Sebutkan 3 contoh penerapan astangga yoga dalam kehidupan sehari hari

TOLONG BANGET DI JAWAB UNTUK MALAM INI !!!YG JAWAB BENAR,JELAS AKU FOLLOW DAN JADIKAN YG TERBAIKJANGAN NGASAL YA THANK YOU FOR THE ANSWER ^^​

Perhatiakan pernyataan berikut ini, [1] adanya kekurangan bahan baku atau me manfaatkan bahan baku yang tidak banyak jumlahnya. [2] harga yang tidak … terjangkau [3] rendahnya daya beli masyarakat akan barang campuran [4] menghindari bentuk yang monoton [5] mengingkatan estetika pada tampilan produk [6] lebih terlihat modern karena dapt di sukai oleh semua kalangan Yang termasuk latar belakang dalam penggunaan bahan berbasis media campuran di tunjukan oleh nomor A. [1].[2],[4],[5] C. [1],[4].[5],[6] B. [1],[3],[4],[5] D. [2],[4],[5],[6]​

apa arti "subete no ningen wa"plisss dijawab​

tuliskan 10 unsur pendukung yg dapat mendukung orang meraih masa depan???!! tolong nya di jawab soalnya mau di kumpul malam ini ​

kak bantuin ya pliss​

bantuin kakak di kumpulin besok jugga​

bantu ya kakak ya di kumpulin besok​

QUIZIZApa maksud dari sandi 124357689053279316884264217900647688866327995136-no ngasal-kalo asal = report + no kasih nilai​

Quis Siapa dia • Dia seorang pejuang,dia pembela bangsa,berjiwa besar dan sederhana ,semua mendukungnya, Dia berasal dari Solo, Dia orang no.1 di neg … eri ini.Siapakah Dia....? no.ngasal ​

bagaimana membangun solidaritas kristen?​



BAB IV

KONSEP ASTANGGA YOGA

DALAM UPAYA MENCAPAI MOKSA

“. . . lewih tekaò tapa sakiò yajña,

Lewih tekaò yajña sakeò kirti, Ikaò

tigaò siki prawåþti-kadharma òaran ika,

Kunaò ikaò yoga yeka niwåþti

kadharma òaranya”.

Terjemahannya :

“. . . . adapun keutamaan daripada tapa atau pengendalian diri munculnya atau

tumbuhnya dari yajña atau persembahan atau pemujaan, sedangkan keutamaan

daripada yajña atau persembahaan/ pemujaan munculnya dari kirti atau kerja/ pengabdian,

demikianlah ketiganya itu disatukan yang disebut,

 prawrttikadharman, tetapi mengenai ajaran yoga

itu disebut dengan niwrtti-kadharman”.

[Agastya Parwa]

A.    KOMPETENSI INTI :

1.      Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

2.      Menunjukkan prilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli [gotong royong, kerjasama, toleransi, damai], santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

B.     KOMPETENSI DASAR

1]      Mengamalkan konsep Astangga Yoga dalam upaya mencapai Moksa

2]      Disiplin menjalankan Astangga Yoga dalam upaya mencapai Moksa

3]      Memahami Astangga Yoga untuk mencapai Moksa

4]      Menyajikan Astangga Yoga untuk mencapai Moksa

C.    : INDIKATOR

·      Mampu menjelaskan pengertian Moksa

·      Mampu menjelaskan Moksa dari kutipan beberapa Sloka dalam Bhagawadgita

·      Mampu menjelaskan Moksa sebagai bagian dari lima fondasi dasar keyakinan

·      Mampu menjelaskan moksa sebagai tujuan akhir

·      Mampu menjelaskan tingkatan-tingkatan moksa

·      Mampu menunjukkan kutipan Sloka yang menunjukkan uraian tentang tingkatan Moksa

·      Mampu menjelaskan Moksa sebagai pencapaian kesadaran rohani paling tinggi yang disebut kebebasan

·      Mampu menjelaskan keberadaan empat jalan Catur Marga Yoga

·      Mampu menguraikan ciri dan sifat Bakti marga Yoga, karma margayoga, jnana marga yoga dan raja marga yoga  sebagai sarana mencapai pembebasan

·      Mampu menguraikan implementasi ajaran susila atau etika sebagai sarana untuk mencapai pembebasan

·      Mampu menguraikan ajaran astangga yoga sebagai sarana pembebasan  diri

v  AJARAN ASTANGGA YOGA

Ajaran “yoga” dapat menuntun manusia secara bertahap mengendalikan dirinya untuk dapat menguasai pikirannya dan akhirnya sampai mencapai ketenangan pada Sang Hyang Widhi. Pelaksanaan yoga terdiri dari delapan tahapan, yang disebut “Astāngga yoga”

Astangga Yoga Ialah delapan tahapan –tahapan  dalam melaksanakan yoga. Dalam hal menjalankan yoga astangga yoga wajib dilaksanakan. Melalui tahapan ini yang dibuat oleh rsi Patanjali

Delapan komponen itu adalah:

1.      Yama è Pengendalian diri tahap awal [jasamani]

2.       Niyama è Pengendalian diri tahap kedua [mental/rohani]

3.      Asana è sikap melakukan yoga

4.      Pranayama è Pengendalian nafas

5.      Pratyahara è Penguasaan panca indria

6.      Dharanaè Pemusatan pikiran

7.      Dhyana è pikiran tertuju tanpa putus-

8.      Samadhi è Keadaan supra sadar [terhubung]

v  Di dalam yogasutra adhyaya II sloka 29, menyebutkan:

“Yama niyamasana asanas pranayama

pratyahara dharana dhyana samadhys stavanggani”

Terjemahan:

Yang artinya: yama, niyama, asana, pranayama, pratyahara, dharana, dhyana, dan samadhi, inilah semua delapan bagian ajaran yoga.

Delapan tahap ajaran yoga ini, merupakan tangga untuk mengendalikan diri dan sekaligus merupakan aspek etika dalam ajaran yoga.

“Yogaçcitta vrtti nirodhah”.

[Yoga Sutra I.1]

Terjemahannya:

“Yoga adalah pengendalian gelombang-gelombang pikiran dalam alam pikiran”.

Berdasarkan uraian sloka di atas, dengan jelas dinyatakan bahwa gelombanggelombang pikiran itu harus dikendalikan.Yoga mengajarkan pengendalian diri untuk menjernihkan pikiran serta membebaskan ikatan/belenggu suka-duka yang bersifat duniawi, yang ada pada setiap diri manusia. Noda-noda yang mengotori pikiran manusia dapat dihilangkan secara berangsurangsur melalui pelaksanaan yoga.

4.2 BAGIAN-BAGIAN ASTANGGA YOGA

v   Di bawah ini diuraikan masing-masing bagian astangga yoga tersebut, yaitu:

1]. Yama

ð  Yama adalah pengendalian diri tahap pertama atau awal dan menampakkan pengendalian diri. Pada tahap ini latihan diawali dengan tingkah laku yang penuh cinta kasih [ahimsa/ tidak menyakiti]. Tujuan dari tahap ini adalah melatih menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta kasih seseorang sebelum lanjut pada tahap – tahap berikutnya, sebab dengan cintakasih maka akan timbul rasa tulus ikhlas dan pikiran yang tenang dan damai. Dengan keadaan seperti itu, akan sangat membantu seseorang dalam tajap – tahap berikutnya hingga akhirnya tercipta sebuah kebahagiaan rohani dan ketenangan pikiran yang mendalam.

Yama terdiri dari lima aspek yang prinsip, yaitu: ahimsa, satya, asteya, brahmacarya, dan aparigraha.

      a.       Ahimsa è Ahimsa berarti tidak menyakiti atau melukai perasaan orang lain

      b.       Satya è  berpikir, berkata, berbuat kebenaran.

      c.       Asteyaè artinya tidak mencuri..

      d.       Brahmacarya èberarti tetap melekat kepada brahma.

      e.       Aparigraha è tidak berlebihan dalam menikmati benda kesenangan

2] Niyama

ð  Niyama merupakan tahapan yang kedua dari delapan komponen astangga yoga. Niyama ini mengajarkan seseorang untuk mengikuti aturan – aturan tertentu  sebelum melakukan yoga, seperti misalnya kejujuran, bebas dari rasa iri hati, pembujangan, kesucian, pemberian sedekah, dan melakukan puasa pada waktu yang ditentukan. Tahap ini merupakan tahap yang lebih dalam dari tahapan Yama, karena sudah menggunakan tingkat ketulus ikhlasan hati seseorang. Seperti diuraikan dalam Patanjali Yoga Sutra II.40-45, Niyama dibagi kedalam lima bagian yaitu:

            a.     Sauca è kebersihan lahir batin.

b.    Santosa è suatu keadaan yang menyenangkan dan wajar, tanpa tekanan dan tanpa kepura-puraan.

c.    Tapah è mengekang, pengekangan

d.    Svadhyaya è mempelajari kitab-kitab suci

            e.     Isvarapranidhana è Penyerahan dan pengabdian kepada Tuhan

3]. Asana

ð  Asana merupakan anggota atau unsur yang ketiga dari astangga yoga. Asana ini adalah sikap pada waktu melaksanakan yoga. Dalam melaksanakan yoga, sikap duduk yang baik adalah sikap duduk yang paling disenangi dan rileks, asalkan dapat menguatkan konsentrasi dan pikiran serta tidak terganggu karena badan terasa sakit akibat sikap duduk yang dipaksakan. Selain itu sikap duduk yang dipilih agar dapat berlangsung lama, serta mampu mengendalikan sistem saraf sehingga terhindar dari goncangan-goncangan pikiran.

4]. Pranayama

ð  Pranayama adalah pengaturan pernapasan atau pengendalian keluar masuknya nafas ke paru-paru melalui lubang hidung dengan tujuan menyebarkan energi ke seluruh tubuh. Pada saat manusia menarik nafas mengeluarkan suara So, dan saat mengeluarkan nafas berbunyi Ham. Dalam bahasa Sansekerta So berarti energi kosmik, dan Ham berarti diri sendiri [saya]. Ini berarti setiap detik manusia mengingat diri dan energi kosmik.. Pranayama dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: adhama, madhyama, dan uttama [yang rendah, sedang atau yang paling tinggi].

v  Pranayama terdiri dari:

a]      Puraka yaitu menarik nafas,

b]      Kumbhaka yaitu menahan nafas, dan

c]      Recaka yaitu menghembuskan nafas.

v  Puraka, khumbaka, dan recaka dilaksankan pelan-pelan, bertahap masing-masing dalan tujuh detik. Hitungan tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan kedudukan ketujuh cakra yang ada pada tubuh manusia yaitu :

Muladhara yang terletak di pangkal tulang punggung diantara dubur dan kemaluan, svadishthana yang terletak diatas kemaluan, manipura yang terletak di pusar, anahata yang terletak di jantung, vishuddha yang terletak di leher, ajna yang terletak ditengah-tengah kedua mata, dan sahasrara yang terletak diubun-ubun. Pranayama bermanfaat memberi pemurnian dan cahaya pengetahuan. Dengan melakukan pranayama maka karma dari seorang yogi, yang menutupi pengetahuan untuk membedakan yang akan dihancurkan, oleh panorama keinginan magis. Jika hakekat yang bercahaya itu tertutupi maka jiwa pribadi akan diarahkan menuju kejahatan. Karma dari sang yogi yang menutupi cahaya dan membelenggunya untu mengulangi kelahiran, akan berkurang dengan latihan pranayama stiap saat hingga pada akhirnya dapat dilenyapkan.

5].  Pratyahara

ð  Pratyahara adalah penguasaan panca indria oleh pikiran sehingga apapun yang diterima panca indria melalui syaraf ke otak tidak mempengaruhi pikiran. Panca indria adalah : pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah dan rasa kulit. Pada umumnya indria menimbulkan nafsu kenikmatan setelah mempengaruhi pikiran. Yoga bertujuan memutuskan mata rantai olah pikiran dari rangsangan syaraf ke keinginan [nafsu], sehingga citta menjadi murni dan bebas dari goncangan-goncangan. Jadi yoga tidak bertujuan mematikan kemampuan indria. Menurut Maharsi Patanjali: Sva viyasa asamprayoga, cittayasa svarupa anukara, iva indriyanam pratyaharah, tatah parana vasyata indriyanam. Artinya : Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indria dan nafsunya masing-masing, serta menyesuaikan alat-alat indria dengan bentuk citta [budi] yang murni. Makna yang lebih luas sebagai berikut : Pratyahara hendaknya dimohonkan kepada Hyang Widhi dengan konsentrasi yang penuh agar mata rantai olah pikiran ke nafsu terputus.

 6].  Dharana

ð  Dharana [pemusatan] adalah memusatkan citta/ budi pada suatu obyek. Pemusatan atau dharana berarti membebaskan diri dari keragu-raguan dan keresahan. Dalam teknik yoga, pemusatan budi pada berbagai alat indra yang melahirkan cara suatu pengamatan. Konsentrasi mental [pemusatan pikiran] dan sikap-sikap membantu kita dalam produksi zat-zat kimia oleh kelenjar-kelenjar dan dengan demikian menghasilkan akibat-akibat fisiologis yang dapat dilihat dan cara yang sama konsentrasi mental dapat menghasilkan apa yang dapat disebut perasaan supra berupa rabaan, rasa, warna, bunyi, bau, dll. Pikiran ini disampaikan dalam bahasa yoga kuna dengan perkataan “Meditasi pada ujung hidung membangunkan unsur bumi dan menciptakan bau ajaib, meditasi pada ujung lidah membangunkan unsur air dan menciptakan rasa luar biasa, meditasi pada matahari atau bulan atau bintang-bintang membangunkan unsur cahaya dan menciptakan bentuk-bentuk keindahan luar biasa, meditasi pada OM atau pada perkataan suci lain membangunkan unsur udara dan menciptakan benuk-bentuk musik batin luar biasa, meditasi pada pikiran bahwa anda berada di pangkuan Tuhan membangunkan unsur angin dan menciptakan perasaan sentuhan luar biasa; semua ini membawa keyakinan pada budi yang goncang dan keyakinan itu membawa kedamaian”. Kemampuan melaksanakan dharana denggan baik, akan memudahkan mencapai dhyana dan samadhi.

 7].  Dhyana

ð  Dhyana adalah suatu keadaan dimana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada obyek yang disebutkan dalam dharana, tanpa tergoyahkan oleh obyek atau gangguan/ godaan lain, baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan yang nyata dirasakan oleh panca indria baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah, maupun rasa kulit. Gangguan atau godaan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran obyek dharana. Tujuan dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Hyang widhi melalui obyek dharana. Patanajali menguraikan “tatra pradyaya ekatanata dhyanam” yang artinya arus budi atau pikiran yang tiada putus-putusnya menuju tujuan [Hyang Widhi]. Wujud dhyana adalah sebagai peleburan segenap usaha diri rendah menuju tercapainya diri agung. Jiwa rendah sudah tidak memikirkan apalagi melainkan untuk mencapai Tuhan.

 8].  Samadhi

ð  Samadhi adalah tingkatan tertinggi dari astangga yoga yang dibagi kedalam dua keadaan, yaitu: Samprajnatta-Samadhi atau Sabija-Samadhi, adalah suatu keadaan dimana yogin masih mempunyai kesadaran.

v  Samadhi dirumuskan dalam patanjali sebagai “tad eva harta matra nirbhasam savarta sunyiam iva samadhi” [III. 3] yang artinya sesungguhnya adalah samadhi, didalam yang mana hanya artha [arti daripada tujuan] bercahaya dan bentuk sendiri [svarupa] hilang. Dalam keadaan transenden ini, pemikir diresap kedalam pikiran, aktivitas budi berhenti seperti orang menjadi satu dengan obyek yang dipikirkan atau direnungkan.

 Yoga Asanaa                                                                                      Meditasi

No

Astangga Yoga

Jenis Tahapan

Keterangan

1

Yama

1.  Ahimsa

Hata Yoga

2.  Satya

3.  Asteya

4.  Brahmacari

5.  Aparigraha

2

Niyama

1.    Sauca

2.    Sentosa

3.    Tapa

Kriya Yoga

4.    Svadyaya

5.    Isvara-pranidhana

3

Asana

4

Pranayama

1.      Prana

2.      Apana

3.       Samana

4.      Udana

5.      Vyana

5

Pratyahara

6

Dharana

Samyana

7

Dhyana

8

Samadhi

v  MANFAAT AJARAN ASTANGGA YOGA UNTUK JASMANI DAN ROHANI

Adapun manfaat ajaran astangga yoga dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

1]      Mampu meningkatkan sradha dan bhakti kepada Tuhan.

2]      Untuk menjaga kesehatan, kebugaran jasmani dan rohani.

3]      Menjadikan pikiran lebih tenang, rileks dan jauh dari stres

4]      Membuat umur panjang, damai dan tentram

5]      Menghilangkan rasa takut, egois, amarah dan dengki

6]      Untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual [SQ] Manusia.

v  PENERAPAN ASTANGGA YOGA DALAM MENCAPAI MOKSHA

 Dalam ajaran Catur Marga, ada empat jalan yang dapat ditempuh manusia untuk mencapai dan mendekatkan  diri dengan Tuhan [Moksa]. Salah satu jalan tersebut adalah Raja marga. Raja mmarga yoga adalah suatu jalan mistik [rohani] untuk mencapai kelepasan atau moksa, melalui raja marga yoga seseorang akan lebih cepat mencapai moksa, tetapi tantangan yang dihadapinya pun lebih berat.

Kebebasan/kesejahteraan tidak hanya bermakna dalam kehidupan sosial dan jasmaniah, dalam kehidupan keagamaan kebebasan/kebahagiaan secara rohaniah merupakan suatu cita-cita yang terus menerus untuk diupayakan agar dapat diraih

Dalam agama Hindu, kebebasan disebut dengan Moksa.

Moksa adalah tujuan tertinggi dalam kehidupan keagamaan yang berarti, bahwa Moksa merupakan arah, cita-cita yang selalu diusahakan untuk diraih dalam tiap gerak kehidupan. Moksa merupakan salah satu dari lima prinsip dasar keimanan dalam agama Hindu yang disebut Panca Sradha

Kata ‘Moksa berasal dari bahasa Sanskerta, dari akar kata mucyang berarti membebaskan atau melepaskan. Moksa berarti kelepasan, kebebasan. Istilah moksa dipersamakan dengan Mahardika, Mukti, Nirwana, Nisreyasa, Kaparamartan. Moksa adalah suatu keadaan bersatunya Atman dengan sumbernya yaitu Paramatman, suatu keadaan tanpa batas, diluar pengertian dan pemahaman, suatu keadaan yang tak terpikirkan, ketenangan, kebahagiaan, kekekalan. Dalam diri manusia ada Atman yang berfungsi sebagai unsur hidup, Atman terkurung dalam badan [sarira] yang diatur oleh hukum karma, terpengaruh oleh dampak baik buruk karmanya hingga semua wasana/kesan-kesan dari tindakan membawanya pada suatu rantai kematian dan kelahiran yang terus berulang [ Punarbhawa ]. Dalam siklus kelahiran dan kematian itu kebahagiaan dan penderitaan berdampingan bahkan antara kebahagiaan dan kedukaan tak punya sekat diantara keduanya, kesengsaraan membawa kenikmatan-kenikamtan membawa kesengsaraan

Orang mencapai moksa dengan jalan ini diwajibkan mempunyai seorang guru kerohanian yang sempurna untuk dapat menuntun dirinya kearah tersebut. Adapu tiga jalan pelaksanaan yang ditempuh oleh para raja yogin, yaitu melakukan tapa brata, yoga, dan samadhi. Tapa dan brata merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita kearah yang positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci. Sedangkan, yoga dan Samadhi adalah latihan untuk dapat menyatukan atman dengan Brahman, dengan melakukan meditasi atau pemusatan pikiran. seseorang raja yoga akan dapat menghubungkan dirinya dengan rohani melalui astanga yoga yang terakhir yaiti tahapan Samadhi yaitu penyatuan atman [sang diri sejati dengan Brahman].

 Bilamana seseorang melakukan yoga dengan teratur dan sungguh-sunguh ia akan dapat menerima getaran-getaran suici dan wahyu tuhan. Dalam Bhagawadgita dinyatakan sebagai berikut:

Yogiyuhjita satatam atmanam rahasi

sthitah ekaki yata-chittatma nirasir aparigraha.

[ Bhagawadgita, VI. 10]

Terjemahannya:

 Seseorang yogi harus tetap memusatkan pikirannya [kepada atman yang maha besar], tinggal dalam kesunyian dan tersendiri, menguasai dirinya sendiri, bebas dari angan-angan dan keinginan untuk memiliki.

v  ASTANGGA YOGA SEBAGAI DASAR PEMBENTUK BUDI PEKERTI LUHUR DALAM ZAMAN GLOBALISASI

śaśiwimba hanêng ghaṭa mesi bañu,

ndan asing śuci nirmala mesi wulan,

iwa mangkana rakwa kitêng kadadin,

ring angambĕki yoga kitêng sakala

katĕmunta marêka si tan katĕmu,

kahiḍĕpta marêka si tan kahiḍĕp,

kawĕnangta marêka si tan kawĕnang,

Paramārthaśiwâstunirāwaraṇa

Terjemahannya:

Wujud bulan ada di dalam jambangan yang berisi air. Maka setiap yang jernih tak bernoda berisi bulan. Demikian pula keadannya, Engkau hadir dalam segala yang ada. Bagi dia yang mengusahakan yoga Engkau berada di alam yang terlihat.

Sesuai dengan makna kutipan sloka diatas, melalui ajaran astangga yoga mampu menenangkan pikiran dari kekalutan, menjadi lebih jernih dan tentram. Orang yang sering marah-marah, egois, darah tinggi adalah mereka yang keadaan pikirannya tidak stabil dan cendrung berperilaku yang kurang baik.

Dengan rajin dan taat melaksanakan ajaran astangga yoga tersebut, senantiasa seseoarang akan mengalami fase perubahan yang signifikan, mulai dari yang sering marah-marah, bisa menjadi lebih tenang dan damai, mereka yang sering setres memikirkan kehidupan, menjadi lebih sabar dan ikhlas. Sehingga ajaran astangga yoga sangat relevan sekali diterapkan di zaman globalisasi ini untuk menjadikan kualitas manusia yang memiliki karakter dan keluhuran budi.

Ø  Sloka tentang Moksa

Yadā sattve pravrddhe tu,  pralayam yāti dehabhrit, tado ’ttamavidām lokan,  amalān pratipadyate

[Bhagavadgita XIV. 14]

Artinya ;

Apabila sattva berkuasa dikala penghuni-badan bertemu dengan kematian maka ia mencapai dunia suci tempat mereka, para yang mengetahui.

Bhaktyā tv ananyayā sakya, aham evamvidho ‘rjuna, jnātum drashtum cha tattvena praveshtum cha paramtapa

[Bhagawadgita,  XI.54]

Artinya ;

Tetapi dengan pengabdian jua yang hanya terpusatkan, oh Arjuna Aku dapat diketahui juga sesungguhnya dapat dilihat, Parantapa.

Bahunam janmanam ante jhanavan mam prapadyate, vasudevahsarvam iti sa mahatma su-durlabhah                                                                                                                                                                                          [Bhagawadgita, VII.19]

Artinya :

Pada akhir dari banyak kelahiran orang yang bijaksana menuju kepada Aku, karena mengetahui Tuhan adalah semuanya yang ada.

v  TINGKATAN MOKSA

Ø Berdasarkan capaianya, keadaan Atman yang telah mencapai kebebasan [tingkatan moksa] dapat dibedakan 

1. Jiwamukti

Adalah kebebasan/kebahagiaan yang telah dicapai seseorang selagi masih hidup, dimana seseorang dalam menjalani hidupnya tidak terpengaruh oleh gejolak panca indriya.

2. Widehamukti

Adalah kebebasan yang dicapai oleh seseorang, ketika Atman telah meninggalkan badan dimana Atman setara dengan Paramatman

3. Purnamukti

Adalah kebebasan yang paling sempurna, Atman dalam keadaanya telah menyatu dengan Sumbernya yaitu Paramatman

Ø Keberadaan Moksa dalam ajaran Hindu dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu

1. Samipya

Suatu kebebasan yang dicapai ketika seseorang melakukan Samadhi, pada saat seseorang melakukan yoga samadhi seluruh keterikatanya terlepas dan terfokus hanya pada kemurnian Atman

2. Sarupya

Adalah suatu kebebasan yang didapat oleh karena kelahiranya, dimana Atman pada diri seseorang merupakan pancaran Brahman dengan mengambil wujud tertentu, seperti seorang Awatara

3. Salokya

Keadaan Atman yang telah mencapai kebebasan pada tingkatan sama dengan Brahman [ tingkatan Dewa ]

4. Sayujya

Suatu kebebasan mutlak Atman bersatu dengan Brahman [ Brahman Atman Aikyam]

Brahmabhūtah prasannātmā, na sochati na kānkshati, samah sarveshu bhūteshu, madbhaktim labhate param

[Bhagawadgita, XVIII.54].

Artinya ;

Setelah menjadi satu dengan Brahman jiwanya tentram, tiada dhuka tiada nafsu-birahi, memandang semua mahluk-insani sama, ia mencapai pengabdian kepada-Ku yang tertinggi

v  UPAYA MEWUJUDKAN MOKSA

Catur Marga Yoga

Kebebasan/Moksa dapat dicapai melalui empat cara yang disebut Catur Marga Yoga yang memiliki pengertian Empat jalan mencapai penyatuan dengan Brahman/ Ida Sanghyang Widhi.

1. Bhakti Marga Yoga

Bhakti memiliki arti sembah, sujud, hormat.Bhakti Marga Yoga adalah jalan cinta kasih, seseorang yang mempergunakan jalan Bhakti Marga disebut seorang Bhakta. Seorang Bhakta mewujudkan cintanya dengan kepasrahan dan penyerahan secara total pada Ida Sanghyang Widhi Wasa dan ManifestasiNya [ Ista Dewata ], melakukan pemujaan, smaranam, [ menyebut berulang-ulang dan secara terus menerus nama Ista Dewata ] persembahan, Tirta Yatra. Bhakti Marga menuntut cinta kasih keiklasan dan kemurnian dalam kebaktian, Brahman dipahami dalam suatu wujud yang memiliki sifat-sifat utama, aspek dari Brahman dalam Ista Dewata sebagai Ibu maupun bapa dipuja dan dipuji dengan ketaatan disiplin yang ketat, mengembangkan semangat Tat Twam Asi, dan Catur paramita [ maitri, karuna, mudita dan upeksa ]. Penyerahan diri secara total si pemuja terhadap yang Dipuja itulah hakikat dari Bhakti Marga

2. Karma Marga Yoga

Karma adalah jalan tindakan sebagai upaya untuk mencapai pembebasan. Seorang yang mempergunakan Karma Marga sebagai upaya mendapatkan kesempurnaan disebut seorang Karmin. Jalan ini mengarahkan pada aspek karma/perbuatan tanpa pamrih, seorang karmin harus mampu untuk tidak mengharapkan hasil dari seluruh perbuatan yang dilakukanya, hasil bukanlah tujuan untuk berkarma, melihat kerja adalah sebagai kewajiban yang harus dilakukan.

Tasmad asaktah satatam karyam karma samacara, asakto by acaran karma param apnoti purusah

 Artinya :

Laksanakanlah kerja sebagai kewajiban tanpa terikat pada hasilnya, sebab dengan melepaskan ikatan atas hasil kerja akan mencapai keutamaan.

3. Jnana Marga

Jnana artinya pengetahuan. Hakikat pengetahuan adalah kebenaran, orang yang memiliki pengetahuan adalah orang yang mampu membedakan baik-buruk, benar-salah. Pengetahuan mengarahkan manusia untuk mampu meningkatkan kwalitas kehidupan. Pengetahuan [ Widya ] kebodohan [ Awidya ]

4.Raja Marga Yoga

Merupakan jalan yang menekankan pada pelaksanaan Tapa, Brata, Yoga, Samadhi. Yaitu berupa pengendalian emosi dan nafsu serta latihan pengendalian fikiran. Terdapat delapan sikap sebagai tuntunan teknis dalam ajaran Raja Marga yang dikenal sebagai Astangga Yoga seperti diajarkan Rsi Patanjali.

Ket.

Kriya yoga adalah yoga pendahuluan

Hata yoga disebut juga yoga Asanas/ olah fisik

Samyana adalah upaya untuk menghentikan gerak pikiran

RANGKUMAN

Ajaran “yoga” dapat menuntun manusia secara bertahap mengendalikan dirinya untuk dapat menguasai pikirannya dan akhirnya sampai mencapai ketenangan pada Sang Hyang Widhi. Pelaksanaan yoga terdiri dari delapan tahapan, yang disebut “Astāngga yoga”

Astangga Yoga Ialah delapan tahapan –tahapan  dalam melaksanakan yoga. Dalam hal menjalankan yoga astangga yoga wajib dilaksanakan. Melalui tahapan ini yang dibuat oleh rsi Patanjali

Delapan komponen itu adalah:

  1. Yama è Pengendalian diri tahap awal [jasamani]

2.       Niyama è Pengendalian diri tahap kedua [mental/rohani]

3.      Asana è sikap melakukan yoga

4.      Pranayama è Pengendalian nafas

5.      Pratyahara è Penguasaan panca indria

6.      Dharanaè Pemusatan pikiran

7.      Dhyana è pikiran tertuju tanpa putus-

8.      Samadhi è Keadaan supra sadar [terhubung]

Kata ‘Moksa’ berasal dari bahasa Sanskerta, dari akar kata muc yang berarti membebaskan atau melepaskan. Moksa berarti kelepasan, kebebasan. Istilah moksa dipersamakan dengan Mahardika, Mukti, Nirwana, Nisreyasa, Kaparamartan. Moksa adalah suatu keadaan bersatunya Atman dengan sumbernya yaitu Paramatman, suatu keadaan tanpa batas, diluar pengertian dan pemahaman, suatu keadaan yang tak terpikirkan, ketenangan, kebahagiaan, kekekalan.

Berdasarkan capaianya, keadaan Atman yang telah mencapai kebebasan [tingkatan moksa] dapat dibedakan 

1. Jiwamukti

2. Widehamukti

3. Purnamukti

Keberadaan Moksa dalam ajaran Hindu dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu

1. Samipya

2. Sarupya

3. Salokya

4. Sayujya

Kebebasan/Moksa dapat dicapai melalui empat cara yang disebut Catur Marga Yoga yang memiliki pengertian Empat jalan mencapai penyatuan dengan Brahman/ Ida Sanghyang Widhi.

1.      Bakti Marga Yoga

2.      Karma Marga Yoga

3.      Jnana Marga Yoga

4.      Raja Marga Yoga

BAB V

DASA YAMA BRATHA DAN DASA NYAMA BRATHA

A.    KOMPETENSI INTI :

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

2.  Menunjukkan prilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli [gotong royong, kerjasama, toleransi, damai], santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

B.     KOMPETENSI DASAR

1]      Menghayati konsep ajaran  yang tertuang dalam Dasa Yama Bratha dan Dasa Nyama Bratha 

2]      Berprilaku jujur dan disiplin menjalankan ajaran Dasa Yama Bratha dan Dasa Nyama Bratha dalam pergaulan hidup

3]      Memahami ajaran Dasa Yama Bratha dan Dasa Nyama Bratha dalam kehidupan sehari-hari

4]      Menyajikan dan menguraikan contoh-contoh Dasa Yama Bratha dan Dasa Nyama Bratha dalam kehidupan sehari-hari

C.    INDIKATOR

·           Dapat menjelaskan pengertian Dasa Yama dan Dasa Nyama Bratha

·           Dapat menyebutkan bagian-bagian Dasa Yama dan Dasa Nyama Bratha

·           Dapat menerapkan ajaran masing-masing ajaran Dasa Yama dan Dasa Nyama Bratha

D.      MATERI

Pengertian Dasa Yama Brata dan Dasa Nyama Brata

Ajaran Dasa Yama dan Dasa Nyama adalah ajaran susila Hindu yang dapat menuntun umatnya untuk berbuat susila agar menjadi orang yang memiliki budi pakerti luhur. Ajaran Susila sangat erat kaitannya dengan ajaran lain dalam agama Hindu yakni; ajaran Tattwa dan Upakara. Ajaran Tattwa, Susila dan Upakara dalam agam Hindu disebut Tri Kerangka Agama Hindu. Ketiga ajaran ini tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.Ketiga ajaran ini diibaratkan sebagai sebutir telur.Kulit telur adalah Upacara Hindu, Putih telur adalah ajaran Susila Hindu, sedangkan Kuning Telur/sarinya adalah ajaran Tattwa.Demikian juga ketiga ajaran ini diibaratkan seperti tubuh manusia.Tattwa adalah kepala manusia, Susila adalah badan manusia dan Upacara adalah kaki manusia.

Menurut kamus kecil Sanskerta-Indonesia [Pemda Tingkat 1 Bali, 1982/1983:187, 126,238] kata Yama diartikan sebagai pengendalian atau pengendalian diri sendiri , sedangkan kata Ni berarti dalam, dan Brata dengan asal kata Vrata diberi makna sebagai kehendak, sumpah atau kewajiban.

Sementara itu kamus jawa kuno-Indonesia, memberikan arti bahwa Yama berarti pengendalian diri atau pengekangan diri, Niyama artinya kewajiban atau sumpah, dan brata berarti perbuatan suci seperti berpuasa atau bertapa.

Dengan demikian Yama Brata dapat diartikan sebagai pengendalian diri atau usaha-usaha untuk mengatur diri sendiri dengan lebih cermat guna mengendalikan nafsu indria dan berpantang melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.Sedangkan Niyama Brata berarti sumpah atau janji kepada diri sendiri agar mampu berbuat, mampu mengatur diri dengan lebih ketat dan sekaligus berpantang terhadap larangan atau melaksanakan sesuatu yang diwajibkan oleh ajaran agama.

Dalam hal ini Yama Brata lebih menekankan kepada pengendalian kedalam diri, mengendalikan semua perbuatan yang diakibatkan oleh dorongan nafsu, sedangkan Niyama Brata lebih menitik beratkan kepada hal-hal lahiriah berupa pengendalian terhadap tindakan yang ditunjukan terhadap orang lain atau mahluk lain.

v  PENGERTIAN DASA YAMA BRATA

Kata Dasa Yama Brata berasal dari Bahasa Sanskerta yang terdiri dari tiga kata yaitu: Dasa, Yama dan Brata. Dasa berarti sepuluh, Yama berarti Pengendalian, Brata sama artinya dengan Wrata berarti keinginan atau kemauan.

Jadi arti dari Dasa Yama Brata adalah sepuluh pengendalian keinginan untuk mendapatkan kesempurnaan hidup.

Adapun bagian-bagian dari Dasa Yama Brata yaitu :

  1. Anrsangsya atau harimbawa – tidak mementingkan diri sendiri
  2. Ksma artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan.
  3. Satya artinya setia kepada ucapan sehingga menyenangkan setiap orang.
  4. Ahimsa artinya tidak membunuh atau menyakiti makhluk lain.
  5. Dama artinya dapat menasehati diri sendiri.
  6. Arjawa artinya jujur dan mempertahankan kebenaran.
  7. Pritti artinya cinta kasih sayang terhadap sesama makhluk.
  8. Prasada artinya berpikir dan berhati suci dan tanpa pamrih.
  9. Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut dan sopan santun.
  10. Mardhawa artinya rendah hati, tidak sombong dan berpikir halus.

Tujuan dan Manfaat Ajaran Dasa Yama Brata dalam pembentukan kepribadian yang luhur

Tujuannya agar kita dapat mengikutinya untuk meningkatkan kesempurnaan hidup.

1.    Anresangsya artinya tidak mementingkan diri sendiri.

Di dalam kehidupan sehari-hari seseorang hendaknya selalu berusaha lebih mengutamakan kepentingan orang banyak dari pada kepentingan pribadinya.

Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Anresangsya:

  • Membatalkan janji pribadi untuk melaksanakan kepentingan warga masyarakat.
  • Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
  • Memberi kesempatan kepada penyebrang jalan dengan memperlambat kecepatan sepeda motor/mobil.
  • Memberikan tempat duduk kita di dalam bus/angkutan kepada orang tua atau orang hamil.
  • Membiasakan antre atau menunggu giliran di SPBU, Puskesmas, rumah sakit atau kantor.

2. Ksma artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan. Contoh-contoh pelaksanaa ajaran Ksama, seperti:

·        Memaafkan kesalahan teman.

·        Tidak marah atau tersinggung bila dijelek-jelekkan teman.

·        Tetap melanjutkan sekolah walaupun tidak naik kelas.

·        Tidak merasa minder/berkecil hati walaupun merasa diri ada kekurangan,dll.

3. Satya berarti setia dengan ucapan sehingga menyenangkan hidup. Satya berarti juga kejujuran atau kebenaran. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Satya, seperti:

·        Mengatakan dengan sebenarnya apa yang dilihat, di dengar.

·        Bertanggung jawab terhadap yang telah diperbuat.

·        Menepati janji.

·        Jujur terhadap kata hati.

·        Melaksanakan Panca Satya, yaitu :

a.   

Satya Wacana : setia terhadap ucapan. b. Satya Laksana : setia terhadap perbuatan. c. Satya Mitra setia terhadap teman, berteman dalam keadaan senang maupun susah. d. Satya Semaya : selalu menepati janji yang diucapkan.

e. Satya Hredaya: jujur terhadap kata hati

4. Ahimsa artinya tidak membunuh, tidak menyiksa atau menyakiti makhluk. Contoh pelaksanaan ajaran Ahimsa, seperti:

·      Tidak membunuh binatang sembarangan.

·      Tidak meracuni hewan.

·      Tidak mengganggu hewan yang sedang tidur.

·      Tidak memfitnah.

·      Tidak menghina teman yang memiliki kekurangan.

Agama Hindu juga membenarkan melakukan pembunuhan/Himsa Karma tetapi hendaknya dilandasi cinta kasih dan dharma, seperti:

a. Untuk Dewa Puja yaitu untuk persembahan kepada para Dewa dan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi.

b. Pitra Puja yaitu membunuh untuk persembahan kepada leluhur.

c. Athiti Puja yaitu membunuh untuk dipersembahkan atau dihaturkan kepada tamu.

d. Dharma Wigata yaitu membunuh di dalam peperangan/pertempuran.

5. Dama artinya sabar dan dapat menasehati diri sendiri. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dama, seperti:

·      Menyadari perbuatan, perkataan dan perbuatan kita yang keliru.

·      Memikirkan terlebih dahulu akan perkataan yang akan diucapkan.

·      Sebelum tidur renungkanlah perbuatan yang telah kita lakukan sebagai evaluasi harian untuk meningkatkan kwalitas diri.

·      Biasakan tidak terlalu repot membicarakan kelemahan orang, masih lebih baik jika rajin melihat kelemahan diri sendiri.

·      Untuk menghindari adanya penyesalan yang datangnya selalu di belakang, sebelum berkata dan berbuat pikirkan secara matang akibatnya.

Orang yang penyabar tidak mudah tersinggung, orang sabar disayang Tuhan.Orang sabar dapat menasehati dirinya sendiri.

6. Arjawa artinya jujur mempertahankan kebenaran bersifat terbuka dan berterus terang. Sifat terbuka dan berterus terang menghindarkan kita dari kesalahpahaman.Kesalahpahaman dapat menimbulkan masalah. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Arjawa, seperti:

·      Jangan mengaku dan merasa diri selalu paling benar.

·      Katakan yang benar adalah benar yang salah adalah salah.

·      Berpijaklah pada kebenaran walaupun banyak godaan.

·      Orang yang mempertahankan kebenaran akhirnya akan menang.

·      Jadilah ksatria pembela kebenaran seperti peribahasa Berani karena benar Takut karena Salah.

7. Priti artinya cinta kasih sayang terhadap sesama Makhluk .Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Priti, seperti:

·      Hiduplah rukun saling mengasihi sesama teman di sekolah, bersama keluarga, begitu juga dengan tetangga sekitar.

·      Memelihara hewan peliharaan dengan baik.

·      Rajin merawat dan memupuk tanaman, dll

8. Prasada artinya bertpikir dan berhati suci tanpa pamerih. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Prasada, misalnya:

·      Jujur dan tulus pada setiap tindakan untuk memupuk dan menumbuhkan kesucian hati.

·      Berpikir jernih, cermat dan masuk akal jangan mengembangkan pikiran buruk atau berburuk sangka [negatif thinking] kepada orang lain.

·      Rajin sembahyang.

·      Jujur dan setia terhadap setiap tindakan.

·      Berbuat yang iklas tanpa pamerih,

Jagalah pikiran kita agar tetap jernih dan suci. Hindarikan pikiran dari hal-kal kotor dan bodoh, karena pikiran yang diliputi oleh niat yang kotor dan bodoh menyebabkan manusia lebih rendah dari binatang, dll

9. Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut dan sopan santun. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Madurya, seperti:

·      Bersikap ramah tamah terhadap semua orang, menghindari sikap judes dan cuek.

·      Bersikap lemah lembut terhadap semua orang, menghindari sikap kasar, emosional dan mudah tersinggung.

·      Bersikap sopan santun terhadap siapa saja dan di manapun berada.

·      Selalu menjaga sikap santun ketika berhadapan dengan orang lain baik dengan teman sejawat, orang yang lebih tua, guru ataupun siapa saja.

·      Selalu berbicara yang sopan kepada lawan bicara.

·      Menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai terhadap orang lain.

·      Tidak memperlihatkan wajah masam, cemberut dan kusam,

10. Mardawa artinya rendah hati tidak sombong. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mardawa, misalnya:

·      Selalu ringan tangan suka membantu orang yang membutuhkan pertolongan.

·      Menghargai orang lain.

·      Menghormati orang lain.

·      Tidak mementingkan diri sendiri.

·      Peduli terhadap orang lain.

·      Bersikap empati terhadap penderitaan orang lain sehingga memiliki keinginan untuk memberi pertolongan.

·      Menyadari diri memiliki kelebihan dan kekurangan.

·      Menghindarkan diri dari perbuatan merendahkan harga diri orang lain.

·      Selalu bersikap sabar dan tidak membalas dendam.

·      Dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.

v  PENGERTIAN DASA NYAMA BRATA  

Pengertian Dasa Nyama Brata

Dasa Nyama Brata juga berasal dari Bahasa Sanskerta, yang terdiri dari tiga kata, yaitu: Dasa berarti sepuluh, Nyama berarti pengendalian dalam tahap mental, Brata/Wrata berarti keinginan atau kemauan.

Jadi Dasa Nyama Brata berarti sepuluh macam pengendalian keinginan dalam tingkat mental untuk mencapai kesempurnaan hidup.

Adapun bagian-bagian dari Dasa Nyama Brata yaitu:

  1. Dhana artinya suka berderm tanpa pamrih.
  2. Ijya artinya pemujaan terhadap Hyang Widhi dan leluhur.
  3. Tapa artinya melatih diri untuk daya tahan dari emosi agar dapat mencapai ketenangan bathin.
  4. Dhyana artinya tekun memusatkan pikiran kepada HYang Widhi.
  5. Upasthanigraha artinya pengendalian hawa nafsu birahi.
  6. Swadhyaya artinya tekun mempelajrai ajaran-ajaran suci dan pengetahuan umum.
  7. Bratha artinya taat akan sumpah dan janji.
  8. Upawasa artinya berpuasa atau pantang terhadap suatu makanan dan minuman yang dilarang dalam ajaran agama.
  9. Mona artinya membatasi perkataan.
  10. Snana artinya tekun melakukan penyucian diri tiap hari dengan jalan mandi dan sembahyang.

Contoh-contoh Pelaksanaan Dasa Nyama Brata

1. Dana artinya berderma dan beramal tanpa pamerih. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dana, seperti:

·      Membiasakan berderma kepada orang yang sedang menderita mengalami kesusahan dalam hidupnya.

·      Kekayaan berupa harta benda bersifat tidak kekal dan tidak dibawa mati, maka sisihkanlah sebagian harta kita untuk berderma/beramal.

·      Berikanlah sedekah kepada orang yang membutuhkan.

·      Lakukan sedekah pada waktu yang tepat, misalnya pada waktu orang kesusahan, pada waktu orang tertimpa bencana.

·      Berikanlah sedekah kepada orang miskin atau orang sakit.

·      Berikanlah sedekah kepada pengemis dengan ikhlas. Janganlah marah kepada pengemis, jangan mengusirnya dan janganlah mencela.

Pemberian sedekah atau dana menurut waktu pemberiannya ada 4 tingkatan menurut Slokantara 17, sebagai berikut:

Dana yang diberikan di bulan Purnama dan bulan Mati [Tilem] menyebabkan 10 kali kebaikan yang diterima.

Dana yang diberikan pada bulan Gerhana membawa phahala [100] seratus kali.

Dana yang diberikan pada hari suci Sraddha menjadi 1000 kali lipat.

Sedekah/Dana yang diberikan diakhir Yuga phahala kebaikannya akan tidak terbatas.

Pemberian sedekah atau dana menurut Tingkatannya ada 4 menurut Slokantara 21, sebagai berikut:

Pemberian berupa makanan itu mutunya kecil, disebut Kanista Dana.

Pemebrian berupa Uang/pakaian mutunya menengah, disebut Madyama Dana.

Pemberian berupa gadis itulah yang dianggap tinggi, disebut Utama Dana.

Pemberian sedekah/dana berupa Ilmu Pengetahuan itu mengatasi semuanya dan membawakan kebajikan besar, disebut Ananta Dana.

2. Ijya artinya pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Ijya, seperti:

·      Rajin melakukan Tri Sandya setiap hari [ pagi, siang, sore ].

·      Rajin berdoa setiap saat.

·      Rajin melakukan persembahyangan pada hari raya.

·      Rajin melakukan meditasi dan berjapa, dll

3. Tapa artinya menggembleng diri untuk menimbulkan daya tahan. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Tapa, seperti:

·      Berlatih diri mengendalikan pikiran seperti berusaha untuk berpikir jernih, berpikir yang baik agar tahan uji terhadap masalah yang mengganggu pikiran.

·      Berlatih mengendalikan keinginan, misalnya memenuhi keinginan sesuai kebutuhan, memenuhi keinginan sesuai kemampuan, menghindari keinginan yang menimbulkan kerugian baik bagi diri sendiri maupun orang lain agar tahan uji terhadap pengaruh buruk keinginan itu.

·      Berlatih hidup sederhana agar tahan uji terhadap penderitaan.

·      Berlatih mengendalikan perkataan agar tahan uji untuk tidak berkata yang menyakitkan misalnya berkata kasar, mengancam, menghardik, dan mengeluarkan kata-kata ejekan dan hinaan.

·      Berlatih mengendalikan perbuatan, misalnya tidak melakukan perbuatan curang, mencuri, suka berkelahi, suka memancing keributan, suka berbuat onar, dll.

4.Dhyana artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dhyana, seperti:

·      Saat belajar di kelas perlu memusatkan pikiran tentang pelajaran yang sedang diajarkan.

·      Memusatkan pikiran pada saat mengendarai sepeda motor/mobil.

·      Berlatih melakukan pemusatan pikiran dengan melakukan Pranayama.

·      Berlatih melakukan pemusatan pikiran dengan sembahyang.

·      Berlatih melakukan pemusatan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi dengan meakukan yoga, tapa dan semadi, dll

5. Swadhyaya artinya tekun mempelajari dan memahami ajaran suci. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Swadhyaya, seperti:

·      Tekun belajar jangan cepat putus asa.

·      Berusaha belajar secara mandiri artinya belajar tanpa diperintah dan belajar menemukan jawaban sendiri.

·      Jangan malu bertanya kepada orang lain tentang suatu masalah yang tidak dimengerti atau tidak diketahui

·      Rajin membaca buku kerohanian dan buku-buku lain yang berguna dalam kehidupan.

·      Mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, dll

6. Upasthanigraha artinya mengendalikan hawa nafsu kelamin. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Upasthanigraha, misalnya:

·      Menghindari berduaan dengan lawan jenis di tempat yang sepi.

·      Menghindari berpakaian yang ketat atau seksi bahkan berpakaian yang merangsang.

·      Mengindarkan diri dari pikiran kosong agar tidak berpeluang menghayal terhadap hal-hal yang porno.

·      Tidak menonton tayangan televisi yang menyiarkan film-film Dewasa.

·      Tidak membuka HP yang berisi film-film porno.

·      Hindari membaca komik atau menonton VCD Porno.

·      Sibukkanlah diri dengan kegiatan-kegiatan positif, seperti olahraga, kursus, ekstra kulikuler, belajar menari, Pramuka, megambel.

·      Menghindari berprilaku genit terhadap lawan jenis, dll

7. Brata artinya taat akan sumpah. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Brata, seperti:

·      Berjanjilah dari lubuk hati yang paling dalam.

·      Taatilah apa yang menjadi janjimu, seperti; saya ingin menjadi orang yang berguna, saya ingin menjadi orang yang berbakti kepada orang tua, saya ingin menjadi orang yang berguna dalam keluarga.

·      Janji dalam hati bukan untuk diingkari tetapi untuk ditaati, dll

8. Upawasa artinya berpuasa mengekang nafsu terhadap makanan dan minuman. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Upawasa, misalnya:

·      Hindari memakan makanan yang berlebihan karena nafsu belaka.

·      Hindarkan diri untuk memakan makanan yang sudah basi atau kedaluwasa.

·      Hindari makan makanan yang kotor.

·      Hindari memakan makanan yang tidak jelas asal usulnya.

·      Aturlah jadwal makan, misalnya makan teratur yaitu sarapan pagi, makan siang dan makan sore secara teratur.

·      Mengendalikan nafsu makan, misalnya makanlah secukupnya sesuai kebutuhan tubuh, jangan makan yang berlebihan.

·      Menghindari sikap rakus.

·      Mencoba untuk berpuasa pada hari Raya Nyepi, Siwaratri atau pada hari Raya Hindu sesuai kemampuan, dll

9. Mona artinya membatasi perkataan. Mona juga berarti pantang atau tidak berkata-kata dalam kurun waktu tertentu atau membatasi perkataan. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mona, seperti:

·      Hindari berkata kasar.

·      Hindari perkataan mencaci maki.

·      Hindari perkataan bohong.

·      Hindari mengeluarkan tata-kata hinaan maupun ejekan.

·      Jangan mengeluarkan perkataan mengancam.

·      Hindarkan diri untuk tidak berkata yang kotor dan jorok.

·      Belajar melakukan mona brata pada hari Raya Nyepi sesuai kemampuan, dll

10. Snana artinya tekun melakukan penyucian diri dengan jalan mandi atau sembahyang. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Snana, misalnya:

·      Rajin mandi 2 kali sehari yaitu pagi hari sebelum sekolah dan sore hari.

·      Rajin merawat badan, misalnya: memotong rambut yang panjang, memotong kuku, menyikat gigi, mencuci pakaian sendiri, mandi dengan menggunakan air bersih dan memakai sabun.

·      Rajin sembahyang baik di sekolah dengan Tri Sandya dan di rumah di sore hari melaksanakan Tri Sandya dan Kramaning Sembah.

·      Rajin melakukan Pranayama untuk menyucikan pikiran.

·      Jujur dalam hidup, dll. 


ètidak mementingkan diri sendiri

èsuka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan

èbenar, jujur dan tidakk berdusta

ètidak menyakiti dan tika membunuh

èsabar dan dapat menasehati diri sendiri

ètulus hati dan berterus terang

èberfikir dan berhati suci

èmanis tutur dan pandangannya

èrendah hati dan tidak sombong

èberderma, beramal tanpa pamrih

èpemujaan kepada sang Hyang Widhi dan Leluhur.

èpengekanan nafsu jasmani dan tahan uji

ètekun memusatkan pikiran kepada Sang Hyang Widhi

ètekun mempelajari ajaran suci weda.

èpengekangan hawa nafsu sexsual

è melakukan pantangan yaitu tidak melakukan sesuatu

èPengekangan diri /puawasa

è membatasi atau pengekangan perkataan

ètekun melakukan penyucian diri dengan jalan mandi/sembahyang.

 
 


DAFTAR PUSTAKA

Agus S. Mantik. 2007. Bhagavad Gita Surabaya : Paramita

Agung Oka.I Gusti. 1978. Sad Darsana.PGHAN Denpasar

Kadjeng, Dkk. I Nyoman. 2001. Sarasamuccaya Jakarta : [ terjemahan dalam bahasa Indonesia] : Dharma Nusantara

Punyatmaja, Drs.IB.Oka.1984.Panca Sradha.Denpasar : Parisadha Hindu Dharma Indonesia Pusat

Pudja,MA.Gde Sudharta. MA. Tjok Rai.2004. Manawadharmasastra.Surabaya: Paramita

Pudja,MA.,SH.Gde.1971.Weda Parikrama.Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab suci Agama Hindu Departemen Agama RI

Pudja,MA.,SH.Gde.1977. Hukum Waris Hindu. Jakarta: CV Junasco

Surpha,SH. Iwayan.1986. Pengantar Hukum Hindu. Tanpa penerbit

Wiratmaja, Drs. I Gst. Agama Hindu Sejarah dan Seradha. Tanpa tahun dan tidak diterbitkan


Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề