Tata cara mandi wajib setelah berhubungan di bulan ramadhan
Ilustrasi mandi wajib. Berikut ini tata cara dan bacaan niat mandi wajib, dilengkapi hukum mandi wajib setelah imsak.
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini tata cara dan bacaan niat mandi wajib, dilengkapi hukum mandi wajib setelah imsak. Mandi junub atau mandi wajib diharuskan bagi umat Islam setelah berhubungan badan atau perempuan yang menyelesaikan masa haidnya. Umat Islam harus melakukan mandi wajib setelah berhadats besar agar kembali suci. Lantas, bagaimana tata cara mandi wajib? Berikut ini tata cara mandi wajib, yang Tribunnews.com kutip dari laman sulsel.kemenag.go.id: 1. Niat mandi wajib نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ اْلاَكْبَرِ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى Nawaitu Ghusla Lifrafil Hadatsil Akbari Fardhal Lillahi Ta'aala. Artinya: "Aku berniat mandi besar untuk menghilangkan hadas besar fardhu karena Allah Ta'aala." Baca juga: Cara Mengatasi Gangguan Lambung saat Puasa 2. Mencuci kedua tangan Ilustrasi mandi. ©Shutterstock
TRENDING | 20 April 2022 10:35 Reporter : Mutia Anggraini Merdeka.com - Cara mandi wajib di bulan Ramadan sebaiknya diketahui. Mandi wajib merupakan salah satu cara dalam agama Islam untuk membersihkan diri dari hadas besar maupun kecil. Terlebih pada saat bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan untuk menunaikan ibadah puasa. Hal itu pun membuktikan bahwa Islam memberikan perhatian penuh pada kebersihan diri setiap muslim. Bahkan, mandi wajib tersebut diperintahkan kepada setiap muslim dalam sebuah firman Allah SWT. Adapun bunyinya yakni sebagai berikut, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekadar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun." (QS. An-Nisa': 43) Maka dari itu, cara mandi wajib di bulan Ramadan menjadi penting untuk diketahui. Mempraktikkan cara mandi wajib pun bukan sekadar mandi pada umumnya. Pada dasarnya, terdapat beberapa bacaan yang dianjurkan untuk dilafalkan pada saat melakukan mandi wajib. Selain itu, terdapat sejumlah gerakan mandi wajib yang cukup berbeda antara sebab satu dengan lainnya. Melansir dari laman NU Online berikut merdeka.com ulas mengenai cara mandi wajib di bulan Ramadan khusus untuk Anda. 2 dari 5 halaman
Salah satu penyebab mandi wajib seorang muslim adalah berhubungan suami istri. Pada pria, hal tersebut juga dapat disebabkan karena mimpi basah atau keluarnya cairan air mani. Maka dari itu, seorang muslim diwajibkan untuk membersihkan diri sebelum menunaikan ibadah, terlebih pada saat bulan Ramadan. Pertama yakni dengan membaca lafal niat mandi wajib setelah berjima'. Berikut bunyinya, "Nawaitul ghusla li raf’il janâbati." Artinya: "Saya berniat mandi untuk menghilangkan junub." Adapun tata cara mandi wajib di bulan Ramadan bagi seorang muslim karena keluarnya syahwat yakni sebagai berikut:
3 dari 5 halaman
Penyebab kedua seorang muslim terlebih kaum wanita diwajibkan untuk mandi wajib adalah haid. Haid adalah fenomena biologis yang umum terjadi setiap bulan kepada wanita. ©www.offthegridnews.com Maka dari itu, mandi wajib merupakan cara yang tepat untuk membersihkan diri dari hadas besar akibat darah haid. Adapun cara mandi wajib di bulan Ramadan yakni diawali dengan membaca niatnya sebagai berikut, "Nawaitul ghusla liraf'il hadatsil akbar minal haidi fardlon lillahi ta'ala." Artinya: "Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari haidl, fardlu karena Allah Ta'ala." Setelah melafalkan niat mandi wajib, langkah yang selanjutnya yakni sebagai berikut:
4 dari 5 halaman
Bagi wanita, penyebab lain yang membuat hadas besar adalah nifas atau darah setelah melahirkan. Seperti cara mandi wajib di bulan Ramadan lainnya, langkah pertama yakni membaca niat di dalam hati ataupun diucapkan secara langsung. Berikut bunyi bacaan niat cara mandi wajib di bulan Ramadan setelah nifas bagi wanita, "Nawaitul ghusla li raf’in nifâsi lillahi ta'ala." Artinya: "Saya berniat mandi untuk menghilangkan haid' atau 'untuk menghilangkan nifas karena Allah Ta'ala." Atau "Nawaitul ghusla li raf’il hadatsil akbari." Artinya: "Saya berniat mandi untuk menghilangkan hadats besar." Usai membaca lafal niat mandi, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan gerakan mandi wajib seperti sebelumnya. Adapun caranya yaitu sebagai berikut,
5 dari 5 halaman
Sementara itu, cara mandi wajib di bulan Ramadan bagi pria sedikit berbeda dari pada umumnya. Berdasarkan hadis riwayat At-Tirmidzi, perbedaannya yakni terletak pada menyela pangkal rambut. © mensxp.com Adapun tata cara mandi wajib bagi pria yakni sesuai anjuran dalam sebuah hadis yang berbunyi sebagai berikut, "Dari Aisyah dia berkata, "Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mandi karena junub, maka beliau memulainya dengan membasuh kedua tangan. Beliau menuangkan air dengan tangan kanan ke atas tangan kiri, kemudian membasuh kemaluan dan berwudhu dengan wudhu untuk salat. Kemudian beliau menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut hingga rata. Setelah selesai, beliau membasuh kepala sebanyak tiga kali, lalu beliau membasuh seluruh tubuh dan akhirnya membasuh kedua kaki."(HR. Muslim) Berdasarkan hadist tersebut, berikut langkah dan tata cara mandi wajib bagi pria yang sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW,
ilustrasi mandi. ©www.offthegridnews.com
JABAR | 31 Maret 2022 17:30 Reporter : Andre Kurniawan Merdeka.com - Umat Islam kembali menyambut kedatangan bulan suci Ramadan. Pada bulan ini, umat muslim berlomba-lomba mengerjakan amal kebaikan karena fadilah yang tersimpan ada pada Ramadan. Di bulan ini pintu-pintu neraka akan ditutup, pintu-pintu surga akan dibuka, pahala dilipatgandakan, dan terdapat malam yang lebih baik dari seribu malam di 10 malam terakhirnya. Di bulan ini pula umat muslim yang baligh dan sehat akan melaksanakan puasa wajib sebulan penuh. Namun, puasa yang dikerjakan bukan sekadar menahan lapar dan haus sampai waktu maghrib tiba. Saat menjalankan ibadah puasa, kita juga harus menahan hawa nafsu, termasuk dilarang berhubungan intim dengan suami atau istri saat sedang berpuasa, karena jika dilakukan akan membuat puasa orang tersebut batal. Saat bulan Ramadan, berhubungan intim dengan suami atau istri diperbolehkan di malam hari. Tapi, bagaimana jika setelah berhubungan intim atau mimpi basah kita belum mandi junub hingga adzan subuh? Berikut akan kami jelaskan mandi junub di bulan Ramadan beserta tata cara mandi junub waktu puasa. 2 dari 5 halaman
Mungkin masih ada sebagian orang yang bingung tentang sah-tidaknya puasa ketika masih dalam keadaan junub hingga subuh. Terkait hal tersebut, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjumpai waktu fajar di bulan Ramadan dalam keadaan junub bukan karena mimpi basah, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dan tetap berpuasa.” (HR. Muslim). Dikutip dari rumaysho.com, hadis tersebut diperkuat dengan ayat, “Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam” (QS. Al Baqarah: 187). Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Yang dimaksud dengan mubasyaroh (basyiruhunna) yang ada dalam bacaan ayat di atas adalah jima’ atau hubungan intim. Dalam lanjutan ayat disebutkan “ikutilah apa yang telah ditetapkan oleh Allah untuk kalian”. Jika jima’ itu dibolehkan hingga terbit fajar (waktu Shubuh), maka tentu diduga ketika masuk Subuh masih dalam keadaan junub. Puasa ketika itu pun sah karena Allah perintahkan “sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam.” Itulah dalil Al Quran dan juga didukung dengan perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan bolehnya masuk Shubuh dalam keadaan junub.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 195). 3 dari 5 halaman
Para ulama mengatakan bahwa niat dalam ibadah berfungsi untuk membedakan dari kebiasaan yang mungkin biasa kita lakukan. Begitu pula ketika mengamalkan cara mandi junub waktu puasa, tentu harus dibedakan dengan aktivitas mandi yang biasa kita lakukan. Dalam hadis dari ‘Umar bin Al Khattab, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya." (HR. Bukhari dan Muslim). Niat mandi junub dalam cara mandi junub waktu puasa sebenarnya sama seperti niat mandi junub yang dilakukan di luar bulan Ramadan. Berikut adalah bacaan niat mandi junub: Niat Mandi Besar setelah Berhubungan Hadas besar karena syahwat bisa disebabkan karena mimpi basah, keluarnya cairan mani, atau hubungan badan antara suami-istri. Bismillahirahmanirahim nawaitul ghusla liraf'il hadatsil akbar minal janabati fardlon lillahi ta'ala. Artinya: "Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari jinabah, fardlu karena Allah Ta'ala." Niat Mandi Besar Setelah Nifas Bacaan niat mandi besar bagi wanita yang selesai nifas, yaitu: Bismillahi rahmani rahim nawaitu ghusla liraf'il hadatsil akbar minan nifasi fardlon lillahi ta'ala. Artinya: "Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari nifas, fardhu karena Allah Ta'ala." Niat Mandi Besar setelah Haid Bacaan niat mandi besar bagi wanita yang selesai masa haid, yaitu: Bismillahi rahmani rahim nawaitul ghusla liraf'il hadatsil akbar minal haidi fardlon lillahi ta'ala. Artinya: "Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari haid, fardhu karena Allah Ta'ala." 4 dari 5 halaman
Cara mandi junub waktu puasa sebenarnya sama seperti mandi junub yang dilakukan di luar bulan Ramadan. Terkait tata cara mandi junub waktu puasa, terdapat hadis dari ‘Aisyah dan Maimunah yang menjelaskan tentang cara mandi junub yang disunnahkan. Dari ‘Aisyah, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Kemudian hadis kedua tentang cara mandi junub waktu puasa berasal dari Ibnu ‘Abbas, yang berkata bahwa Maimunah mengatakan, “Aku pernah menyediakan air mandi untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu dengan tangan kanannya beliau menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh muka dan kedua tangannya. Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh badannya. Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua telapak kakinya (di tempat yang berbeda).” (HR. Bukhari dan Muslim). Jika dirinci, maka cara mandi junub waktu puasa yang disunnahkan adalah sebagai berikut:
5 dari 5 halaman
Sedangkan bagi wanita, tata cara mandi junub sama dengan tata cara mandi yang dijelaskan sebelumnya. Hal ini sebagaimana telah diterangkan dalam hadis Ummu Salamah, “Saya berkata, wahai Rasulullah, aku seorang wanita yang mengepang rambut kepalaku, apakah aku harus membuka kepangku ketika mandi junub?” Beliau bersabda, “Jangan (kamu buka). Cukuplah kamu mengguyur air pada kepalamu tiga kali, kemudian guyurlah yang lainnya dengan air, maka kamu telah suci.” (HR. Muslim no). Lalu bagi wanita yang mandi karena haid dan nifas, tata cara mandi junubnya ditambahkan beberapa hal berikut:
Terkait cara mandi junub karena haid, terdapat hadis dari Aisyah radhiyallahu ‘anha yang artinya, “Asma’ bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mandi wanita haidh. Maka beliau bersabda, “Salah seorang dari kalian hendaklah mengambil air dan daun bidara, lalu engkau bersuci, lalu membaguskan bersucinya. Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya, lalu menggosok-gosoknya dengan keras hingga mencapai akar rambut kepalanya. Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya tadi. Kemudian engkau mengambil kapas bermisik, lalu bersuci dengannya. Lalu Asma’ berkata, “Bagaimana dia dikatakan suci dengannya?” Beliau bersabda, “Subhanallah, bersucilah kamu dengannya.” Lalu Aisyah berkata -seakan-akan dia menutupi hal tersebut-, “Kamu sapu bekas-bekas darah haidh yang ada (dengan kapas tadi)”. Dan dia bertanya kepada beliau tentang mandi junub, maka beliau bersabda, ‘Hendaklah kamu mengambil air lalu bersuci dengan sebaik-baiknya bersuci, atau bersangat-sangat dalam bersuci kemudian kamu siramkan air pada kepala, lalu memijatnya hingga mencapai dasar kepalanya, kemudian mencurahkan air padanya’.” (HR. Bukhari dan Muslim). (mdk/ank) Baca juga: |