Seorang nabi dan rasul allah anaknya perempuan solehah maryam bernama

Alhamdulillah segala puji bagi robb pencipta alam dunia dan akhirat, yang berkuasa atas segala sesuatu yang IA SWT kehendaki seperti kisah teladan Siti Maryam Ibunda Nabi Isa A.s yang lahir atas kehendak allah SWT tanpa ayah. Inilah kisah wanita soleha Siti Maryam (Mary) Ibunda Nabi Isa AS yang wajib kita teladani.

Ali Imran merupakan nama seorang laki-laki yang keluarganya telah terpilih menjadi keluarga yang diberkati oleh Allah. Allah memilih keluarga Ali Imran adalah karena dari pasangan suami istri ini lahir salah seorang wanita yang mulia dalam sejarah yaitu Maryam.

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (3:33)

Semasa Maryam masih di dalam kandungan, istri Imran yang bernama Hannah bernazar akan "menyerahkan" anaknya itu kepada Allah sebagai Pemelihara agar kelak menjadi hamba yang soleh yang selalu berkhidmat di Baitul Maqdis (Yerussalem). Hal ini tertulis di dalam ayat ke-35 yang terjemahannya berbunyi:

(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (3:35)

Hari-hari terus berjalan. Takdir Allah tak dapat dielakkan. Ketika masa kelahiran anaknya sudah dekat, 'Imran, suami Hannah, wafat. Hannah kehilangan suami yang mencintainya. Tidak ada yang meringankannya kecuali saudara perempuannya, yaitu Isya', dan suami Isya', Nabi Zakariya, keturunan Nabi Sulaiman bin Daud as. Untuk mencari nafkah, Nabi Zakariya berprofesi sebagai tukang kayu.

Ketika tahu anak yang dilahirkan itu adalah perempuan, istri Imran menamai anaknya Maryam, dan istri Imran meminta kepada Allah agar anaknya itu dipelihara oleh Allah dan melindunginya dari syetan.

Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk." (3:36)

Hannah kemudian mengambil Maryam, membungkusnya dengan kain, dan pergilah ia bersama anaknya dari Nazariat ke Baitul Maqdis untuk melaksanakan nadzarnya. Dia menemui para pendeta yang ada di sana, yaitu putra-putra Harun, yang jumlahnya tiga puluh orang. Adapun Nabi Zakariya adalah kepala Baitul Maqdis.

Hannah berkata kepada mereka, "Ambilah anak yang kunadzarkan ini!"

Maka, dengan berebutan, pada pendeta itu menawarkan dirinya untuk memungut anak itu, termasuk Nabi Zakariya. Masing-masing dari mereka ingin mengambil dan memelihara Maryam, sebab bayi itu adalah anak 'Imran, seorang yang terkenal shaleh.

Akhirnya semua pendeta itu setuju untuk mengundi siapa di antara mereka yang paling berhak atas anak itu. Pergilah mereka ke Sungai Urdun. Masing-masing mereka melemparkan pena-pena yang biasa mereka gunakan untuk menuliskan ayat-ayat Taurat ke dalam air sungai.

Allah SWT berfirman:

Ali 'Imran: 44

44. Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan pena-pena mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.

Ternyata, air sungai menenggelamkan semua pena pendeta itu, kecuali pena Zakariya yang tetap terapung-apung di permukaan air. Dengan demikan, berarti Zakariyalah yang berhak memelihara Maryam.

Allah SWT berfirman:

Ali 'Imran: 37

37. Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya.

Maryam tumbuh menjadi wanita yang kerjanya setiap hari hanya beribadah dengan berkhidmat kepada Allah di Rumah-Nya di Baitul Maqdis. Zakaria adalah "kuncen" Rumah Allah tersebut. Di sinilah Allah menurunkan Rahmat-Nya kepada Maryam. Setiap kali Zakaria menemui Maryam di mihrab, dia mendapati berbagai makanan yang lezat berada di samping Maryam. Dari manakah datangnya makanan itu? Setahu dia Maryam tidak pernah membawa makanan ke Rumah-Nya, Zakarilah yang selalu mengantarkan makanan kepada Maryam. Maryam menjawab bahwa makanan itu berasal langsung dari Allah, mungkin diturunkan dari langit atau melalui perantara malaikat-Nya.

Lanjutan ayat 37 di atas:

Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (3:37)

Allah telah memilih Maryam sebagai wanita solehah yang dilebihkan dari wanita lain di dunia. Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). (3:42)

Sebagai bentuk ketaatan, Allah memerintahkan Maryam agar selalu menyembah Allah, selalu sujud dan rukuk kepada Allah bersama orang-orang lainnya lainnya yang menyembah Allah.

Hai Maryam, ta'atlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'. (3:43)

Sampai suatu hari Allah akan memberikan suatu keajaiban yang tidak disangka-sangka bagi Maryam. Allah mengabarkan bahwa Maryam akan mengandung seorang anak lelaki yang namanya sudah ditentukan oleh Allah yaitu Isa Al Masih (atau Al Masih isa putera Maryam).

(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih 'Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), (3:45)

Ketika masih bayi Isa kelak memiliki mukjizat yaitu sudah bisa berbicara dengan manusia:

dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh." (3:46)

Maryam tentu saja merasa kaget, bagaiman mungkin dia akan mengandung, padahal dia belum menikah, dan dia belum pernah disentuh atau berhubungan dengan lelaki manapun. Tentu saja, karena Maryam kerjanya setiap hari hanyalah berkhidmat kepada Allah di Baitul Maqdis. Dia jarang keluar dari Rumah-Nya, apalagi bergaul dengan lelaki. Allah menjawab seperti kasus Nabi Zakaria di atas, bahwa hal itu mudah saja bagi-nya, kun fayakun, maka apapunyang Dia kehendaki pasti akan terjadi. Dialah Allah SWT yang Maha Pencipta.

Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia. (3:47)

Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. (3:48)

Allah mengutus Nabi Isa kepada Bani Israil. Kepada Bani Israil Nabi Isa menjelaskan tanda-tanda kenabiannya yaitu mukjizat menghidupkan burung dari tanah liat, menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang buta dan berpenyakit kusta.

Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mu'jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman. (3:49)

Nabi Isa berkata kepada kaumnya bahwa dia membenarkan kitab-itab terdahulu yang telah diturunkan kepada Nabi Musa (Taurat) dan Nabi Daud (Zabur), lalu menghalalkan apa yang dahulu diharamkan.

Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu'jizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan ta'atlah kepadaku. (3:50)

Lalu Nabi Isa meminta kaumnya agar menyembah Allah SWT sebagai jalan yang benar.

Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus". (3:51)

Nabi Zakaria AS diutus menjadi nabi dan rasul di daerah Palestina.

MgIt03

Mihrab Nabi Zakaria

Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Zakaria Alaihissalam (AS) adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk mengemban misi dakwah kepada Bani Israil. Ia meneruskan risalah dari Nabi Sulaiman AS dan Nabi Daud AS. Ia juga seorang pemakmur masjid sekaligus pemelihara Maryam, ibunda Nabi Isa AS.Satu hal yang mengesankan dalam kisah Nabi Zakaria AS, yakni saat ia memelihara Maryam putri dari Imran dan keinginannya untuk mendapatkan keturunan.Sebagaimana disebutkan dalam Alquran, ketika istri Imran yang sudah berusia lanjut menginginkan seorang anak. Dan, bila terkabul, ia bernazar untuk menyerahkan anaknya ke Baitul Maqdis dan menjadi pemeliharanya.Doa istri Imran akhirnya terkabul dan lahirlah seorang putri yang diberi nama Maryam. Sesuai dengan janjinya, Maryam pun diserahkan ke pengelola Baitul Maqdis yang ketika itu dipimpin oleh saudara sepupu mereka yang bernama Zakaria.Selama dalam pemeliharaan Zakaria, Maryam tumbuh menjadi seorang anak yang sehat, cerdas, dan senantiasa berbakti kepada Allah SWT. Yang lebih membanggakan Zakaria, Maryam selalu mendapatkan makanan dan buah-buahan di mihrab Zakaria.''Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata; 'Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?' Maryam menjawab; 'Makanan itu dari sisi Allah.' Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.'' (QS Ali Imran [3]: 37).Mihrab manakah yang dimaksud dalam ayat tersebut? Para ulama sepakat, saat Maryam dititipkan kepada Nabi Zakaria, ia ditempatkan di sebuah ruangan khusus di Bayt al-Maqdis (Al-Aqsa). Dan, setiap selesai melaksanakan ibadah, Maryam mendapatkan makanan yang ada di mihrab Zakaria. Karena itu, mihrab yang dimaksudkan itu adalah mihrab di Bayt al-Maqdis (Al-Aqsa).Pandangan ini diperkuat dengan keterangan ayat Alquran surah Ali Imran [3] ayat 35. ''(Ingatlah), ketika istri Imran berkata; 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Bayt al-Maqdis). Karena itu, terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya, Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui'.''Sejumlah ulama dan para sejarawan menyatakan, Nabi Zakaria AS diutus menjadi nabi dan rasul di daerah Palestina, tempat Masjid Al-Aqsa berdiri. ''Maka, ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; 'hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang'.'' (QS Maryam [19]: 11).Adapun Betlehem (Bayt al-Lahm), tempat Nabi Isa dilahirkan, bukanlah tempat mihrab Zakaria sebagaimana diterangkan dalam ayat 37 surah Ali Imran [3].

Bagaimanakah bentuk mihrab kala itu? Samakah ia dengan mihrab-mihrab yang ada di masjid dan mushala saat ini? Menurut Ensiklopedi Islam, kata mihrab berarti gedung yang tinggi. Sebagian ulama berpendapat, mihrab sebagai tempat memerangi setan dan hawa nafsu. Mihrab, menurut mereka, berasal dari kata al-Hurba yang berarti peperangan.

Ada pula yang menyatakan, mihrab adalah ceruk atau ruangan di dalam masjid. Karena dalam tempat itu, kebenaran manusia akan ditempa dalam upaya menghindarkan diri dari kesibukan duniawi.Namun, Dr Muhammad Taqiyuddn al-Hilali dan Dr Muhammad Muhsin Khan mempunyai definisi lain tentang mihrab. Dalam Alquran cetakan King Fahd Complex, Arab Saudi, keduanya mendefinisikan mihrab sebagai tempat shalat kecil atau ruang privasi dan bukan sebagai penunjuk arah kiblat, apalagi tempat imam memimpin shalat. Menurut Merriam Webster, mihrab adalah sebuah tempat yang menjorok ke dalam atau ruangan di dalam masjid yang menjadi penanda arah kiblat.Sementara itu, mihrab saat ini dikenal sebagai empat imam dalam memimpin shalat berjamaah. Dalam bahasa Arab, kata mihrab berarti melawan atau berperang. Beberapa sejarawan mengatakan, istilah mihrab berasal dari Persia, yakni sebuah lubang yang tidak tembus atau cekungan (niche) pada kuil Mithraistik.Adapun menurut Ibnu Katsir, mihrab yang dimaksud dalam ayat 37 surah Ali Imran itu, bukanlah mihrab sebagaimana sekarang ini yang ada di masjid-masjid atau mushala, yang digunakan sebagai tempat imam atau penunjuk arah kiblat. Menurut Ibnu Katsir, mihrab dahulunya adalah ruangan utama masjid, yang biasa dipakai sebagai ruang utama shalat, bukan tempat imam memimpin shalat.Penjelasannya ini dipertegas dengan keterangan Alquran surah Maryam [19]: 11, ketika Zakaria keluar dari mihrabnya menuju kaumnya. Maksud mihrab dalam ayat ini, ungkap Ibnu Katsir, menunjukkan ia keluar dari Masjid Al-Aqsa menuju kaumnya yang berada di luar masjid.

Baca Juga

sumber : Harian Republika