Sebutkan contoh penerapan karakteristik di lingkup rumah tangga atau keluarga

Mengetahui contoh penerapan komunikasi dalam lingkungan keluarga akan berguna terutama saat kita menerapkan pola komunikasi yang baik di dalam keseharian. Komunikasi antar anggota keluarga mungkin menjadi sesuatu hal yang tidak asing lagi untuk kita. Latar belakang keluarga juga akan sangat berpengaruh dengan jenis komunikasi yang ada di dalamnya. Ada keluarga yang menginginkan komunikasi antara orang tua dan anak berjalan dengan mengunggulkan tata krama, ada keluarga yang berkomunikasi dengan mengakrabkan diri dan lain sebagainya. Etika komunikasi antar pribadi digunakan di sini.

Beragam gaya komunikasi tersebut tidak masalah selama keharmonisan keluarga bisa tetap terjalin dengan baik. Kunci utama dalam komunikasi di lingkungan keluarga tentunya adalah bagaimana membangun kehangatan dan penyampaian pesan yang bermakna tanpa adanya kesalahpahaman melalui komunikasi antar pribadi. Berikut ini adalah beberapa macam contoh dari penerapan komunikasi tersebut:

  1. Permintaan izin orang tua

Di lingkungan keluarga, ada kalanya anak akan meminta izin kepada orang tua untuk melakukan sesuatu. Komunikasi yang akan dilakukan anak kepada orang tua tentu akan menggunakan bahasa-bahasa santun. Ini merupakan contoh penerapan yang paling umum terjadi dalam suatu lingkungan keluarga. (Baca juga: Cara berkomunikasi dengan baik)

Diskusi keluarga biasanya dilakukan untuk memecahkan permasalahan bersama. Kadang-kadang tidak semua anggota dilibatkan. Komunikasi interpersonal hanya terjadi antar orang tua saja, antar anak, antara orang tua dengan beberapa anak atau memang lengkap semuanya. Bentuk komunikasi ini biasanya memiliki bentuk komunikasi lingkaran dimana semua yang terlibat dalam komunikasi akan menerima paparan informasi yang proporsional.

Saat merayakan hari-hari besar tertentu, kadang keluarga besar akan mengadakan acara kumpul-kumpul. Di sinilah nampak penerapan komunikasi di lingkungan tersebut. Kita akan menjadi lebih tahu bagaimana pola interaksi antar anggota keluarga secara lebih luas. Karakteristik yang ada pun akan sesuai dengan latar belakang dan budaya keluarga tersebut.

Saat orang tua mendampingi belajar anaknya, ini merupakan salah satu contoh penerapan komunikasi dalam lingkungan keluarga. Komunikasi yang terjadi di sini tentu saja masuk dalam kriteria komunikasi pembelajaran. Kadang tidak diperlukan penggunaan bahasa formal di sini. Bahasa informal akan lebih merekatkan hubungan orang tua dengan anak.

  1. Berbagi pengalaman atau cerita

Kebiasaan keluarga selanjutnya yaitu saling bertukar pengalaman, cerita dan aktivitas yang telah dilakukan. Sebenarnya ini bisa dikatakan juga sebagai salah satu bentuk komunikasi dengan isi informasi yang sifatnya reportase. Penerapan komunikasi ini akan bagus untuk merekatkan jalinan kasih sayang orang tua dengan anak, dengan membina hubungan yang saling terbuka satu sama lain.

  1. Komunikasi jarak jauh antar anggota keluarga

Saat anak-anak sudah menjadi dewasa, kadang mereka harus meninggalkan orang tuanya untuk merantau. Komunikasi bisa tetap dilakukan dengan melakukan komunikasi jarak jaruh. Penerapan komunikasi ini umum terjadi di lingkungan keluarga. Pada dasarnya, kemudahan teknologi sudah membuat proses ini menjadi bukan hal yang sulit lagi. (Baca juga: Komponen-komponen komunikasi)

Mendongeng adalah salah satu aktivitas menyenangkan bagi orang tua untuk menghibur anaknya yang masih kecil. Bentuk komunikasi yang terjadi memang mungkin saja masih satu arah. Namun demikian ini tetap menjadi salah satu bagian dari penerapan komunikasi.

Hampir mirip dengan mendongeng, berkomunikasi dengan bayi menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga baru. Bayi hanya akan memberikan sinyal-sinyal tertentu berupa tangisan atau pun senyuman sebagai tanda ia nyaman atau tidak. Penerapan komunikasi ini juga merupakan hal yang memang bisa kita temui dalam lingkungan keluarga.

Jadi, itulah beberapa macam bentuk penerapan komunikasi yang ada dalam keluarga. Kita bisa mengamati lebih banyak lagi untuk memahami apa saja komunikasi yang mungkin sering dilakukan. Contoh penerapan komunikasi dalam lingkungan keluarga ini masih umum dan bisa dikembangkan lebih banyak lagi.

Oleh: Frista Zeuny

Dewasa ini, pendidikan karakter merupakan sebuah harapan untuk meminimalisir efek buruk bagi kemajuan bangsa. Dimana pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Masalah terbesar yang dihadapi oleh suatu bangsa, termasuk bangsa Indonesia adalah munculnya berbagai macam krisis, diantaranya krisis ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, keamanan dan moral. Namun diantara banyaknya krisis tersebut, yang menjadi masalah utama adalah krisis moral. Dengan adanya krisis moral akan memunculkan berbagai macam krisis lainnya.

Banyak bukti yang menjelaskan terjadinya kerusakan moral di masyarakat. Pada tingkat elit, rusaknya moral bangsa ditandai dengan maraknya praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Sementara, pada tingkat bawah (rakyat), ditunjukkan dengan merajalelanya berbagai tindakan kejahatan ditengah-tengah masyarakat, seperti penipuan, pencurian, penjambretan, permpokan, perkosaan maupun pembunuhan. Sedangkan di kalangan pelajar ditandai dengan maraknya seks bebas, penyalahgunaan narkoba, penyebaran foto dan video porno, serta tawuran.

Ketika zaman telah bertransformasi menjadi sebuah era komunikasi dan informasi yang begitu bebas dan terbuka, maka diperlukan sebuah tatanan nilai yang baik. Salah satunya dengan menerapkan pendidikan pancasila dan pendidikan karakter yang diterapkan dalam lingkungan keluarga. Pancasila sebagai ideologi bangsa ini seharusnya akan menjiwai setiap tingkah laku warganya. Namun hal sebaliknya cenderung terjadi, seperti ketika kita berselancar di media sosial, seolah terjadi ambivalensi antara gambaran masyarakat tentang orang indonesia dan kenyataan di dunia maya. Hal ini dapat dilihat dari begitu banyaknya ujaran kebencinya (hate speech) yang begitu mudah ditulis oleh pengguna media sosial.

Fenomena tersebut menyadarkan kita akan pentingnya pendidikan karakter. Pendidikan karakter akan berjalan efektif dan utuh jika melibatkan tiga institusi, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan karakter tidak akan berjalan dengan baik jika mengabaikan salah satu institusi, terutama keluarga. Pendidikan informal dalam keluarga mempunyai peranan penting dalam proses pembentukan karakter seseorang. Hal itu disebabkan, keluarga merupakan lingkungan tumbuh dan berkembangnya anak sejak usia dini hingga menjadi dewasa. Melalui pendidikan dalam keluargalah karakter seorang anak terbentuk.

Karakter juga dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun bertindak.

Karakter yang baik menurut Lickona (2013 : 82), terdiri dari mengetahui yang baik (moral knowing), menginginkan yang baik (moral feeling), dan melakukan hal yang baik (moral action), yang dalam penjelasannya disebutkan sebagai pembiasaan dalam cara berfikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan.

Orang tua masa kini menaruh perhatian yang sangat besar kepada sekolah yag bagus dan bergengsi untuk membentuk anak-anaknya menjadi anak yang pandai, cerdas dan berkarakter. Akan tetapi dalam kenyataannya, harapan orang tua masih jauh dari realisasinya.

Karakter kita terdiri dari kebiasaan-kebiasaan kita. Kebiasaan yang terbentuk semasa kanak-kanak dan remaja kerap bertahan hingga dewasa. Orang tua dapat mempengaruhi pembentukan kebiasaan anak mereka, dalam hal yang baik maupun yang buruk.

Untuk menanamkan karakter pada diri anak ada beberapa metode yang bisa digunakan, antara lain :

Internalisasi adalah upaya memasukkan pengetahuan (knowing) dan keterampilan melaksanakan pengetahuan (doing) ke dalam diri seseorang hingga pengetahuan itu menjadi kepribadiannya (being) dalam kehidupan sehari-hari.

“Anak adalah peniru yag baik.” Ungkapan tersebut seharusnya disadari oleh orang tua, sehingga mereka bisa lebih menjaga sikap dan tindakannya ketika berada atau bergaul dengan anak-anaknya. Berbagi keteladanan dalam mendidik anak menjadi sesuatu yang sangat penting.

Inti dari pembiasaan adalah pengulangan. Jika orang tua setiap masuk rumah mengucapkan salam, itu telah diartikan sebagai usaha membiasakan. Bila anak masuk rumah tidak mengucapkan salam, maka orang tua mengingatkan untuk mengucapkan salam.

Masa anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya, dan kreativitas mereka perlu dijaga dengan menciptakan lingkungan yang menghargai kreativitas, yaitu melalui bermain.

Sebuah cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh anak, dengan bercerita orang tua dapat menanamkan nilai pada anaknya, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Nasihat merupakan kata – kata yang mampu menyentuh hati disertai dengan keteladanan. Nasihat memadukan antara metode ceramah dan keteladanan, namun lebih diarahkan pada bahasa hati.

Memberi penghargaan kepada anak penting untuk dilakukan, karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan penghargaan dan ingin dihargai. Selain penghargaan, hukuman juga bisa diterapkan untuk membentuk karakter anak. Penghargaan harus didahulukan, dibandingkan hukuman.

Dalam mensosialisasikan pendidikan karakter, orang tua mempunyai beberapa kendala, diantaranya :

  1. Perubahan zaman dan gaya hidup
  2. Pengaruh televisi pada gaya komunikasi anak
  3. Perbedaan watak dan jenis kelamin anak
  4. Perbedaan tipe kecerdasan anak

Dari berbagai kendala tersebut, orang tua harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan usahanya, serta harus lebih mengenal anak – anak agar penanaman karakter pada anak dapat berhasil.

Pendidikan karakter ini tidak akan berhasil dengan baik dan tidak akan berarti apa – apa, apabila keluarga melepaskan tanggung jawab pembentukan karakter hanya kepada sekolah. Peran keluarga dalam pendidikan anak teramat besar, keluarga merupakan unsur terkecil dalam masyarakat, dari keluarga pulalah anak belajar berperilaku dan bersikap sebagai anggota masyarakat yang bermartabat. Peran keluarga memiliki peranan yang penting, agar proses dalam setiap jenjang, jalur, dan jenis pendidikan serta berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab.

Sumber :

https://www.industry.co.id/read/10674/peran-keluarga-dalam-pendidikan-karakter, ditulis oleh Rahmad, M.Pd.

Muchlas Samani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja Rosdakarya, cetakan ketiga, 2013, 43

Thomas Lickona, Educating for Character, Mendidik untuk Membentuk Karakter, terjemahan Juma Abdu Wamaungo, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, 82

Amirulloh Syarbini, Model pendidikan karakter dalam keluarga, Jakarta: gramedia, 2014, 69 – 73

Enni k. Hairuddin, Membentuk Karakter Anak dari Rumah, Jakarta: Gramedia, 2014, 33-47