Suku yang ada di wilayah bangka belitung adalah

Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat, jumlah penduduknya sebesar 1.459.873 orang. Laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, tercermin pada rasio jenis kelamin sebesar 108,37. Komposisi penduduk masih didominasi oleh usia produktif [15-65 tahun], sehingga ada bonus demografi yang terjadi saat ini.

Penduduk Pulau Bangka dan Pulau Belitung, semula dihuni orang-orang suku laut, dalam perjalanan sejarah yang panjang membentuk proses kulturisasi dan akulturasi. Orang-orang laut tersebut berasal dari berbagai pulau.

Orang laut dari Belitung, misalnya, berlayar dan menghuni pantai-pantai di Malaka. Sementara mereka yang sudah berasimilasi menyebar ke seluruh tanah semenanjung dan pulau-pulau di Riau. Kemudian kembali dan menempati Pulau Bangka dan Belitung.

Mereka yang tinggal di Riau, berlayar ke Bangka. Datang juga kelompok-kelompok orang laut dari Pulau Sulawesi dan Kalimantan. Pada gelombang berikutnya, ketika mulai dikenal adanya Suku Bugis, mereka datang dan menetap di Bangka, Belitung, dan Riau. Lalu datang orang dari Johor, Siantan Melayu, campuran Melayu-Cina, dan juga asli Cina, berbaur dalam proses akulturasi dan kulturisasi.

Kemudian datang orang-orang Minangkabau, Jawa, Banjar, Kepulauan Bawean, Aceh dan beberapa suku lain yang sudah lebih dulu melebur. Lalu jadilah suatu generasi baru: Orang Melayu Bangka Belitung.

Bahasa yang paling dominan digunakan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Melayu, kemudian dijadikan bahasa daerah. Namun, seiring dengan keanekaragaman suku bangsa, bahasa lain yang digunakan antara lain bahasa Mandarin dan bahasa Jawa.

Akulturasi budaya yang dinamis ini pula membuat penduduk Bangka Belitung memeluk agama yang berbeda-beda pula. Berikut rinciannya berdasarkan data BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2019 :

Jumlah tempat peribadatan menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2018. Kabupaten/Kota Masjid Mushola Gereja Protestan Kota Pangkalpinang Kabupaten Bangka Kabupaten Belitung Kabupaten Bangka Barat Kabupaten Bangka Tengah Kabupaten Bangka Selatan Kabupaten Belitung Timur
89 97 32
175 230 58
135 111 13
175 75 28
111 143 20
158 199 15
113 37 11

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki beragam suku bangsa. Salah satu suku bangsa itu adalah suku bangsa Melayu. Suku bangsa Melayu merupakan suku bangsa asli provinsi tersebut.

Masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah masyarakat yang beragama. Ada berbagai macam agama yang dipeluk oleh masyarakat di provinsi ini, seperti agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Namun, mereka tetap menjunjung tinggi kerukunan beragama.

Provinsi yang masih tergolong muda ini memiliki beberapa program untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, seperti Babel Cerdas 2011 dan Babel Sehat. Untuk mewujudkan program-program itu, tentu provinsi ini harus terus berjuang sehingga dapat mengatasi segala tantangan dan hambatan yang menghadang.

Di provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat beberapa suku bangsa. Suku-suku bangsa tersebut antara lain suku bangsa Melayu, suku bangsa Jawa, suku bangsa Sunda, suku bangsa Bugis, suku bangsa Banten, suku bangsa Banjar, suku bangsa Madura, suku bangsa Palembang, suku bangsa Minang, suku bangsa Aceh, suku bangsa Flores, suku bangsa Maluku, suku bangsa Manado, dan etnis Cina. Namun, sebagian besar penduduk di provinsi ini adalah beretnis Melayu [60%]. Adapun sebagian kecil penduduk lainnya adalah etnis Cina [30%] dan etnis-etnis lainnya.


Suku Melayu Bangka Belitung

Selain suku-suku bangsa di atas, di provinsi ini juga terdapat suku bangsa Ameng Sewang. Berdasarkan catatan kolonial Belanda, mereka pernah mempertahankan Pulau Belitung dari invansi VOC pada tahun 1668. Mereka mempertahankan wilayahnya karena VOC hendak mengeksplorasi timah di Pulau Belitung. Hal itu dianggap dapat mengubah atau merusak tatanan alam kelautan yang menjadi basis sosio-kulturalnya.

Konon asal muasal suku ini adalah sekelompok orang suku Laut yang berasal dari kawasan Asia Tenggara bagian utara-wilayah perairan Thailand Selatan, Indocina, dan Filipina Utara yang hijrah ke selatan. Kemudian, mereka berlabuh dan mendiami pesisir perairan timur Pulau Sumatra. Suku laut ini telah berabad-abad lamanya menghuni laut dan pulau-pulau kecil di Pulau Bangka dan Pulau Belitung.

Suku bangsa ini hampir 90% dari populasinya memeluk agama Islam. Pola hidupnya tidak tetap atau berpindah-pindah dari satu pulau kecil ke pulau kecil lainnya di sekitar Pulau Belitung dengan perahu-perahu sebagai tempat tinggalnya. Mata pencahariannya mencari ikan atau mencari hasil laut lainnya. Alat yang digunakan cukup sederhana, seperti tombak dan pancing.

Menurut Junus Melalatoa, populasi suku bangsa ini pada tahun 1950 an mencapai ribuan kepala keluarga. Namun, jumlah itu terus menyusut karena faktor kesehatan. Angka harapan hidup generasi yang dilahirkannya sangat rendah karena tingkat mortalitas yang tinggi. Hanya dua dari enam anak dalam satu keluarga dapat bertahan hidup hingga dewasa. Pada tahun 1980 suku bangsa ini tinggal di empat kecamatan di Pulau Belitung, yaitu kecamatan Tanjungpandan, Membalong, Manggar, dan Gantung. Diperkirakan mereka berjumlah 500 jiwa yang tergabung dalam 150 kepala keluarga. Pada tahun 1988 jumlah mereka menyusut menjadi 182-189 jiwa.

Sebenarnya pada tahun 1954 suku bangsa ini telah membangun kampung bernama "Kampung Laut”. Kampung Laut ini termasuk wilayah Kelurahan Paal 1, Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung. Akibatnya, lambat laun kehidupan mereka di daratan mengikis kebudayaan laut mereka yang khas. Mereka mulai berbaur dengan suku bangsa lain dan terjadilah perkawinan silang. Dalam perkembangan selanjutnya, pola hidup mereka menjadi lebih modern yaitu mencari uang untuk memenuhi kebutuhan harian. Selain itu, tumbuh pula kesadaran para orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Kini anak-anak mereka ada yang menjadi pegawai negeri, pekerja atau karyawan tambang timah, pedagang, dan profesi-profesi lainnya.

Selain suku bangsa Ameng Sewang, di provinsi ini terdapat pula suku bangsa Lom. Ketua Lembaga Adat Provinsi Bangka Belitung, Suhaimi Sulaiman, memperkirakan suku bangsa Lom merupakan keturunan dari bangsawan Majapahit di Mojokerto, Jawa Timur, yang lari karena tidak mau memeluk Islam, sekitar abad ke-16 Masehi. Kaum pelarian itu menyeberangi laut untuk mencari penghidupan baru dan terdampar di Tanjung Tuing.

Suku bangsa itu pun masuk ke pedalaman daerah Gunung Muda dan membuat perkampungan di tengah hutan yang tersembunyi. Karakter sebagai pelarian membuat suku bangsa itu hidup dengan menutup diri dari dunia luar. Suku bangsa itu sering juga disebut sebagai suku bangsa Mapur karena tinggal di dekat daerah Mapur.

Terlepas dari semua perkiraan itu, sebagian besar masyarakat Kepulauan Bangka Belitung yakin bahwa suku bangsa Lom merupakan suku bangsa tertua di daerah tersebut. Budayawan muda yang tinggal di Pangkalpinang, Willy Siswanto, memperhitungkan, suku bangsa Lom berasal dari komunitas Vietnam yang mendarat dan menetap di daerah Gunung Muda, Belinyu. sekitar abad ke 5 Masehi. Jadi, suku bangsa itu telah ada jauh sebelum Kerajaan Sriwijaya yang berkembang pada abad ke-7 Masehi dan kuli kontrak timah dari Cina berdatangan sekitar abad ke-18 Masehi. Orang-orang Lom merupakan komunitas yang pertama kali mendiami daerah Bangka Belitung.

Suku Lom, suku Sekak, suku Melayu

  • kan jawabane wes bener to

  • Jere solo sampean nek jawabane salah iso jowo ra

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề