Tuliskan 5 Seniman tari yang ada di palembang beserta Data biodata Seniman Tari pelaku seni tari

Nama-nama Lain Karya Budaya

Tari Gending Sriwijaya

Nama Orang yang Melaporkan Karya Budaya

Nama

: BALITBANGDA SUMSEL

Alamat

: JLN demang lebar daun no 4864 palembang

Tempat dan Tanggal Laporan Karya Budaya

Persetujuan Pencatatan Karya budaya

Sejarah Singkat Karya Budaya

Sumatera Selatan, khususnya kota Palembang banyak menyimpan koleksi sejarah masa lalu, terutama pada masa zaman keraton Kerajaan Sriwijaya pada abad VI SM yang sangat tersohor dengan ekspansi wilayah dan pusat agama Budha sampai zaman keemasan Kesultanan Palembang Darussalam. Tahapan sejarah masa lalu itu sampai kini memberikan inpirasi bagi masyarakatnya, salah satunya adalah Tari Gending Sriwijaya. Proses penciptaan Tari Gending Srwijaya dimulai sejak tahun 1943 dan selesai pada tahun 1944. Tari ini diciptakan untuk memenuhi permintaan dari pemerintah [era pendudukan Jepang] kepada Jawatan Penerangan [Hodohan] untuk menciptakan sebuah tarian dan lagu guna menyambut tamu yang datang berkunjung Keresidenan Palembang [sekarang Provinsi Sumatera Selatan].

Pencipta gerak tari [penata tarinya] yaitu Tina Haji Gong dan Sukainan A. Rozak, berbagai konsep dicari dan dikumpulkan dengan mengambil unsur-unsur tari adat Palembang yang sudah ada. Sementara musik atau lagu Gending Sriwijaya diciptakan tahun 1943 tepatnya dari bulan oktober sampai dengan Desember oleh A. Dahlan Muhibat, seorang komposer juga violis pada grup Bangsawan Bintang Berlian di Palembang. Lagu Gending Sriwijaya ini merupakan perpaduan lagu Sriwijaya Jaya, yang diciptakan A. Dahlan M dengan konsep lagu Jepang.

Dan untuk syair lagu Gending Sriwijaya diciptakan oleh Nungcik AR.

Sumber [Deskripsi Tari Gending Sriwijaya, Izi Asmawi [Alm], Kantor Wilayah Depdikbud Prov. Sumsel, 1990/1991 dalam //badahwongkito.blogspot.com/2012]

Nama komunitas /organisasi/asosiasi/badan/paguyuban/kelompok sosial atau perorangan penanggung jawab karya budaya

1.

Alamat

: JLN demang lebar daun no 4864 palembang

Guru / Maestro

1.

Nama

: Drs. HZ. Husni Karana

2.
3.

Lokasi Karya Budaya

Lokasi Utama

Provinsi

: Sumatera Selatan

Kabupaten / Kota

: Kota Palembang

Alamat-alamat penting:

Kategori Karya Budaya

  • Seni pertunjukan, termasuk seni visual, seni teater, seni suara, seni tari, seni musik, film.

Uraian / Deskripsi singkat karya Budaya yang dilaporkan

Tari Gending Sriwijaya merupakan tari yang melukiskan kegembiraan gadis-gadis Palembang saat menerima tamu yang diagungkan. Tepak yang berisi kapur, sirih, pinang dan ramuan lainnya dipersembahkan sebagai ungkapan rasa bahagia, Tari Gending Sriwijaya diiringi Gamelan dan lagu Gending Sriwijaya.

Tari Gending Sriwijaya pertama kali dipentaskan dimuka umum pada tanggal 2 Agustus 1945, di halaman Masjid Agung Palembang, yaitu ketika pelaksanaan upacara penyambutan kedatangan M. Syafei Ketua Sumatora Tyuo In [ Dewan Perwakilan Rakyat Sumatra] dan Djamaluddin Adinegoro [Ketua Dewan Harian Sumatera ]. Pada saat pergelaran tari Gending Sriwijaya pertama kali digelar dan dibawakan oleh 9 penari antara lain : Siti Nuraini, Rogayah H, Delima A. Rozak, Thfah, Halimah, Busron, Darni, Emma dan Tuti Zahara.

Tarian yang khas ini mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu. Tarian digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai.
Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder. Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran pengawal terkadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya dilakukan oleh putri saja. Sultan atau bangsawan.

Kondisi Karya Budaya Saat Ini

Masih bertahan

Upaya Pelestarian / Promosi Karya budaya

  • Promosi langsung, promosi lisan [mulut ke mulut]
  • Pertunjukkan seni, pameran, peragaan/demonstrasi

Cara-cara terbaik [best practices] untuk melestarikan dan mengembangkan karya budaya

Dimasukan dalam kurikulum Muatan Lokal

Dokumentasi

  • buku [Yudi Saropi, Diknas]
  • foto biasa
  • album

Referensi [ditulis sumber secara lengkap : nama penulis, tahun,judul buku, tempat terbit, penerbit] ; naskah kuno, prasasti, sumber lesan/ nama pelaku [saksi sejarah] yang masih hidup, usia, dll

Website

Nama Domain

: Balitbangnovda Sumsel

Nama Pengelola Website

: Bidang Pengkajian Pemerintahan dan Sosial Budaya

Email

:

Seniman Massayu Anna Kumari, Minggu [21/4/2019]. [Foto: Antara News Sumsel/Aziz Munajar]

Seniman Massayu Anna Kumari, Minggu [21/4/2019]. [Foto: Antara News Sumsel/Aziz Munajar]

Palembang [ANTARA] - Massayu Anna Kumari atau akrab dipanggil Cek Anna dikenal luas sebagai pelestari tradisi berbagai macam kesenian seperti tari, teater, musik, seni suara dan puisi, semuanya terus ia pertahankan walau usianya sudah 73 tahun. Anna Kumari memiliki komitmen tinggi terhadap pelestarian seni budaya Palembang, banyak kalangan sepakat menyebutnya sebagai palang pintu terakhir penjaga seni budaya terakhir di kota pempek. Ia lahir di Kota Palembang pada 10 November 1945, keluarganya pada saat itu termasuk kalangan pejuang kemerdekaan yang memegang teguh prinsip adat. Sewaktu kecil Anna Kumari sering diajak orang tuanya menghadiri pernikahan adat Palembang asli, sehingga secara alamiah tumbuh kecintaannya terhadap budaya. Sejak kecil Anna sudah tertarik dengan berbagai tradisi adat Palembang, namun persentuhannya dengan seni secara profesional baru dimulai pada 1960-an saat ia bersama orang tuanya tinggal di Jakarta. Pada 1962 saat berusia 17 tahun, ia menjadi penari Istana Negara, namun selama menjadi penari istana ia mengaku tidak pernah membawakan tari Sumatera Selatan, melainkan tari Bali seperti Tari Kecak, Tari Panji Semorang dan Tari Pendet dengan dilatih langsung oleh Nyoman Suwarni serta I Wayan Linggih, "Presiden Soekarno sering melihat kami latihan waktu itu," kenang Anna Kumari. Tari Tepak Keraton Saat kembali ke Palembang, Anna diminta menjadi pimpinan grup seni Kodam II Sriwijaya yang beranggotakan 30 orang, waktu itu Komandan Inmindam IV Sriwijaya Kolonel Makmun Rasjid meminta Anna menciptakan tarian baru. Dengan alasan politik, Tari Gending Sriwijaya yang saat itu sudah populer tiba-tiba dilarang untuk ditampilkan, tak habis akal kemudian Anna menciptakan Tari Tepak Keraton sebagai pengganti Tari Gending Sriwijaya. Tari Tepak Keraton diciptakan untuk menggambarkan Kejayaan Kesultanan Palembang Darussalam masa pimpinan Mahmud Badaruddin II sekitar abad ke-16, puncak kepopuleran tari tersebut saat ditampilkan pada pembukaan MTQ Internasional Tahun 2015 di Palembang. Tahun 1967 ia mendirikan Sanggar Tari Anna Kumari dengan mencari sendiri penari dari rumah ke rumah agar bersedia berlatih tari di sanggarnya, namun hal tersebut tidaklah mudah. Banyak orangtua tidak memperbolehkan anak perempuan berlatih menari karena khawatir si anak menjadi ronggeng, akhirnya dengan keteguhan yang mantap dan semangat kebudayaan Anna berhasil menggaet anak-anak dari kalangan bangsawan dan pejabat menjadi penari binaannya. Semangat mengembangkan kesenian lokal yang penuh liku-liku membuahkan hasil manis, sanggarnya sudah berkeliling di berbagai wilayah di Indonesia bahkan dunia, sampai akhirnya pada 2015 Kementerian Kebudayaan mengganjarnya dengan Penghargaan kategori Pelestari. Tidak hanya sebatas itu, sudah puluhan penghargaan di bidang seni budaya yang ia terima sepanjang hidupnya dari berbagai instansi, perusahaan dan asosiasi, selain menari ia juga menulis ragam buku adat, seperti Perkawinan 7 hari 7 Malam dan Buku Rebo Akhir Tradisi Budaya Palembang. Semangat mewarisi tradisi Setidaknya Anna telah menciptakan 50 jenis tarian selama hidupnya, menulis buku-buku kebudayaan, dan menjadi pembicara dalam berbagai forum. Sampai saat ini Anna Kumari masih aktif pada beberapa kegiatan kebudayaan, setiap tahun ia selalu melaksanakan tradisi Palembang yang kian langka, misalnya tradisi tepung tawar tolak bala, rebo akhir/rebo kasan dan bekela. Anna merasa bertanggung jawab mewarisi semua pengetahuannya mengenai sejarah dan kebudayaan Kota Palembang, menurutnya kebudayaan Palembang memuat kearifan sosial kultur yang harus dipahami generasi penerus. "Saya mendapatkan tradisi itu dari nenek-nenek saya dan saya merasa bertanggung jawab meneruskannya pula," kata Anna.*

Baca juga: Kurator: minat perempuan pada seni patung sedikit

Pewarta: Aziz MunajarEditor: Erafzon Saptiyulda AS

COPYRIGHT © ANTARA 2019

Terkait

Baca juga

Terpopuler

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề