Sebutkan kemampuan yang dapat dilakukan ketika seseorang memasuki tahapan anak-anak

Di usia praremaja [10-12 tahun], anak mengalami transisi menuju kedewasaan selanjutnya yang memengaruhi kemampuan sosial, fisik, juga kognitifnya. Dampaknya, anak terlihat lebih mandiri dalam menyelesaikan masalah dan menata perilaku sosialnya. Hal ini terjadi karena anak pada dasarnya memiliki keterampilan.   Ada 5 tahap perkembangan anak usia praremaja yang perlu Anda ketahui:  

Mengenali Teman yang Baik


Jangan heran, jika anak usia 10 tahun sudah mulai memilih teman. Mereka memang mulai mengembangkan kemampuan sosial menerima teman yang baik dan tidak menurutnya. Tak apa, asal tekankan kepada anak untuk selalu bersikap baik kepada semua orang, tidak memandang rendah orang-orang yang menurutnya tidak keren, atau sebaliknya hanya mau bermain dengan teman yang menurutnya kaya, cantik, ganteng. Ketahui juga 6 Cara Mengarahkan Anak Memilih Teman Baik.  

Mengenali Kadar Pertemanan

Sejak usia 10 tahun, keterampilan sosial anak bertambah tajam sehingga ia mulai mengetahui lingkar dan kadar pertemanan. Pemahaman akan sahabat, teman biasa dan sekadar kenalan sudah mulai bisa ia rasakan. Keterampilan ini mempersiapkan anak untuk bisa menempatkan diri dalam pergaulan dan membawa diri dalam pergaulan baru. Jika tak dibekali dengan kemahiran bertoleransi dengan keinginannya dalam berteman, anak bisa menjadi pencemburu dan sulit diterima lingkungan. Anda sebaiknya mendorong anak memiliki pergaulan yang luas, toleran, berempati, dan tidak egosentris.  

Baca juga: Manfaat Teman dalam Membangun Karakter Anak

 

Menyadari Ada Peer Pressure


Dalam usia ini anak sudah mulai mengenal superioritas dan inferioritas seseorang dalam kelompok pertemanan. Keterampilan ini mendukung kemampuan sosial anak agar dapat berperilaku secara normatif di lingkungannya, mengingat tekanan sosial dapat membuat seseorang tak berlaku sembarangan. Sisi buruknya, kondisi ini dapat melahirkan peer pressure [tekanan kelompok sebaya], juga berisiko menyebabkan bullying [intimidasi].

Sebagai orang tua, Anda sebaiknya memerhatikan betul perilaku, kebiasaan, dan perkembangan anak di usia ini. Kelekatan orang tua dan anak adalah kunci untuk mencegah bullying dan dampak negatif peer pressure.

 

Baca juga: Masalah Pertemanan, Sumber Stres Utama Anak

 

Memahami Kepercayaan dan Tanggung Jawab

Di usia 11 tahun atau kelas 5 SD, anak mulai menambah keterampilan sosial penting lain, yakni memahami arti kepercayaan dan tanggung jawab. Ini adalah keterampilan sosial yang sangat penting bagi masa depannya karena merupakan cikal bakal disiplin diri dan integritas pribadi yang membuat ia diterima di lingkungan pergaulan, akademis dan pekerjaan kelak. Sebagai orang tua, Anda perlu memupuk sisi positif dari kedua keterampilan sosial ini dengan memberi ia banyak latihan tanggung jawab, serta konsekuensi yang sepadan.  

Baca juga: Bolehkah Orang Tua Membuka Password Gadget Anak Praremaja?

 

Menuntut Keadilan

Saat berusia 12 tahun, anak mulai memahami keadilan dan ketidakadilan. Rasa keadilan merupakan salah satu konsekuensi perkembangan kognitif anak terhadap konteks sosial. Saat anak belajar tentang keadilan, orang tua perlu memberi penjelasan bahwa tak segala hal harus sama rata.

Baca juga:


Dampak Anak Praremaja Terobsesi Penampilan
Pola Makan Tak Sehat Anak Praremaja
Trik Jadi Papa Andalan Si Praremaja
Anak Praremaja Pacaran, Orang Tua Lakukan 3 Hal Penting Ini!
4 Strategi Mendisiplinkan Anak Praremaja
Peralihan Anak ke Fase Praremaja
8 Cara Siasati Anak Praremaja Hobi Belanja  

Updated: Mei 2022
 


 

#usiasekolah #parenting #parentingstyle #praremaja

Kemampuan motorik apa saja yang harus dikuasai anak?

Salah satu hal penting yang wajib para orang tua perhatikan selama masa pertumbuhan dan perkembangan Si Kecil adalah perkembangan motorik yang dimilikinya.

Hal tersebut bertujuan untuk memastikan pertumbuhannya berjalan normal sesuai usia tanpa gangguan apapun.

"Perkembangan motorik atau perkembangan gerak itu secara umum adalah kemampuan bayi, anak, atau orang dewasa untuk menggerakkan sistem otot dan tulang berdasarkan koordinasi otak untuk bisa melakukan tugas-tugas tertentu dan umumnya sifatnya voluntary [berdasarkan keinginan dan tujuan dari diri]," jelas dr. Catharine Mayung Sambo, Sp.A [K], Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang - Pediatri Sosial, RS Pondok Indahh, Jakarta Selatan.

Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus

Foto: motorik anak [Orami Photo Stock]

Secara umum, kemampuan motorik atau kemampuan gerak itu dibagi menjadi dua, yang pertama motorik kasar [gross motor] dan motorik halus [fine motor].

"Perkembangan motorik kasar mencakup gerak yang tujuannya berubah posisi, berpindah tempat, sesuai dengan keinginannya.

Dengan melibatkan gerakan kelompok otot yang lebih besar, seperti lengan dan kaki.

Sementara motorik halus biasanya merupakan gerak yang menyangkut kelompok otot lebih kecil yang biasanya dikerjakan oleh anggota gerak atas, butuh koordinasi lebih rumit yang tujuannya memanipulasi gerak atau benda di sekitarnya, dan menyelesaikan tugas-tugas," jelas dr. Catharine.

Untuk memahami perkembangan motorik anak, artikel ini akan membahas tahapan-tahapannya berdasarkan usia. Yuk simak!

Baca Juga: 5 Tahapan Perkembangan Emosi Anak SD-SMA, Wajib Tahu!

Perkembangan Motorik Anak Bayi

Foto: anak bayi [freepik.com/reportazh]

Pertama-tama simak perkembangan motorik yang dialami anak bayi sejak usia pertama kehidupannya.

1. Usia 0–2 Bulan

Di tahap awal ini, Si Kecil baru dapat menggerakkan kepala dan kaki.

Bayi akan menggerak-gerakkan kepala di kedua sisi, mengangkat kepala, serta menendang-nendang kaki dan menggerakkan tangan saat berada dalam posisi telentang.

2. Usia 3–4 Bulan

Di masa ini, bayi belajar mengamati gerakan tangannya sendiri. Sehingga, ketika sebuah benda diserahkan kepada Si Kecil, ia akan meraihnya dengan tangan yang paling dekat dengannya.

Bayi juga dapat mengamati dengan cermat bentuk dan ukuran suatu benda.

3. Usia 5 Bulan

Sekitar usia ini, bayi telah dapat menggerakkan kepalanya sendiri dan mulai lebih banyak menggerakkan tubuh, seperti dengan meraih barang, menggeliat, dan berguling.

Bayi juga jauh lebih baik dalam menggunakan mata mereka.

4. Usia 6–9 Bulan

Koordinasi tangan bayi mulai membaik dan penggunaan tangan dominan mulai terlihat.

Mereka juga sudah bisa duduk sendiri, serta meraih mainan yang dimainkan sambil duduk.

5. Usia 10–12 Bulan

Di usia ini, anak dapat berbaring dan duduk tegak tanpa bantuan, serta merangkak dengan lutut dan tangan.

Terkadang, Si Kecil juga bisa berdiri sendiri selama beberapa detik.

Perkembangan Motorik Anak Balita

Foto: anak balita [primroseschools.com]

Setelah melewati usia 12 bulan, bayi sudah dianggap menjadi balita, berikut tahapan perkembangan motoriknya.

1. Usia 13–18 Bulan

Sejak memasuki usia 13 bulan, bayi telah dapat berjalan dengan cara merangkak menaiki tangga, serta berjongkok lalu berdiri sendiri tanpa bantuan penyangga.

Ketika mendekati usia 18 bulan anak dapat menendang bola ke depan dan sedikit berlari meski kadang terjatuh.

2. Usia 2–3 Tahun

Ketika memasuki tahapan usia dua tahun, anak telah dapat berjalan dan berlari dengan cukup baik dari sebelumnya.

Anak juga mulai bisa melompat di tempat, serta menendang bola menggunakan dengan dua kaki.

Di usia tiga tahun, anak dapat menyeimbangkan diri meski menggunakan satu kaki, dan juga sudah bisa mengendarai sepeda roda tiga.

3. Usia 4 Tahun

Pada tahapan ini, Si Kecil telah melakukan hal baik saat berjalan, berlari, hingga memanjat.

Di saat ini juga anak sudah bisa memainkan skateboard berenang, dan mengendarai sepeda tanpa ban bantuan.

Perkembangan Motorik Anak-Anak Usia 5–12 Tahun [Sekolah Dasar]

Foto: anak bersepeda [kids101.com]

Setiap anak memang memiliki kecepatan pertumbuhan yang berbeda, tapi biasanya ada kemampuan motorik yang sudah dicapai seorang anak pada rentang usia 612 tahun.

Yuk Moms, perhatikan dulu tonggak perkembangan motorik pada anak berikut ini.

1. Usia 5–7 Tahun [Kelas 1 SD]

Selama tahun pertamanya di Sekolah Dasar [SD], Si Kecil akan memperlihatkan peningkatan dalam stamina dan kemampuan koordinasi tubuh.

Pada masa ini, otot besar di lengan dan kakinya lebih cepat dari otot kecil sehingga kemampuan motorik kasarnya akan terlihat lebih menonjol daripada kemampuan motorik halus.

Di akhir kelas 1, umumnya Si Kecil sudah memiliki kemampuan motorik seperti berikut ini:

  • Koordinasi mata dan tangan yang semakin baik, sehingga sudah cukup lancar mengikat tali sepatu dan mengancingkan baju sendiri.
  • Bisa menari selaras dengan irama musik juga melakukan gerakan seperti berputar di satu tempat.
  • Melempar dan menangkap bola, dengan satu atau dua tangan.
  • Meniru bentuk dan angka, juga menulis lebih rapih dan lebih terbaca.
  • Sudah bisa menggunakan sendok dan garpu dengan baik.
  • Bisa melakukan tugas rumah tangga sederhana seperti menyapu dan membereskan tempat tidur.

Baca Juga: Cara Bermain Pop It dan Manfaatnya untuk Perkembangan Anak

2. Usia 7–9 Tahun [Kelas 2 dan 3 SD]

Setelah naik ke kelas 2 dan 3 SD, Si Kecil sudah semakin terbiasa dengan rutinitas dan aktivitas sekolah.

Pada usia ini perkembangan motorik kasar Si Kecil sudah hampir berkembang sempurna.

Kemampuan motorik halus anak juga umumnya terlihat sudah semakin terasah, sehingga terlihat lebih berhati-hati dan mandiri.

Di akhir kelas 3, umumnya anak sudah bisa melakukan berbagai hal berikut:

  • Memakai baju dan sepatu sendiri tanpa dibantu.
  • Mengendarai sepeda tanpa roda bantu.
  • Bergerak dan beraktivitas dengan lebih mulus dan awas.
  • Mengejar dan melakukan olahraga kelompok.
  • Bisa menggunakan perkakas, seperti palu atau obeng dengan pengawasan orang dewasa.
  • Memegang alat tulis lebih mantap dan menulis lebih rapi.

Baca Juga: Peran Penting Asam Linoleat bagi Perkembangan Anak Sejak Dini

3. Usia 9–11 Tahun [Kelas 4 dan 5 SD]

Memasuki kelas 4 dan 5, secara umum hampir semua anak akan mengalami percepatan pertumbuhan atau growth spurt.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention anak perempuan umumnya lebih matang secara fisik dan beberapa diantaranya mulai memasuki masa puber.

Perkembangan motorik anak SD kelas empat dan lima bisa terlihat dari frekuensi aktivitas fisik yang lebih intens, lebih mahir melakukan gerakan olahraga dan membuat prakarya, juga bisa menggunakan perkakas dan peralatan yang lebih sulit.

Baca Juga: Mengenal Teori Piaget, 4 Tahapan Perkembangan Kognitif dan Kecerdasan Anak

4. Usia 11–12 Tahun [Kelas 6 SD]

Perkembangan motorik anak SD kelas 6 bisa dikatakan sudah sempurna dan menyeluruh.

Di usia ini, Moms mungkin akan melihat anak mulai lebih banyak makan, bicara, dan beraktivitas fisik untuk menyalurkan energi dan staminanya yang semakin tinggi.

Secara fisik, mulai tampak perubahan jelas antara anak laki-laki dan perempuan.

Si Kecil juga sudah bisa melakukan tugas rumah tangga yang lebih rumit, seperti memasak hidangan sederhana, mencuci piring, membersihkan mobil atau jendela, membersihkan kamar mandi juga mencuci dan melipat baju sendiri.

Baca Juga: Yuk, Kenali Tahapan Perkembangan Sosial Emosional Anak Sesuai Usianya

Bagaimana Jika Perkembangan Motorik Anak Tak Sesuai Usia?

Foto: ibu dan anak-anak [Orami Photo Stock]

Menurut sebuah studi yang dilansir BioMed Research International memantau perkembangan motorik anak juga penting supaya bisa segera dilakukan intervensi dini jika terlihat ada hambatan atau keterlambatan.

"Jadi, kalau ada gangguan atau keterlambatan, harus intervensi atau dikejar supaya gak ketinggalan dengan temannya yang sudah memiliki kemapuan sesuai usianya," tegas dr. Catharine Mayung.

Umumnya, gangguan atau keterlambatan perkembangan motorik ditangani dengan cara fisioterapi.

"Tapi tidak harus selalu fisioterapi karena fisioterapi biasanya untuk menangani gangguan atau keterlambatan gerak [motorik] kasar.

Kalau gerak [motorik] halus masih ada cara lain, tergantung pada gangguan atau keterlambatan anaknya itu di bidang apa," tambahnya.

Namun yang jelas, setiap orang tua harus memberikan stimulasi secara rutin sesuai usia anak agar perkembangan motoriknya berjalan sesuai usia.

Baca Juga: 14 Vitamin untuk Bayi 1 Tahun, Mampu Menunjang Tumbuh Kembangnya!

Pentingnya Stimulasi untuk Perkembangan Motorik

Foto: menstimulasi anak [Orami Photo Stock]

Stimulasi yang baik diberikan sesuai usia dan diulang terus-menerus. Stimulasi yang paling bagus adalah yang sifatnya gembira dan penuh kasih sayang sehingga anak lebih siap belajar hal baru.

"Stimulasi harus dibiasakan atau rutin dikerjakan di rumah dan sekolah agar bisa perkembangannya berjalan terus sesuai umur. Stimulasi baiknya selalu dilakukan jangan menunggu terlambat," tambah dr. Catharine Mayung.

Dengan mengulang-ulang pembelajaran atau stimulasi, kemampuan motorik anak akan semakin bagus nantinya, Moms!

Untuk mengetahui apa saja stimulasi yang tepat dan apakah tumbuh kembang Si Kecil telah sesuai, Moms bisa melihat panduan yang sesuai dengan anjuran Kementerian Kesehatan RI, yakni melalui buku Kesehatan Ibu dan Anak [KIA] atau aplikasi PrimaKu yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia [IDAI].

Kemenkes juga menyarankan para orang tua untuk memantau perkembangan anak-anak sesuai umurnya, yaitu:

  • Setiap 3 bulan sejak lahir sampai usia 2 tahun
  • Setiap 6 bulan dari usia 2 - 6 tahun
  • Minimal 1 tahun sekali pada anak usia sekolah dan remaja.

"Ketika di jadwal pemeriksaan ada tanda keterlambatan atau kekhawatiran tertentu, periksa ke dokter, cari penyebab, dan intervensi," kata dr. Catharine.

Baca Juga: 12 Perubahan Fisik pada Masa Pubertas Perempuan, Wajib Tahu!

Rekomendasi Aktivitas Fisik untuk Perkembangan Motorik Anak

Foto: aktifitas fisik anak [freepik.com/pvproductions]

Dengan menjelajahi berbagai jenis gerakan, Si Kecil dapat membangun kepercayaan diri, motivasi, dan kompetensi fisik untuk dapat terlibat dalam gaya hidup yang aktif.

Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention, anak=anak dengan usia 6 hingga 17 tahun setidaknya dapat melakukan aktivitas fisik yang sedang hingga berat per hari selama 60 menit.

Idealnya, anak-anak harus aktif beraktivitas fisik selama 60 menit secara terus menerus.

Namun, untuk anak yang lebih besar dan balita, waktu aktivitas fisik harian tersebut dapat dibagi.

Misalnya, anak dapat beraktivitas fisik dalam dua segmen masing-masing 30 menit atau empat segmen masing-masing 15 menit.

Mereka dapat beraktivitas di rumah atau di luar rumah seperti taman bermain, dan pastikan selalu dalam pemantauan Moms dan Dads.

Berikut adalah beberapa contoh kegiatan seru yang dapat mendorong anak Moms dan Dads untuk aktif bergerak, meliputi:

1. Kegiatan Indoor

Kegiatan indoor dapat dilakukan di dalam area rumah, seperti:

  • Melompat tali
  • Yoga
  • Menari
  • Senam
  • Menanam tanaman di belakang rumah
  • Membuat karya seni

Baca Juga: 10+ Aktivitas Fisik Sederhana, Cocok untuk yang Malas Olahraga!

2. Kegiatan Outdoor

Kegiatan di luar ruangan mungkin lebih bervariasi dibandingkan di dalam ruangan. Adapun beberapa contohnya, seperti berikut.

  • Berenang
  • Ice skating
  • Bermain sepatu roda, sepeda, skuter dan skate board
  • Sepak bola
  • Baseball
  • Hiking
  • Bermain bulu tangkis
  • Outbond

Baca Juga: Senam Irama: Jenis Gerakan, Prinsip, hingga Manfaatnya untuk Anak

Gangguan Keterampilan Motorik

Foto: terapi anak [freepik.com/pixel-shot-com]

Setiap orang dapat memiliki masalah dengan keterampilan motorik halus pada usia berapa pun dengan alasan yang bervariasi.

Ketika anak-anak kecil mengalaminya, penyebab umum terjadinya hal tersebut adalah gangguan koordinasi perkembangan [developmental coordination disorder/DCD] yang terkadang disebut sebagai dyspraxia.

Dyspraxia dapat memengaruhi keterampilan motorik halus, keterampilan motorik kasar, dan perencanaan motorik.

Kondisi ini dapat terjadi seumur hidup, namun keterampilan motorik penderitanya dapat ditingkatkan dengan melakukan terapi.

Salah satu contohnya adalah terapi okupasi. Terapi okupasi adalah perawatan kesehatan yang membantu orang-orang dari segala usia yang memiliki masalah fisik, sensorik, atau kognitif.

Terapis okupasi dapat membantu mengatasi hambatan yang memengaruhi kebutuhan emosional, sosial, dan fisik seseorang.

Untuk melakukan terapi ini, dapat dilakukan dengan menggunakan aktivitas sehari-hari, latihan teratur.

Melakukan terapi okupasi dapat membantu anak-anak kembali bermain, meningkatkan kinerja sekolah mereka, dan membantu aktivitas sehari-hari mereka.

Dengan terapi ini, anak-anak bisa mendapatkan:

  • Mengembangkan keterampilan motorik halus sehingga mereka dapat menggenggam dan melepaskan mainan, serta mengembangkan keterampilan menulis menggunakan tangan atau komputer dengan baik.
  • Tingkatkan koordinasi mata dan tangan sehingga mereka dapat bermain dan melakukan keterampilan sekolah yang diperlukan, seperti memukul bola dan menyalin dari papan tulis.
  • Anak dapat menguasai keterampilan hidup dasar seperti mandi berpakaian, menyikat gigi, dan makan sendiri.
  • Anak dapat mempelajari perilaku positif dan keterampilan sosial dengan mempraktikkan bagaimana mereka mengelola frustrasi dan kemarahan.

Bagaimana Moms, apakah Si Kecil sudah menunjukkan perkembangan motorik yang sesuai dengan usianya?

  • //www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5745693/
  • //www.cdc.gov/ncbddd/childdevelopment/positiveparenting/middle2.html
  • //www.cdc.gov/healthyschools/physicalactivity/guidelines.htm
  • //www.chrichmond.org/services/therapy-services/developmental-milestones/gross-motor-skills-birth-to-5-years
  • //kidshealth.org/en/parents/occupational-therapy.html
  • //naitreetgrandir.com/en/step/0-12-months/development/10-12-months/fiche.aspx?doc=baby-gross-motor-skill-development-10-12-months
  • //lapsuus.ouka.fi/en/ages-and-stages-of-children/babies/motor-development/

Page 2

Artikel tentang anak 3-5 tahun memaparkan informasi beragam seputar anak dalam rentang usia 3-5 mulai dari kesehatan, nutrisi hingga perkembangan Si Kecil

Moms tak usah khawatir, karena segala informasi yang tersedia di sini berdasarkan dari sumber penelitian dan ilmu yang telah terbukti kebenarannya.

Bahkan tak jarang pula para ahli yang turut memberikan informasi di dalamnya. Selain membahas kesehatan, di artikel ini juga akan membahas perihal perlengkapan dan mainan yang tepat bagi anak usia 3-5 tahun.

Berbeda dengan rentang usia 2-3 tahun, di usia 3-5 tahun anak dikategorikan sebagai anak preschool atau usia siap sekolah.

Maka dari itu, di rentang usia ini anak-anak akan belajar kemandirian fisik. Mereka mulai berpakaian, memberi makan dan toilet sendiri sementara juga mulai mengembangkan keterampilan sosial dan berteman.

Selain itu, di usia ini pula Si Kecil akan berubah menjadi sosok yang lebih suka berbicara. Jadi Moms dan Dads perlu lebih aktif, ya.

Mereka akan berbicara terus-menerus dan mengajukan banyak pertanyaan karena secara kognitif rentang perhatian mereka meningkat.

Kemampuan Anak Usia 3-5 Tahun

Setelah beberapa perkembangan yang disebutkan di atas, anak usia 3-5 tahun memiliki beberapa kemampuan baru yang mereka kuasai.

Mungkin di rentang usia ini Si Kecil memiliki keterampilan seperti mengenal warna, menunjukkan kasih sayang, senang bermain dengan anak-anak lain bahkan bekerja sama dengan teman sebaya.

Bahkan di rentang usia 3-5 tahun anak akan berubah menjadi sosok yang lebih mandiri dan akan mulai lebih fokus pada kegiatannya.

Seperti yang disinggung sebelumnya, anak di rentang usia ini lebih ingin mengeksplorasi dan bertanya tentang hal-hal di sekitar mereka.

Hal ini pula yang menyebabkan interaksi mereka dengan keluarga dan orang-orang di sekitar mereka semakin intens karena cara berpikir mereka yang kian berkembang.

Selain itu, mungkin di tahap ini juga anak-anak mulai dapat mengendarai sepeda roda tiga atau roda empat. Jadi mungkin Moms harus menjaganya lebih ketat lagi.

Tips Mengasuh Anak Usia 3-5 Tahun

Mengalami masa-masa yang tengah aktif-aktifnya sebagai orangtua Moms perlu mengetahui jenis atau tips mengasuh anak usia 3-5, seperti:

  • Lanjutkan kegiatan membacakan cerita pada anak
  • Biarkan anak membantu dengan tugas-tugas sederhana
  • Dorong anak untuk bermain dengan anak-anak lain. Ini membantunya mempelajari nilai berbagi dan persahabatan
  • Bersikaplah jelas dan konsisten saat mendisiplinkan anak
  • Jelaskan dan tunjukkan perilaku yang orangtua harapkan darinya
  • Bantu anak mengembangkan keterampilan bahasa yang baik dengan berbicara kepadanya dalam kalimat lengkap dan menggunakan kata-kata "dewasa"
  • Bantu dia menggunakan kata dan frasa yang benar
  • Bantu anak melalui langkah-langkah untuk memecahkan masalah ketika dia marah
  • Beri anak pilihan sederhana dalam jumlah terbatas [misalnya, memutuskan apa yang akan dikenakan, kapan harus bermain, dan apa yang harus dimakan untuk camilan]
  • Jauhkan televisi dari kamar tidur anak
  • Tetapkan batas waktu layar untuk anak tidak lebih dari 1 jam per hari untuk menonton atau bermain gadget
  • Pastikan anak mendapatkan jumlah tidur yang disarankan setiap malam: Untuk anak-anak prasekolah 3-5 tahun, 10–13 jam per 24 jam [termasuk tidur siang]

Nutrisi yang Dibutuhkan Anak 3-5 Tahun

Waktu anak berusia 3-5 tahun adalah periode pertumbuhan sosial, intelektual, dan emosional yang cepat.

Sehingga anak-anak pada usia ini membutuhkan makanan dengan gizi seimbang.

Mereka harus makan dari masing-masing kelompok makanan: biji-bijian, sayuran, buah-buahan, susu dan daging.

Sebagai orang tua, penting untuk selalu menawarkan pilihan makanan yang berbeda untuk anak dan memberikan contoh yang baik tentang makan sehat.

Umumnya, anak rentang usia 3-5 tahun harus makan antara 1200-1600 kalori per hari. Namun ini akan bervariasi berdasarkan jenis kelamin, berat dan tinggi, serta tingkat aktivitas.

Dengan begitu, orang tua mungkin harus mendiskusikan kalori keseluruhan dengan dokter atau ahli gizi untuk menemukan jumlah kalori yang tepat.

Berikut ini contoh jumlah asupan yang dibutuhkan oleh anak dengan kategori usia 3-5 tahun, antara lain:

  • 2,5-4 porsi sayuran dan kacang-kacangan per hari
  • 1-1,5 porsi buah per hari
  • 2 porsi daging, ikan, telur atau kacang-kacangan per hari
  • 2 porsi susu, yoghurt, keju per hari

Selain memperhatikan jumlah nutrisi, Moms juga harus memperhatikan tekstur atau ukuran makanan untuk mencegah Si Kecil mengalami kesulitan makan atau tersedak.

Dengan begitu, Moms mungkin perlu menghindari atau memperhatikan beberapa kondisi, seperti:

  • Makanan licin seperti anggur utuh, potongan besar daging, hot dog, permen, dan obat batuk
  • Makanan kecil dan keras seperti kacang-kacangan, biji-bijian, popcorn, keripik, pretzel, wortel mentah, dan kismis
  • Selalu potong makanan menjadi potongan-potongan kecil dan perhatikan anak saat mereka makan

Tak hanya itu, jika anak memiliki beberapa alergi makanan, Moms juga penting untuk mengawasi apa yang mereka makan. Jadi ada baiknya bagi Moms untuk mencegah timbulnya alergi pada Si Kecil.

Beberapa alergi makanan yang paling umum terjadi pada anak-anak adalah susu, telur, kacang tanah, kedelai, gandum, ikan, dan kerang.

Maka dari itu, sebagai orang tua Moms perlu mengetahui kesehatan serta kebutuhan nutrisi Si Kecil memantau perkembangannya di usia-usia rentan seperti fase balita.

Pastikan untuk memenuhi kebutuhan Si Kecil dengan memberikan asupan yang seimbang dan menjaga kebersihan akan mainan dan benda-benda yang kerap digunakan oleh anak.

Yuk, temukan artikel lengkap soal kesehatan, perkembangan serta kebutuhan anak balita hanya melalui Orami Parenting!

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề