Syarat pengetahuan untuk dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan adalah

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang dialami atau yang terjadi dalam kehidupan sehari - hari seseorang. Misalnya ,kelaparan ,kedinginan ,kekeringan. Itulah yang disebut sebagai pengetahuan, syarat syarat pengetahuan untuk disebut sebagai ilmu pengetahuan :

1. SistematisSistematis maksudnya adalah mempunyai bentuk susunan dan aturan permainan yang jelas secara berurutan antara satu dengan yang lain.Misalnya suatu susunan coordinator suatu acara pernikahan atau suatu susunan struktur organisasi.2. LogisLogis adalah suatu cara penjelasan yang dapat dicerna oleh akal sehat atau masuk akal dan mungkin ada. Misalnya �mengapa air di sungai mengering?� �karena musim kemarau� penjelasan tersebut masih bisa masuk akal dan logis, tetapi jika jawabannya �karena setan yang meminumnya� maka penjelasan tersebut akan sangat sulit untuk diterima akal sehat, sehingga penjelasan tersebut tidak logis.3. ObjektifObjektif diberi pengertian bahwa kebenaran melekat pada bendanya dan bukan pada orang yang menilainya. Misalnya, seseorang mengukur berat 1 ember air seberat 1 kg, sedangkan jika orang lain mengukur benda tadi juga maka akan didapatkan hasil yang sama. Kebenaran tersebutlah yang disebut sebagai Kebenaran yang objektif.

Berbeda dengan subjektif ,yang kebenarannya berdasarkan penilaian seseorang. Misalnya Ani menilai Bani sangat tampan tetapi Cindy menilai Bani tidak terlalu tampan. Sehingga penilaian tentang Bani bersifat subjektif, karena semua kebenarannya tegantung orang yang menilainya.4. PrediktifBerarti memiliki kemampunan untuk memperkirakan atau memprediksi kejadian yang akan datang di kemudian hari.Prediksi didalam ilmu pengetahuan adalah prediksi yang di dasarkan data yang dapat di percaya kebenarannya. Ilmu pengetahuan mempunyai kemampuan untuk memprediksi waktu yang akan datang. Misalnya, prakiraan cuaca dari BMKG untuk wilayah Indonesia.

1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya.Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.

2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.

Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.Metodis berasal dari bahasa Yunani �Metodos� yang berarti: cara, jalan.Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.

Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.

4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180�.

Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat.

Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia.Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

Syarat pengetahuan untuk dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan adalah
http://indianfolk.com/worlds-valuable-commodity-knowledge-edited/
Pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan tentang jeng jeng jeng beberapa syarat agar suatu pengetahuan disebut ilmu dan langkah apa saja sih yang ada di dalam metode ilmiah itu? nahh penasaran kan? cuss lanjut, saya akan mulai dengan memperkenalkan tentang ilmu pengetahuan sendiri itu apa sih dari para ahli?

         Gordon mengatakan bahwa pengetahuan adalah fakta prosedur yang dimana bila dilakukan akan memenuhi kinerja yang mungkin.



         Heidegger mengatakan bahwa pengetahuan adalah peristiwa dimana memicu kesadaran manusia menjadi terang atau ada.

Naaah sekarang saya akan memaparkan beberapa syarat agar suatu pengetahuan disebut ilmu dan langkah-langkah apa saja yang ada di dalam metode ilmiah.

 Syarat-syarat agar suatu pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu:

Sistematis berarti mempunyai bentuk susunan dan aturan permainan yang jelas secara berurutan antara satu dengan yang lain.

Misalnya suatu susunan coordinator suatu acara pernikahan atau suatu susunan struktur organisasi.

Logis merupakan suatu cara penjelasan yang dapat dicerna oleh akal sehat/ masuk akal dan mungkin ada. Misalnya “mengapa air di sungai mengering?” “karena musim kemarau” penjelasan tersebut masih bisa masuk akal dan logis, tetapi jika jawabannya “karena setan yang meminumnya” maka penjelasan tersebut akan sangat sulit untuk diterima akal sehat, sehingga penjelasan tersebut tidak logis.

Objektif dapat diartikan bahwa kebenaran melekat pada bendanya dan bukan pada orang yang menilainya. Misalnya, seseorang mengukur berat 1 ember air seberat 1 kg, sedangkan jika orang lain mengukur benda tadi juga maka akan didapatkan hasil yang sama. Kebenaran tersebutlah yang disebut sebagai Kebenaran yang objektif.

Prediktif mempunyai arti memiliki kemampunan untuk memperkirakan atau memprediksi kejadian yang akan datang di kemudian hari.

1.    Berikut merupakan langkah-langkah metode ilmiah:

Langkah – Langkah Metode Ilmiah :

·         Menyusun Rumusan Masalah

·         Menyusun Kerangka Teori

·         Mengolah dan Menganalisis Data

Demikian penjelasannya, kurang-lebihnya mohon dimaafkan yaa, have a great day and God bless you!

Agar dapat diuraikan proses terbentuknya ilmu pengetahuan ilmiah, perlu terlebih dahulu diuraikan syarat-syarat ilmu pengetahuan ilmiah.

Menurut Karlina Supeli Laksono dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan (Epsitomologi) pada Pascasarjana Universitas Indonesia tahun 1998/1999, ilmu pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga syarat, yaitu:

1)      Sistematik; yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai suatu sistem.

2)      Objektif; atau dikatakan pula sebagai intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka untuk diteliti oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifat universal.

3)      Dapat dipertanggungjawabkan; yaitu mengandung kebenaran yang bersifat universal, dengan kata lain dapat diterima oleh orang-orang lain/ahli-ahli lain. Tiga syarat ilmu pengetahuan tersebut telah diuraikan secara lengkap pada sub bab di atas.

Pandangan ini sejalan dengan pandangan Parsudi Suparlan yang menyatakan bahwa Metode Ilmiah adalah suatu kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Selanjutnya dinyatakan bahwa penelitian ilmiah dilakukan dengan berlandaskan pada metode ilmiah. Sedangkan penelitian ilmiah harus dilakukan secara sistematik dan objektif (Suparlan P., 1994). Penelitian ilmiah sebagai pelaksanaan metode ilmiah harus sestematik dan objektif, sedang metode ilmiah merupakan suatu kerangka bagi terciptanya ilmu pengetahuan ilmiah. Maka jelaslah bahwa ilmu pengetahuan juga mempersyaratkan sistematik dan objektif.

Syarat pengetahuan untuk dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan adalah

Definisi Ilmu Pengetahuan

Kata Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan (dalam bahasa Inggris: science; dalam bahasa Arab: العِلْـمُ) memiliki pengertian “usaha-usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia”. 

Ilmu adalah pengetahuan, pengetahuan yang berasaskan kenyataan dan telah disusun dengan baik. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkumi sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.

Pengertian secara ilmiah yang paling sering digunakan, ilmu adalah kumpulan pengetahuan sistematis yang merupakan produk dari aktivitas penelitian dengan metode ilmiah. Pengetahuan merupakan akuisisi terendah yang diperoleh dari rangkaian pengalaman tanpa melalui kegiatan penelitian yang lebih intensif.

Namun, pada dasarnya ilmu dan pengetahuan itu berbeda. Perbedaan terlihat dari sifat sistematisnya dan cara memperolehnya. Dalam perkembangannya, pengetahuan dengan ilmu bersinonim arti, sedangkan dalam arti material keduanya mempunyai perbedaan. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Dengan kata lain “Ilmu” berbeda dengan “ilmu pengetahuan”. Demikian juga “pengetahuan” yang berbeda dengan “ilmu pengetahuan”. Istilah “pengetahuan” sangat luas maknanya. Oleh karena itu, tambahan kata “ilmu” dapat mempersempitnya.

Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi, dengan kata lain ilmu terbentuk dari 3 cabang filsafat yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi, jika ketiga cabang tersebut terpenuhi berarti sah dan diakui sebagai sebuah ilmu.

Ilmu pengetahuan ialah suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus-menerus sampai menjelaskan fenomena yang bersumber dari wahyu, hati dan semesta sehingga dapat diperiksa atau dikaji secara kritis dengan tujuan untuk memahami hakikat, landasan dasar dan asal usulnya, sehingga dapat juga memperoleh hasil yang logis.

Ilmu pengetahuan merupakan usaha yang bersifat multidimensional, sehingga dapat didefinisikan dalam berbagai cara dan tidak baku.

Ilmu Pengetahuan dalam arti lainnya adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang didapatkan dari hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan menggunakan suatu metode tertentu. 

Jadi, ilmu adalah segala proses kegiatan terhadap suatu keadaan dengan cara menggunakan alat, prosedur, cara, metode, sehingga menghasilkan pengetahuan baru bagi manusia itu sendiri.

Pengertian Ilmu Pengetahuan Menurut Para Ahli

Selain pengertian ilmu pengetahuan secara umum, masih banyak pendapat dan pandangan para ahli yang berbeda-beda dalam mendefinisikan apa itu ilmu pengetahuan. Diantaranya adalah sebagai berikut:

Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan atau studi yang teratur tentang pekerjaan hukum umum, sebab akibat dalam suatu kelompok masalah yang sifatnya sama baik dilihat dari kedudukannya maupun hubungannya.

Ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus menerus hingga dapat menjelaskan fenomena dan keberadaan alam itu sendiri.

Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan berlaku umum.

Ilmu pengetahuan adalah pancaran hasil metabolisme ragawi sebagai hidayah sang pencipta yang berasal dari proses interaksi fenomena fitrawi melalui dimensi hati, akal, nafsu yang rasional empirik dan hakiki dalam menjelaskan hasanah alam semesta demi untuk menyempurnakan tanggung jawab kekhalifahan

Ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus menerus sampai menjelaskan fenomena dan keberadaan alam itu sendiri.

Ilmu pengetahuan adalah sebagai pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengalaman, studi dan percobaan yang telah dilakukan dipakai untuk menentukan hakikat prinsip tentang hak yang sedang dipelajari.

Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran.

Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang berawal dari pengetahuan, bersumber dari wahyu, hati dan semesta yang memiliki paradigma, objek pengamatan, metode, dan media komunikasi membentuk sains baru dengan tujuan untuk memahami semesta untuk memanfaatkannya dan menemukan diri untuk menggali potensi fitrawi guna mengenal Allah.

Ilmu pengetahuan adalah suatu objek, ilmiah yang memiliki sekelompok prinsipol, dalil, rumus, yang melalui percobaan yang sistematis dilakukan berulang kali telah teruji kebenarannya, dalil-dalil, prinsip-prinsip dan rumus-rumus mana yang dapat diajarkan dan dipelajari.

Ilmu pengetahuan adalah suatu pendapat atau buah pikiran, yang memenuhi persyaratan dalam ilmu pengetahuan terhadap suatu bidang masalah tertentu.

Syarat-syarat Ilmu Pengetahuan

Menurut NS. Asmadi, syarat-syarat ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:

  • Logis atau Masuk Akal, sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan yang diakui kebenarannya.
  • Objektif, sesuai berdasarkan objek yang dikaji dan didukung dari fakta empiris.
  • Metodik, diperoleh dari cara tertentu dan teratur yang dirancang, diamati dan terkontrol.
  • Sistematik, disusun dalam satu sistem satu dengan saling berkaitan dan menjelaskan sehingga satu kesatuan.
  • Berlaku umum atau universal, berlaku untuk siapapun dan dimanapun, dengan tata cara dan variabel
  • eksperimentasi yang lama untuk hasil yang sama.
  • Kumulatif berkembang dan tentatif, ilmu pengetahuan selalu bertambah yang hadir sebagai ilmu pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan yang salah harus diganti dengan yang benar disebut sifat tentatif.

Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan

 Ciri-ciri ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:

  1. Empiris ialah berdasarkan proses pengamatan dan percobaan untuk memperoleh pengetahuan.
  2. Sistematis adalah berbagai data pengetahuan yang tersusun utuh dan menyeluruh mampu menjelaskan objek yang dikajinya.
  3. Objektif ialah ilmu pengetahuan yang secara ideal dapat diterima oleh semua pihak dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadinya.
  4. Analitis adalah menguraikan persoalan menjadi bagian-bagian rinci sehingga dapat berusaha membeda-bedakan pokok persoalan peranan dan bagiannya.
  5. Verifikatif adalah ilmu pengetahuan yang dapat dikaji kebenarannya.

Van Melsen (1985) mengemukakan ada delapan ciri yang menadai ilmu pengetahuan, yaitu: 

  1. Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren. Itu berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis). 
  2. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuwan. 
  3. Universalitas ilmu pengetahuan. 
  4. Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka- prasangka subjektif. 
  5. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan. 
  6. Progresivitas artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi. 
  7. Kritis, artinya tidak ada teori yang definitif, setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru. 
  8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertauan antara teori dengan praktis. 

Kelahiran dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Perkembangan ilmu pengetahuan tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap. Oleh karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian atau klasifikasi 3 secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. 

Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Oleh karena itu periodisasi perkembangan ilmu disini dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer. 

Pada zaman ini ditandai oleh kemampuan : 

    • Know how dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman. 
    • Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap receptive mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magis. 
    • Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi. 
    • Kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan. 
    • Kemampuan meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi. (Rizal Muntazir, 1996) 

Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Sikap inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli-ahli pikir terkenal sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales, Phytagoras, Socrates, Plato, Aristoteles. 

Zaman Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah Ancilla Theologia atau abdi agama. 

Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance adalah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada Zaman Renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes Kepler, Galileo Galilei.

  • Zaman Modern ( 17 – 19 M) 

Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri dari dua garis lurus X dan Y dalam bidang 4 datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles Darwin dengan teorinya struggle for life (perjuangan untuk hidup). J.J Thompson dengan temuannya elektron. 

  • Zaman Kontemporer (abad 20 – dan seterusnya). 

Fisikawan termasyhur abad keduapuluh adalah Albert Einstein. Ia menyatakan bahwa alam itu tak berhingga besarnya dan tak terbatas, tetapi juga tak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Disamping teori mengenai fisika, teori alam semesta, dan lain-lain maka Zaman Kontemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih. 

Macam-macam Ilmu Pengetahuan

Ilmu Pengetahuan dapat digolongkan  3 golongan yaitu sebagai berikut :

  • Ilmu alamiah (natural sciences) adalah ilmu yang mengkaji tentang keteraturan-keteraturan dalam alam semesta dengan menggunakan metode ilmiah. Seperti : Ilmu fisika, kimia, biologi, dan lain-lain.
  • Ilmu sosial (social science) ialah ilmu yang mengkaji tentang keteraturan-ketetaturan dalam hubungan antar manusia satu dengan manusia yang lainnya. Seperti: Ilmu sosiologi, ekonomi, antropologi, dll.
  • Ilmu budaya (Humanities) ialah ilmu yang mengkaji tentang masalah-masalah manusia dan budaya yang bersifat manusiawi. Seperti: Ilmu bahasa, agama, kesenian, dan lain-lain.

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan

Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan menurut para ahli diantaranya adalah dari filsuf Auguste Comte, Karl Raimund Popper, Thomas S Kuhn dan Habermas berbeda-beda.

Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Kemudian disusul dengan gejala-gejala pengetahuan yang semakin lama semakin rumit atau kompleks dan semakin konkret. Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan menurut Auguste Comte sebagai berikut : 

    • Ilmu pasti (matematika). 
    • Ilmu perbintangan (astronomi) 
    • Ilmu alam (fisika) 
    • Ilmu kimia
    • Ilmu hayat (fisiologi atau biologi) 
    • Fisika sosial (sosiologi). 

Mengemukakan bahwa sistem ilmu pengetahuan manusia dapat dikelompokkan ke dalam tiga dunia (world), yaitu dunia 1, 2, dan 3. Popper menyatakan bahwa dunia 1 merupakan kenyataan fisis dunia, sedang dunia 2 adalah kejadian dan kenyataan psikis dalam diri manusia, dan dunia 3 yaitu segala hipotesa, hukum, dan teori ciptaan manusia dan hasil kerjasama antara dunia 1, dan dunia 2, serta seluruh bidang kebudayaan, seni, metafisik, agama, dan lain sebagainya. Menurut Popper dunia 3 itu hanya ada selama dihayati, yaitu dalam karya dan penelitian ilmiah, dalam studi yang sedang berlangsung, membaca buku, dalam ilham yang sedang mengalir dalam diri para seniman, dan penggemar seni yang mengandaikan adanya suatu kerangka. Sesudah penghayatan itu, semuanya langsung ‘mengendap’ dalam bentuk fisik alat-alat ilmiah, buku-buku, karya seni, dan lain sebagainya. Semua itu merupakan bagian dari dunia 1. Dalam pergaulan manusia dengan sisa dunia 3 dalam dunia 1 itu, maka dunia 2 lah yang membuat manusia bisa membangkitkan kembali dan mengembangkan dunia 3 tersebut. 5 Menurut Popper dunia 3 itu mempunyai kedudukannya sendiri. Dunia 3 berdaulat, artinya tidak semata-mata begitu saja terikat pada dunia 1, tetapi sekaligus tidak terikat juga pada subyek tertentu. Maksudnya dunia 3 tidak terikat pada dunia 2, yaitu pada orang tertentu, pada suatu lingkungan masyarakat maupun pada periode sejarah tertentu.

Berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah bersifat revolusioner, bukan kumulatif sebagaimana anggapan sebelumnya. Revolusi ilmiah itu pertama-tama menyentuh wilayah paradigma, yaitu cara pandang terhadap dunia dan contoh-contoh prestasi atau praktek ilmiah konkret. Menurut Kuhn cara kerja paradigma dan terjadinya revolusi ilmiah dapat digambarkan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut : 

    • Tahap pertama, paradigma ini membimbing dan mengarahkan aktivitas ilmiah dalam masa ilmu normal (normal science). Dalam tahap ini para ilmuwan tidak bersikap kritis terhadap paradigma yang membimbing aktivitas ilmiahnya. Selama menjalankan aktivitas ilmiah itu para ilmuwan menjumpai berbagai fenomena yang tidak dapat diterangkan dengan paradigma yang dipergunakan sebagai bimbingan atau arahan aktivitas ilmiahnya itu, ini dinamakan anomali. Anomali adalah suatu keadaan yang memperlihatkan adanya ketidakcocokan antara kenyataan (fenomena) dengan paradigma yang dipakai. 
    • Tahap kedua, menumpuknya anomali menimbulkan krisis kepercayaan dari para ilmuwan terhadap paradigma. Paradigma mulai diperiksa dan dipertanyakan. Para ilmuwan mulai keluar dari jalur ilmu normal. Tahap ketiga, para ilmuwan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang sama dengan memperluas dan mengembangkan suatu paradigma tandingan yang dipandang bisa memecahkan masalah dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya. Proses peralihan dari paradigma lama ke paradigma baru inilah yang dinamakan revolusi ilmiah.

Pandangan Jurgen Habermas tentang klasifikasi ilmu pengetahuan sangat terkait dengan sifat dan jenis ilmu, pengetahuan yang dihasilkan, akses kepada realitas, dan tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Ignas Kleden menunjukkan pandangan Habermas tentang ada tiga kegiatan utama yang langsung mempengaruhi dan menentukan bentuk tindakan dan bentuk pengetahuan manusia, yaitu:

    • Kerja. Kerja dibimbing oleh kepentingan yang bersifat teknis. 
    • Komunikasi. Interaksi dibimbing oleh kepentingan yang bersifat praktis.
    • Kekuasaan. Kekuasaan dibimbing oleh kepentingan yang bersifat emansipatoris. 

Ketiga kepentingan ini mempengaruhi pula proses terbentuknya ilmu pengetahuan, yaitu ilmu-ilmu empiris-analitis, ilmu historis-hermeneutis, dan ilmu sosial kritis (ekonomi, sosiologi, dan politik). 

Sumber: