologi yang menawarkan berbagai kemudahan dengan biaya hidup yang semakin tinggi. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim “Allah memberi rahmat kepada seseorang yang berusaha dengan baik, membelanjakan secara sederhana, dan dapat menyisihkan kelebihan untuk menjaga saat dia miskin dan membutuhkannya”, artinya kita harus memiliki kemampuan mengelola uang dengan baik. Pendidikan keuangan sejak dini sangatlah penting, dengan literasi yang semakin baik maka budaya menabung akan semakin tumbuh dan saving rate yang meningkat adalah bonusnya.

Jadi, orang tua jangan hanya mengajari anak menabung, tapi ajarilah anak mengelola keuangan sejak dini. Menurut Elly Risman, psikolog dan pakar parenting, ajarai anak secara bertahap sesuai usianya. Anak usia 0 – 3 tahun dapat diperkenalkan dengan uang seperti bentuk-bentuk uang dan cara menyikapi uang secara sederhana misalnya mencuci tangan setelah memegang uang, tidak memasukkan uang ke mulut, membedakan uang dengan kertas biasa dan sebagainya. Anak usia 3 – 5 tahun mulai kenalkan bahwa uang sebagai alat tukar, melihat transaksi pertukaran antara uang dengan barang, anak juga sudah bisa diajak membuat daftar belanja dan belajar memutuskan ketika anak sudah mengetahui nilai uang, ajari dia memutuskan akan membeli apa uang tersebut. Usia 5 – 8 tahun anak bisa diberikan uang jajannya sendiri, ajarkan dan motivasi untuk menyimpan uang kembaliannya di dalam celengan. Usia 8 tahun sampai aqil baligh anak sudah bisa diajarkan tentang manajemen keuangan, perkembangan kognitif anak sudah berada pada tahap  konkret operasional dimana ia sudah mampu berpikir rasional seperti penalaran untuk menyelesaikan suatu masalah. Jadi, anak sudah dapat diajari membedakan kebutuhan dengan keinginan, ajari anak membuat perencanaan keuangan, buat pos-pos keuangan dari uang saku yang diberikan. Uang saku tidak sama dengan uang jajan. Uang jajan adalah bagian dari uang saku. Berikan anak uang saku dan ajarkan bagaimana cara mengelolanya. Lakukan secara bertahap dimulai dari memberikan uang saku untuk satu hari, kemudian ditingkatkan menjadi dua hari, seminggu dan seterusnya. Orang tua harus bersikap konsisten, uang saku yang habis sebelum batas waktu tidak boleh ditambah jumlahnya meskipun anak mengeluhkannya. Biasakan anak berdiskusi sebelum mengambil keputusan keuangannya dan biasakan anak untuk melaporkan penggunaan uang tersebut untuk melatihnya bertangung jawab.

Anak harus memahami dan merasakan pengalaman jatuh bangun dalam mengelola uang sakunya. Perlahan anak akan menemukan pola yang tepat bagi dirinya, pola yang membuatnya dapat menyisihkan uang untuk menabung. Uang tabungan yang diperoleh dari pengelolaan uang saku yang baik akan lebih efektif dalam mengajarkan dan membudayakan menabung ketimbang hanya membiasakan anak menjadi kurir tabungan.

Perlahan anak harus diajarkan meningkatkan uang bukan hanya menghabiskan uang karena ada tiga aktivitas dalam manajemen keuangan yakni  raising of fund, allocation of fund dan management asset. Jadi, manajemen keuangan tidak hanya tentang bagaimana mengelola tetapi juga bagaimana mengalokasikan dan bagaimana meningkatkan. Ketika anak menginjak remaja atau aqil baligh ia diharapkan telah memiliki kemampuan yang baik dalam pengelolaan atau manajemen keuangan dan menabung adalah bagian dari gaya hidupnya.

*Profil Penulis

Puteri pertama dari bapak Mawardy Hatta dan ibu Kaspiah ini lahir di Banjarmasin, pada hari Jum’at tanggal 29 Maret 1985. Beralamat di Komp. Mahligai Bahagia No. 3 Rt. 5 Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Email [email protected], nomor Hp 0812 3043 7015.

Jenjang pendidikannya dimulai di TK Tarbiyatul Athfal Banjarmasin lulus pada tahun 1990, SDN Kebun Bunga 6 Banjarmasin lulus tahun 1997, SLTP Rahmatillah tahun lulus 2000, MAN 2 Model Banjarmasin tahun lulus 2003. Kemudian ia melanjutkan pendidikan pada jenjang S1 di IAIN Antasari Banjarmasin Program Studi Ekonomi Islam, sesuai dengan jurusan IPS yang dipilihnya semasa madrasah aliyah, ia meraih gelar Sarjana Ekonomi Islam pada tahun 2008. Kemudian ia melanjutkan pendidikan S2 di IAIN Sunan Ampel Surabaya dan akhirnya berhasil meraih gelar Magister Ekonomi Islam  pada tahun 2011.

Sejak tahun 2012 isteri dari bapak Ahda Muyassir ini mulai mengajar sebagai dosen dan pada tahun 2016 menjadi dosen tetap bukan PNS UIN Antasari dengan mata kuliah mayor Dasar-Dasar Ekonomi Islam sedangkan mata kuliah minornya adalah Ekonomi Makro Islam dan Ekonomi Mikro Islam. Pada tahun 2016 ia bersama tim mempublikasikan hasil penelitian tentang Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tata Guna Lahan [Land Use] di Kota Banjarmasin pada At-Taradhi Jurnal Studi Ekonomi.

Pada tahun 2017, ibu dari Rafqy Yusfi Ahfazi dan Raifan Ghaliz Alfarizi ini  berhasil lulus dalam Seleksi CPNS Kementerian Agama sebagai calon dosen Manajemen Keuangan Islam UIN Antasari Banjarmasin, ia ditugaskan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề