Tuliskan 2 bagian tubuh yang sering bergerak ketika menarikan tari kipas pakarena

Tuliskan 2 bagian tubuh yang sering bergerak ketika menarikan tari kipas pakarena

Tari Kipas Pakarena berasal dari daerah Gowa di Sulawesi Selatan. (Cirana Merisa)

Siapa yang suka menari tarian tradisional? Ada satu tarian tradisional dari Sulawesi Selatan yang bernama Tari Kipas Pakarena. Kita simak, yuk!

Sejarah Tarian

Nama tarian ini adalah Tari Kipas Pakarena. Kata pakarena diambil dari bahasa setempat karena yang berarti main. Jadi, tarian ini berarti tarian sambil memainkan kipas.

Baca juga: Tari Sirih Kuning dari Betawi

Tarian ini berasal dari daerah Gowa di Sulawesi Selatan. Tari Kipas Pakarena dipercaya sebagai salah satu tarian peninggalan Kerajaan Gowa yang dulu pernah berjaya di Sulawesi Selatan. Tarian ini diwariskan turun temurun dan menjadi tradisi yang masih dilestarikan sampai sekarang.

Mitos

Menurut mitos yang beredar di masyarakat setempat, tarian ini diciptakan dari gerakan-gerakan tubuh dan kaki. Alkisah pada zaman dahulu, penghuni boting langi (Negeri Khayangan) berpisah dengan penguni lino (Bumi).

Baca juga: Tari Kecak, Tarian Tradisional dari Bali

Sebelum berpisah, penghuni boting langi mengajarkan penghuni lino bagaimana cara bercocok tanam, beternak, dan berburu. Nah, gerakan-gerakan itulah oleh penghuni lino digunakan sebagai ritual untuk mengungkapkan rasa syukur mereka kepada penghuni boting langi.

Ditampilkan Saat Acara

Tari Kipas Pakarena ini ditampilkan sebagai bagian dari upacara adat. Tapi tak jarang juga tarian ini ditampilkan sebagai hiburan. Bagi masyarakat Gowa, tarian ini sebagai ungkapan syukur atas semua hal yang telah mereka dapatkan.

Baca juga: Tari Enggang, Tari untuk Memuliakan Nenek Moyang

Pertunjukan Tarian

Tarian ini biasanya dilakukan oleh 5 sampai 7 orang penari perempuan. Dengan menggunakan pakaian adat, para penari menunjukkan sifat perempuan Gowa yang lembut, sopan, penuh kasih, dan patuh.

Ada gerakan yang berputar searah jarum jam untuk melambangkan siklus hidup manusia. Ada juga gerakan naik turun yang melambangkan roda kehidupan yang terkadang berada di atas dan terkadang berada di bawah.


Page 2

Cirana Merisa Rabu, 15 November 2017 | 06:22 WIB

Tuliskan 2 bagian tubuh yang sering bergerak ketika menarikan tari kipas pakarena

Tari Kipas Pakarena berasal dari daerah Gowa di Sulawesi Selatan. (Cirana Merisa)

Baca juga: Tari Cakalele, Tarian Perang dari Maluku

Pengiring Tarian

Tari Kipas Pakarena ini diiringi dengan permainan musik tradisional, yaitu tabuhan Gandrang Pakarena dan bunyi suling. Biasanya ada 7 orang yang memainkan alat musik tradisionalnya.

Kalau tarian menunjukkan sisi perempuan, tabuhan Gandrang Pakarena ini menunjukkan sisi laki-laki, lo. Pukulan pada alat musik ini menggambarkan sifat laki-laki Gowa yang keras dan tegas.

Tuliskan 2 bagian tubuh yang sering bergerak ketika menarikan tari kipas pakarena

Tuliskan 2 bagian tubuh yang sering bergerak ketika menarikan tari kipas pakarena
Lihat Foto

Kemdikbud

Tari Kipas Pakarena dari Sulawesi Selatan

KOMPAS.com - Tari Kipas Pakarena merupakan salah satu tari tradisional yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan.

Tari Kipas Pakarena adalah tarian yang dimainkan oleh penari wanita dengan membawa kipas.

Tarian tersebut sering dipentaskan untuk mempromosikan pariwisata di wilayah SUlawesi Selatan.

Dikutip dari buku Ensiklopedia Tari-Tarian Nusantara (2014) karya Rizky Utami, nama Pakarena berasal dari bahasa Makasar "karena" yang artinya main dan "pa" yang artinya pelaku.

Tarian tradisional Kipas Pakarena sudah menjadi kekuatan tradisi bagi masyarakat Gowa yang  berabad-abad lamanya.

Tarian tersebut sebagai upaya untuk melestarikan budaya kekuatan kerajaan dan masyarakat Gowa yang hegemonitas.

Baca juga: Tari Zapin, Tarian Khas Riau

Tari Kipas Pakarena sempat menjadi tarian resmi istana pada masa Raja Gowa ke-16. Di mana tarian tersebut sudah turun temurun dan terus ditarikan hingga sekarang.

Dulu tari tersebut hanya ditarikan di dalam istana kerajaan Gowa oleh putri-putri bangsawan. Di mana menjadi pelengkap dan wajib ditunjukkan pada saat upacara adat atau pesta-pesta kerajaan.

Mitos tari Kipas Pakarena

Tari Kipas Pakarena menggambarkan tentang perpisahan boting langi (khayangan) dengan lino (bumi).

Konon, sebelum berpisah, penghuni boting langi mengajarkan para penghuni lino mengenai cara bercocok tanam, beternak, serta berburu.

Gerakan-gerakan tersebut sebagai ritual untuk mengungkapkan rasa syukur kepada boting langi.

Setiap gerakan-gerakan pada tarian tersebut mengekspresikan kelembutan, kesantunan, kesetiaan, kepatuhan, serta hormat masyarakat perempuan Gowa kepada laki-laki.

Seiring perkembangan jaman, tarian khas Sulawesi Selatan tersebut sangat diminati oleh masyarakat sekitar dan akhirnya membuat tarian kipas pakarena menjadi salah satu media hiburan yang menarik hati para penonton.

Baca juga: Revolusi Industri: Sejarah dan Perkembangan

Gerakan dan makna tari Kipas Pakarena

Gerakan pada tari Kipas Pakarena dimulai dengan duduk dan memutar searah jarum.

Gerakan memutar searah jarum jam memiliki makna yang melambangkan siklus hidup manusia.

Kemudian gerakan naik turun. Di mana gerakan tersebut mencerminkan roda kehidupan yang kadang berada di bawa dan kadang di atas.

pola gerakan tersebut mengingatkan akan pentingnya kesabaran dan kesadaran manusia dalam menghadapi kehidupan

Tari Kipas Pakarena secara keseluruhan memiliki 12 gerakan yang masing-masing mempunyai makna yang berbeda.

Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud), aturan main tari Kipas Pakarena di mana seorang penari Pakarena tidak diperkenankan membuka matanya terlalu lebar.

Baca juga: Di Manakah Tanam Paksa Dilaksanakan?

Demikian pula dengan gerakan kaki, tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Ini berlaku sepanjang tarian berlangsung yang memakan waktu sekitar dua jam.

Tari Kipas Pakarena diiringi musik oleh tujuh orang dan semuanya laki-laki dengan alat musik berupa gandrang.

Alat musik tersebut berfungsi sebagai pengiring. Di mana caranya dipukul gandrang dengan alat pukul dari tanduk kerbau atau tangan.

Pengiring tari Kipas Pakarena harus mengikuti penari. Namun, hanya gerakan kepala agara gerakan selalu beriringan dengan musik.

Busana yang dipakai penari disebut li'pa sa'be (kain sutera khas Sulawesi). Kemudian dengan sanggul besar dan hiasan khas pulau selayar.

Tari Kipas Pakarena dibawakan oleh 3, 4, 6 atau lebih penari perempuan yang memperlihatkan kelembutan perempuan suku Makassar.

Baca juga: Tari Melinting, Tarian Tradisional Khas Lampung

Tarian tersebut lebih banyak menampilkan gerakan tangan yang terayun ke samping (kiri-kanan) dan ke depan secara beraturan dan lamban.

Gerakan lembut si penari sepanjang tarian dimainkan, tak urung menyulitkan buat masyarakat awam untuk membedakan babak demi babak.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Setiap daerah di nusantara pasti memiliki adat budaya yang menjadi ciri khas. Budaya tersebut meliputi lagu daerah, baju adat, bahasa daerah hingga tari tradisional. Misalnya tari daerah yang sangat terkenal dari daerah Gowa, Sulawesi Selatan, yaitu Tari Kipas Pakarena.

