Siapa saja yang harus berperan dalam menjaga keharmonisan dalam keberagaman

TANJUNG REDEB - Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Berau, menggelar dialog lintas agama dan pemuda pada hari lahir pancasila, di Balai Mufakat Tanjung Redeb, Kamis (1/6) lalu.

Dialog dengan tema peran tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemuda dalam merawat serta mempertahankan kerukunan di Kabupaten Berau, dibuka secara resmi Bupati Berau Muharram. Turut hadir Wakil Bupati Agus Tantomo, Ketua DPRD Berau Syarifatul Syadiah, serta unsur forum koordinasi pimpinan daerah (FKPD), sekaligus menjadi narasumber dialog.

Bupati Berau Muharram, dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada FKUB yang telah menggelar dialog lintas agama dan pemuda yang bertepatan dengan hari lahir pancasila.

Muharram juga menyampaikan terima kasih, atas peran FKUB bersama seluruh tokoh agama dan tokoh masyarakat serta pemuda yang telah melaksanakan perannya dalam membangun kerukunan di Bumi Batiwakkal. Dia juga mengajak seluruh masyarakat untuk terus menjaga keharmonisan antar umat beragama, di samping juga menjaga dan merawat keharmonisan di dalam internal setiap agama. “Mari kita tetap menjaga keharmonisan antar umat beragama dan jangan lupa juga ada PR kita di internal umat beragama,” ungkapnya

Dalam menjaga hubungan harmonisasi antar umat beragama, disampaikan Bupati Muharram ada beberapa hal yang harus menjadi pemahaman bersama terhadap masalah yang terkadang menjadi peluang disharmoni di tengah-tengah masyarakat.

Membangun hubungan yang baik dengan saling hormat menghormati dan menghargai sesama umat beragama menurutnya harus terus dibangun. Menjalankan ibadah keagamaan dan keyakinan masing-masing dengan menjalankan ajaran agamanya dengan baik, maka semua akan damai tanpa ada masalah.

“Kita harus memiliki persepsi yang sama tentang kebersamaan, tentang keberagaman, tentang kemajemukan,” ucapnya.

Sementara Wakil Bupati Berau Agus Tantomo, selaku ketua dewan penasehat FKUB Berau, mengungkapkan kegiatan dialog lintas agama dan pemuda yang bertepatan dengan peringatan hari lahir pancasila ini, menjadi momentum untuk kembali menanamkan nilai-nilai pancasila, khususnya kepada para pemuda. Dimana para pendiri bangsa telah menyusun dan menetapkan pancasila sebagai dasar. Sehingga pancasila tidak hanya dipajang dan dihafal, namun juga harus dihayati dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Semangat penghayatan dan pengalaman pancasila harus terus ditanamkan kepada generasi bangsa ini.

“Besar harapan kita bagaimana semangat penghayatan dan mengamalan pancasila terus tumbuh, khususnya kepada generasi di Kabupaten Berau,” ucapnya.

Melalui dialog lintas agama dan pemuda yang digelar FKUB, Bupati Berau Muharram juga menerima pin FKUB dari Ketua FKUB Kabupaten Berau Busairi. Selain itu, Bupati Muharram juga memberikan penghargaan kepada para tokoh masyarakat dan tokoh agama yang selama ini berperan dalam mendukung FKUB Kabupaten Berau.(hms4/app)


Jakarta, Kominfo – Keberagaman suku, agama, dan ras bangsa Indonesia merupakan keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan bagi masyarakat Indonesia. Namun, tidak sedikit pula konflik yang terjadi akibat keberagaman itu sendiri. Untuk itu, dibutuhkan upaya menciptakan kerukunan antar umat agar dapat menjaga keutuhan dan persatuan bangsa.

“Saya berharap seluruh organisasi kemasyarakatan (ormas), terutama yang berbasis agama, untuk terus berperan dan berkontribusi dalam upaya ikut menjaga antar umat beragama, membangun kesatuan dan keutuhan nasional, karena kerukunan adalah faktor utama dalam menjaga keutuhan bangsa,” tegas Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin pada Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2572 Kongzili melalui konferensi video di Kediaman Resmi Wapres, Jalan Diponegoro No.2, Jakarta, Minggu (14/02/21).

Selain menjaga kerukunan, Wapres juga meminta Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN) yang sebagian besar warganya merupakan pelaku usaha, dapat mendukung upaya pemerintah dalam memulihkan perekonomian nasional akibat pandemi Corona Virus Disease-2019 (Covid-19) ini.

Ia pun mengapresiasi partisipasi organisasi tersebut dalam menanggulangi dampak sosial dan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

“Saya sampaikan apresiasi yang tinggi kepada MATAKIN dan segenap umat Konghucu, atas peran serta dan kontribusi yang telah diberikan dalam membantu masyarakat mengatasi pandemi Covid-19 dan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,” ucap Wapres.

Menurutnya, hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk melakukan percepatan penanganan pandemi Covid-19 sekaligus untuk pemulihan ekonomi nasional.

“Kunci utamanya adalah kedisiplinan untuk menerapkan protokol kesehatan, dimana kita harus melakukan penyesuaian untuk tetap beraktivitas dan produktif,” tutur Wapres.

Selain itu, Wapres juga mendorong peran para pemuka agama untuk terus mendukung upaya pemerintah dalam menjaga kesehatan masyarakat dengan melaksanakan protokol kesehatan secara ketat.

“Nasihat dan bimbingan pemuka agama akan memperkuat keyakinan dan kepatuhan umatnya tentang akibat apabila tidak menerapkan protokol kesehatan,” ungkap Wapres.

Wapres juga berharap kondisi ekonomi nasional dapat dipulihkan secara cepat melalui dukungan dari organisasi masyarakat.

“Saya berharap dukungan MATAKIN dan seluruh umat Konghucu akan memberikan dampak yang berarti bagi percepatan pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19,” harapnya.

Wapres pun optimis bangsa Indonesia mampu menghadapi masa sulit dan mampu bangkit dari pandemi ini.

“Saya percaya dengan semangat dan usaha yang terbaik, diiringi doa, serta inovasi dan kreativitas, kita dapat melewati masa sulit ini serta dapat kembali membangun Indonesia yang lebih baik,” kata Wapres optimis.

Menutup sambutannya dalam acara yang mengangkat tema “Doa Untuk Indonesia” tersebut, Wapres memberikan ucapan tahun baru Imlek ke-2572 dengan harapan adanya pandemi tidak mengurangi kekhidmatan perayaan serta agar tahun yang baru ini dapat menjadi tahun yang lebih baik dari tahun sebelumnya.

“Selamat Hari Raya Tahun Baru Imlek ke-2572 kepada umat Khonghucu. Semoga perlindungan dan berkah Yang Maha Kuasa, serta upaya membersihkan hati, menyucikan nurani, dan berusaha supaya lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya,” tutup Wapres.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan bahwa dalam sejarahnya, perayaan Imlek memberikan hikmah tentang pentingnya persatuan di dalam menghadapi permasalahan. Anies mengajak masyarakat untuk saling menopang dan memupuk optimisme dalam menghadapi pandemi Covid-19.

“Marilah kita melihat momen pandemi ini untuk mencari peluang agar kita bisa kembali bangkit dalam suasana persatuan dan persaudaraan, dengan harapan kita semua bisa lebih cepat melewati masa penuh ujian ini,” ajak Anies.

Sementara, Menteri Agama Republik Indonesia Yaqut Choil Qoumas menyampaikan agar perayaan Tahun Baru Imlek kali ini dapat dijadikan momentum melakukan refleksi diri untuk dapat menjadi manusia yang lebih baik lagi.

“Hakikat tahun baru bukanlah pesta pora tapi mengoreksi perjalanan yang lalu, bersyukur terhadap kesempatan yang diberikan lagi, dan merencanakan pembaruan pada perjalanan berikutnya,” ucap Yaqut.

Turut hadir pada acara tersebut secara virtual Ketua Umum Dewan Rohaniwan/Pengurus Pusat MATAKIN Xs. Budi Santoso Tanuwibowo, Ketua Kehormatan MATAKIN Jimly Asshiddiqie, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj.

Siapa saja yang harus berperan dalam menjaga keharmonisan dalam keberagaman

Wapres pun mengajak masyarakat untuk dapat bangkit bersama dalam membangun Indonesia yang lebih baik, khususnya pascapandemi yang banyak mem Selengkapnya

Siapa saja yang harus berperan dalam menjaga keharmonisan dalam keberagaman

Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul dan tenaga kerja terampil bersinggungan erat dengan dunia pendidikan dan pelatihan, dimana Bala Selengkapnya

Siapa saja yang harus berperan dalam menjaga keharmonisan dalam keberagaman

Diperlukan tata kelola pemanfaatan air yang bijak agar air bersih dan sanitasi yang layak dapat mudah diakses sebagai kunci utama yang menen Selengkapnya

Keanekaragaman adalah sifat esensial bangsa Indonesia. Berbagai suku bangsa dengan budayanya masing-masing tersebar di seluruh Nusantara. Hal tersebut pada dasarnya merupakan kekayaan yang menjadi potensi bangsa. Namun di sisi lain, keanekaragaman berkombinasi dengan persoalan kesenjangan kesejahteraan antar daerah, atau antar kelompok masyarakat, dapat berpotensi menjadi permasalahan. Oleh  karena itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengupasnya dalam kegiatan seminar “Dialektika Multikulturalisme dengan Kebangsaan pada Selasa, 14 November 2017 di Jakarta.
 

Jakarta, 14 November 2017. Keragaman adalah aspek yang harus dikelola dengan tepat agar dapat menjadi kekuatan. Hal ini penting karena keberagaman dapat menciptakan gesekan dan benturan. Di sisi lain, jurang kesenjangan juga perlu diminimalisasi agar tidak terlalu curam sehingga dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang selanjutnya membawa kerawanan sosial. Membentuk dan memelihara persatuan Indonesia yang beragam secara etnis dan budaya bukan persoalan mudah. Persatuan harus mampu menciptakan iklim kondusif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, tidak mungkin memelihara persatuan pada tingkat ideologis dan budaya terlaksana, jika upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat diabaikan. Namun, peningkatan kesejahteraan tanpa merekatkan berbagai etnisitas dan budaya juga tetap sarat dengan kerawanan perpecahan. Etnisitas dan budaya juga merupakan aspek penting di samping berbagai aspek lain dalam membentuk persatuan bangsa

Lebih lanjut, merajut keberagaman etnis dan budaya menjadi bangsa yang bersatu membutuhkan berbagai upaya serius, simultan dan berkelanjutan. Di tengah-tengah berkembangan berbagai bidang dalam skala global menuntut Indonesia untuk tidak boleh lengah terhadap pengaruh perkembangan tersebut. Pemerintah perlu mengantisipasi perkembangan tersebut agar Indonesia mampu beradaptasi. Sementara itu, dengan kekayaan sumber daya yang melimpah tentunya membuat Indonesia dilirik oleh negara pemilik modal. Hal tersebut membuat Indonesia menjadi sumber bahan baku dan sasaran produk negara lain. Untuk menghadapi tersebut, Indonesia perlu berupaya tetap menjadi negara independen yang berdaulat sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 sehingga persatuan dan kesejahteraan bangsa bisa terjaga.
 

Sebagai informasi, seminar ini akan menghadirkan narasumber yakni Sulistiowati Irianto (Universitas Indonesia) dengan tema “Pengelolaan Sumberdaya Alam yang berkeadilan dan Penguatan Kebangsaan”, Amalia Ayuningtyas (Aktivis Politik Muda) dengan tema “Partisipasi Anak Muda dalam Merawat Kebhinekaan”. Sudiyono (P2KK-LIPI) dengan tema “Peningkatan Semangat Kebangsaan melalui Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat”, Aulia Hadi, M.Sc. (P2KK-LIPI) dengan tema “Problematika Menempatkan Tradisi-tradisi dan Kepercayaan Lokal dalam Kebangsaan Indonesia yang Multikultural”.

 
Keterangan Lebih Lanjut:

  • Sri Sunarti Purwaningsih (Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (P2KK) LIPI)
  • Isrard (Kepala Bagian Humas, Biro Kerja sama, Hukum, dan Humas LIPI)

Sumber: Puslit Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI Penulis: lyr Editor: -

Siaran pers ini disiapkan oleh Humas LIPI


 

Sumber : Biro Kerjasama, Hukum dan Humas LIPI

Sivitas Terkait : Dr. Sri Sunarti Purwaningsih M.A.