Seorang guru diibaratkan oleh penyair asy- Syauqi seperti seorang dalam menyampaikan ilmunya

Seorang penyair syauqi menyebutkan dalam syair nya, "berdiri dan hormatilah guru dan berilah ia penghargaan..." Dalam lanjutan syair nya, ia memposisikan sosok guru hampir saja merupakan seorang..

Red:

Pada suatu hari, Rasulullah SAW keluar dari rumah. Tiba-tiba beliau melihat ada dua majelis yang berbeda. Majelis yang pertama ialah majelis orang-orang ibadah yang sedang berdoa kepada Allah SWT dengan segala kecintaan kepada-Nya sedangkan majelis yang kedua ialah majelis pendidikan atau pengajaran yang terdiri atas para guru dan sejumlah muridnya. Melihat dua majelis yang berbeda tersebut, Beliau SAW bersabda, "Adapun mereka dari majelis ibadah, mereka sedang berdoa kepada Allah. Jika mau, Allah menerima doa mereka, dan jika tidak, Allah menolak doa mereka itu. Tetapi, mereka yang termasuk dalam majelis pengajaran, mereka sedang mengajar manusia. Sesungguhnya aku diutus oleh Allah adalah juga menjadi seorang guru." Kemudian beliau datang mendekati majelis yang kedua, yaitu majelis pendidikan, bahkan ikut duduk bersama mereka mendengar pengajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Saking mulianya kedudukan guru, Ahmad Syauki, seorang penyair Mesir, pernah menyatakan bahwa guru itu hampir seperti seorang rasul. Mungkin itu terlalu berlebihan. Karena memang pada dasarnya antara rasul dan guru memiliki tugas dan peranan yang sama, yaitu mendidik, mengajar, dan membina umat. Dalam surah Ali Imran [3] ayat 164 Allah SWT menegaskan tugas para rasul. Dalam ayat tersebut setidaknya ada tiga tugas pokok seorang rasul yang bisa dijadikan pegangan oleh setiap guru, yaitu membacakan ayat-ayat Allah (at-tilawah); membersihkan jiwa (at-tazkiyah); dan mengajarkan Alquran (al-kitab) dan sunah (al-hikmah). Guru merupakan profesi yang paling mulia, agung, dan dihormati. Hal itu karena guru sebagai ahli waris para nabi. Guru dihormati karena ilmunya, yaitu ilmu yang diwariskan Rasulullah SAW melalui para sahabat, tabi'in, tabi'ut-tabi'in, para ulama, dan guru terdahulu. Karena itulah, para guru pantas disebut sebagai ahli waris para nabi. Namun, guru yang tidak mengamalkan dan mengajarkan ilmu sesuai tuntunan Rasulullah SAW bukan ahli waris para nabi. (Fuad Asy-Syalhub dalam bukunya Guruku Muhammad SAW). Menjadi guru berarti memiliki peluang mendapatkan amalan yang terus mengalir, yaitu dengan mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepada peserta didik. Sabda Nabi SAW, "Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu berdoa untuknya." (HR Muslim). Menurut Syekh Jamal Abdul Rahman, jika guru mampu mendidik siswa menjadi saleh maka hal itu masuk ke dalam ketiga kategori amal yang tidak akan putus sebagaimana dalam hadis di atas. Maksudnya, waktu dan tenaga yang disisihkan guru untuk mendidik siswa bisa menjadi sedekah jariyah.

Ilmu yang guru sampaikan kepada siswa akan menjadi ilmu yang bermanfaat. Dan, siswa yang dididik guru akan menjadi anak yang saleh, yang akan mendoakan dirinya, baik ketika guru masih hidup maupun sudah meninggal dunia. Semoga Allah membimbing kita agar menjadi seorang guru pewaris para nabi. Wallahu a'lam.

Seorang guru diibaratkan oleh penyair asy- Syauqi seperti seorang dalam menyampaikan ilmunya

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Suatu hari, sebuah pertanyaan dilayangkan kepada Iskandar; “sikapmu dalam memuliakan gurumu, sungguh melebihi sikapmu dalam memuliakan ayahmu sendiri, kenapa gerangan?” Iskandar pun menjawab:

لِأَنَّ أَبِيْ سَبَبُ حَيَاتِيْ الفَانِيَةِ, وَمُؤَدِّبِي وَمُعَلِّمِيْ سَبَبُ الْحَيَاةِ الْبَاقِيَةِ

“Karena ayahku adalah faktor sebab bagi kehidupanku (di dunia) yang fana, sementara orang yang mendidikku dan guruku, adalah faktor sebab bagi kehidupan yang abadi (di surga).”[1]

Demikianlah cerminan sikap dari mereka yang paham betul tentang kedudukan ilmu dan orang-orang yang mengajarkannya. Memuliakan guru, menghormatinya, mendahulukannya dalam penunaian hak, adalah tuntunan Islam, bukan karena latarbelakang individu Sang Guru, namun semata-mata karena kemuliaan ilmu yang diajarkannya. Rasulullâh pernah mengajarkan kepada para Sahabatnya sebuah kalimat yang agung, saat beliau bersabda:

لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّه

“Bukan termasuk ummatku; mereka yang tidak memuliakan para sesepuh kita, mereka yang tidak menyayangi generasi muda kita, dan mereka yang tidak mengenal hak-hak ‘alim-ulama kita.”[2]

Semoga Allâh merahmati asy-Syauqi yang berkata dalam syairnya:

قُم لِلمُعَلِّمِ وَفِّهِ التَبْجِيْلًا كادَ المُعَلِّمُ أَن يَكونَ رَسُوْلًا

“Sambutlah Sang Guru, dan berikan penghormatan untuknya ** Hampir-hampir seorang guru menjadi seorang Rasul (atau menyamai fungsi dan kedudukannya).”

أَعَلِمْتَ أَشرَفَ أَو أَجَلَّ مِنَ الَّذِيْ يَبْنِيْ وَيُنشِئُ أَنفُسًا وَعُقُوْلًا

“Tahukah engkau ada orang yang lebih mulia dan lebih agung dibanding orang ** yang membangun dan membina jiwa-jiwa dan akal?”

سُبحانَكَ اللَهُمَّ خَيرَ مُعَلِّمٍ عَلَّمتَ بِالقَلَمِ القُرونَ الأولى

“Mahasuci Engkau Yaa Allâh, Engkaulah Pendidik dan Pengajar terbaik ** Engkau mengajarkan dengan Pena semenjak kurun yang pertama.”

أَخرَجْتَ هَذَا العَقْلَ مِنْ ظُلُمَاتِهِ وَهَدَيْتَهُ النُّوْرَ المُبِيْنَ سَبِيْلًا

“Engkau mengeluarkan akal dari kegelapan (yang menyelubungi)-nya ** dan Engkau memberinya cahaya petunjuk sebagai jalan.”

وَطَبَعْتَهُ بِيَدِ المُعَلِّمِ تارَةً صَدِئَ الحَدِيْدُ وَتَارَةً مَصْقُوْلًا

“Engkau mencetak (generasi) melalui tangan seorang guru, yang terkadang ** telah menjadi besi berkarat, dan terkadang telah dipoles.”

أَرْسَلتَ بِالتَوْرَاةِ مُوْسَى مُرْشِدًا وَابْنَ البَتُوْلِ فَعَلَّمَ الإِنْجِيْلًا

“Engkau mengutus Musa dengan Taurat sebagai pembimbing ** demikian pula Putra Sang Perawan (‘Isa ‘alaihissalam) yang mengajarkan Injil.”

وَفَجَّرَتَ يَنبُوْعَ البَيَانِ مُحَمَّداً فَسَقَى الحَدِيْثَ وَنَاوَلَ التَنْزِيْلًا

“Dan Engkau semburkan mata air wahyu bagi Muhammad r ** lantas ia menuangkan hadits (dengan mengajarkannya) dan menyampaikan al-Qur’an.”[3]

***

Lombok, 15 Jumadal Akhîr 1434 / 25-04-2013

Jo Saputra Halim (Abu Ziyan)

[1] Muhâdharâtul Udabâ’ hal. 14, dinukil dari Shaidul Afkâr hal. 26, asy-Syâmilah.

[2] Musnad Imâm Ahmad: 22807.

[3] Diwân asy-Syauqi: 497, lih. Shaidul Afkâr: 26-27, asy-Syâmilah.

contoh qolqulah kubra surah al hujarat

Tuliskan hadis riwayat Imam Malik yang berisi perintah untuk berpegang teguh kepada Alquran dan hadis...​

Simak pernyataan berikut.Al Quran bersumber dari wahyu ALLAH Swt . dan hadis bersumber dari Rasulullah Saw. untuk di jadikan dasar hukum islam , hadis … memiliki kualitas tertentu , yakni sahih, hasan ,dan daif .pernyataan yang sesuai dengan pernyataan tersebut adalah ....A. hanya ayat al quran yang dapat di jadikan sumber hukum dalam islam B.kualitas hasan memiliki fungsi menjelaskan hukum yang terdapat pada ayat al quranc.hanya hadis yang memiliki kualitas daud yang tidak dijadikan dasar hukum dalam islam d.semua yang terdapat dalam alquran dan hadis dapat dijadikan dasar hukum dalam islam​

tolong kak besok mau di kumpul, ​

Kak tolong translate ke bahasa Indonesia dong..jangan asal Terimakasih... ​

Kak tolong translate ke bahasa Indonesia dong..tolong bantu yaTerimakasih banyak...jangan asal... ​

Tolong latin kan hadist ini, terimakasih​

tuliskan sebuah puisi judul mengampuni​

آقا نام کتاب كريا تون سري لانغ؟ قا کتاب سجاره کريا راج علي حاج؟ آقا کتاب سجاره کریا تشکو سید؟ داري مانكه راج- راج ملايو برأصل ؟ سبوتکن ۳ نام كمهراجاءن … ملايو؟ فراسستي أقا دي بوكيت سيكونتغ؟ أقا مقصود قرکاتاءن ميناغ توان؟ أقا مقصود چیانتیان هواغسو؟ دمان لتك كراجاءن كنديس؟ أقا نام کمهراجاءن ملايو ترأخير؟tolong artikan yang bener ya kak,bukan pakai terjamahan,terjemahan salah kak tolong dijawab yang bisa baca arab melayubmr melayu riau​

Segala sesuatu yang membawa mudarat (kejelekan) maka islam.....​