Tarian adat ini menjadi kebanggaan masyarakat Gowa karena memiliki konsep unik, salah satunya dari epitimologi namanya. Dalam bahasa setempat, kata pakarena memiliki arti main. Tarian ini menggunakan kipas sebagai properti, bentuknya adalah kipas lipat asli dari Gowa, Sulawesi Selatan. Jika diartikan, Tari Kipas Pakarena bermakna tarian yang dilakukan dengan memainkan kipas.

Tari kipas ini dimainkan oleh penari wanita dengan memakai busana adat. Gerakan penari begitu untuk dengan gaya khas menggunakan kipas sebagai atribut yang menjadi cirinya.

Biasanya tarian tradisional Gowa ini dipentaskan pada acara adat serta menjadi tari hiburan. Tari Kipas Pakarena juga menjadi magneti yang memikat wisatawan untuk berkunjung ke Gowa, Sulawesi Selatan.

Sejarah Tari Kipas Pakarena

Menurut sejarah, tari kipas ini adalah tarian peninggalan Kerajaan Gowa. Kerajaan ini dulunya mengalami masa kejayaan dan menguasai wilayah Sulawesi bagian selatan selama berabad-abad.

Budaya yang muncul dari masa ini kemudian mempengaruhi kebudayan masyarakat Gowa dan sekitarnya, sehingga tercipta tari kipas pakarena. Meski Kerajaan Gowa telah runtuh, tari kipas masih dilestarikan oleh masyarakat hingga saat ini.

Mitos Tari Kipas

Sebagai sebuah warisan budaya, tari pakarena tidak dapat dilepaskan dari cerita rakyat atau mitos yang ada di masyarakat, meskipun tidak ada bukti tertulus. Tari kipas pakarena selalu dikatikan dengan makhluk dari khayangan secara turun-temurun secara lisan. Konon tarian ini berasal dari kisah perpisahan penghuni boting langi (negeri khayangan) dengan penghuni lino (bumi).

Sebelum mereka berpisah, boting langi sempat mengajarkan lino tentang cara hidup, bercocok tanam, beternak serta berburu melalui gerakan tangan, badan dan kaki. Kemudian gerakan-gerakan tersebut dijadikan tari ritual oleh lino sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih kepada boting langi.

Selain itu, ada juga cerita yang mengaitkan tari kipas pakarena dengan legenda Tumanurung ri Tamalate yang merupakan raja atau somba pertama Kerajaan Gowa. Berdasarkan cerita ini, tari pakarena muncul pertama kali bersama Putri Tumanurung ri Tamalate. Tarian ini pun menjadi tarian pengiring dan pelengkap kebesaran Tumanurung ri Tamalate.

Asal Usul Nama Tari Kipas Pakarena

Nama pakarena berasal dari kata “karena” yang berarti main. Dahulu tarian ini juga disebut sebagai tari sere jaga. Tari sere jaga merupakan sarana ritual warga sebelum atau sesudah menanam padi. Ketika itu properti yang digunakan adalah seikat padi sebagai perumpamaan dewi padi.

Tuliskan 2 bagian tubuh yang sering bergerak ketika menarikan tari kipas pakarena
tripadvisor.com

Sere jaga dipentaskan semalam suntuk dalam berbagai upacara adat, seperti ammatamata jene, ammata-mata benteng, dan lainnya. Kemudian seiring perkembangannya terjadi beberapa perubahan dalam penyajian dan atribut yang digunakan, misalnya seikat padi diganti menjadi kipas.

Karakteristik Tari Pakarena

Tari kipas pakarena juga berkaitan dengan watak wanita Makassar dengan ciri utama kipas dan selendang, gerakan tangan lambat, langkah tenang dan iringan musik yang khas. Tari ini menjadi dimensi ritual dan terus dilestarikan oleh masyarakat Gowa dan sekitarnya. Bahkan tarian pakarena sempat menjadi kesenian istana pada masa Sultan Hasanuddin menjadi Raja Gowa ke-16 melalui sentuhan ibunya, Li’motakontu.

baca juga:  Tari Piring - Sejarah, Fungsi, Gerakan, Busana & Keunikan

Tarian ini melalui dimensi waktu dan diwariskan secara turun temurun oleh anrongguru atau pemimpin kesenian istana. Dalam pewarisannya terdapat apsang surut, terutama ketika ada gerakan pemurnian Islam oleh Kahar Muzakkar.

Pada saat itu, pakarena dianggap sebagai kesenian yang bertentangan dengan ajaran Islam. Akan tetapi peristiwa tersebut tidak menyurutkan minat masyarakat untuk terus melestarikan tarian ini dan menjadikannya sebagai bagian dari hidup mereka.

Tari ini masih ada hingga sekarang tidak lepas dari perubahan fungsinya. Jika awalnya tari kipas pakarena adalah tarian sakran, kini juga dihadirkan dengan fungsi lebih profan, yakni sebagai hiburan.

Polemik yang terjadi tersebut menjadikan tari pakarena terbagi menjadi dua, yaitu seniman pro wisata dan seniman tradisi yang kukuh menjaga tarian ini sebagai jenis tari sakral.

Makna Tari Kipas Pakarena

Terlepas dari sejarah tari kipas ini, secara umum setiap gerakan yang dilakukan oleh penari memiliki makna dalam mengenai bagaimana sikap hidup masyarakat Gowa. Penari perempuan membawakan gerakan-gerakan yang menggambarkan ekspresi kesantunan, kelembutan, kepatuhan, kesetiaan, serta sikap menghormati.

Sifat-sifat tersebut adalah gambaran wanita Gowa. Sedangkan para pria yang menabuh alat musik tradisioal mengiring tarian dengan gerakan cepat mencerminkan ketangguhan dan ketangkasan pria Gowa.

Oleh sebab itu, dapat disimpulkan jika selain menjadi iburan rakyat, maka tari kipas pakarena juga menjadi symbol kehidupan sosial masyarakat Gowa secara umum.

Fungsi Tari Kipas

Seperti tarian daerah pada umumnya, tari kipas pakarena juga memiliki maksud tertentu. Pementasan tarian ini memiliki beberapa kegunaan dan tujuan sebagai berikut:

  • Tari Ritual – Menurut sejarahnya, tarian ini berkaitan dengan cerita bumi dan langit atau khayangan. Tari pakarena digelar sebagai tarian ritual dengan tujuan mengucapkan terimakasih terhadap bumi dan langit.
  • Tari Pengiring Raja – Tarian ini juga menjadi tari pengiring Raja Gowa hingga saat ini.
  • Sarana Dakwah – Melalui gerakan-gerakannya, tari ini mengajarkan tentang kehidupan bahwa manusia harus sabar dan tidak mudah putus asa.
  • Wujud Syukur – Mulanya tarian ini diselenggarakan sebagai ungkapan syukur karena pertanian berjalan dengan baik dan panen melimpah.
  • Sarana Hiburan – Tari kipas pakarena juga dipentaskan sebagai sarana hiburan warga serta wisatawan yang dating ke Gowa.

Pementasan Tari Kipas

Saat dipentaskan, tari kipas pakarena akan dimainkan oleh 5 sampai 7 penari wanita. Penari tersebut akan menenakan pakaian adat dan gerakannya diiring oleh musik tradisional. Gerakan tarian ini lemah gemulai dengan property kipas yang dimainkan dengan indah.

Para penari melakukan gerakan dengan sangat hati-hati agar maksud dan makna tarian tersampaikan. Gerakan-gerakan pada tari kipas dibagi menjadi beberapa bagian dan masing-masing memiliki kemiripan sehingga sulit dibedakan.

Sebagian besar gerakannya terletak pada bagian tangan dengan memainkan kipas lipat. Sedangkan tangan yang lain bergerak dengan lembut dan lemah gemulai. Gerakan ini juga disertai oleh gerakan kaki yang seirama dengan tangan dan tubuh penari.

Tema Tari Kipas Pakarena

Tema yang diangkat dalam tarian ini ialah cerita rakyat tentang perpisahan penghuni boting langi atau khayangan dengan penghuni lino atau bumi. Tari ini juga dikaitkan dengan kemunculan Tumanurung, seorang bidadari yang turun dari langit dan mengajarkan berbagai hal kepada manusia.

baca juga:  10++ Pakaian Adat Sunda - Aneka Jenis, Gambar & Penjelasannya

Aturan Tari Kipas

Dalam pementasannya, tari pakarena memiliki aturan atau pakem yang harus diikuti. Salah satunya adalah aturan unik, yaitu para penari tidak boleh membuka mata terlalu lebar. Bahkan tidak hanya itu, penari juga tidak diperbolehkan mengangkat kaki terlalu tinggi.

Aturan tersebut digunakan untuk menjaga aspek kesopanan dan kesantunan, sehingga diperlukan gerakan tari sepenuh hati agar tarian ini nampak indah. Adanya aturan ini juga membuat para penari harus memilki stamina tinggi agar setiap gerakannya tetap indah, serasi dan menarik perhatian.

Musik Pengiring

Dalam menarikan tarian ini, para peanri akan diiring dengan alunan musik tradisional yang disebut grondong rinci. Grondong rinci terdiri dari bebepa alat musik, seperti gendering dan seruling. Jumlah pemain musiknya sekitar 4 sampai 7 orang.

Alat musik tersebut dimainkan secara harmonis sehingga menghasilkan suara yang merdu. Meski tari kipas pakarena memiliki gerakan lembut, namun musiknya bertempo cepat. Akan tetapi gerakan penari tetap teratur dan hal ini menjadi keunikan dari tarian ini.

Kostum Penari Kipas

Para penari kipas mengenakan baju adat khas suku Gowa. Para penari menggunakan baju longgar, kain selempang, serta sarung khas Sulawesi Sealtan. Pakain tersebut merupakan ciri menarik yang membedakan tarian kipas dengan tari dari daerah lain.

Tuliskan 2 bagian tubuh yang sering bergerak ketika menarikan tari kipas pakarena
kemlu.go.id

Bagian kepala penari dikonde dengan hiasan tusuk berwarna emas dan desainnya berupa bunga-bunga. Sedangkan aksesorinya adalah kalung, gelang, serta anting yang melengkapi penampilan penari. Selain itu, penari juga membawa kipas sebagai properti utama saat menarikan tarian ini.

Tata Rias Penari Kipas

Sebelum penari memasuk panggung, meraka akan di rias agar tampil lebih cantic. Riasan yang diberikan cukup tebal sehingga terlihat segar meski dilihat dari kejauhan. Tta rias ini juga menyesuakan dengan pakaian serta kipas yang digunakan.

Unsur keserasian adalah hal penting dalam tahap ini. Penggunaan baju bodo dan riasan wajah yang sempurna akan membuat penari tampil canti dan anggun diatas panggung.

Properti Tari Kipas Pakarena

Atribut yang wajib dibawa oleh penari adalah kipas. Jenis kipas yang dibawa adalah kipas lipat berukuran besar. Jumlah kipas yang digunakan adalah 2 buah yang dibawa di tangan kanan dan kiri. Umumnya kipas ini berwarna cerah, seperti merah, putih, kuning dan ungu.

Para penari harus memiliki keterampilan dalam memainkan kipas. Hal ini berguna agar pertunjukkan dapat menampilakan tarian yang indah. Biasanya tarian ini dibawakan selama 2 jam.

Tata Panggung Tari Kipas

Saat pementasan biasanya penari berjumlah 5 orang. Akan tetapi tidak ada aturan baku mengenai jumlah penari yang diperbolehkan, sehingga dapat dilakukan oleh banyak orang.

Mengenai batas minimal penari juga tidak ada aturan baku, namun untuk menjaga estetika maka umumnya penari berjumlah 5 orang. Untuk para pemain musik berada di samping kanan dan kiri panggung.

Bagian Tari Kipas Pakerana

Dalam penyajiannya, gerakan tari kipas dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain:

  • Samboritta (berteman), bagian ini juga disebut paulu jaga atau kegiatan begadang semalam suntuk. Bagian ini juga diartikan sebagai tarian awal untuk memberi hormat kepada pengunjung dan menjadi bagian pertama dalam pertunjukkan.
  • Jangang Leak-leak (ayam berkokok) – Dahulu tari pakarena dipentaskan semalam suntuk hingga bagian penutupnya berlangsung saat subuh atau ketika ayam telah berkokok. Tarian ini merupakan bagian ketiga dalam tarian kipas pakarena.
  • Ma’biring Kassi mempunyai arti mendarat ke pantai. Bagian ini disajikan pada babak kedua yang bermakna permohonan yang terkabul.
  • Bisei Ri Lau’ (dayung ke timur) – Bagian ini disajikan pada babak kedua dengan makna bergerak ke arah timur atau ke arah terbitnya matahari sebagai penadan kehidupan di bumi.
  • Angingkamalino (angin tanpa hembusan) merupakan tarian babak kedua yang bermakna angina yang tidak berhembus sehingga tidak membawa kesejukan. Bagian ini menggambarkan rasa kecewa.
  • Anni-anni (memintal benang) disajikan pada babak kedua. Bagian ini memiliki makna jika suatu pekerjaan yang dikerjakan dengan tekun akan membuahkan hasil. Biasanya bagian ini ditarikan saat upacara perkawinan.
  • Dalle tabbua (meniti nasib dengan sabar) – Bagian ini ditarikan pada babak kedua dengan maksud segala sesuatu terkadang harus dilakukan secara berulang dan tidak mengenal putus asa hingga mencapai hasil yang baik.
  • So’nayya (bermimipi) ditarikan pada babak kedua. Bagian ini memiliki makna jika seorang manusia tidak boleh berharap terlalu tinggi tanpa usaha dan upaya untuk mencapai cita-citanya.
  • Iyolle’ (mencari kebenaran) bermakna tentang kebenaran yang harus terus dicari agar hidup tenang dan tenteram.
  • Lambassari (kekecewaan) memiliki arti bahwa apa yang kita usahakan dalam hidup terkadang berakhir dengan kekecewaan.
  • Leko’ Bo’dong (bulat sempurna) merupakan perumpaan bulan purnama yang dianggap memiliki bentuk bulat dan bersinar terang.
  • Sanro Beja’ (dukun beranak) disajikan pada babak kedua dan menampilkan makna tentang cara merawat diri bagi perempuan seusai melahirkan. Biasanya bagian ini dipentaskan saat upacara kelahiran.

Pola Lantai Tari Kipas

Dalam melakukan gerakan tarian, para peanri harus bekerjasama dalam setiap posisinya. Pola lantainya beraturan dengan maju mundur dan gerakan ke kiri serta kenan lebih dominan. Pada gerakannya juga terdapat pola laintai melingkar yang mencerminkan kehidupan manusia.

Gerakan Tari Kipas

Gerakan penari kipas pakarena adalah cerminan kelembutan sesuai watak perempuan Makassar, yaitu sopan, setia, patuh dan hormat kepada lelaki. Gerakan tangan tarian ini lebih banyak berayun ke kanan dan ke kiri, serta ke depan secara beraturan sesuai tempo yang lambat. Tangan penari hanya terangkat sebatas bahu dan sangat lembut sehingga penonton sulit membedakan babak demi babak.

Setiap gerakan yang dilakukan oleh penari memilki makna khusus. Misalnya gerakan awal dan akhir dalam posisi duduk. Terdapat pula gerakan memutar sebagai gambaran siklus hidup manusia.

Perkembangan Tari Kipas Pakerana

Tarian ini telah ada sejak zaman dahulu dan tetap bertahan hingga saat ini. Masyarakat Gowa terus melestarikannya dan menjadikannya sebagai bagian dalam kehidupan mereka. Mulanya tari kipas dijadikan sebagai bentuk rasa syukur dan berkembang menjadi tarian tradisional dan tari hiburan.

Tarian ini juga kerap dipentaskan dalam festival untuk mengenal daerah Gowa. Saat ini tari kipas pakarena telah mengalami perkembangan pesa dari segi kostum dan gerakannya.

Meski mengalami perkembangan, namun ciri khas utamanya tidak ditinggalkan. Sebab hal ni yang menjadi karakteristik tari kipas yang membedakan tarian dari daerah lain.

Tari pakarena menawarkan keindahan gerak yang lembut dengan iringan musik bertempo cepat. Gabungan kedua unsur tersebut membuat tarian ini tidak bosan untuk dinikmati.

Walaupun tarian tradisional, tari kipas juga tidak kalah dengan tarian modern. Aspek keindahan dalam setiap gerakan, serta pola tariannya selalu menarik perhatian. Tarian ini tidak berlangsung singkat, karena dalam suatu pementasan membutuhkan waktu selama 2 jam.