Seorang wanita harus memilih sebagai wanita karir daripada ibu rumah tangga dalam hal ini terjadi

Seorang wanita harus memilih sebagai wanita karir daripada ibu rumah tangga dalam hal ini terjadi

Dalam berumah tangga, pekerjaan mencari nafkah pada umumnya dilakukan oleh laki-laki. Sudah menjadi kewajiban bagi suami memenuhi seluruh kebutuhan berumah tangganya.

Dalam surat an Nisaa ayat 34 menjelaskan bahwa “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita). Dan karena mereka (laki-laki) menafkahkan sebagian harta mereka.”

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk urusan mencari dan memberi nafkah dalam berumah tangga adalah tugas dari seorang laki-laki dan sudah sepantasnya seorang suami bekerja keras demi memenuhi kebutuhan istrinya.

Namun banyak sebagian perempuan yang ikut membantu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka bekerja sepanjang hari hanya demi kebutuhan setiap harinya tercukupi. Bukan sepenuhnya kesalahan laki-laki apabila membiarkan perempuannya bekerja. Banyak faktor lain yang mengharuskan seorang perempuan ikut bekerja. Seperti halnya mencukupi kebutuhan gaya hidup mereka sendiri.

Ada beberapa laki-laki yang pendapatannya hanya bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari seperti makan, belanja bulanan, dan biaya sekolah anak saja. Pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kecantikan istrinya, sehingga seorang istri harus bekerja untuk memenuhi gaya hidupnya.

Ada pula laki-laki yang memang hobinya berdiam diri di rumah. Sehingga semua kebutuhan rumah tangga dicukupi oleh istrinya.

Selain itu ada pula laki-laki yang pendapatannya berlebih dan bisa untuk mencukupi semuanya, namun istrinya juga tetap bekerja hanya karena ingin merealisasikan kata “wanita karir” dalam dirinya.

Banyak perdebatan yang terjadi ketika sudah mulai berumah tangga apakah perempuan tetap boleh bekerja untuk berkarir ? Apalagi jika sudah dikaruniai buah hati, hal ini menjadi pertanyaan besar. Siapa nanti yang mengurusnya ? Bagaimana nanti tumbuh kembangnya ? Hanya ada kata “dilema” ketika menghadapi masalah tersebut.

Sebagian perempuan memilih mempertahankan pekerjaannya dengan tetap menyandang status “wanita karir” karena mereka tidak terbiasa ketika harus berdiam diri di rumah. Tidak sedikit pula perempuan yang setia menjadi ibu rumah tangga karena suaminya tidak mengizinkan untuk bekerja.

Walaupun demikian, pilihan yang sudah ditetapkan pasti mempunyai faktor kelebihan masing – masing. Sebagai ibu rumah tangga tidak melulu menjadi pekerjaan yang membosankan. Selain itu menjadi wanita karir juga bukan berarti tidak bisa memperhatikan rumah tangganya ketika sibuk bekerja.

IBU RUMAH TANGGA ?

Menjadi ibu rumah tangga merupakan sebenar-benarnya profesi penuh waktu. Menurut riset, tugas ibu rumah tangga memerlukan waktu setidaknya 98 jam kerja seminggu. Ini 2,5 kali lipat lebih besar dari profesi lainnya.

Bukan hal yang membosankan ketika menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Walaupun terkadang merasa sangat lelah melakukan pekerjaan rumah setiap harinya. Namun menjadi ibu rumah tangga juga mempunyai kelebihan seperti dibawah ini :

  • Pekerjaan Rumah Terselesaikan

Sebuah riset tahun 2013 yang dilakukan oleh ahli optik Jul_Eye menemukan bahwa daftar tugas ibu rumah tangga rata-rata terdiri dari 26 tugas yang mencakup mengorganisir makanan ringan, membuat sarapan, membersihkan rumah, hingga mengingat tanggal-tanggal penting.

Dengan menjadi ibu rumah tangga pekerjaan rumah bisa terselesaikan tanpa bantuan asisten rumah tangga. Pekerjaan seperti mencuci baju, memasak, menyetrika, dan membersihkan seluruh isi rumah bisa dilakukan sendiri.

  • Mengurus Buah Hati Sendiri

Menjadi ibu rumah tangga juga bisa manambah waktu bercanda dengan buah hati. Banyak waktu berkualitas yang seharusnya untuk anak namun dihabiskan diluar karena sibuk bekerja. Dengan menjadi ibu rumah tangga semakin banyak waktu yang bisa dihabiskan bersama anak. Tumbuh kembang anak dapat dipantau secara langsung, karena kita yang menemaninya setiap menit.

  • Bisa Menambah Pekerjaan Non Full Time

Untuk mengisi kelonggaran waktu ketika semua pekerjaan rumah sudah terselesaikan, seorang ibu rumah tangga bisa menambah pekerjaan lain. Seperti contohnya membuka online shop, bekerja sebagai freelance penulis dan lain sebagainya. Sehingga bisa bekerja dengan leluasa, sebab pekerjaan ini bisa dilakukan kapan saja dengan mudah dari rumah.

Jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh ibu rumah tangga sangat bervariasi, menuntut mereka untuk menguasai berbagai bidang keahlian.

Demi memastikan kesehatan setiap anggota keluarga, ibu rumah tangga harus pandai meracik makanan lezat nan bergizi di dapur dan merapikan rumah. Ibu rumah tangga juga perlu piawai mengatur keuangan keluarga.

Kala anak kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah, ibu rumah tangga harus siap sedia sosok guru bagi si kecil. Di sela-sela mengerjakan pekerjaan rumah pun, ibu rumah tangga dituntut untuk pandai membagi waktu demi keharmonisan keluarga.

WANITA KARIR ?

Pekerjaan menumpuk seorang wanita karir membuat mereka terkadang melupakan pekerjaan rumah. Karena waktu yang tersedia tidak akan pernah cukup untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Selain itu kondisi tubuh yang lelah juga berpengaruh, sehingga pekerjaan rumahnya tertunda. Namun dengan menjadi wanita karir banyak juga kelebihannya.

  • Memiliki Penghasilan Sendiri

Perempuan yang telah berkeluarga dan memiliki anak namun tetap memilih bekerja tentu dapat dikatakan lebih mapan dalam segi finansialnya. Tentunya mereka akan memiliki gaji sendiri yang diterima setiap bulannya. Sehingga hal ini berbeda dengan wanita biasa yang mengandalkan penghasilan suami sebagai dana pemenuhan kebutuhan keluarga.

  •  Dapat Membatu Perekonomian Keluarga

Semakin meningkatnya kebutuhan ekonomi terkadang membuat kita merasa pilihan menjadi wanita karir merupakan pilihan paling tepat. Bagaimana tidak seorang wanita karir yang akan stabil secara finansial tentu akan dapat membantu perekonomian keluarga. Dimana ketika suami dan istri sama-sama bekerja maka istri dan sang suami akan memiliki penghasilan yang jika ditambahkan sudah pasti akan dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

  •  Menciptakan Lowongan Pekerjaan

Wanita karir pada umumnya kuwalahan apabila menyelesaikan pekerjaan rumahnya sendiri. Setelah sibuk seharian bekerja diluar rumah, kondisi tubuhnya sudah tidak memungkinkan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Hal ini yang akhirnya mereka membutuhkan orang lain untuk menjadi asisten rumah tangganya.

Hal ini bermanfaat untuk orang yang membantunya. Karena mereka merasa terbantu dengan adanya pekerjaan tersebut, mengingat sulitnya mencari pekerjaan.

  •  Merupakan Seorang yang Komunikatif 

Para wanita karir cenderung terbiasa dengan ruang publik, bertemu banyak orang, mengobrol dengan orang yang hanya sekali atau dua kali kenal. Tentunya dalam hal ini yang kemudian menuntut mereka harus menjadi pribadi yang komunikatif dan memiliki cara komunikasi yang baik. Ketika diluar lingkungan kantor, tentunya kebiasaan ini akan terbawa. Sehingga akan dikenal sebagai seorang yang komunikatif dalam lingkungan masyarakat.

Banyak hal positif antara keduanya. Tidak selamanya menjadi ibu rumah tangga membosankan dan dianggap rendah. Karena walaupun berdiam diri dirumah mereka tetap bisa menambah finansial keluarga dengan bekerja dirumah.

Namun tidak selamanya pula menjadi wanita karir berarti tidak memperhatikan keluarganya karena sibuk diluar. Manajemen waktu antara mengurus rumah tangga dan sibuk bekerja di kantor selalu mereka kontrol. Sehingga selain bekerja mereka juga tetap bisa mengurus rumah tangga.

KL For GAEKON

ARTIKEL ILMIAH

PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Modernisasi yang terjadi kini menyentuh aspek keluarga, sehingga telah terjadi berbagai perubahan fungsi keluarga sebagai akibat proses modernisasi. Di era globalisasi ini, perempuan tidak hanya bekerja di lingkungan rumah ataupun melayani suami walaupun hal tersebut adalah salah satu kewajiban perempuan mengikuti kodratnya.

Akan tetapi, perempuan juga dapat berperan untuk bangsa di ranah politik, ekonomi dan sosial. Seiring dengan abad kesejagadan ini, nampaknya kondisi tersebut sangat mungkin memberikan pengaruh yang sedemikian kompleks dan lebih dinamis terhadap perubahan di segala bidang, sehingga harus menggeser sebagaian peran orangtua, yaitu dengan mengalihkan peran dari kaum lelaki kepada kaum wanita dalam keluarganya, sekalipun pada zaman sebelumnya kondisi itu cukup menjadi perbedaan pendapat di antara kedua orangtua terkait.

Terjadinya peristiwa yang dimaksud nampaknya lebih berkaitan dengan pentingnya tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi, menguntungkan, berharga, dan berguna dalam menjaga martabatnya. Secara finansial, kondisi sedemikian jelas menguntungkan dan tidak perlu dipersoalkan . Adapun yang menjadi persoalan jikalau pihak ayah tidak bekerja (Wahab dan Solehuddin, 1999). Peran mencari nafkah tidak saja untuk memenuhi kebutuhan bersama dalam rumahtangganya, tetapi juga lebih memiliki harga diri serta hidup yang bermanfaat (Wolfman,1994).

Mereka hidup sama- sama sibuk. Pada zaman dahulu biasanya ayah berperan sebagai pencari nafkah tunggal dan ibu sebagai pengelola utama kehidupan di rumah, namun sekarang banyak diantara keluarga terutama di kota- kota yang tidak lagi seperti itu. Fenomena perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga akibat modernisasi ini merupakan hal yang hendak diangkat dalam tulisan ini.

Seorang perempuan Indonesia masih kerap dilanda kebingungan antara memilih untuk hanya menjadi ibu rumah tangga saja atau ikut masuk ke dalam dunia karir. Di Indonesia sendiri, wanita yang lebih menyibukkan diri di dunia karir kadang masih dianggap sebelah mata. Terlebih masih banyak wanita yang tidak bisa mendapat posisi tertinggi di dalam sebuah perusahaan hanya karena ia wanita. Sebenarnya tidak ada paksaan seorang wanita Indonesia harus menjadi apa dan bagaimana. Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah bahwa seorang wanita Indonesia sebaiknya bisa menjadi sosok yang tidak hanya reproduktif tetapi juga produktif dan sosial.

B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah,  Untuk mempermudah dan membantu jalannya penulisan, maka tulisan ini berangkat dari pertanyaan : Bagaimanakah perempuan “ bermain” di antara berperan sebagai perempuan karir dan ibu rumah tangga?

C. Tujuan
Tujuan penulisan Artikel ini adalah untuk dapat menjelaskan tentang peran perempuan di antara karir dan ibu rumah tangga.

KAJIAN PUSTAKA
Modernisasi
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak
dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu
masyarakat yang modern. Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur. Diungkapkan pula modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sekarang ini. Tingkat teknologi dalam membangun modernisasi betul-betul dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil.

Wilbert E Moore yang menyebutkan modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara barat yang stabil. Sementara menurut J W School, modernisasi adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya. Modernisasi dan aspirasi-aspirasi modernisasi mungkin merupakan persoalan menarik yang dewasa ini merupakan gejala umum di dunia ini. Kebanyakan masyarakat di dunia dewasa ini terkait pada jaringan modernisasi, baik yang baru memasukinya, maupun yang sedang meneruskan tradisi modernisasi. Secara historis, modernisasi merupakan suatu perubahan proses yang menuju pada tipe sistem -sistem sosial, ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa barat dan Amerika Utara pada abad ke-17 sampai abad ke-19 (Soekanto, 2006: 302).

Negara-negara atau masyarakat moderen pun yang sedang menjalani proses tersebut telah berkembang dari aneka warna masyarakat tradisional ataupun masyarakat pramodern. Di Eropa Barat masyarakat tradisional berwujud sebagai negara-negara absolut dengan pusat-pusat perkotaan yang kuat, ketika etika Eropa Timur lebih dikenal dengan ciri otokratisnya, sedangkan kebanyakan masyarakat di Asia dan Afrika berwujud kerajaan yang didasarkan pada ikatan tradisi dan ikatan darah yang sangat kuat. Namun demikian semuanya telah mengalami modernisasi dan berbagai negara tersebut di atas mengalami persoalan yang berbeda namun dalam menghadapi modernisasi tersebut sesuai dengan hukum situasi, dan pasti ada unsur-unsur yang sama yang berlaku secara universal.

Peran Perempuan Sebenarnya
Peranan perempuan dalam keluarga adalah tergantung dari fungsi perempuan dalam keluarga itu sendiri. Perempuan bisa berfungsi sebagai anak, Ibu, menantu, mertua, adik, kakak dan istri, seperti yang sudah disebutkan diatas tadi. Perempuan sebagai anak dalam keluarga, biasanya akan mulai mempelajari peranannya sebagai calon ibu dan istri ketika ia melihat bagaimana ibunya menjalankan fungsinya sebagai ibu dan istri. Banyak hal yang bisa dipelajari oleh anak perempuan ini, secara praktisnya mungkin dengan ikut menjalankan kewajiban-kewajiban ibunya di dalam mengatur kebersihan rumah, di dalam memasak, dan lain-lainnya. Bila ibunya adalah perempuan bekerja, mungkin bisa mempelajari bagaimana cara mengatur waktu antara pekerjaan dan keluarga.

Perempuan sebagai ibu dalam keluarga, idealnya menjadikan dirinya teladan yang bisa dicontoh anak perempuannya dalam segala hal yang dilakukannya di dalam urusan rumah tangga. Perempuan sebagai menantu dalam keluarga, idealnya menjadikan keluarga suaminya sebagai keluarga kedua, dan memperlakukan kedua keluarga dengan sama baiknya, karena bila kita menikah, kita menikah tidak hanya dengan orang yang bersangkutan, tetapi juga dengan keluarganya. Ibunya adalah ibu kita juga, ayahnya adalah ayah kita juga.

Perempuan sebagai mertua di dalam keluarga, idealnya harus bisa menyadari bahwa ia sudah “diluar” kehidupan anaknya, dan berfungsi hanya sebagai penasehat dan bukan yang ikut menentukan jalan pernikahan anaknya. Mertua yang baik adalah yang mendukung pernikahan anaknya di dalam doa serta memberikan bantuan nasehat, dan lainnya bila diperlukan. Perempuan sebagai adik/kakak dalam keluarga, berperan sebagai saudara yang saling memperhatikan, saling mendukung dan saling menghargai sebagai sebuah keluarga.

Perempuan sebagai istri dalam keluarga, berperan sebagai penolong, teman hidup pasangannya di kala suka dan duka. Melayani suami bisa disebut hak kita sebagai istri, bisa juga disebut sebagai kewajiban kita sebagai istri. Istri juga adalah teman berbagi dan teman untuk mendiskusikan segala sesuatunya sebelum keputusan diambil oleh suami sebagai kepala rumah tangga. Perempuan sebagai istri juga harus tunduk dan taat kepada suami dengan sikap hati yang benar. Artinya, sebagai istri mungkin pendapat kita kadang berbeda, tetapi bila keputusan sudah diambil kita harus mendukung keputusan tersebut, karena di sebuah kapal hanya ada satu nahkoda dan di dalam pernikahan hanya ada satu kepala keluarga.

Peran Sebagai Wanita Karir
Diantara banyak sebab wanita memutuskan untuk berkarier adalah karena beberapa hal, seperti:
1. Wanita single parent, memandang karier sebagai kebutuhan yang harus dilakoni untuk menafkahi hidupnya dan anak-anak. 2. Pendapatan yang diterima suami atau calon pasangan masih minim sehingga wanita merasa perlu berkarier untuk membantu meringankan beban suami atau calon pasangannya. 3. Wanita yang menjadi penopang hidup keluarga besarnya akan memandang berkarier adalah pilihan yang harus diambil sehingga dia bisa mandiri memberikan materi kepada keluarga besarnya tanpa harus meminta kepada suami atau calon pasangan. 4. Wanita yang sudah mapan kehidupan keluarganya memilih berkarier untuk menunjang kebutuhan hidupnya atau lifestyle.

Ketika pilihan jatuh pada berkarier maka yang harus menjadi perhatian utama adalah anak khususnya anak yang masih kecil, jika anak sudah mulai remaja akan membawa dampak positif yaitu membangun pribadi anak yang mandiri tanpa bergantung pada orang tua, walaupun orang tua tetap harus memberikan pengawasan.

Kunartinah (2003) Hall (1986) karier diartikan sebagai rangkaian sikap dan perilaku yang berhubungan dengan pengalaman seseorang sepanjang kehidupan kerjanya. Hall (1996) karier adalah rangkaian dari sikap dan tingkah laku yang dirasakan secara pribadi yang berkaitan dengan pengalaman-pengalaman dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan sepanjang masa kehidupan seseorang (Ivancevich et al., 1989). Sedangkan pengertian wanita berkarier seperti yang disampikan Munandar (2001) wanita berkarier adalah wanita yang bekerja untuk mengembangkan kemampuannya. Dalam hal ini, wanita karier mayoritas didukung oleh pendidikan yang tinggi sehingga statusnya dalam pekerjaan juga tinggi.

Faktor Pendorong Wanita Bekerja
Beberapa faktor yang melandasi ibu untuk bekerja di luar rumah diantaranya adalah (Puspitawati 2009):
1) Kebutuhan finansial
2) Kebutuhan sosial-rasional
3) Kebutuhan aktualisasi diri
Faktor-faktor yang biasanya menjadi sumber persoalan bagi para ibu yang bekerja dapat dibedakan sebagai berikut (Puspitawati 2009)
1) Faktor Internal (persoalan yang timbul dalam diri pribadi ibu tersebut). Stress akibat tuntutan bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (lelah secara psikis), tekanan yang timbul akibat peran ganda itu sendiri (kemampuan manajemen waktu dan rumah rumah tangga merupakan kesulitan yang paling sering dihadapi oleh para ibu bekerja), pekerjaan di kantor sangat berat, suami dan anak-anak merasa “kurang dapat perhatian”.
2) Faktor eksternal
a) Dukungan suami. Dukungan suami diterjemahkan sebagai sikap-sikap penuh pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerjasama yang positif, ikut membantu menyelesaikan pekerjaan rumahtangga, membantu mengurus anak-anak serta memberikan dukungan moral dan emosional terhadap karier atau pekerjaan istrinya.
b) Kehadiran anak
c) Masalah pekerjaan
Peraturan kerja yang kaku, pimpinan yang tidak bijaksana, beban kerja yang berat, ketidakadilan yang dirasakan di tempat kerja, rekan-rekan yang sulit bekerjasama, waktu kerja yang sangat panjang, ketidaknyamanan psikologis yang dialami akibat dari problema sosial-politis di tempat kerja.
3) Faktor relasional
Kurangnya waktu interaksi suami dan istri akibat sedikitnya waktu bersama dan berkomunikasi di rumah dapat menyebabkan persoalan dalam rumah tangga.

PEMBAHASAN
Mengatur keseimbangan waktu antara rumah tangga dan pekerjaan juga menjadi salah satu tantangan terberat. Jika seorang wanita sudah berkeluarga dan memiliki anak, pastinya ia harus lebih jeli lagi dalam membagi dan mengatur waktu. Memainkan peran ganda, menjadi ibu rumah tangga sekaligus wanita karir, bukanlah sesuatu yang mudah.

Seorang wanita Indonesia masih harus dituntut untuk memprioritaskan keluarga dan anak. Namun, tanggung jawab kerja dan karir juga tak bisa diabaikan begitu saja. Tak heran banyak wanita Indonesia yang rela melepaskan karir mereka agar bisa lebih fokus dan konsentrasi pada keluarga mereka. Melepaskan karir demi keluarga bukanlah sebuah keputusan yang salah karena sekali lagi pilihan hidup ada di tangan masing-masing wanita Indonesia.

Meskipun banyak tantangan yang akan dihadapai wanita Indonesia, bukan berarti wanita Indonesia tidak bisa menjadi seorang wanita karir sekaligus ibu rumah tangga. Salah satu kekuatan terbesar yang dimiliki oleh seorang wanita ialah ia mampu mengatur dan mengorganisir segala sesuatu dengan jauh lebih baik. Wanita Indonesia bisa membangun dan memotivasi orang–orang di sekitarnya. Bahkan wanita karir yang memiliki jiwa keibuan (karena ia juga adalah seorang ibu rumah tangga) bisa lebih baik dalam mengayomi para anggota dan anggota tim kerja. Halangan biologis yang ada seperti menstruasi, hamil, hingga menyusui pun jika bisa diatasi dengan baik malah akan menjadi kekuatan sendiri bagi wanita Indonesia yang menjalani dua peran sekaligus: wanita karir dan ibu rumah tangga.

DAMPAK POSITIF WANITA KARIR
Terhadap Kondisi Ekonomi Keluarga
Dalam kehidupan manusia kebutuhan ekonomi merupakan kebutuhan primer yang dapat menunjang kebutuhan yang lainnya. Kesejahteraan manusia dapat tercipta manakala kehidupannya ditunjang dengan perekonomian yang baik pula. Dengan berkarir, seorang wanita tentu saja mendapatkan imbalan yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk menambah dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Pratiwi Sudamona mengatakan bahwa pria dan wanita adalah “Mitra Sejajar” dalam menunjang perekonomian keluarga. Dalam konteks pembicaraan keluarga yang modern, wanita tidak lagi dianggap sebagai mahluk yang semata-mata tergantung pada penghasilan suaminya, melainkan ikut membantu berperan dalam meningkatkan penghasilan keluarga untuk satu pemenuhan kebutuhan keluarga yang semakin bervariasi.

Sebagai Pengisi Waktu
Pada zaman sekarang ini hampir semua peralatan rumah tangga memakai teknologi yang mutakhir, khususnya di kota-kota besar. Sehingga tugas wanita dalam rumah tangga menjadi lebih mudah dan ringan. Belum lagi mereka yang menggunakan jasa pramuwisma (pembantu rumah tangga), tentu saja tugas mereka di rumah akan menjadi sangat berkurang. Hal ini bisa menyebabkan wanita memiliki waktu luang yang sangat banyak dan seringkali membosankan. Maka untuk mengisi kekosongan tersebut diupayakanlah suatu kegiatan yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka.

Diungkapkan oleh Abdullah Wakil bahwa kemudahan-kemudahan yang didapat wanita dalam melakukan tugas rumah tangga, telah menciptakan peluang bagi mereka untuk leluasa mencari kesibukan diluar rumah, sesuai dengan bidang keahliannya supaya dapat mengaktualisasikan dirinya di tengah-tengah masyarakat sebagai wanita yang aktif berkarya.

Peningkatan Sumber Daya Manusia
Kemajuan teknologi di segala bidang kehidupan menuntut sumber daya manusia yang potensial untuk menjalankan teknologi tersebut. Bukan hanya pria bahka wanitapun dituntut untuk bisa dapat mengimbangi perkembangan teknologi yang makin kian pesat.

Jenjang pendidikan yang tiada batas bagi wanita telah menjadikan mereka sebagai sumber daya potensial yang diharapkan dapat mampu berpartisipasi dan berperan aktif dalam pembangunan, serta dapat berguna bagi masyarakat, agama, nusa dan bangsanya.

Percaya Diri Dan Lebih Merawat Penampilan
Biasanya seorang wanita yang tidak aktif di luar rumah akan malas untuk berhias diri, karena ia merasa tidak diperhatikan dan kurang bermanfaat. Dengan berkarir, maka wanita merasa dibutuhkan dalam masyarakat sehingga timbullah kepercayaan diri. Wanita karir akan berusaha untuk memercantik diri dan penampilannya agar selalu enak dipandang. Tentu hal ini akan menjadikan kebanggaan tersendiri bagi suaminya, yang melihat istrinya tampil prima di depan para relasinya.

DAMPAK NEGATIF WANITA KARIR
Diantara dampak negatif yang ditimbulkan, antara lain:
Terhadap Anak
Seorang wanita karir biasanya pulang ke rumah dalam keadaan lelah setelah seharian bekerja di luar rumah, hal ini secara psikologis akan berpengaruh terhadap tingkat kesabaran yang dimilikinya, baik dalam menghadapi pekerjaan rumah tangga sehari-hari, maupun dalam menghadapi anak-anaknya. Jika hal itu terjadi maka sang Ibu akan mudah marah dan berkurang rasa pedulinya terhadap anak. Survey yang dilakukan di negara-negara Barat menunjukkan bahwa banyak anak kecil yang menjadi korban kekerasan orangtua yang seharusnya tidak terjadi apabila mereka memiliki kesabaran yang cukup dalam mendidik anak.

Hal lain yang lebih berbahaya adalah terjerumusnya anak-anak kepada hal yang negatif, seperti tindak kriminal yang dilakukan sebagai akibat dari kurangnya kasih sayang yang diberikan orangtua, khususnya Ibu terhadap anak-anaknya.

Terhadap Suami
Di kalangan para suami wanita karir, tidaklah mustahil menjadi suatu kebanggaan bila mereka memiliki istri yang pandai, aktif, kreatif, dan maju serta dibutuhkan masyarakat, Namun dilain sisi mereka mempunyai problem yang rumit dengan istrinya. Mereka juga akan merasa tersaingi dan tidak terpenuhi hak-haknya sebagai suami. Sebagai contoh, apabila suatu saat seorang suami memiliki masalah di kantor, tentunya ia mengharapkan seseorang yang dapat berbagi masalah dengannya, atau setidaknya ia berharap istrinya akan menyambutnya dengan wajah berseri sehingga berkuranglah beban yang ada. Hal ini tak akan terwujud apabila sang istri pun mengalami hal yang sama. Jangankan untuk mengatasi masalah suaminya, sedangkan masalahnya sendiripun belum tentu dapat diselesaikannya. Apabila seorang istri tenggelam dalam karirnya, pulang sangat letih, sementara suaminya di kantor tengah menghadapi masalah dan ingin menemukan istri di dalam rumah dalam keadaan segar dan memancarkan senyuman kemesraan, tetapi yang ia dapatkan hanyalah istri yang cemberut karena kelelahan. Ini akan menjadi masalah yang runyam dalam keluarga.

Kebanyakan suami yang istrinya berkarir merasa sedih dan sakit hati apabila istrinya yang berkarir tidak ada di tengah-tengah keluarganya pada saat keluarganya membutuhkan kehadiran mereka. Juga ada keresahan pada diri suami, khususnya pasangan-pasangan usia muda karena mereka selalu menunda kehamilan dan menolak untuk memiliki anak dengan alasan takut mengganggu karir yang tengah dirintis olehnya.

Terhadap Rumah Tangga
Kemungkinan negatif lainnya yang perlu mendapat perhatian dari wanita karir yaitu rumah tangga. Kegagalan rumah tangga seringkali dikaitkan dengan kelalaian seorang istri dalam rumah tangga. Hal ini bisa terjadi apabila istri tidak memiliki keterampilan dalam mengurus rumah tangga, atau juga terlalu sibuk dalam berkarir, sehingga segala urusan rumah tangga terbengkalai. Untuk mencapai keberhasilan karirnya, seringkali wanita menomorduakan tugas sebagai ibu dan istri. Dengan demikian, pertengkaran bahkan perpecahan dalam rumah tangga tidak bisa dihindarkan lagi.

Terhadap Masyarakat
Hal negatif yang ditimbulkan oleh adanya wanita karir tidak hanya berdampak terhadap keluarga dan rumah tangga, tetapi juga terhadap masyarakat sekitarnya, seperti hal-hal berikut:
Dengan bertambahnya jumlah wanita yang mementingkan karirnya di berbagai sektor lapangan pekerjaan, secara langsung maupun tidak langsung telah mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran di kalangan pria, karena lapangan pekerjaan yagn ada telah diisi oleh wanita. Sebagai contoh, yang sering kita lihat di pabrik-pabrik. Perusahaan lebih memilih pekerja dari kalangan wanita ketimbang pria, karena selain upah yang relatif minim dan murah dari pria, juga karena wanita tidak terlalu banyak menuntut dan mudah diatur.

Kepercayaan diri yang berlebihan dari seorang wanita karir seringkali menyebabkan mereka terlalu memilih-milih dalam urusan perjodohan. Maka seringkali kita lihat seorang wanita karir masih hidup melajang pada usia yang seharusnya dia telah layak untuk berumah tangga bahkan memiliki keturunan. Selain itu banyak pria yang minder atau enggan untuk menjadikan wanita karir sebagai istri mereka karena beberapa faktor; Seperti pendidikan wanita karir dan penghasilannya yang seringkali membuat pria berpikir dua kali untuk menjadikannya sebagai pendamping hidup. Sementara itu dilain sisi pria-pria yang menjadi dambaan para wanita karir ini -kemungkinan karena terlalu tinggi kriterianya- telah lebih dulu berkeluarga dan membina rumah tangga dengan wanita lain. Hal inilah mungkin yang menyebabkan timbulnya anggapan dalam masyarakat bahwa “Semakin tinggi jenjang pendidikan yang dapat diraih oleh wanita maka semakin sulit pula baginya untuk mendapatkan pendamping hidup.

Perempuan dan Peran Ganda
Perempuan berkeluarga yang berperan ganda sebagai individu senantiasa menyesuaikan diri dengan komponen lingkungan tersebut meskipun seringkali menghadapi tekanan dari lingkungannya. Ketika mendapatkan tekanan dari lingkungan, perempuan akan melakukan adaptasi diri, yang berarti mengubah diri sesuai keadaan lingkungan dan juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan diri. Peran ganda perempuan membawa dampak pada pergeseran nilai dalam keluarga, berupa perubahan struktur fungsional dalam kehidupan keluarga seperti pola penggunaan waktu dan kegiatan untuk keluarga, urusan rumah tangga, pekerjaan, sosial ekonomi, pengembangan diri dan pemanfaatan waktu luang. Peran ganda yang dijalani perempuan membuat pola interaksi dengan keluarga berlangsung timbal balik dan saling membutuhkan baik ketika berada di dalam maupun di luar rumah. Adapun Pola pengelolaan pendapatan dan pemanfaatan pendapatan keluarga didasarkan oleh tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Peran ganda perempuan adalah sesuatu yang dapat disimak, diobservasi, dan merupakan fenomena yang bersifat inter subyektif. Peran ganda perempuan membawa konsekuensi pada terjadinya perubahan pranata ataupun struktur sosial di dalam keluarga. Jika peran ganda perempuan menyumbang stabilitas keluarga atau masyarakat, maka hal itu dinilai fungsional dan disebut sebagai perubahan struktur fungsional dalam kehidupan keluarga. Peran ganda perempuan berarti keterlibatan perempuan secara aktif dalam suatu proses pencapaian tujuan yang dilakukan oleh pribadi perempuan yang diorganisir berlandaskan kemampuan yang memadai, serta turut serta memutuskan tujuan. Peran ganda perempuan merupakan perilaku dan tindakan sosial yang diharapkan dapat menciptakan stabilitas dan harmoni dalam keluarga.

Keterlibatan perempuan melakoni peran ganda tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti adanya motivasi, keinginan yang kuat untuk mengaktualisasikan diri, adanya keyakinan dan penilaian positif terhadap diri sendiri akan kemampuan untuk melakukan hal-hal positif yang dapat membawa pada keberhasilan di masa yang akan datang. Setiap perempuan sebagai pribadi memerlukan hubungan dengan lingkungannya yang memotivasinya, merangsang perkembangannya atau memberikan sesuatu yang ia butuhkan.

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik, lingkungan psikis, serta lingkungan rohaniah yang dikandung oleh setiap individu. Perempuan, ketika melihat adanya peluang untuk mengembangkan diri, dan mendapat dukungan dari lingkungan, akan berusaha berprestasi atau berusaha untuk maju. Peluang ini akan membuka kesempatan bagi perempuan berpindah strata. Kesempatan ini mendorong perempuan untuk maju bersaing dan bekerja keras untuk beralih ke strata yang lebih tinggi.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa peran wanita di era globalisasi ini telah berkembang menjadi peran ganda. Peran ganda tersebut meliputi peran sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir. Peranan wanita sebagai wanita karir dapat dibagi menjadi 3, yakni wanita tunggal dan tidak mempunyai anak, wanita bekerja menikah tanpa anak dan wanita karir sebagai ib Peran ganda wanita juga menuai berbagai pandangan dari masyarakat. Pandangan masyarakat mengenai peran ganda wanita ada yang pro (setuju) dan kontra (tidak setuju).

Ada beberapa nilai tambah bagi para ibu yang berperan sebagai pencari nafkah sejalan dengan pekerjaan yang ditekuninya. Shaevitz (1993) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa (1) cukup banyak bukti yang menerangkan bahwa anak- anak yang ibunya bekerja tidak lebih menderita atau lebih bahagia dibandingkan mereka yang ibunya di rumah; (2) wanita bekerja ternyata cenderung memberikan waktunya untuk berdua dengan anaknya, sama banyaknya dengan wanita yang di rumah saja; (3) anak- anak yang ibunya bekerja cenderung punya cita- cita pendidikan yang lebih tinggi

B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah semoga makalah yang menyajikan mengenai penjelasan peran ganda wanita dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca. Disarankan pula pada pembaca untuk memahami dan menelusuri lebih jauh bahwa peran seorang wanita di era modern sekarang ini telah berkembang, tidak hanya peran sebagai ibu rumahtangga, namun telah berkembang menjadi peran sebagai wanita karir (bekerja).

DAFTAR PUSTAKA
Harun Fatmawati. 2010. Faktor – faktor yang mempengaruhi strategi perempuan bekerja dan kesejahteraan keluarga.
Ihromi, T.O. (ed.). 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Yayasan Obor, Indonesia. Jakarta.
Weiner, Myron. 1980. Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.