Siapa tokoh pergerakan nasional yang tidak punya latar belakang pendidikan di luar negeri

Lihat Foto

Kemendikbud RI

Pengaruh Politik Etis Belanda

KOMPAS.com - Politik etis menjadi awal lahirnya tokoh-tokoh pergerakan nasional di Indonesia.

Politik etis atau politik balas budi adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kejahteraan bumi putera.

Berkat tokoh-tokoh tersebut yang kemudian membentuk kesadaran nasional sebagai bumiputra di Hindia. Mereka kaum penggerak dari zaman baru Indonesia, yakni zaman pergerakan nasional.

Baca juga: Pergerakan Nasional di Indonesia, Diawali Organisasi Budi Utomo

Latar belakang

Kebijakan politik etis dikeluarkan oleh Ratu Belanda Wilhelmina pada 1899. Kebijakan tersebut keluar tidak lepas adanya kritik dari tokoh Belanda, C.Th. Van Deventer lewat tulisan di majalah De Gids pada 1899.

Tulisan Van Deventer berjudul Een Eereschlud [satu hutang kehormatan]. Karena Pemerintah Belanda telah begitu lama mengambil untung besar dari wilayah jajahan, sementara rakyat pribumi menderita.

Sehingga pemerintah Belanda memiliki kewajiban moral untuk melakukan balas budi melalui kesejahteraan penduduk.

Dilansir Encyclopaedia Britannica [2015], kebijakan etis mulai dicanangkan pemerintah Belanda pada awal abad ke-20.

Ada tiga program utama yang dibuat dalam kebijakan tersebut, yakni irigasi, edukasi, dan emigrasi [transmigrasi].

Kebijakan tersebut diharapkan bisa membawa perubahan besar berupa kemajuan di Hindia Belanda. Tapi terlepas dari visi yang muluk, pencapaian kebijakan etis jauh lebih sederhana.

Baca juga: Faktor Pendorong Munculnya Pergerakan Nasional

Tidak adanya penurunan standar hidup rakyat. Dalam prakteknya tetap disalahgunakan untuk kepentingan dan keuntungan pemerintah Belanda.

JAKARTA - Banyak tokoh nasional yang membantu Indonesia dalam masa merebut kemerdekaan, dari berbagai latar belakang tokoh nasional yang gigih melawan penjajahan lahir. Salah satunya dari golongan akademisi baik yang menempuh proses belajar dari dalam dan luar negeri.

Namun hal yang menarik untuk kita ketahui beberapa tokoh nasional menempuh pendidikan di luar negeri, sehingga sewaktu kuliah di luar negeri juga dapat membantu perlawanan melawan penjajah.

1. Mohammad Hatta

Mohammad Hatta, salah satu founding father Indonesia pertama kali mengenyam pendidikan formal di sekolah swasta. Setelah enam bulan, ia pindah ke sekolah rakyat dan sekelas dengan Rafiah, kakaknya. Namun, pelajarannya berhenti pada pertengahan semester kelas tiga.

 

Ia lalu pindah ke ELS di Padang [kini SMA Negeri 1 Padang] sampai tahun 1913 dan melanjutkan ke MULO sampai tahun 1917. Selesai pendidikan dasarnya, Hatta masuk Sekolah Tinggi Dagang di Rotterdam [Nederlandsche Handels-Hoogeschool] dengan beasiswa dari Van Deventer-Stichting selama dua tahun mulai Juli 1921.

Selama bersekolah di sana, ia masuk organisasi sosial Indische Vereeniging yang kemudian menjadi organisasi politik dengan adanya pengaruh Ki Hadjar Dewantara, Cipto Mangunkusumo, dan Douwes Dekker.

2. Sutan Syahrir

Sutan Syahrir dikenal dengan sebutan Bung Kecil ini juga salah satu pendiri bangsa. Ia lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat pada 5 Maret 1909. Ia merupakan Perdana Menteri pertama Indonesia dan paling termuda di dunia, 36 tahun.

Syahrir lulus dari siswa sekolah menengah [AMS], Bandung tahun 1929. Ia melanjutkan kuliah di Eropa, tepatnya di Fakultas Hukum Universiteit van Amsterdam. Pada awal kuliahnya, Syahrir aktif mengikuti sebuah klub studi yang bernama Sociaal Democratische Studenten Club.

Di sinilah awal mula, Syahrir membedah secara mendalam gagasan-gagasan politik kelas dunia, seperti Karl Marx, Otto Beur, Friedrich Engelsh. Sampai pada akhirnya, karena masalah keuangan, Sjahrir terpaksa harus pindah kuliah ke Universitas Leiden dan bekerja di sebuah perusahaan transportasi. Pada tahun 1931, Syahrir pun kembali ke Indonesia dan melanjutkan perjuangan kemerdekaan.

3. Achmad Soebarjo

Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo atau biasa dikenal dengan sebutan Achmad Soebarjo adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan seorang pahlawan nasional Indonesia.

Ia adalah Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Achmad Soebardjo memiliki gelar Meester in de Rechten, yang diperoleh di Universitas Leiden Belanda pada tahun 1933. Semasa masih menjadi mahasiswa, Soebardjo aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui beberapa organisasi seperti Jong Java dan Persatuan Mahasiswa Indonesia di Belanda.

ia menjadi wakil Indonesia bersama dengan Mohammad Hatta dan para ahli gerakan-gerakan Indonesia pada persidangan antarbangsa "Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Penjajah" yang pertama di Brussels dan kemudian di Jerman. Sewaktu kembalinya ke Indonesia, ia aktif menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia [BPUPKI], dan kemudian Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia [PPKI]. [din]

Tokoh-tokoh Pergerakan Nasional. Perjuangan rakyat Indonesia mengusir penjajah tidak hanya dilakukan dengan kekuatan fisik, tetapi juga melalui organisasi. Putera-putera bangsa Indonesia, mulai sadar perlunya organisasi modern untuk perjuangan kemerdekaan. Selain itu, tumbuh juga kesadaran perlunya persatuan dari rakyat Indonesia untuk mengusir penjajah. Belajar pada pengalaman sebelumnya bahwa perjuangan yang dilakukan sebelumnya selalu mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut adalah kurangnya persatuan dari bangsa Indonesia dalam menghadapi penjajah. Beberapa tokoh pergerakan nasional antara lain :

1.      R.A Kartini dan dewi Sartika

R.A. Kartini & Dewi Sartika

Raden Ajeng Kartini dan Dewi Sartika sama-sama memperjuangkan nasib kaum wanita melalui pendidikan. Kartini mendirikan sekolah untuk wanita pribumi pada tahun 1903. Beliau juga mendirikan sekolah di rumahnya, di Rembang. Pada tahun 1904 Kartini meninggal dunia. Kumpulan surat-suratnya disusun dalam sebuah buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Pada tahun 1884-1947, Dewi Sartika mendirikan Sekolah Istri di Bandung yang kemudian berubah menjadi Sekolah Keutamaan Istri. Pada tahun 1915, Dewi Sartika mendirikan sebuah perkumpulan wanita bernama Pengasah Budi Perkumpulan ini memperjuangkan kemajuan wanita.

Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Tahun 1912 Ki Hajar Dewantara bersama dengan Dr. Cipto Mangunkusumo dan Dowes Dekker mendirikan indische Partij yang bertujuan memperjuangkan Indonesia yang merdeka dan berdaulat Mereka bertiga disebut sebagai Tiga Serangkai. Ki Hajar Dewantara  mendirikan sekolah yang diberi nama Taman Siswa, beliau kemudian dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional

Dr Soetomo lahir pada 30 Juli 1888. Pada 20 Mei 1908 Dr Soetomo bersama dengan Dr. Wahidin Soedirohoesodo mendirikan organisasi Budi Utomo. Tujuannya adalah mempertinggi derajat bangsa Indonesia dan mempertinggi keluhuran budi orang Jawa. Sutomo bercita-cita memakmurkan rakyat Indonesia. Beliau bertekad memperkecil perbedaan antara orang kaya dan miskin, serta antara kaum terpelajar dan rakyat biasa.

Ahmad Dahlan adalah tokoh pergerakan nasional yang lama belajar pengetahuan agama di Mekkah. Beliau mendirikan Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Tujuan Muhammadiyah adalah mengajarkan agama Islam sesuai dengan Al Quran dan Hadist.

Wahid Hasyim adalah putra Hasyim Ashari, pelopor dan pendiri NU [Nahdatul Ulama]. Tujuan NU adalah memecahkan berbagai persoalan umat Islam baik dalam hal agama maupun kehidupan di masyarakat. Tahun 1938, Wahid Hasyim bergabung dengan NU. Empat tahun kemudian beliau diangkat sebagai ketua NU. Perkembangan NU sebagai organisasi politik dan keagamaan tidak terlepas dari peranannya.

Samanhudi belajar agama Islam di Surabaya. Untuk memperjuangkan para pedagang Indonesia, beliau mendirikan Serikat Dagang Islam [SDI] di Solo tahun 1911. SDI bertujuan menghidupkan perekonomian para pedagang Indonesia dan membantu anggotanya yang mengalami kesulitan.

Pendiri Sarekat Islam ini Lahir di Ponorogo pada 1882 dari keluarga R. M. Cokroamiseno, seorang pegawai pemerintahan yang pernah menjabat bupati. Menamatkan sekolah di Oplayding School Foor Inladishe Ambegtenaren [OSVIA], Magelang, dan sempat menjadi pegawai sebelum memutuskan keluar dan aktif dalam pergerakan nasional melawan Belanda.

Sepak terjang politiknya sangat menonjol pada era 1912, di mana ia mendirikan SDI yang kelak berubah menjadi SI. Kata mutiaranya yang termasyhur: “Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat.”

8.     H. Agus Salim [The Grand Old Man]

Lahir di Sumatera, 8 Oktober 1884 dengan nama Mashudul Haq yang berarti pembela kebenaran. Ayahnya, Angku Sutan Mohammad Salim, adalah seorang kepala jaksa di Pengadilan Tinggi Riau. Sepak terjang politiknya cukup meresahkan Belanda sejak ia bergabung di koran Harian Neratja pada 1915, dan masuk organisasi Sarekat Islam. Namanya meroket diera 1946-1950, dan mendapat julukan Orang Tua Besar [The Grand Old Man].

9.     Abdul Muis [Sang Pahlawan Pena]

Lahir di Bukit Tinggi, 3 Juli 1883, Abdul Muis adalah pejuang rakyat dengan senjata pena yang tajam menusuk tirani Belanda. Dengan pena pula ia mengobarkan semangat perlawanan dan memperjuangkan kemerdekaan. Menempuh pendidikan dokter di STOVIA, Batavia, ia memutuskan berhenti dan aktif menulis di koran De Express.Ia bergabung dengan Sarekat Islam, sebelum mendirikan Komite Bumiputera bersama tokoh pergerakan nasional lainnya untuk melawan Belanda. Ia juga menulis buku sastra berjudul Salah Asuhan.

10. RM. Suwardi Suryaningrat, Pendiri Taman Siswa

Lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889, lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantoro. Ia seorang aktivis pergerakan nasional dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi, salah satunya dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa. Hari kelahirannya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Semboyannya yang terkenal adalah: “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.”

11.    Dr Cipto Mangunkusumo, Pendiri Indische Partij

Lahir di Ambarawa, 1886, adalah tokoh pendiri Indische Partij, dan dikenal sebagai  Tiga Serangkai bersama Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara. Cipto aktif menulis di koran De Locomotief sejak 1907. Tulisannya banyak mengkritik Belanda maupun budaya feodal para priyayi. Sebelum mendirikan Indische Partij bersama Tiga Serangkai, Cipto aktif dalam pergerakan Budi Utomo. Namun, karena perbedaan visi dan Cipto merasa Budi Utomo kurang mewakili aspirasi politiknya, maka ia mengundurkan diri dari kepengurusan dan bahkan keluar. Cipto terlibat dalam aksi Komite Bumi Putera melawan Belanda, berbuntut penangkapan terhadap Tiga Serangkai oleh pemerintah Belanda. Selama masa pembuangan, mereka tetap mengobarkan perlawanan lewat tulisan.

12.  Ernest François Eugène Douwes Dekker

Tokoh ini masih juga berdarah Indonesia. Namun tidak sepenuhnya. Tetapi keberadaanya bagi Indonesia sangat bermakna. Beliau mendirikan Nationale Indische Partij pada tahun 1912, Nationale Indische Partij merupakan sebuah partai politik. Menilai Budi Utomo terbatas pada bidang kebudayaan saja, maka Douwes Dekker mendirikan sebuah partai politik. Ernest François Eugène Douwes Dekker masih terhitung saudara dengan pengarang buku Max Haveelar, Eduard Douwes Dekker. Douwes Dekker sendiri yang tidak sepenuhnya berdarah Indonesia, namun ia dengan segenap jiwa dan raga berjuang untuk pergerakan nasional Indonesia. National Indische Partij pun aktif dalam berbagai organisasi internasional, seperti Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan, serta Liga Demokrasi Internasional untuk menarik perhatian dunia internasional. Douwes Dekker mencurahkan pikiran dan tenaganya demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Sejujurnya bukan tokoh kebangkitan nasional, tapi bagi gw, beliau berjasa besar dalam kebangkitan nasional Indonesia. Kebangkitan nasional bukan saja pada masa berdirinya organisasi-organisasi pergerakan nasional, namun hingga saat ini juga. Soekarno berjasa besar bagi bangsa Indonesia. Perjuangannya menjelang detik-detik proklamasi tidak dapat dilupakan. Aktif dalam organisasi PUTRA yang berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia pun tidak dapat dilupakan. Walaupun setelah kemerdekaan, pada masa demokrasi terpimpin ia bertindak bagaikan diktator, semua jasanya tak dapat dilupa. Pada saat agresi militer I ketika Indonesia terdesak, beliau memerintahkan Syafrudin Prawiranegara untuk melanjutkan perjuangan Indonesia dengan mendirikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Walaupun dengan risiko ditangkap oleh Belanda karena kondisi Yogyakarta pada saat itu masih sangat rawan. Inilah semangat perjuangan yang harus dimiliki segenap bangsa.

Beliau turut aktif dalam beberapa organisasi pergerakan. Beberapa kali ditangkap oleh Belanda tidak memupuskan semangat perjuangannya. Beberapa organisasi seperti Indische Vereeniging dan Club Pendidikan Nasional Indonesia pernah ia geluti. Perannya sebagai Bapak Proklamator menjadi faktor utama yang membuat dirinya dikenal oleh khalayak ramai. Pada sidang BPUPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan Indonesia, beliau diangkat menjadi wakil presiden Republik Indonesia dan Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia.

//robinnur.blogspot.com/2011/02/para-tokoh-tokoh-pergerakan-nasional.html

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề