Sebut dan jelaskan apa saja fungsi khusus Hirarki dalam Gereja Katolik?


1. Hirarki dalam Gereja Katolik

Kepada para Rasul  berpesan, agar menjaga seluruh kawanan, tempat Roh Kudus mengangkat mereka untuk menggembalakan jemaat Allah (lih. Kis 20:28).(LG 20). Pengganti meraka yakni, para Uskup, dikehendaki-Nya menjadi gembala dalam Gereja-Nya hingga akhir jaman (LG 18). Maksud dari “penetapan ilahi para Uskup menggantikan para Rasul sebagai gembala Gereja” ialah bahwa dari hidup  dan kegiatan Yesus timbullah kelompok orang yang kemudian berkembang menjadi Gereja, seperti yang dikenal sekarang.

Struktur Hierarkis Gereja yang sekarang terdiri dari dewan para Uskup dengan Paus sebagai kepalanya, dan para Imam serta Diakon sebagai pembantu Uskup. Para Uskup pengganti para Rasul yang dipimpin  oleh Paus pengganti Petrus bertugas melayani, menggembalakan jemaat (bdk. Yoh 21: 15-19)  bersama para pembantu mereka, yakni para Imam dan Diakon. Sebagai wakil Kristus, mereka memimpin kawanan yang mereka gembalakan (pimpin), sebagai guru dalam ajaran, Imam dalam ibadat suci, dan pelayan dalam bimbingan (bdk. Lumen Gentium, Art. 20).

Perhatikan Perikop dibawah ini!

Gembalakanlah Domba-Dombaku (Yoh 21: 15-19)

Yoh 21:15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Yoh 21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Yoh 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku. Yoh 21:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” Yoh 21:19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.”

Yesus memilih Petrus menjadi gembala dan pemimpin kawanan-Nya, walaupun Petrus sering ceroboh dan labil, bahkan pernah menyangkal-Nya sampai tiga kali. Pemilihan oleh Tuhan sungguh berdasarkan kasih karunia-Nya semata. Manusia tidak memiliki andil apa-apa untuk itu.

Yang dituntut oleh Tuhan dari Petrus (dan semua penggantinya) hanyalah kasih. Kasih dapat menghapus banyak dosa. Mungkin Tuhan berpikir seorang pemimpin yang tahu kelemahannya akan bersikap penuh pengertian dalam memimpin orang lain. Petrus akan banyak belajar dari kelemahannya. Yang penting adalah cintanya kepada Tuhan tidak diragukan. Sekalipun Petrus sebagai gembala atau siapa pun juga yang menjadi gembala, Yesus selalu menyebut domba-domba itu sebagai “domba-domba-Ku.” Kawanan domba-domba itu tidak menjadi milik sang gembala manusia. Tidak seorang pun dapat menggantikan Yesus. Dengan demikian, seorang pimpinan Gereja atau gembala dalam Gereja adalah orang yang sangat mengasihi Yesus dan bersedia menyerahkan nyawanya untuk Yesus dan umat gembalaannya.

Dasar kepemimpinan (hierarki) dalam Gereja: Gereja adalah  persekutuan  yang semua  anggotanya  sungguh-sungguh  sederajat martabatnya, sederajat pula kegiatan umum dalam membangun Tubuh Kristus (LG 31). Ada fungsi khusus dalam Gereja yang diemban oleh hierarki, ada corak hidup khusus yang dijalani Biarawan/Biarawati, ada fungsi dan corak hidup  keduniaan yang menjadi medan khas para Awam. Tetapi yang pokok adalah iman yang sama akan Allah dalam Kristus oleh Roh Kudus. Yang umum lebih penting daripada yang khusus.

Hierarki dalam Gereja Katolik: Kata hierarki berasal dari bahasa Yunani “hierarchy” yang berarti jabatan (hieros) suci (archos). Itu berarti bahwa yang termasuk dalam hierarki adalah mereka yang mempunyai jabatan karena mendapat penyucian melalui tahbisan. Maka mereka serng disebut sebagai kuasa tahbisan. Dan orang yang termasuk hieraki disebut sebagai para tertahbis. Namun, pada umumnya hierarki diartikan sebagai tata susunan. Hieraki sebagai pejabat umat beriman kristiani dipanggil untuk menghadirkan Kristus yang tidak kelihatan sebagai tubuh-Nya, yaitu Gereja. Dalam tingkatan hieraki tertahbis (hierarchia ordinis), Gereja terdiri dari Uskup, Imam, dan Diakon (KHK 330-572). Menurut tata susunan yurisdiksi (hierarchia yurisdictionis), yurisdiksi ada pada Paus dan para Uskup yang disebut kolegialitas. Kekhasan hierarki terletak pada hubungan khusus mereka dengan Kristus sebagai gembala umat.

Sejarah hierarki: Struktur  hierarki  bukanlah  suatu  yang ditambahkan  atau  dikembangkan  dalam sejarah Gereja. Menurut ajaran Konsili Vatikan II, struktur itu dikehendaki Tuhan dan akhirnya berasal dari Kristus sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam sejarah hierarki pada zaman para rasul dan zaman sesudah para rasul.

Zaman Para Rasul. Awal perkembangan hierarki adalah kelompok kedua belas Rasul. Kelompok inilah yang pertama-tama disebut Rasul. Rasul atau “Apostolos” adalah utusan. Akan tetapi setelah kebangkitan Kristus, sebutan Rasul tidak hanya untuk kelompok kedua belas, melainkan juga utusan-utusan  selain kelompok kedua belas itu. Bahkan akhirnya, semua “utusan jemaat” (2Kor8:22) dan semua “utusan Kristus” (2Kor 5:20) disebut Rasul. Lama kelamaan, kelompok Rasul lebih luas dari pada kelompok kedua belas Rasul. Sesuai dengan namanya, Rasul diutus untuk mewartakan iman dan memberi kesaksian tentang kebangkitan Kristus.

Zaman sesudah Para Rasul. Setelah kedua belas Rasul tidak ada, muncul aneka sebutan, seperti “penatua-penatua” (Kis 15:2), dan  “Rasul-Rasul”, “Nabi-Nabi”, Pemberita-Pemberita  Injil”, Gembala- Gembala”, “Pengajar” (Ef 4:11), “Episkopos” (Kis 20:28), dan  “Diakonos” (1Tim 4:14). Dari sebutan itu ada banyak hal yang tidak jelas arti dan maksudnya. Namun pada akhir perkembangannya, ada struktur dari Gereja St. Ignatius dari Antiokhia yang mengenal sebutan “Penilik” (Episkopos), “Penatua” (Prebyteros), dan “Pelayan” (Diakonos). Struktur inilah yang selanjutnya menjadi struktur hierarki Gereja yang menjadi Uskup, Imam, dan Diakon. Di sini yang penting, bukanlah kepemimpinan Gereja yang terbagi atas aneka fungsi dan peran, melainkan bahwa tugas pewartaan para Rasul lama-kelamaan menjadi tugas kepemimpinan jemaat.

Dasar kepemimpinan (hierarki) dalam Gereja: Berdasarkan sejarah di atas, maka kepemimpinan dalam Gereja diserahkan kepada hierarki. Konsili mengajarkan bahwa “atas penetapan Ilahi, para Uskup menggantikan para Rasul sebagai penggembala Gereja” (lih LG 20). “ Konsili suci ini mengajarkan dan  mengatakan  bahwa Yesus Kristus, Gembala kekal mendirikan  Gereja kudus dengan mengutus  para Rasul seperti Dia diutus  oleh Bapa (lih Yoh 20:21). Para pengganti  mereka, yakni para  Uskup, dikehendaki-Nya  menjadi  gembala dalam gereja-Nya sampai akhir zaman (lih. LG 18). Pernyataan di atas dimaksudkan  bahwa dari hidup  dan kegiatan Yesus timbullah kelompok orang yang kemudian berkembang menjadi Gereja, seperti yang dikenal sekarang. Proses perkembangan  pokok itu terjadi dalam umat  perdanan  (Gereja Perdana), yakni Gereja yang mengarang Kitab Suci Perjanjian Baru. Jadi dalam kurun waktu antara kebangkitan Yesus dan awal abad kedua secara prinsip terbentuklah hierarki  gereja yang  dikenal  sekarang.  Wujud  Gereja  perdana  beserta  struktur kepemimpinannya menjadi patokan bagi perkembangan Gereja selanjutnya.

Struktur kepemimpinan (hierarki) dalam Gereja

Secara struktural kepemimpinan dalam Gereja sekarang dapat diurutkan sebagai berikut:

  1. Dewan Para Uskup dengan Paus sebagai Kepalanya: Ketika Kristus  mengangkat  kedua  belas Rasul, Ia  membentuk  mereka  menjadi semacam dewan atau badan tetap. Sebagai ketua dewan, Yesus mengangkat Petrus yang dipilih-Nya dari antara para Rasul itu. Seperti santo Petrus dan para Rasul lainnya, atas penetapan Kristus merupakan satu dewan para Rasul. Begitu pula Paus (penganti Petrus) bersama Uskup (pengganti Rasul) merupakan satu himpunan yang serupa.Pada akhir masa Gereja perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para Uskup adalah pengganti para Rasul. Tetapi hal itu bukan berarti bahwa hanya ada dua belas Uskup (karena ada dua belas Rasul). Bukan Rasul satu persatu diganti orang lain, tetapi kalangan para Rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh para Uskup. Tegasnya Dewan para Uskup adalah pengganti para Rasul (LG 20). Yang menjadi pimpinan Gereja adalah Dewan para Uskup. Seseorang menjadi Uskup karena diterima  ke dalam dewan. “Seseorang menjadi anggota Dewan Para Uskup dengan menerima tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan hierarkis dengan kepala maupun para anggota Dewan” (LG 22). Sebagai lambang kolegial ini, tahbisan Uskup selalu dilakukan paling sedikit tiga Uskup, sebab tahbisan Uskup berarti bahwa seorang anggota baru diterima ke dalam Dewan Uskup” (LG 11). Uskup itu pertama-tama adalah pemimpin Gereja setempat. Namun dalam persekutuan gereja-gereja setempat hiduplah Gereja Universal. Dalam persekutuan dengan Uskup-Uskup lain itu, para Uskup setempat menjadi pemimpin Gereja Universal. Maka Uskup merupakan pemimipin Gereja setempat sekaligus pemimpin Gereja Universal.
  2. Paus: Konsili Vatikan II menegaskan “adapun dewan atau badan para Uskup hanyalah berwibawa, bila bersatu dengan Imam Agung di Roma pengganti Petrus sebagai kepala dan selama kekuasaan primatnya terhadap semua, baik para gembala maupun kaum beriman, tetap berlaku seutuhnya.” Sebab Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya, yakni sebagai wakil Kristus dan gembala Gereja semesta mempunyai kuasa penuh, tertinggi, dan universal terhadap Gereja, dan kuasa itu selalu dapat dijalankan dengan bebas (LG 22). Penegasan itu didasarkan bahwa Kristus mengangkat Petrus sebagai ketua para Rasul. Yesus mengangkat Santo Petrus menjadi ketua para Rasul lainnya. Dalam diri Petrus, Yesus menetapkan adanya asas dan dasar kesatuan iman serta persekutuan yang tetap dan kelihatan (bdk. LG 18) Petrus diangkat menjadi pemimpin  para Rasul. Paus yang adalah pengganti Petrus juga pemimpin para Uskup. Menurut kesaksian tradisi, Petrus adalah Uskup Roma yang pertama. Karena itu, Roma dipandang sebagai pusat dan pedoman seluruh Gereja. Menurt keyakinan tradisi, Uskup Roma itu pengganti Petrus,  bukan  hanya  sebagai Uskup  lokal melainkan  terutama  dalam  fungsinya sebagai ketua Dewan Pimpinan Gereja. Paus adalah Uskup Roma, dan sebagai Uskup Roma, ia adalah pengganti Petrus dengan tugas dan kuasa seperti Petrus. Tugas dan kuasa Petrus, menurut  Perjanjian Baru, begitu istimewa (Mat 16:16-19; Yoh 21:15-19), Ia diakui sebagai pemimpin Gereja. “Para Rasul menghimpun Gereja semesta, yang oleh Tuhan didirikan dalam diri mereka dan di atas Rasul Petrus, ketua mereka, sedangkan Yesus Kristus sendiri sebagai batu sendinya” (LG 19). Fungsi dan kedudukan Petrus sebagai pemimpin Gereja diakui pula sebagai unsur prinsip hierarki, yang akhirnya berasal dari Kristus sendiri. Itulah tugas dan wewenang Paus, pengganti Petrus.
  3. Uskup: Pada dasarnya Paus adalah seorang Uskup. Seorang Uskup selalu berkarya dalam persekutuan dengan para Uskup lain dan mengakui Paus sebagai kepala. Karya seorang Uskup adalah “menjadi asas dan dasar kelihatan bagi kesatuan dalam Gereja-Nya (LG 23). Tugas pokok Uskup di tempatnya sendiri adalah pemersatu. Tugas hierarki yang pertama dan utama adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas ini dapat disebut tugas kepemimpinan dari para Uskup “dalam arti sesungguhnya disebut pembesar umat yang mereka bimbing” (LG 27). Tugas pemersatu ini selanjutnya dibagi menjadi tugas khusus menurut  tiga bidang kehidupan gereja, yaitu pewartaan, perayaan, dan pelayanan, di mana dimungkinkan komunikasi iman dalam Gereja. Dan dalam bidang-bidang itulah para Uskup dan Paus menjalankan tugas kepemimpinannya. Pewartaan Injil menjadi tugas terpenting (LG25). Tugas penting selanjutnya adalah perayaan, “mempersembahkan ibadat agama Kristen kepada Allah yang Mahaagung dan mengaturnya menurut  perintah Tuhan dan hukum Gereja” (LG 26). Selanjutnya adalah pelayanan, “membimbing Gereja- gereja yang dipecayakan kepada mereka sebagai wakil dan utusan Kristus, dengan petunjuk-petunjuk,  nasihat-nasihat, dan teladan hidup mereka, tetapi juga dengan kewibawaan dan kuasa suci” (LG 27). Dalam ketiga bidang kehidupan menggereja, Uskup bertindak sebagai pemersatu, yang mempertemukan orang dalam komunikasi iman.
  4. Pembantu Uskup: Imam dan Diakon: Dalam mengemban tugas dan fungsinya, para Uskup memerlukan “pembantu” dan rekan “kerja”, mereka adalah: Para Imam: adalah Wakil Uskup. Di setiap jemaat setempat dalam arti tertentu, mereka menghadirkan Uskup. “Para Imam dipanggil melayani umat Allah sebagai pembantu arif bagi badan Uskup, sebagai penolong dan organ mereka “(LG 28). Tugas konkret para Imam sama seperti Uskup. Mereka ditahbiskan pertama-tama  untuk mewartakan Injil (lih. PO 4) dan menggembalakan umat (lih. PO 6)
  5. Diakon: pelayan, hierarki tingkat yang lebih rendah: Ditumpangi tangan bukan untuk Imamat tetapi untuk pelayanan (LG 29). Mereka ini juga pembantu Uskup, tetapi tidak mewakili. Para Diakon adalah pembantu Usk- up dengan tugas terbatas. Dengan kata lain Diakon adalah pembantu khusus Uskup, sedangkan Imam adalah pembantu umum Uskup.

Kardinal: Kardinal bukan jabaran hierarkis dan tidak termasuk struktur  hierarkis. Kardinal adalah penasehat dan membantu  Paus dalam tugas reksa harian  seluruh Gereja. Mereka membentuk suatu dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak memilih Paus dibatasi 120 orang di bawah usia 80 tahun. Seorang Kardinal dipilih oleh Paus secara bebas.

Fungsi Khusus Hierarki: Seluruh umat Allah mengambil bagian di dalam tugas Kristus sebagai nabi (mengajar), Imam (menguduskan), dan Raja (menggembalakan). Pada kenyataannya umat tidak seragam, maka Gereja mengenal pembagian tugas tiap komponen  umat (hierarki, biarawan/biarawati,  dan  Awam). Menjalankan  tugas dengan  cara yang berbeda. Berdasarkan keterangan  yang telah diungkapkan  di atas, fungsi khusus  hierarki adalah:

  • Menjalankan  tugas  Gerejani, yakni tugas-tugas  yang langsung  dan  eksplistis menyangkut kehidupan beriman Gereja, seperti: pelayanan sakramen-sakramen, mengajar, dan sebagainya.
  • Menjalankan  tugas  kepemimpinan  dalam  komunikasi  iman.  Hierarki  mem- persatukan umat dalam iman dengan petunjuk, nasihat, dan teladan.

Corak Kepemimpinan dalam Gereja: Kepemimpinan  dalam  Gereja  merupakan  suatu  panggilan  khusus  di  mana campur tangan Tuhan merupakan unsur yang dominan. Kepemimpinan Gereja tidak  diangkat  oleh  manusia  berdasarkan   bakat,  kecakapan,  atau  prestasi tertentu.  Kepemimpinan dalam Gereja tidak diperoleh oleh kekuatan manusia sendiri. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Kepemimpinan dalam masyarakat dapat diperjuangkan oleh manusia, tetapi kepemimpinan dalam Gereja tidaklah demikian. Kepemimpinan dalam Gereja bersifat mengabdi dan melayani dalam arti semurni- murninya, walaupun ia sungguh mempunyai wewenang yang berasal dari Kristus sendiri. Kepemimpinan gerejani adalah kepemimpinan melayani, bukan untuk dilayani, sebagaimana yang ditunjukkan  oleh Yesus sendiri. Maka  Paus disebut sebagai “Servus Servorum Dei”=hamba dari hamba-hamba Allah.

Kepemimpinan hierarki berasal dari Tuhan, maka tidak dapat dihapuskan oleh manusia. Kepemimpinan dalam masyarakat dapat diturunkan oleh manusia, karena ia memang diangkat dan diteguhkan oleh manusia.