Sebutkan faktor-faktor munculnya kebangkitan nasional

Contoh Bentuk Kegiatan Perjuangan Organisasi Pergerakan Nasional.

Top 1: sebutkan 2 faktor intern dan ekstern yang mendorong lahirnya ... - Brainly

Pengarang: brainly.co.id - Peringkat 110

Ringkasan: . Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia . Indetifikasikan bentuk perilaku sebagai pengamalan sikap persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bernegara . . buatlah rangkuman materi tentang ppkn bab 6​ . peran apa yang di lakukan kepala daerah dalam pembagian wilayah daerah??jelaskan ya kak makasi><​ . Tuliskan masing-masing 3 contoh ancaman terhadap persatuan dan kesatuan bangsa Indones

Hasil pencarian yang cocok: Sebutkan 2 faktor intern dan ekstern yang mendorong lahirnya kebangkitan ... Muncul pergerakan nasional di beberapa negara selain Indonesia, ... ...

Top 2: 1.sebutkan faktor faktor intern yang mendorong lahirnya kebangkitan ...

Pengarang: brainly.co.id - Peringkat 107

Ringkasan: . Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia . Indetifikasikan bentuk perilaku sebagai pengamalan sikap persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bernegara . buatlah rangkuman materi tentang ppkn bab 6​ . peran apa yang di lakukan kepala daerah dalam pembagian wilayah daerah??jelaskan ya kak makasi><​ . Tuliskan masing-masing 3 contoh ancaman terhadap persatuan dan kesatuan bangsa Indone

Hasil pencarian yang cocok: 1. Faktor internal, yakni : - Adanya penderitaan rakyat yang berkepanjangan akibat penjajahan. · 2. Faktor eksternal pendorong kebangkitan ... ...

Top 3: Sebutkan faktor ekstern yang mendorong munculnya k...

Pengarang: roboguru.ruangguru.com - Peringkat 175

Ringkasan: Kebangkitan Nasional Indonesia adalah periode pada paruh pertama abad ke-20 di Nusantara [kini Indonesia], ketika rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai "orang Indonesia". Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Budi Utomo [20 Mei 1908] dan ikrar Sumpah Pemuda [28 Oktober 1928]. Secara garis besar, faktor pendorong kebangkitan nasional terbagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal yakni:penderitaan yang berkepanjanga

Hasil pencarian yang cocok: Sebutkan faktor ekstern yang mendorong munculnya kebangkitan nasional! ...

Top 4: Sebutkan faktor pendorong lahirnya kebangkitan nas... - Roboguru

Pengarang: roboguru.ruangguru.com - Peringkat 172

Ringkasan: Kebangkitan nasional adalah sebuah masa dimana bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, nasionalisme, serta kesadaran untuk mencapai kemerdekaan bagi Indonesia. Masa ini ditandai dengan lahirnya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Ada beberapa faktor yang mendorong lahirnya kebangkitan nasional. Faktor tersebut dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dari lahirnya kebangkitan nasional adalah sebagai berikut.Penderitaan yang diakibatkan penjajah

Hasil pencarian yang cocok: Sebutkan faktor pendorong lahirnya kebangkitan nasional. ...

Top 5: Faktor Pendorong Munculnya Pergerakan Nasional Halaman all

Pengarang: amp.kompas.com - Peringkat 159

Ringkasan: . Lihat FotoDok. kemdikbud.go.id Pendiri organisasi Budi Utomo. KOMPAS.com - Pada abad ke-20, para pejuang Indonesia mencoba membuat strategi baru dalam melawan penjajah melawan kolonial.. Strategi yang dipakai pada zaman tidak lagi berupa senjata dan perang. Perjuangan digerakkan lewat organisasi-organisasi modern.. Sehingga pada zaman tersebut dikenal sebagai masa Pergerakan Nasional.. Organisasi-organisasi di masa ini bersifat modern, serta lebih terarah atau terorganisir. Organisasi juga

Hasil pencarian yang cocok: 11 Feb 2020 — Berdirinya pergerakan-pergerakan nasional di Indonesia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Halaman all. ...

Top 6: SEJARAH HARI KEBANGKITAN NASIONAL

Pengarang: disdik.grobogan.go.id - Peringkat 116

Ringkasan: Penerapan Politik Etis pada bidang pendidikan tidak memberikan kesempatan pendidikan yang luas kepada penduduk Hindia Belanda, tetapi hanya memberikan pendidikan Belanda untuk anak-anak elit pribumi. Sebagian besar pendidikan dimaksudkan untuk menyediakan tenaga kerja klerikal untuk birokrasi kolonial yang sedang tumbuh. Meskipun demikian, pendidikan Barat membawa serta ide-ide politik Barat tentang kebebasan dan demokrasi. Selama dekade 1920-an dan 30-an, kelompok elit hasil pendidikan ini mul

Hasil pencarian yang cocok: 20 Mei 2021 — Faktor internal yakni [1] penderitaan yang berkepanjangan akibat penjajahan; [2] kenangan kejayaan masa lalu, seperti pada masa Kerajaan ... ...

Top 7: Top 10 faktor eksternal apa saja yang mendorong lahirnya kebangkitan ...

Pengarang: mempelajari.com - Peringkat 190

Hasil pencarian yang cocok: Top 4: Sebutkan faktor ekstern yang mendorong munculnya k. — Ringkasan: Kebangkitan Nasional Indonesia adalah ... Sebutkan faktor ekstern yang mendorong ... ...

Top 8: sebutkan faktor internal dan eksternal - Clearnote

Pengarang: clearnotebooks.com - Peringkat 101

Ringkasan: . Faktor Internal;. 1. Penderitaan berkepanjangan. 2. Lahirnya golongan cendikiawan. 3. Kenangan kejayaan masa lampau yang pernanh di alami Indonesia seperti di masa-masa Sriwijaya dan Majapahit Faktor Eksternal:. 1. Kemenangan Jepang terhadap Rusia. 2. Kebangkitan nasional di negara-negara lain seperti India dan Filipina. 3. Pengaruh masuknya paham-paham seperti nasionalisme dan demokrasi.

Hasil pencarian yang cocok: sebutkan faktor internal dan eksternal yang mendorong kebangkitan nasional tahun 1908! ...

Top 9: Top 10 sebutkan faktor intern pendorong munculnya kebangkitan ...

Pengarang: apaartidari.com - Peringkat 186

Hasil pencarian yang cocok: Top 6: Sebutkan faktor ekstern yang mendorong munculnya k. — Ringkasan: Kebangkitan Nasional Indonesia adalah ... Sebutkan faktor ekstern yang mendorong ... ...

Top 10: Apa Faktor Internal dan Eksternal Pergerakan Nasional Indonesia?

Pengarang: amp.tirto.id - Peringkat 153

Ringkasan: tirto.id - Pergerakan nasional di Indonesia muncul sebagai sebagai reaksi faktor internal dalam negeri dan faktor eksternal dari luar negeri. Kedua faktor itu saling berhubungan dan memantik sikap nasionalisme hingga lahir kemerdekaan Indonesia.Meskipun demikian, faktor dari dalam negeri lebih menentukan timbulnya pergerakan nasional, daripada faktor eksternal. Faktor luar negeri hanya berperan sebagai pemercepat proses munculnya pergerakan nasional Tanpa adanya faktor eksternal sekal

Hasil pencarian yang cocok: 18 Mar 2022 — Faktor luar negeri hanya berperan sebagai pemercepat ... ...

Lihat Foto

Dok. kemdikbud.go.id

Pendiri organisasi Budi Utomo.

KOMPAS.com - Pada abad ke-20, para pejuang Indonesia mencoba membuat strategi baru dalam melawan penjajah melawan kolonial.

Strategi yang dipakai pada zaman tidak lagi berupa senjata dan perang. Perjuangan digerakkan lewat organisasi-organisasi modern.

Sehingga pada zaman tersebut dikenal sebagai masa Pergerakan Nasional.

Organisasi-organisasi di masa ini bersifat modern, serta lebih terarah atau terorganisir. Organisasi juga bersifat nasional dan dipelopori oleh orang-orang terpelajar.

Baca juga: Pergerakan Nasional di Indonesia, Diawali Organisasi Budi Utomo

Faktor pendorong

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan [Kemendikbud], munculnya pergerakan nasional di Indonesia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal, yakni:

  1. Adanya penderitaan rakyat yang berkepanjangan akibat penjajahan.
  2. Adanya kenangan kejayaan masa lalu seperti zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
  3. Lahirnya kaum-kaum intelektual atau terpelajar yang menjadi pemimpin pergerakan.
  4. Adanya diskriminasi rasial.

Faktor ekternal, yakni:

  1. Timbulnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang masuk ke Indonesia. Seperti nasionalisme, demokrasi, liberalisme dan sosialisme
  2. Munculnya gerakan Turki muda atau All Indian National Congres 1885, dan Gandhisme. Itu tidak lepas kebangkitan nasional di Asian dan Afrika.
  3. Adanya kemenangan Jepang atas Rusia pada 1905 yang menyadarkan dan membangkitkan bangsa-bangsa Asia untuk melawan bangsa barat.

Sebelum abad ke-20, perlawanan bangsa Indonesia masih dilakukan bersifat lokal atau kedaerahan. Perlawanan dilakukan secara fisik dengan menggunakan senjata tradisional dan dipimpin oleh tokoh-tokoh karismatik.

Baca juga: Dunia Kuliner Era Pergerakan Nasional

Namun, perlawanan seperti itu selalu gagal dan dapat dipatahkan penjajah dengan senjatanya yang lebih kuat. Banyak pejuang-pejuang yang tewas dalam perperangan tersebut.

Masa perjuangan fisik pun berakhir di awal abad 20.

Video liên quan

Kebangkitan Nasional Indonesia adalah periode pada paruh pertama abad ke-20 di Nusantara [kini Indonesia], ketika rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai "orang Indonesia".[1] Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Budi Utomo [20 Mei 1908] dan ikrar Sumpah Pemuda [28 Oktober 1928].[2]

Untuk mengejar keuntungan ekonomi dan menguasai administrasi wilayah, Belanda menerapkan sistem pemerintahan kolonial pada orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki kesamaan identitas politik. Pada awal abad ke-20, Belanda menetapkan batas-batas teritorial di Hindia Belanda, yang menjadi cikal bakal Indonesia modern.

Pada paruh pertama abad ke-20, muncul sejumlah organisasi kepemimpinan yang baru. Melalui kebijakan Politik Etis, Belanda membantu menciptakan sekelompok orang Indonesia yang terpelajar. Perubahan yang mendalam pada orang-orang Indonesia ini sering disebut sebagai "Kebangkitan Nasional Indonesia". Peristiwa ini bersamaan dengan peningkatan aktivitas politik hingga mencapai puncaknya pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.[1]

Kebangkitan nasional juga disebabkan oleh masuknya perkembangan pikiran dari kaum muda.

Secara garis besar, faktor pendorong kebangkitan nasional terbagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal yakni [1] penderitaan yang berkepanjangan akibat penjajahan; [2] kenangan kejayaan masa lalu, seperti pada masa Kerajaan Sriwijaya atau Majapahit; dan [3] munculnya kaum intelektual yang menjadi pemimpin gerakan. Sedangkan faktor eksternalnya yakni [1] timbulnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika seperti nasionalisme, liberalisme, dan sosialisme; [2] munculnya gerakan kebangkitan nasional di Asia seperti Turki Muda, Kongres Nasional India, dan Gandhisme; dan [3] kemenangan Jepang atas Rusia pada perang Jepang-Rusia yang menyadarkan negara-negara di Asia untuk melawan negara barat.[3]

Pendidikan

 

Siswa sekolah pertanian di Tegalgondo, Jawa Tengah, sekitar tahun 1900–1940.

Pada awal abad ke-20, orang Indonesia yang mengenyam pendidikan tingkat menengah hampir tidak ada dan sejak saat itu, Politik Etis memungkinkan perluasan kesempatan pendidikan menengah bagi penduduk asli Indonesia.[4] Pada tahun 1925, fokus pemerintah kolonial bergeser ke penyediaan pendidikan kejuruan dasar selama tiga tahun.

Pada tahun 1940, lebih dari 2 juta siswa telah bersekolah sehingga tingkat melek huruf meningkat menjadi 6,3 persen yang tercatat dalam sensus tahun 1930. Pendidikan menengah Belanda membuka cakrawala dan peluang baru, dan sangat diminati oleh orang-orang Indonesia.[4]

Pada tahun 1940, antara 65.000 hingga 80.000 siswa Indonesia bersekolah di sekolah dasar Belanda atau sekolah dasar yang didukung Belanda, atau setara dengan 1 persen dari kelompok usia yang sesuai. Di sekitar waktu yang sama, ada 7.000 siswa Indonesia di sekolah menengah menengah Belanda. Sebagian besar siswa sekolah menengah bersekolah di MULO.[4]

Meskipun jumlah siswa yang terdaftar relatif sedikit dibandingkan dengan total kelompok usia sekolah, pendidikan menengah Belanda memiliki kualitas tinggi dan sejak tahun 1920-an mulai menghasilkan elit Indonesia terdidik yang baru.

Lihat pula: Sumpah Pemuda

 

Delegasi yang hadir pada Sumpah Pemuda, yang menyepakati kerangka kerja Indonesia, terutama bahasa nasional yang sama.

 

Anggota Partai Nasional Indonesia, salah satu organisasi utama yang pro-kemerdekaan.

Penerapan Politik Etis pada bidang pendidikan tidak memberikan kesempatan pendidikan yang luas kepada penduduk Hindia Belanda, tetapi hanya memberikan pendidikan Belanda untuk anak-anak elit pribumi. Sebagian besar pendidikan dimaksudkan untuk menyediakan tenaga kerja klerikal untuk birokrasi kolonial yang sedang tumbuh. Meskipun demikian, pendidikan Barat membawa serta ide-ide politik Barat tentang kebebasan dan demokrasi. Selama dekade 1920-an dan 30-an, kelompok elit hasil pendidikan ini mulai menyuarakan kebangkitan anti-kolonialisme dan kesadaran nasional.

Pada periode ini, partai politik Indonesia mulai bermunculan. Berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908 oleh Dr. Soetomo dinilai sebagai awal gerakan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Tanggal berdirinya Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Namun, penetapan waktu tersebut masih mengundang diskusi yang menimbulkan polemik.[5][6] Dasar pemilihan Budi Utomo sebagai pelopor kebangkitan nasional dipertanyakan lantaran keanggotaan Budi Utomo masih sebatas etnis dan teritorial Jawa. Kebangkitan nasional dianggap lebih terwakili oleh Sarekat Islam, yang mempunyai anggota di seluruh Hindia Belanda.[7][8]

Pada tahun 1912, Ernest Douwes Dekker bersama Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat mendirikan Indische Partij [Partai Hindia].[9] Pada tahun itu juga, Sarekat Dagang Islam yang didirikan Haji Samanhudi bertransformasi dari koperasi pedagang batik menjadi organisasi politik.[10] Selain itu, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, organisasi yang bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.[11]

Pada November 1913, Suwardi Suryaningrat membentuk Komite Boemi Poetera. Komite tersebut melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjahan Prancis, tetapi dengan pesta perayaan yang biayanya berasal dari negeri jajahannya. Ia pun menulis "Als ik eens Nederlander was" ["Seandainya aku seorang Belanda"] yang dimuat dalam surat kabar de Expresm milik Douwes Dekker. Karena tulisan inilah Suwardi Suryaningrat dihukum buang oleh pemerintah kolonial Belanda.[12]

Sementara itu, Partai Komunis Indonesia [PKI], yang dibentuk pada tahun 1920, adalah partai yang memperjuangkan kemerdekaan yang sepenuhnya diinspirasi oleh politik Eropa. Pada tahun 1926, PKI mencoba melakukan revolusi melalui pemberontakan yang membuat panik Belanda, yang kemudian menangkap dan mengasingkan ribuan kaum komunis sehingga secara efektif menetralkan PKI selama sisa masa pendudukan Belanda.

Pada 4 Juli 1927, Sukarno dan Algemeene Studieclub memprakarsai berdirinya Perserikatan Nasional Indonesia sebagai partai politik baru. Pada Mei 1928, nama partai ini diubah menjadi Partai Nasional Indonesia. Menurut sejarawan M.C. Ricklefs, ini merupakan partai politik penting pertama yang beranggotakan etnis Indonesia, semata-mata mencita-citakan kemerdekaan politik.[13]

Pada tanggal 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda mendeklarasikan Sumpah Pemuda, yang menetapkan tujuan nasionalis: "satu tumpah darah — Indonesia, satu bangsa — Indonesia, dan satu bahasa — Indonesia".

Kebebasan politik di bawah Belanda cukup dibatasi. Walaupun tujuan Belanda untuk "membudayakan" dan "memodernisasi" masyarakat Hindia Belanda terkadang memberi toleransi terhadap organisasi dan publikasi media dari orang Indonesia asli, Belanda juga sangat membatasi konten dari aktivitas-aktivitas ini.

Seperti terhadap banyak pemimpin sebelumnya, pemerintah Belanda menangkap Sukarno pada tahun 1929[14] serta melarang PNI. Pemerintah kolonial Belanda menekan banyak organisasi berbasis nasionalisme dan memenjarakan sejumlah pemimpin politik. Meskipun Belanda tidak dapat sepenuhnya membungkam suara-suara lokal yang menuntut perubahan, mereka berhasil mencegah agitasi secara luas. Walaupun sentimen nasionalisme tetap tinggi pada tahun 1930-an, gerakan-gerakan nyata untuk memperjuangkan kemerdekaan tetap tertahan. Pada akhirnya, Perang Dunia II membuat berbagai perubahan dramatis pada kekuatan politik dunia yang juga memengaruhi Hindia Belanda.

Seiring dengan Perang Dunia II, nasib politik Hindia Belanda menjadi tidak jelas. Sebagai penguasa, Belanda mendapati negara mereka diduduki oleh Jerman Nazi pada Mei 1940. Dengan didudukinya negara mereka oleh pihak asing, Belanda berada dalam posisi yang lemah untuk mempertahankan kekuasaan mereka di Hindia Belanda. Namun, pemerintah kolonial bertekad untuk melanjutkan kekuasaannya atas Nusantara.

Pada awal 1942, Kekaisaran Jepang menginvasi Hindia Belanda. Belanda hanya memiliki sedikit kemampuan untuk mempertahankan koloninya dari tentara Kekaisaran Jepang dan pasukan Belanda dikalahkan dalam waktu sebulan—yang mengakhiri kekuasaan kolonial Belanda di Nusantara. Masa pendudukan Jepang di Nusantara selama tiga tahun berikutnya membawa begitu banyak perubahan sehingga Revolusi Nasional Indonesia dimungkinkan.[15]

Setelah Jepang menyerah kepada Blok Sekutu pada tahun 1945, Belanda berusaha untuk melanjutkan kendali kolonial mereka atas Hindia Belanda. Untuk tujuan ini, Belanda memperoleh dukungan militer dari Inggris sehingga terjadi pertempuran berdarah di Jawa untuk memulihkan kekuasaan Belanda. Meskipun mengalami kerugian besar, kaum nasionalis Indonesia tidak bisa dihalangi. Pada tahun 1945, gagasan tentang "Indonesia" tampaknya tidak dapat ditolak.

 

Peringatan 20 Tahun Hari Kebangkitan Nasional di Yogyakarta, 20 Mei 1948

Wikisource memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:

Pembaharuan Keputusan Presiden Indonesia No. 316 tahun 1959

Sejak 1959, tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional, disingkat Harkitnas, yaitu hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Kebangkitan Nasional Indonesia.

  •  

    Monumen Kebangkitan Nasional di Solo

  •  

    Logo Kebangkitan Nasional Ke 100 Tahun

  •  

    Prangko peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional

  •  

    Prangko peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional

  1. ^ a b Ricklefs [1991], hlm. 163-164.
  2. ^ Hannigan 2015, hlm. 176.
  3. ^ "Faktor Pendorong Munculnya Pergerakan Nasional". Kompas. 11 Februari 2020.  Parameter |acces date= yang tidak diketahui mengabaikan [|tanggal-akses= yang disarankan] [bantuan]
  4. ^ a b c Reid [1974], hlm. 2-3.
  5. ^ Akira Nagazumi [1989]. Bangkitnya nasionalisme Indonesia: Budi Utomo, 1908-1918. Grafitipers. hlm. v. ISBN 978-979-444-066-7.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  6. ^ "Kebangkitan Nasional". Republika Online. 2015-05-20. Diakses tanggal 2020-08-30. 
  7. ^ Wildan Sena Utama. "110 Tahun Boedi Oetomo: Bukan Satu-Satunya Pelopor Kebangkitan". tirto.id. Diakses tanggal 2020-08-30. 
  8. ^ Valina Singka Subekti [2014]. Partai Syarikat Islam Indonesia: Konstestasi Politik hingga Konflik Kekuasaan Elite. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 1–2. ISBN 978-979-461-859-2.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  9. ^ "Indo yang Jadi Menteri". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. Diakses tanggal 2020-08-30. 
  10. ^ M. Fuad Nasar [2017]. Islam dan Muslim di Negara Pancasila. Gre Publishing. hlm. 2–3. ISBN 978-602-7677-24-1.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  11. ^ M. Nasruddin Anshoriy Ch [2010]. Matahari pembaruan: rekam jejak K.H. Ahmad Dahlan. Galangpress Group. hlm. 56–57. ISBN 978-602-97032-1-4.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  12. ^ Anshoriy,Ch, HM Nasruddin [2008-01-01]. Rekam Jejak ; Dokter Pejuang & Pelopor Kebangkitan Nasional. Lkis Pelangi Aksara. ISBN 978-979-1283-61-8. 
  13. ^ Merle Calvin Ricklefs [2008]. Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Penerbit Serambi. hlm. 392–393. ISBN 978-979-024-115-2.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  14. ^ Ricklefs [1991], hlm. 185.
  15. ^ Ricklefs [1991], hlm. 199.

  • Hannigan, Tim [2015]. A brief history of Indonesia : sultans, spices, and tsunamis : the incredible story of Southeast Asia's largest nation. Tokyo; Vermont: Singapore: TUTTLE Publishing. ISBN 9781462917167.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  • Ricklefs, M.C. [1991]. A Modern History of Indonesia, 2nd edition. MacMillan. chapters 14–15. ISBN 0-333-57690-X. 

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kebangkitan_Nasional_Indonesia&oldid=21251929"

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề