Semasa hidupnya luqman al-hakim pernah menjadi guru nabi
Sabtu, 4 Mei 2019 | 10:15 WIB
Oleh: Fuad Mahbub Siraj* Para ulama salaf (ulama generasi terdahulu) mengalami perbedaan pendapat mengenai asal-usul Luqmanul Hakim: apakah ia seorang nabi ataukah sebatas seorang hamba Allah yang saleh saja. Luqman adalah seorang budak Habsyi dan tukang kayu. Terhadap kedua pendapat tersebut kebanyakan para ulama salaf setuju kepada pendapat kedua. (Ibnu Katsir: 1990 : III : 427). “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman….” (Alquran dan terjemahnya Depag RI: 2005 : 412). Sebuah kisah Luqmanul Hakim beserta anaknya yaitu ketika Lukman mengajak anaknya untuk menunggangi seekor keledai mengelilingi suatu kota. Pada suatu hari Luqman bermaksud memberi nasihat kepada anaknya. Ia pun membawa anaknya menuju suatu kota dengan menggiring seekor keledai ikut berjalan bersamanya. Ketika Lukman dan anaknya lewat di hadapan seorang lelaki, ia berkata kepada keduanya,“Aku sungguh heran kepada kalian, mengapa keledai yang kalian bawa tidak kalian tunggangi?” Setelah mendengar perkataan lelaki tersebut Luqman lantas menunggangi keledainya dan anaknya mengikutinya sambil berjalan. Belum berselang lama, dua perempuan menatap heran kepada Luqman seraya berkata,“Wahai orang tua yang sombong Engkau seenaknya menunggangi keledai, sementara engkau biarkan anakmu berlari di belakangmu bagai seorang hamba sahaya yang hina” Maka, Luqman pun membonceng anaknya menunggangi keledai. Kemudian Luqman beserta anaknya yang ia bonceng melewati sekelompok orang yang sedang berkumpul di pinggir jalan. Ketika mereka melihat Luqman dan anaknya seorang dari mereka berkata,“Lihatlah Lihatlah Dua orang yang kuat ini sungguh tega menunggangi seekor keledai yang begitu lemah, seolah keduanya menginginkan keledainya mati dengan perlahan.” Mendengar ucapan itu Luqman pun turun dari keledainya dan membiarkan anaknya tetap di atas keledai. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan hingga bertemu dengan seorang lelaki tua. Lelaki tua itu kemudian berkata kepada anak Luqman,"Engkau sungguh lancang Engkau tidak malu menunggangi keledai itu, sementara orangtuamu engkau biarkan merangkak di belakangmu seolah ia adalah pelayanmu” Ucapan lelaki tua itu begitu membekas dalam benak anak Luqman. Ia pun bertanya pada ayahnya,"Apakah yang seharusnya kita perbuat hingga semua orang dapat rida dengan apa yang kita lakukan dan kita bisa selamat dari cacian mereka?” Luqman menjawab,"Wahai anakku, sesungguhnya aku mengajakmu melakukan perjalanan ini adalah bermaksud untuk menasihatimu. Ketahuilah bahwa kita tidak mungkin menjadikan seluruh manusia rida kepada perbuatan kita, juga kita tidak akan selamat sepenuhnya dari cacian karena manusia memiliki akal yang berbeda-beda dan sudut pandang yang tidak sama, maka orang yang berakal, ia akan berbuat untuk menyempurnakan kewajibannya dengan tanpa menghiraukan perkataan orang lain.” (Lafif min’l-Asatidzah : tt : 135-136). Kemudian, anaknya bertanya,"Apakah yang mesti dilakukan oleh orang yang berakal?" Luqman kemudian menjawab,"Benar dalam berbicara dan diam terhadap hal-hal yang bukan urusanku.” Bagaimana agar orang berakal bisa melakukan hal yang demikian ayahanda, karena orang berakal memiliki ilmu dan pengetahuan? Anaknya kemudian melanjutkan bertanya,"Bagaimana untuk bisa mendapatkan pengetahuan?" Luqman menjawab,"Dengan mengetahui apa yang kamu tahu dan ketahui apa yang tidak engkau tahu. Orang-orang yang kita lewati tadi adalah orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan dan tidak punya semangat untuk mendapatkan pengetahuan, sehingga mereka berbicara berdasarkan apa yang mereka lihat tanpa melakukan tabayun terhadap kita. Orang yang berakal dan berilmu pastilah menjaga dirinya dari keburukan." Anaknya kemudian bertanya,"Apakah yang dapat merusak diri manusia pada awalnya?" Luqman kemudian menjawab,"Lidah dan hati manusia dan keduanya juga yang menjerumuskan manusia kepada kehinaan." *Staf Pengajar Universitas Paramadina Jakarta Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
KABARPANDEGLANG.COM – Luqman yaitu hamba Allah Swt. yang £alih. Ia tidak mendapatkan kenabian, tetapi menjadi seorang ayah pilihan Allah Swt. Dia berkebangsaan Habsyi berasal dari Kota Sudan. Pekerjaannya sebagai tukang kayu, tubuhnya pendek, dia memiliki kekuatan dan menerima hikmah dari Allah Swt., sehingga nasihat yang disampaikan kepada anaknya diabadikan dalam al-Qur’an. Luqman yakni anak dari Bau’ra bin Nahur bin Tareh, dan Tareh bin Nahur merupakan nama dari Azar ayah nabi Ibrahim a.s. Luqman hidup selama 1.000 tahun. Ia menjadi guru Nabi Daud a.s. sebelum diangkat menjadi nabi. Pekerjaan Luqman pada awalnya yakni tukang kayu, tukang jahit, dan juga menggembala domba. Ia kemudian diangkat menjadi qadhi (hakim). Luqman menikah dan dikaruniai banyak anak, akan tetapi semua anaknya meninggal dunia ketika masih kecil. Semua itu ia terima dengan nrimo, karena beliau yakin dan sadar bahwa semua yang terjadi adalah atas kehendak Allah Swt. A. Luqman Banyak BersyukurAmati dan bacalah dengan tart³l Q.S. Luqman/31: 12 berikut! وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (walaqad aataynaa luqmaana alhikmata ani usykur lillaahi waman yasykur fa-innamaa yasykuru linafsihi waman kafara fa-inna allaaha ghaniyyun hamiidun)
Pelajaran yang mampu diambil dari Q.S. Luqman/31: 12 di atas yakni:
Baca Juga : Luas Permukaan Bangkit Ruang Kelas Vi Sd B. Nasihat Luqman kepada Anaknya1. Jangan Musyrik atau Menyekutukan Allah Swt.Amati dan bacalah dengan tartil Q.S. Luqman/31: 13 berikut! وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (wa-idz qaala luqmaanu liibnihi wahuwa ya’izhuhu yaa bunayya laa tusyrik biallaahi inna alsysyirka lazhulmun ‘azhiimun) Artinya:
Mempersekutukan artinya menyerupakan sesuatu dengan Allah Swt. Misalnya mengakibatkan matahari sebagai Tuhan kemudian disembah. Membuat batu atau patung sebagai Tuhan kemudian disembah. Menjadikan kayu besar sebagai Tuhan lalu dipuja-puja dan disembah. Wahai anakku, janganlah menyamakan Allah Swt. dengan sesuatu apa pun, dan tidak akan pernah sama, karena sehebat apapun insan, matahari, apalagi patung, tidak akan mampu menyamai Allah Swt. sebagai pencipta alam semesta dan sebagai sumber nikmat dan karunia. Barangsiapa ingkar kepada pemberi nikmat dan karunia (Allah Swt.) maka orang tersebut telah berbuat kezaliman yang besar. zalim ialah kejam, bengis, aniaya, dan tidak menaruh kasih sayang. 2. Jangan Angkuh dan SombongAmati dan bacalah dengan tartil Q.S. Luqman/31: 18 berikut! وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (walaa tusha”ir khaddaka lilnnaasi walaa tamsyi fii al-ardhi marahan inna allaaha laa yuhibbu kulla mukhtaalin fakhuurin) Artinya:
Ciri-ciri perilaku besar kepala dan sombong menurut Q.S. Luqman/31: 18 di atas adalah:
Luqman mengajarkan kepada anaknya untuk berperilaku rendah hati, tidak arogan dan sombong. Jangan tak acuh terhadap orang lain, arogan, dan merasa ahli sendiri. Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang arogan dan sombong lagi membanggakan diri, artinya orang yang sombong itu dibenci oleh Allah Swt. 3. Hendaklah Berbuat KebajikanAmati dan bacalah dengan tartil Q.S. Luqman/31: 17 berikut! يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (yaa bunayya aqimi alshshalaata wa/mur bialma’ruufi wainha ‘ani almunkari waishbir ‘alaa maa ashaabaka inna dzaalika min ‘azmi al-umuuri) Artinya:
Luqman berseru: “Hai Anakku”.
Ayo BerlatihJawablah pertanyaan pertanyaan di bawah berikut ini dengan dan jelas!
Terima kasih telah membaca artikel di website kabarpandeglang.com, semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi kamu dan bisa dijadikan referensi. Artikel ini telah dimuat pada kategori pendididkan https://kabarpandeglang.com/topik/pendidikan/, Jangan lupa share ya jika artikelnya bermanfaat. Salam admin ganteng..!! |