Mengapa pemeriksaan fungsi pendengaran perlu dilakukan di ruang kedap suara

Tes audiometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan mendengar dan mendeteksi masalah pada pendengaran sejak dini. Gangguan pendengaran bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi, dewasa, hingga lansia.

Gangguan pendengaran adalah kondisi ketika seseorang tidak bisa mendengar sebagian atau seluruh suara melalui salah satu atau kedua telinganya. Orang yang mengalami gangguan pendengaran ringan mungkin masih bisa berkomunikasi dengan baik.Namun, gangguan pendengaran yang sudah parah bisa menyebabkan tuli. Hal ini tentu mengganggu kualitas hidup penderitanya dan menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi.

Penyebab dan Gejala Gangguan Pendengaran

Berikut ini adalah beberapa kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran:

1. Tuli konduktif

Tuli konduktif terjadi ketika suara tidak dapat mencapai gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran di telinga bagian tengah. Gangguan pendengaran jenis ini akan membuat Anda kesulitan untuk mendengar suara yang lembut atau pelan.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang mengalami tuli konduktif, di antaranya:

  • Infeksi telinga
  • Penumpukan kotoran telinga
  • Masuknya benda asing ke dalam telinga
  • Tumor atau reaksi alergi di liang telinga
  • Terlalu sering kemasukan air, misalnya akibat aktivitas berenang atau menyelam

2. Tuli sensorineural

Gangguan pendengaran sensorineural terjadi akibat kerusakan atau gangguan pada telinga bagian dalam atau pada saraf pendengaran di telinga dan otak. Gangguan pendengaran jenis ini biasanya bersifat permanen.

Tuli sensorineural bisa membuat penderitanya sulit mendengar suara yang terlalu pelan atau terlalu nyaring. Hal ini dikarenakan gelombang suara yang tertangkap telinga tidak dapat diproses oleh saraf pendengaran dan otak.

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya tuli sensorineural:

  • Cacat bawaan lahir
  • Penuaan
  • Paparan suara bising atau terlalu nyaring dalam jangka panjang
  • Cedera pada kepala
  • Penyakit Meniere
  • Neuroma akustik
  • Kelainan autoimun yang merusak saraf pendengaran

3. Barotrauma telinga

Barotrauma adalah kondisi ketika telinga mengalami cedera atau kerusakan akibat perubahan tekanan udara. Orang yang mengalami barotrauma telinga biasanya akan merasakan telinga pengang atau berdenging. Barotrauma tidak hanya terjadi di telinga, namun juga di paru-paru maupun saluran pencernaan.

Barotrauma telinga sering terjadi pada orang yang berada di ketinggian atau kedalaman tertentu, misalnya berada di pegunungan atau dataran tinggi, di dalam pesawat terbang, atau sedang menyelam.

Ketika mengalami gangguan pendengaran, seseorang juga biasanya akan mengalami beberapa tanda dan gejala berikut ini:

  • Sering meminta orang lain untuk mengulang perkataan
  • Sulit memahami ucapan atau perkataan lawan bicara atau orang sekitar
  • Sakit kepala
  • Pusing atau vertigo
  • Telinga berdengung

Terkadang, gangguan pendengaran juga menyebabkan penderitanya sering merasa lelah, stres, dan bahkan menarik diri dari lingkungan sosial.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa gangguan pendengaran bisa bersifat sementara atau permanen dan umumnya terjadi secara bertahap seiring bertambahnya usia. Namun, gangguan pendengaran terkadang bisa juga terjadi secara tiba-tiba.

Jika Anda mengalami berbagai gejala di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter THT. Dokter akan mengevaluasi fungsi pendengaran dengan melakukan pemeriksaan telinga dan tes pendengaran, salah satunya adalah dengan tes audiometri.

Uji Pendengaran dengan Tes Audiometri

Tes audiometri dilakukan menggunakan sebuah mesin yang disebut audiometer untuk menghasilkan suara dengan volume dan frekuensi yang berbeda-beda. Tak hanya untuk mendeteksi gangguan pendengaran, tes audiometri juga dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin [check-up].

Berikut ini adalah tahapan pemeriksaan dengan tes audiometri:

Tahap persiapan

Saat tes audiometri dilakukan, Anda akan diminta untuk duduk di ruangan khusus. Pemeriksa atau audiolog akan menjelaskan tata cara pemeriksaan dan apa saja yang perlu Anda lakukan di dalam ruangan tersebut. Setelah itu, audiolog akan memasang earphone di telinga Anda.

Tahap pemeriksaan

Saat tes audiometri dimulai, audiolog akan memainkan berbagai suara, seperti bunyi dan ucapan, dengan volume, frekuensi, dan interval yang berbeda ke kedua telinga. Hal ini bertujuan untuk menentukan rentang kemampuan pendengaran masing-masing telinga.

Selama pemeriksaan audometri berlangsung, audiolog akan memberikan instruksi, misalnya meminta Anda untuk mengangkat tangan atau mengulang ucapan yang Anda dengar. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan Anda dalam mengenali kata dan membedakan bunyi ucapan dengan suara-suara sekitar.

Tahap analisis hasil tes

Setelah menjalani tes, audiolog akan meninjau hasil tes Anda. Melalui hasil tes tersebut, dokter dapat memberi tahu penyebab gangguan pendengaran yang Anda alami dan langkah penanganan yang tepat untuk mengatasinya.

Tes audiometri biasanya membutuhkan waktu selama 40–60 menit. Tes ini tidak membutuhkan persiapan khusus sebelumnya dan tidak menimbulkan risiko apa pun. Selama menjalani pemeriksaan, Anda hanya perlu mengikuti instruksi dari audiolog saja.

Jika Anda atau keluarga Anda mengalami beberapa gejala gangguan pendengaran, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter agar pemeriksaan dan tes pendengaran [termasuk tes audiometri] dapat dilakukan untuk menilai seberapa baik kemampuan pendengaran Anda.

Apabila hasil tes menunjukkan bahwa Anda mengalami gangguan pendengaran, dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk menggunakan alat bantu dengar.

Tes pendengaran [audiometri] adalah bagian dari pemeriksaan telinga yang menguji seberapa baik seseorang dapat mendengar dan mendeteksi kebisingan sebagai gangguan pendengaran yang termasuk ke dalam Penyakit Akibat Kerja.

Standar Ruang Kedap Suara memenuhi ANSI S3.1-1991 Tingkat Kebisingan Ambient Maksimum yang Diperkenankan untuk Ruang Uji Audiometri.

Metode Tes Audiometri : Audiometri Ambang Konduksi Udara dan Tulang Nada Murni Standar. [Identik dengan ISO 8253-1: 1989].

Hasil audiogram telah diprogram sehingga dapat membantu perusahaan untuk mendiagnosis Noise Induced Hearing Loss [NIHL/Tuli Akibat Bising], Standard Threshold Shift [STS] dan besaran kompensasi.

Audiometri adalah prosedur pemeriksaan untuk mengecek fungsi pendengaran dan mendeteksi ada tidaknya gangguan pendengaran yang dialami oleh pasien. Prosedur ini akan menunjukkan intensitas dan nada suara, fungsi keseimbangan, dan masalah lainnya pada kinerja telinga bagian dalam. Audiometri dapat dilakukan oleh dokter spesialis THT [telinga, hidung, tenggorokan]. 

Suara bisa didengar ketika gelombang suara mencapai saraf di telinga bagian dalam. Gelombang suara tersebut dialirkan ke bagian ini melalui saluran telinga, gendang telinga, dan tulang di telinga tengah [konduksi udara], serta tulang di belakang telinga [konduksi tulang].

Dari telinga bagian dalam, gelombang suara kemudian dibawa ke otak lewat serabut-serabut saraf. Otak kemudian memproses dan mengindentifikasi suara ini.

Gelombang suara bisa diukur berdasarkan intensitas [volume suara] dan kecepatan getaran [nada]. Intensitas suara diukur dengan satuan desibel [dB], nada suara diukur dengan satuan Hertz [Hz]. Audiometri dapat mengukur kemampuan seseorang dalam mendengarkan suara tersebut.

Kenapa audiometri diperlukan?

Audiometri dapat mendeteksi stadium awal gangguan pendengaran atau kondisi tuli. Karena itu, tes ini dilakukan sebagai skrining rutin pada fungsi pendengaran.

Selain sebagai proses skrining, audiometri juga bisa dianjurkan apabila pasien mengalami gangguan pendengaran akibat penyebab apapun.

Siapa yang membutuhkan pemeriksaan audiometri?

Audiometri dibutuhkan bagi pasien dengan keluhan gangguan pendengaran. Penyebab yang paling dari kondisi ini meliputi:

  • Kelainan bawaan
  • Infeksi telinga kronis
  • Kondisi genetik, seperti otosklerosis
  • Cedera pada telinga
  • Penyakit telinga bagian dalam, misalnya penyakit Meniere atau kondisi autoimun yang merusak telinga bagian dalam
  • Terpapar suara nyaring terus-menerus
  • Gendang telinga pecah

Tidak ada persiapan khusus yang perlu dilakukan sebelum audiometri. Pasien hanya perlu tetap diam dan tidak bergerak selama prosedur agar hasil pemeriksaan akurat.

Bagaimana audiometri dilakukan?

Audiometri dilakukan dalam ruangan khusus yang kedap suara dengan prosedur sebagai berikut:

  • Pasien akan diminta untuk memakai earphone yang terhubung dengan mesin audiometri.
  • Mesin audiometri akan mengirimkan gelombang suara dengan berbagai nada dan intensitas ke telinga pasien.
  • Dokter atau teknisi medis akan meminta pasien untuk mengangkat tangan ketika mendengar suara pada telinga kanan atau kiri. Misalnya, mengangkat tangan kanan saat mendengar suara di telinga kanan dan mengangkat tangan kiri ketika mendengar suara di telinga kiri.
  • Selain mengangkat tangan, pasien juga mungkin diminta untuk menekan tombol yang disediakan guna menandakan pasien mendengar suara pada telinga kanan maupun
  • Dokter atau teknisi medis lalu merekam tiap nada pada volume terkecil yang dapat didengar pasien.

Hasil audiometri dikatakan normal bila pasien dapat mendengar nada dari 250 hingga 8000 Hz pada intensitas suara 25 dB atau lebih rendah. Sedangkan hasil tidak normal bisa menandakan banyak jenis dan derajat ketulian.

Derajat ketulian atau gangguan pendengaran dinilai berdasarkan intensitas suara [desibel]. Hasilnya terbagi dalam beberapa kelompok berikut:

  • Normal: 0-25 dB
  • Ganguan ringan: 25-40 dB
  • Ganguan sedang: 41-65 Db
  • Ganguan berat: 66-90 dB
  • Ganguan sangat berat: lebih dari 90 dB

Ada jenis ketulian yang ditandai dengan hilangnya kemampuan mendengar nada rendah atau tinggi. Ada pula yang ditandai dengan hilangnya kemampuan konduksi udara atau tulang. Sementara ketidakmampuan mendengar nada murni di bawah 25 dB akan menandakan gangguan pendengaran.

Jenis dan derajat ketulian dapat memberikan informasi terkait penyebab gangguan pendengaran yang dialami oleh pasien. Beberapa kondisi yang dapat memicu hasil audiometri tidak normal meliputi:

  • Neuroma akustik
  • Trauma akustik dari suara ledakan atau suara yang sangat keras
  • Ketulian karena usia
  • Sindrom Alport
  • Infeksi telinga kronis
  • Labirintitis
  • Penyakit Meniere
  • Paparan suara keras dalam waktu lama, misalnya ahli mesin di pabrik, atau kebiasaan mendengarkan musik yang nyaring
  • Pertumbuhan tulang tidak normal pada telinga tengah [otosklerosis]
  • Gendang telinga pecah atau berlubang

Bila hasil audiometri tidak normal, pemeriksaan lain bisa dilakukan oleh dokter. Langkah ini bertujuan untuk melihat fungsi telinga dalam dan saraf pendengaran. Berikut contohnya:

  • Otoacoustic emission test [OAE] yang dapat mendeteksi respons suara yang diterima oleh telinga bagian
  • Pencitraan [seperti MRI kepala] untuk mendeteksi neuroma akustik.

Setelah audiometri, dokter akan mendiskusikan hasil pemeriksaan dengan pasien. Tindakan untuk mencegah ketulian lebih lanjut akan diberikan.

Jenis penanganan penanganan akan tergantung pada derajat dan jenis ketulian yang dialami oleh pasien. Beberapa tindakan ini meliputi penggunaan penutup telinga ketika terpapar suara keras serta alat bantu dengar.

Apa saja risiko audiometri?

Pemeriksaan audiometri tidak memiliki risiko apapun. Karena itu, Anda bisa menjalaninya tanpa ragu.

Medline Plus. //medlineplus.gov/ency/article/003341.htm
Diakses pada 21 Mei 2020

Mayfield Clinic. //mayfieldclinic.com/pe-hearing.htm
Diakses pada 21 Mei  2020

Healthline. //www.healthline.com/health/audiology
Diakses pada 21 Mei 2020

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề