Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

KOMPAS.com - Prasasti Nalanda adalah prasasti yang ditemukan di Bihar, Nalanda, India, pada 1921.

Prasasti ini menjelaskan tentang Raja Devapaladeva yang berasal dari Kerajaan Palla di India, yang mengabulkan permintaan Sri Maharaja dari Swarnadvipa atau Sriwijaya untuk membangun sebuah biara Buddha di Nalanda.

Selain itu, prasasti ini juga menyebut bahwa lima desa di Calcutta (sekarang Kolkata), India, dibebaskan dari pajak untuk keperluan misi agama Buddha Kerajaan Sriwijaya.

Oleh karena itu, meski tidak ditemukan di Indonesia, Prasasti Nalanda kerap dijadikan sumber sejarah yang membuktikan keberadaan Kerajaan Sriwijaya.

Baca juga: Prasasti Dinoyo: Sejarah, Isi, dan Terjemahan

Terjemahan isi Prasasti Nalanda

Prasasti Nalanda berangka tahun 860 M, di mana isinya ditulis dengan menggunakan bahasa Sanskerta dan beraksara Pallawa.

Berikut adalah terjemahan isi Prasasti Nalanda.

Kami diminta oleh Maharaja Balaputadeva yang termasyhur, raja Swarnadvipa melalui kurir yang aku buat untuk membangun sebuah biara di Nalanda yang dikabulkan untuk dipersembahkan bagi Sang Budha yang berbakti, tempat semua kebajikan utamanya seperti Prajnaparamita, sebagai pemujaan, persembahan, pengetahuan, tempat berlindung, sedekah, kebuthab orang sakit.

Dari pertemuan bhikku yang mulia, empat penjuru pada Boddhisattva berpengalaman dalam tantra, dan tokoh-tokoh suci yang agung untuk menulis dharma ratnas teks budha dan untuk perbaikan biara ketika rusak. Ada seorang raja Yavabhumi yang merupakan permata dinasti Sailendra yang kakinya seperti teratai yang mekar oleh kilau permata membuat gemetar kepala pangeran dan yang namanya sesuai dengan penyiksa musuh yang berani.

Kemasyhurannya, seolah-olah dengan hanya menginjakkan kakinya di istana. di lili air putih, di tanaman teratai, keong, bulan, melati dan salju dan dinyanyikan tanpa henti merasuki jagat raya. Pada saat raja musuh mengerutkan kening dalam kemarahan, kekayaan musuh akan hancur bersama dengan hatinya. Yang bengkok di dunia punya cara untuk bergerak dalam menyerang orang lain. Dia memiliki putra yang memiliki kehati-hatian, kecakapaan dan perilaku yang baik, yang kedua kakinya sering dengan ratusan mahkota raja perkasa.

Baca juga: Prasasti Talang Tuo: Lokasi Penemuan, Isi, dan Maknanya

Dia juga memiliki prajurit yang terkemuka di medang perang dan ketenarannya setara dengan Yudisthira, Paracara, Bhimasena, Karna dan Arjuna. Banyak debu yang terangkat oleh kaki pasukannya ke langit, dihasilkan dengan gerakan di Bumi, dicurahkan dari pipi Gajah. Dengan ketenarannya dunnia ini sama sekali gelap selama dua minggu, seperti keluarga penguasa daityas tanpa keberpihakan Khrisna. Paulomi dikenal sebagai (istri) penguasa Sura (yaitu Indra), Rati istri yang lahir dari pikiran (Kama), putri gunung (Parvati) dari musuh Kama (yaitu Siwa) , dan Laksmi dari musuh Mura (yaitu Wisnu), jadi Tara adalah permaisuri raja itu, dan merupakan putri penguasa besar Dharmasetu dari bangsa bulan dan menyerupai Tara itu sendiri.

Selamat Datang di Universitas Nalanda yang Legendaris

Selama 8 abad lamanya, salah satu universitas pertama milik peradaban umat manusia ini menjadi pusat intelektual dan spiritual umat Buddha di seluruh dunia. Adalah Nalanda, universitas yang melegenda ini menjadi maha karya agung sejarah peradaban Buddhisme di India. Dikatakan "universitas" paling tidak karena disepakati oleh para sejarahwan dunia bahwa Nalanda bercorak seperti universitas. Tentu saja di masa berdirinya dulu, masyarakat dunia tidak menyebutnya "universitas". Secara resmi, Nalanda termasuk mahavihara, sebuah vihara/kuil agung yang menjadi pusat pengembangan spiritualisme Buddha di masa lampau.

Universitas Nalanda didirikan di Nalanda oleh Kerajaan Gupta pada abad 5 M. Namun pembangunannya memakan waktu cukup lama, dan di masa itu pula Kerajaan Gupta runtuh. Pembangunan diteruskan oleh Baginda Harsha, penguasa Kannauj di India Utara dari Dinasti Pushyabhuti dan selesai pada abad 6 M. Kemudian pada tahun 1193 M, Universitas Nalanda hancur akibat serbuan pasukan Turki Mamluk di bawah pimpinan Jenderal Bakhtiyar Khilji. Pada tahun 2014, Pemerintah India bersama PBB dan berbagai yayasan donatur lokal dan internasional merevitalisasi kembali Universitas Nalanda dan dibangun tepat di samping puing-puing Universitas Nalanda yang lama, menjadi universitas sungguhan. Diperkirakan, tahun 2020, Universitas Nalanda yang baru ini sudah siap menjadi universitas go international.

PEMBANGUNAN UNIVERSITAS NALANDA

Pencitraan udara kompleks Gandhara pada situs Universitas Nalanda

Universitas Nalanda, atau Nalanda Mahavihara, didirikan di Nalanda, Bihar. Menurut Sutra Kewatra (Kevatta Sutta), Sang Buddha pernah menetap di sana. Pembangunan perdana dilakukan di masa pemerintahan Raja Kumaragupta I (Shakraditya) yang bertahta dari tahun 415 sampai 455 di Kerajaan Gupta. Hal ini diidentifikasi dari beberapa segel yang ditemukan di reruntuhan Universitas Nalanda berupa simbol Śakrāditya, yang merupakan personifikasi dari Raja Kumaragupta I. Saat didirikan, Nalanda difungsikan sebagai vihara tempat para bhikkhu berlatih. Pembangunan ini memakan waktu total kurang lebih seabad karena proses renovasi, namun di masa pemerintahan Raja Narasimhagupta (Baladitya), Vihara Nalanda sudah bisa difungsikan.

Sejak tahun 480-an, Kerajaan Gupta kerap kali mendapatkan serangan dari Kerajaan Heftalit (Hun Putih) di barat daya. Pada awal tahun 500-an, selama serangan Bangsa Hun Putih di bawah pimpinan Toramana, Kerajaan Gupta mengalami disintegrasi antara pengaruh Bhanugupta dan Narasimhagupta. Raja Narasimhagupta pun menunjuk Bhikkhu Vasubandhu, bhikku ternama dari aliran Buddha Mahayana, sebagai pengurus vihara.

Vasubandhu pertama kali membangun sangharama, sebuah asrama tempat para sangha (calon bhikkhu) menetap. Sangharama pertama ini bertinggi 91 meter dengan patung Buddha besar di tengahnya. Raja Narasimhagupta juga menitahkan untuk mempekerjakan para ahli pahat untuk mempercantik Vihara Nalanda. Pasca pembangunan sangharama pertama, para sangha dari berbagai penjuru mulai berdatangan dan tradisi penyalinan sutra-sutra Buddha juga dimulai sehingga mendorong penyebar-luasan agama Buddha ke berbagai penjuru India. Di era ini pula, Vihara Nalanda berfungsi ganda, sebagai tempat peribadatan dan spiritual sekaligus tempat intelektual yang mulai melakukan penerjemahan karya-karya Buddha ke bahasa-bahasa India.

Kemudian selama abad 6 M, Raja Purnavarman dari Dinasti Maukhari membangun patung tembaga Maha Buddha setinggi 24 meter di dekat halaman tengah Universitas Nalanda. Pembangunan sangharama-sangharama dan juga perluasan lokasi terjadi hingga masa kepemimpinan Harshavardhana (Harsha) dari Kannauj di India Utara (Dinasti Pushyabhuti). Raja Harsha sendiri pada mulanya adalah Hinduis yang kemudian berganti menjadi Buddhis. Beliau menunjukkan perhatian besar terhadap Universitas Nalanda. Untuk mencukupi kebutuhan pangan di pondokan, beliau membangun perluasan areal persawahan yang berbasis padi, gandum, dan juga peternakan sapi perah (susu). Sebanyak 200 kepala rumah tangga tinggal di sekitar Universitas Nalanda untuk bercocok-tanam, dan biasanya para sangha diperbantukan pada musim panen. Sejak itu, Universitas Nalanda mampu menampung sebanyak 10.000 sangha dan 2.000 guru/bhikkhu yang terbuka untuk seluruh kalangan dari negeri manapun.

DESKRIPSI UNIVERSITAS NALANDA MENURUT XUANZANG

Setidaknya ada 2 laporan asing yang cukup banyak mendeskripsikan Universitas Nalanda, yang pertama adalah catatan Xuanzang (Hiuen Tsang) dan catatan Yijing (I-Tsing). Keduanya adalah sarjana Buddha dari Dinasti T'ang di Cina yang berguru cukup lama di Universitas Nalanda hingga akhirnya menjadi guru di sana.

Xuanzang mengunjungi Nalanda pada tahun 637 dan 642 M. Pada kunjungan pertamanya, beliau belajar dan mengembangkan aliran meditasi Yogachara di bawah bimbingan Shilabadra. Xuanzang juga memperoleh nama Buddhis "Mokhsadeva" setelah 2 tahun menetap dan keahlian beliau dalam ilmu tarjamah membuat beliau menjadi seorang bikkhu penerjemah dengan karya yang cukup banyak.

"Si-Yu-Ki", catatan Xuanzang mengenai pengembaraannya ke Nalanda

Menurut Xuanzang, Nalanda mempunyai 8 taman berpagar terpisah dan 10 vihara, bersamaan dengan beberapa aula meditasi dan ruang kelas. Dari hasil ekskavasi reruntuhan Universitas Nalanda diketahui bahwa luas areal Universitas Nalanda adalah 12 hektar. Bidang ilmu yang diajarkan di Universitas Nalanda selain spiritualisme dan ilmu meditasi mencakup filsafat dan metafisika, bahasa dan sastra tarjamah, gramatika, logika, matematika, astronomi, metalurgi, agronomi dan irigasi, tata ruang kota, dan manajemen kuil. Universitas Nalanda sanggup menampung sekitar 10.000 sangha dan 2.000 guru, menurut laporan Xianzang di masa almamaternya, ada sekitar 3.000 sampai 5.000 siswa dari Cina, salah satunya adalah Fuxian. sehingga hal ini menjadi salah satu faktor mengapa agama Buddha berkembang sangat masif di Cina. Selain itu juga ada pelajar dari Tibet, Jepang, Korea, Persia, dan juga dari tanah air (Sumatra dan Jawa) yang berguru di Universitas Nalanda.

Perpustakaan Nalanda disebut Dharmaganja (Harta Kebenaran) yang memiliki 3 gedung utama terpisah. Masing-masing gedung bertingkat 9 di mana aktifitas penyalinan dan penerjemahan berpusat di sana. Ketiga gedung itu dinamai Ratnasagara (Permata Laut), Ratnodhadi (Permata Samudra), dan Ratnarañjaka (Permata Sukacita). Perpustakaan Dharmaganja menjadi perpustakaan terbesar di Asia masa itu. Koleksi-koleksi buku di Dharmaganja di antaranya pitaka, sutra, hikayat, kitab suci, dan kitab pengetahuan, mencakup agama, matematika, alkemi, astronomi, geografi, politik-hukum, budaya, seni, dll.

Salah satu bagian reruntuhan Perpustakaan Nalanda "Dharmaganja"

Bangunan di Universitas Nalanda seluruhnya berdinding bata, sedangkan halaman luarnya berpagar seperti benteng. Pintu gerbang utamanya terletak di sebelah timur laut. Setiap sangharama juga memiliki pintu gerbang utama, yang kemudian terdapat 8 ruang lain selain kamar seperti aula meditasi dan lobi utama tempat beristirahat dan berkumpul. Terdapat banyak menara menjulang seolah menunjuk ke langit yang selain difungsikan sebagai aula meditasi untuk beberapa aliran Buddhisme lainnya, juga untuk memantau area sekitar Universitas Nalanda. Menara-menara ini tampak hilang dalam kabut uap di pagi hari, dan bila kita berdiri di puncaknya, serasa seperti menara di atas awan.

Illustrasi salah satu upachararutin di Nalanda

Xuanzang pulang ke Cina dengan 657 naskah kitab Buddha dan 150 relik seperti patung kecil dan guci serta mangkok yang dibawa dengan 20 kuda. Dari 657 salinan naskah tsb, 314 di antaranya merupakan sutra-sutra Buddha Mahayana dan 74 di antaranya adalah karyanya sendiri. Dalam kurun 30 tahun pasca kepulangannya ke Cina, tidak kurang dari 11 peziarah ternama dari Cina dan Korea yang diketahui telah mengunjungi Universitas Nalanda, salah satunya Yijing.

Salah satu reruntuhan koridor sangharama, dulunya bertingkat dan beratap

DESKRIPSI UNIVERSITAS NALANDA MENURUT YIJING Bagi pemerhati sejarah Indonesia, mungkin Bhikkhu Yijing sudah tidak asing lagi, karena laporan-laporan beliau juga menjadi salah satu catatan asing terpenting tentang deskripsi Kerajaan Sriwijaya di tanah air, mengingat beliau pernah bermukim di wilayah Sriwijaya yang beliau deskripsikan sebagai Shih-li-fo-shi atau San-fo-chi. Yijing adalah seorang bikkhu yang juga mengembara dan mengunjungi Universitas Nalanda, terinspirasi dari Xuanzang dan Fuxian.

Bhikkhu Yijing (I-Tsing/I-Ching)

Beliau berangkat ke India dari kuil Xi Ming di kota Chang-an, ibukota Dinasti Tang. Selama perjalanannya, beliau singgah di Sriwijaya di Suvarnabhumi pada tahun 671 M dan berkenalan dengan sesama peziarah bernama Hui Ning yang kemudian pindah ke Pulau Jawa untuk menerjemahkan sutra-sutra Buddha Hinayana. Hui Ning menyarankannya untuk belajar Bahasa Sansekerta dahulu di Sriwijaya dan beliau menetap selama 6 bulan di Palembang dan 2 bulan di Mo-lo-yu (Malayu/Jambi) dan Ki-teh (Kedah), kemudian melanjutkan perjalanannya ke India. Dalam memoarnya, beliau mengakui bahwa sebelum menempa ilmu ke Universitas Nalanda, ada baiknya seorang sangha memperdalam lagi ilmu keagamaan di Sriwijaya.

Peta rute perjalanan Yijing dari Chang-an ke Nalanda

Kemudian pada tahun 673, beliau tiba di Nalanda dalam keadaan ditandu tak sadarkan diri akibat dirampok di tengah perjalanan. Beliau berguru selama 10 tahun dan kemudian mengabdi menjadi guru di sana selama 4 tahun, melebihi lama waktunya Xuanzang dan Fuxian. Selama berguru di sana, kurang lebih ada 400 naskah Buddha yang berhasil beliau terjemahkan ke dalam Bahasa Cina, yang di antaranya tidak hanya sutra-sutra keagamaan seperti mantra dan sloka, tapi juga buku-buku mengenai lintas budaya, bahasa, politik, geografi, dan manajemen kuil. Adapun Perpustakaan Dharmaganja memuat beragam buku, mulai dari sutra, Veda (Hindu), gramatika Sansekerta, logika, astrologi, astronomi, matematika, geografi, hukum, tata ruang kota, agronomi, dan pengobatan.

Illustrasi lingkungan akademik Nalanda

Deskripsi beliau tentang Universitas Nalanda tidak jauh berbeda dengan Xuanzang, dengan kegiatan perkuliahan yang mendetil. Beliau menjelaskan ada 8 bilik meditasi di setiap 300 ruang kamar, dimana terdapat banyak ornamen dan lukisan di dinding aula meditasi. Sementara itu, mayoritas aliran yang berkembang di Nalanda adalah Mahayana dan Vajrayana. Serangkaian ritual keagamaan dimulai sejak pagi hingga malam yang wajib diikuti oleh para sangha. Setiap pagi buta, sebuah genta dibunyikan menandakan waktu mandi pagi yang membuat ratusan hingga ribuan sangha dan bikhsu berkerumun di setiap kolam pemandian yang besar yang terdapat di dalam setiap sangharama. Kemudian diikuti pula bunyi genta lain yang menandai waktu ritual penyucian pagi dalam tradisi Buddha. Ritual chaityavandan dilakukan di malam hari yang terdiri dari tiga bagian meditasi, berupa nyanyian mantra-mantra, sloka-sloka, dan khutbah pilihan dari kitab suci di aula pusat (chaitya/cetiya). Beliau menyatakan bahwa sulit sekali mengumpulkan seluruh pelajar di Nalanda karena luasnya area kompleks yang mana masing-masing memiliki jadwal ritual ibadah harian berbeda-beda tergantung tingkat kelas. Hal ini membangkitkan kesan seolah-olah Universitas Nalanda hanya mengkhususkan bagi ilmu agama saja karena sehari-hari, secara silih-berganti, selalu terlihat ada rombongan guru dan pelajar berbeda-beda yang berpawai membawa dupa dan bunga, bepergian dari satu ruang ke ruang lainnya untuk ritual-ritual harian. Aktifitas ini baru benar-benar berhenti waktu senja telah tiba.

Illustrasi salah satu sangharama dimana di bagian atas adalah aula meditasi dan genta, sedangkan di bawah adalah bilik-bilik kamar

MASA KEJAYAAN (IMPERIUM KERAJAAN PALA)

Di masa pemerintahan Kerajaan Pala selama abad 8-12 M, Universitas Nalanda telah benar-benar termahsyur. Universitas Nalanda juga secara administratif membawahi 4 mahavihara besar lainnya di sekitarnya, seperti Jagaddala, Odantapura, Somapura, dan Vikramashila. Di masa ini pula, aliran Vajrayana dan berbagai filsafat Buddhisme berkembang dari Universitas Nalanda. Aliran Theravada juga berkembang dari sini meskipun tidak semasif Mahayana. Uniknya, keluarga ningrat Dinasti Pala di bawah kepemimpinan Raja Gopala, membangun keratonnya di 9,7 km utara dari Universitas Nalanda, yang disinyalir merupakan asal-usul dari keluarganya.

Arca Buddha Shakyamuni dari tembaga di Universitas Nalanda

Ada beberapa prasasti yang ditemukan sehubungan dengan pemerintahan Kerajaan Pala. Dari 2 lokasi reruntuhan Universitas Nalanda, salah satu prasasti logam (Prasasti Nalanda) memuat tentang Raja Balaputradewa dari Dinasti Syailendra di Sriwijaya dan Raja Devapala di Kerajaan Pala, yang intinya permohonan pengabsahan spiritual dirinya sebagai penerus tahta Syailendra di Suvarnabhumi dari Jawa (Yavabhumi) juga informasi tentang berbagai persembahan dari Raja Balaputradewa untuk Universitas Nalanda. Prasasti lainnya (Prasasti Vikramshila), memuat tentang pembangunan mahavihara lain seperti Vikramshila yang kemudian diregistrasikan di bawah Universitas Nalanda. Mahavihara Vikramshila juga dikepalai oleh bikkhu-bikkhu alumnus Universitas Nalanda dan didonasi oleh Raja Dharmapala. Prasasti lainnya lagi (Prasasti Ghosrawan), juga memuat tentang seorang rsi Veda yang belajar di Universitas Nalanda bernama Viraveda dan kemudian menjabat sebagai guru besar mengepalai Universitas Nalanda.

Adapun yang diketahui sebagai alumnus-alumnus terkemuka dari Universitas Nalanda adalah: 1. Mahapandita Vashubandu. 2. Harshavardhana. 3. Dharmapala. 4. Suvishnu. 5. Asanga (guru besar Vajrayana). 6. Dharmakirti. 7. Shantarakshita. 8. Nagarjuna (pendiri aliran Nagarjuna). 9. Aryadeva. 10. Padmasambhava (pendiri Buddha Tibet). 11. Xuanzang. 12. Fuxian. 13. Hwuili. 14. Viraveda.

Prasasti Nalanda tentang Raja Balaputradewa, Dinasti Syailendra di Sriwijaya

Di masa ini pula, Universitas Nalanda memiliki cap resmi bersegel "Sri-Nalanda-Mahāvihārīya-Arya-Bhikṣusaḿghasya" yang secara harfiah artinya "Dari Segenap Bhikkhu Agung Dari Sri Nalanda Mahavihara". Cap ini juga memuat simbol Dharmachakra, roda kebajikan, yang diapit oleh dua ekor rusa di kedua sisi, mengacu pada taman rusa saat Sang Buddha memberikan pelayanan di Sarnath. Replika cap ini sekarang dipajang di Archeological Survey of India (ASI), Nalanda.

Replika cap resmi Universitas Nalanda berlogo Dharmachakra di atasnya

Kurikulum yang diajarkan di Universitas Nalanda terdiri dari 3 mazhab filsafat Buddha (Mahayana, Vajrayana, dan Nagarjuna), yang mengacu pada pengajaran Vasubandhu, Asanga, Madhyamaka, Vaibhasikha, dan Sautrantika. Pengajaran tentang bhakti dan Veda juga ada. Sejumlah arca Hinduisme ditemukan di reruntuhan Universitas Nalanda, di antaranya arca Dewa Vishnu, Siva-Parvathi, Ganesha, Mahishasura Mardini, dan Surya. Hal ini dikarenakan adanya upaya mensintesiskan filosofi Hindu dengan Buddha yang dinilai berseberangan karena masalah perspektif sebelum Sang Buddha muncul (Sang Buddha sendiri tadinya mengamalkan bhakti-bhakti Hindu sebelum bertapa secara mandiri). Kemudian jika terdapat suatu masalah, tugas para "viharpal" (bhikkhu kepala) dari setiap vihara untuk mengkoordinasikan kegiatan musyawarah. Jika ada pihak yang berbeda pendapat, yang bersangkutan akan diberi waktu cukup untuk mencari pengaruh/dukungan dari siswa lainnya. Pemukulan ataupun hukuman fisik tidak diperkenankan, meskipun ada beberapa aksi fisik untuk tujuan kedisiplinan. Umumnya, budaya malu amat ditanamkan di sana, sehingga hukuman terberat bagi para pelanggar (termasuk bhikkhu yang melanggar) adalah "resigned" secara sukarela. Pelanggaran di sana umumnya bersifat teknis seperti mangkir dari jadwal dsbnya, tidak ditemui laporan kasus seperti korupsi (penyalahgunaan wewenang) dsbnya.

Illustrasi perjalanan Xuanzang

KERUNTUHAN UNIVERSITAS NALANDA

Selama kurun waktu 8 abad lamanya, Universitas Nalanda menjadi pusat intelektual dan spiritual masyarakat Buddhis di seluruh penjuru dunia. Abad 11 merupakan titik awal kemunduran persebaran agama Buddha di India, dan keruntuhan Universitas Nalanda di abad 12 disepakati para sejarahwan sebagai titik klimaks memudarnya agama Buddha di tanah kelahiran Sang Buddha sendiri. Menurut laporan Juzjani (Minhaj-i-Siraj), pada tahun 1193, pasukan Mamluk (Turki) di Delhi di bawah pimpinan Jenderal Bakhtiyar Khilji dan Sultan Qutubuddin Aybak menghancurkan dan membakar Universitas Nalanda. Peristiwa ini merupakan salah satu bagian dari penaklukan Mamluk ke Bihar dalam ekspedisinya ke Benggala dan juga mewarnai konflik pengaruh politik antara budaya Hindu-Buddha dengan budaya Islam. Di tahun 1203, Bihar secara utuh jatuh ke tangan Mamluk.

Illustrasi serbuan Mamluk ke Bihar

Berdasarkan laporan Juzjani, Khilji ditugaskan mengawasi 2 desa di Bihar yang berdekatan dengan Universitas Nalanda. Selama pasukannya bermukim di sana, hampir seluruh areal persawahan dan peternakan berhasil diambil-alih. Dia juga memerintahkan penangkapan dan pemenggalan kepada orang-orang berkepala gundul (yang diasosiasikan sebagai sangha dan bhikkhu) dimanapun ditemui sehingga berpuncak pada serangan ke Universitas Nalanda. Dalam serangan ini, seluruh bangunan dihancurkan, termasuk arca-arca yang diasosiasikannya sebagai penyembahan berhala. Banyak di antara guru dan pelajar yang dipenggal, sisanya dibiarkan melarikan diri. Buku-buku koleksi di Perpustakaan Nalanda juga dibakar, namun dikabarkan bahwa Khilji memerintahkan untuk menyelamatkan dulu kitab Al-Qur'an yang dikoleksi di Perpustakaan Nalanda sebelum membakar kitab-kitab lainnya. Mahavihara Vikramshila dan Jagaddala juga tidak luput dari sasaran penghancuran.

Lukisan Hutchinson "The End of Buddhist Monks"menggambarkan Bakhtiyar Khilji yang sedang mendebat beberapa isi dari sutra-sutra Buddha kepada seorang marbot/algojo

Yang unik adalah laporan Dharmasvamin, seorang bhikkhu dari Tibet yang mengembara ke India selama kurun waktu 1234-1236. Ketika beliau mengunjungi puing-puing Universitas Nalanda di 1235, beliau mengaku menemukan "mereka yang masih hidup", menjadi hantu yang bergentayangan. Laporan beliau dianggap sebagai salah satu faktor banyaknya makhluk mitologis berupa setan dan hantu dalam kebudayaan Buddha Tibet dan Jepang. Beliau juga menyebutkan sebagian besar bangunan telah rusak dan tidak dikenali lagi bangunan apa sebelumnya. Tapi 2 vihara, yang ia beri nama "Dhanaba" dan "Ghunaba" yang terdapat di kompleks Jnananatha, tampak di mata batinnya masih dalam keadaan bagus, yang mana kedua vihara tsb dulunya adalah tempat dimana gurunya Dharmasvamin, Rahula Shribhadra mengajar. Dia memperoleh visi masa lalu ketika Shribhadra sedang mengajar sekitar 70 siswa dari berbagai kelas meditasi. Dharmasvamin dengan alasan takhayul menyatakan bahwa tentara Mamluk yang telah berpartisipasi dalam penghancuran 2 vihara ini telah jatuh sakit hingga ajal menjemputnya.

PENELITIAN DAN EKSKAVASI UNIVERSITAS NALANDA

Peta rekonstruksi situs Universitas Nalanda oleh Alexander Cunningham terbitan ASI

Pasca keruntuhannya, Universitas Nalanda terlupakan selama berabad-abad kemudian hingga, Francis Buchanan-Hamilton, seorang ahli bangunan Skotlandia, melakukan penelitian terhadap situs ini pada tahun 1811–1812. Sir Alexander Cunningham dari Archeological Survey of India (ASI) juga melakukan penelitian yang sama pada tahun 1861–1862. Namun ekskavasi pertama baru diadakan pada tahun 1915-1937, sedangkan ekskavasi kedua diadakan pada 1974-1982. Pemetaan arkeologis terhadap Universitas Nalanda sudah berhasil dideskripsikan dan bersesuaian dengan catatan-catatan sejarah lainnya. Layout pada ekskavasi pertama berhasil mendeskripsikan 11 sangharama dan 6 vihara yang digali di berbagai lokasi. Dengan pemetaan berkode 1A sampai 1B, banyak sekali ditemukan prasasti, piringan tembaga, segel, lukisan dinding, kepingan koin, plakat, serta berbagai hiasan dari batu, perunggu, dan terakota. Sejumlah figur arca Buddha berhasil direkonstruksi, seperti arca Avalokiteshvara, Jambhala, Manjushri, Marichi, dan Tara. Sedangkan arca Vishnu, Shiva-Parvathi, Ganesha, Mahishasura Mardini, dan Surya juga ditemukan di sana yang sebagian di antaranya sudah tidak dapat dikenali lagi. Sejumlah manuskrip dan fragmen juga ditemukan di sana dan kemudian disimpan di Los Angeles County Museum of Art, Asia Society, dan Yarlung Museum. Beberapa replikanya dipajang di ASI dan juga dipamerkan di berbagai museum lainnya.

PEMBANGUNAN UNIVERSITAS NALANDA MODERN

Pada tahun 2006, Pemerintah India atas nama Presiden A.P.J. Abdul Kalam di bawah sokongan donatur dari yayasan-yayasan pendidikan internasional dan aktifis dari sebuah konsorsium akademik menggelontorkan dana sebanyak US $1 Milyar untuk pembangunan sebuah universitas modern sekuler di samping reruntuhan Universitas Nalanda di Rajgir, yang kemudian diberi nama "Nalanda University" yang disematkan dari Universitas Nalanda kuno. Di antara donatur tsb adalah Singapura, Tiongkok, dan Korea Selatan. Pada tahun 2007, Prof. Amartya Sen dari Universitas Harvard, peraih Nobel Ekonomi, ditunjuk sebagai Kepala Nalanda Mentor Group (NMG) untuk menggalang bantuan kepada negara-negara yang tergabung dalam East Asian Summit (EAS). Jepang dan Thailand turut mendonasikan dana untuk pembangunan Universitas Nalanda yang baru. Noro Motoyasu, diplomat Jepang, secara resmi mengumumkan bahwa Pemerintah Jepang siap membantu mewujudkan Universitas Nalanda yang baru menjadi universitas bertaraf internasional.

Prof. Amartya Sen (kanan) bersama Rektor Universitas Nalanda George Yeo, 2015

Pada tahun 2011, Pemerintah Negara Bagian Bihar menyediakan lahan sebesar 179 hektar dan pembangunan Universitas Nalanda dimulai hingga tahun 2014. Universitas Nalanda diresmikan sebagai universitas umum sederajat, dimana sebelumnya merupakan joint season setingkat institut. Pada tanggal 1 September 2014, tahun akademik perdana dimulai. Dari 30 aplikasi pelamar mahasiswa baru, hanya 15 aplikasi saja yang diterima sebagai mahasiswa dengan 2 bidang jurusan saja, yaitu Jurusan Ilmu Sejarah dan Jurusan Ilmu Ekologi dan Lingkungan. Dari vendor pengembang juga sudah memfasilitasi pembangunan hotel sebagai akomodasi asrama bagi mahasiswa sebagaimana Universitas Nalanda menyediakan sangharama di masa lalu.

Gedung Akademik Pusat Universitas Nalanda yang baru

Saat ini, Universitas Nalanda masih hanya memiliki 2 jurusan. Namun pada bulan Juli 2015, Universitas Nalanda membentuk dewan rektorat baru dimana kepengurusan baru ini ditugaskan untuk pemekaran jurusan dan fakultas baru, di antaranya adalah: 1. Fakultas Sejarah; Jurusan Ilmu Sejarah. 2. Fakultas Ekologi dan Lingkungan; Jurusan Ilmu Ekologi dan Lingkungan. 3. Fakultas Agama dan Filsafat; Jurusan Studi Agama Buddha, Jurusan Filsafat, dan Jurusan Perbandingan Agama (akan dibuka pada tahun ajaran 2016-17 session). 4. Fakultas Bahasa dan Sastra; Jurusan Sastra India. 5. Fakultas Hubungan Internasional; Jurusan Hubungan Internasional dan Studi Perdamaian. 6. Fakultas Sains dan Teknologi; Jurusan Kimia Nuklir, Jurusan Geologi, Jurusan Fisika, dan Jurusan Teknik Informatika. 7. Fakultas Bisnis dan Manajemen; Jurusan Manajemen Bisnis dan Jurusan Akuntansi.

Dewan rektorat yang dipimpin oleh Rektor George Yeo, mantan Menlu Singapura, sebagaimana dilansir dari announcement web resmi Universitas Nalanda (NalandaUniv.edu.in), menargetkan pada tahun 2020, Universitas Nalanda sudah siap bersaing sebagai universitas internasional yang terkemuka. Bulan September 2015 lalu, Mendikbud RI Anies Baswedan berkunjung ke Universitas Nalanda.

Selama 1000 tahun Universitas Nalanda tertidur dan kini sudah bangkit berevolusi menjadi universitas modern. Apakah agan tertarik untuk apply sebagai calon mahasiswa Nalanda University? Persiapkan sekarang juga!

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

entah kenapa kok gw teringat sama Kuil Dairin di Kung Fu Boy

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

 tyrodinthor

entah kenapa kok gw teringat sama Kuil Dairin di Kung Fu Boy

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

Chinmi dan Shorinji kempo ye,

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

kalau gw mendadak jadi teringat pada buku buku jamuran hibahan kakak sepupu, bro .. dulu sekali pas baca cerita cerita tersebut, gw cuman bisa terkagum kagum sambil sesekali menyeka umbel yang ndeler (itu mungkin asal kata bocah ingusan ) .. dan salah satu dari buku tersebut, ternyata tokohnya beneran sejarah nyata di thread ini. barusan setelah baca thread ini baru tau beliau adalah tokoh nyata yang cukup berperan dalam pembangunan Nalanda library/ university. untuk yang mungkin tertarik dengan lokasi Nalanda, map yang kiri, titik merah adalah letak Nalanda di India dan yang kanan itu wilayah raja Harsa/ Harshavardhana pada zaman tersebut.. cukup mengagumkan .. peradaban manusia pada masa masa itu (abad ke 5) ternyata sudah mempunyai arsip arsip tertulis yang tersimpan dengan baik di Nalanda.

--------

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

 tyrodinthor

entah kenapa kok gw teringat sama Kuil Dairin di Kung Fu Boy

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

Dan kuil udara di avatar the legend of sang

semua berubah saat negara api menyerang

 mosquit0


Chinmi dan Shorinji kempo ye,

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

 camarhitam

Dan kuil udara di avatar the legend of sang

semua berubah saat negara api menyerang

ahahah komik lawas. iya Kuil Dairin di puncak Gunung Nangko dengan 1000 anak tangga

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya
tapi pembangunan plot ceritanya sangat sesuai dengan setting abad 15. tradisi di kuil itu juga selain pengajaran meditasi dan kung fu, juga ada pengajaran ilmu perang dan sastra. mirip kayak Universitas Nalanda, background nya sama-sama Buddhis, sama-sama menjadi kuil pusat, dan sama-sama dikepalai bhiksu kepala. sori gw angkatan tuwir, komiknya juga komik tuwir
Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

 mosquit0

kalau gw mendadak jadi teringat pada buku buku jamuran hibahan kakak sepupu, bro .. dulu sekali pas baca cerita cerita tersebut, gw cuman bisa terkagum kagum sambil sesekali menyeka umbel yang ndeler (itu mungkin asal kata bocah ingusan ) .. dan salah satu dari buku tersebut, ternyata tokohnya beneran sejarah nyata di thread ini. barusan setelah baca thread ini baru tau beliau adalah tokoh nyata yang cukup berperan dalam pembangunan Nalanda library/ university. untuk yang mungkin tertarik dengan lokasi Nalanda, map yang kiri, titik merah adalah letak Nalanda di India dan yang kanan itu wilayah raja Harsa/ Harshavardhana pada zaman tersebut.. cukup mengagumkan .. peradaban manusia pada masa masa itu (abad ke 5) ternyata sudah mempunyai arsip arsip tertulis yang tersimpan dengan baik di Nalanda.

--------

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

oiya gw gak nyodorin peta lokasi di atas

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya


btw itu komik tahun berapa mos? lu angkatan tuwir juga ngakunya punya kakak sepupu
Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

secuil tentang Baginda Harshavardhana. beliau adalah raja dari Dinasti Pushyabhuti, sebuah kerajaan mayor di India Utara, yang memerintah selama 606 sampai 647 M. dari Istana Harsh Ka Tila di ibukota Kannauj, beliau naik tahta di usia 16 tahun setelah konflik dengan Raja Shashanka dari Dinasti Gauda di Benggala Timur sebagai antiklimaks dari kematian kakaknya, Rajyavardhana. sebelumnya, ayahnya, Raja Prabhakarvardhana berhasil memukul mundur serangan-serangan Bangsa Hun Putih di India. selama bertahta, beliau dikenal sebagai raja yang bijaksana, sangat mencintai ilmu dan agama. tujuan beliau mempercantik Universitas Nalanda tidak lain adalah untuk menarik minat para kaum paderi dan seniman intelektual dari berbagai penjuru untuk kemudian mengajarkan filsafat Buddhisme. dari berbagai catatan tentang beliau, laporan Xuanzang paling dianggap kredibel karena Xuanzang sendiri juga seorang intelektual pengamat politik. hanya saja catatan Xuanzang lebih menekankan pada kebijaksanaan Harshavardhana yang adil dan makmur. namun sebelum menjadi seorang Buddhis, Harshavardhana sudah terkenal akan kearifannya. saat menjadi seorang Hinduis, beliau mengadakan upacara Kumbh Mela, upacara penyucian akbar di Sungai Gangga dimana jutaan orang Hindu berkumpul. konon beliau pula penggagas ritual ini. menurut ane, beliau seorang yang patut diteladani tentang toleransi keberagamaannya, tidaklah heran juga jika ada orang Hindu yang belajar di Universitas Nalanda.

 tyrodinthor

btw itu komik tahun berapa mos? lu angkatan tuwir juga ngakunya punya kakak sepupu

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

secuil tentang Baginda Harshavardhana. beliau adalah raja dari Dinasti Pushyabhuti, sebuah kerajaan mayor di India Utara, yang memerintah selama 606 sampai 647 M. dari Istana Harsh Ka Tila di ibukota Kannauj, beliau naik tahta di usia 16 tahun setelah konflik dengan Raja Shashanka dari Dinasti Gauda di Benggala Timur sebagai antiklimaks dari kematian kakaknya, Rajyavardhana. sebelumnya, ayahnya, Raja Prabhakarvardhana berhasil memukul mundur serangan-serangan Bangsa Hun Putih di India. selama bertahta, beliau dikenal sebagai raja yang bijaksana, sangat mencintai ilmu dan agama. tujuan beliau mempercantik Universitas Nalanda tidak lain adalah untuk menarik minat para kaum paderi dan seniman intelektual dari berbagai penjuru untuk kemudian mengajarkan filsafat Buddhisme. dari berbagai catatan tentang beliau, laporan Xuanzang paling dianggap kredibel karena Xuanzang sendiri juga seorang intelektual pengamat politik. hanya saja catatan Xuanzang lebih menekankan pada kebijaksanaan Harshavardhana yang adil dan makmur. namun sebelum menjadi seorang Buddhis, Harshavardhana sudah terkenal akan kearifannya. saat menjadi seorang Hinduis, beliau mengadakan upacara Kumbh Mela, upacara penyucian akbar di Sungai Gangga dimana jutaan orang Hindu berkumpul. konon beliau pula penggagas ritual ini. menurut ane, beliau seorang yang patut diteladani tentang toleransi keberagamaannya, tidaklah heran juga jika ada orang Hindu yang belajar di Universitas Nalanda.

asem, elu tau aja kalau gw boong, tyr.. sebenarnya itu komik kepunyaan cucu terkecil gw yang gw beliin dolo sekitar tahun 1970 - 1980an.

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

btw .. di cerita Harsa apa maksudnya serangan dari Hun Putih ? apakah mereka sejenis dengan pasukannya Atilla the Hun dari Eropa Timur ?

terangin sekilas dong tyr, gimana relasi antara Hindu dan Budha zaman zaman tersebut di India, trims.

-------

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

 mosquit0


asem, elu tau aja kalau gw boong, tyr.. sebenarnya itu komik kepunyaan cucu terkecil gw yang gw beliin dolo sekitar tahun 1970 - 1980an.

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

iya cucu lu ngaskus juga kan

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya
:

 mosquit0


btw .. di cerita Harsa apa maksudnya serangan dari Hun Putih ? apakah mereka sejenis dengan pasukannya Atilla the Hun dari Eropa Timur ?

bukan. tidak diketahui apakah Hun Putih merupakan derivatif dari Hun atau bukan. tapi Hun Putih sendiri adalah sebutan orang-orang India terhadap Bangsa Huna, salah satu bangsa rumpun Irania yang berasal dari Kush. kesamaan karakteristik dengan Bangsa Hun yang membuatnya dianggap tergolong salah satu rumpun Hunik. Bangsa Huna juga membangun imperium nomaden dan ekspansif. tapi wajah mereka lebih putih seperti Bangsa Cina, itu sebabnya disebut orang India menyebutnya Hun Putih. Kerajaan Hefta atau Heftalit (Hephthalite) merupakan kerajaan nomaden milik Hun Putih. di Cina disebut orang-orang Xiongnu. kemungkinan mereka beragama Hindu, dan juga biasanya pake baju zirah seperti orang Hun. meskipun wilayah ekspansi tidak sehebat Bangsa Hun, tapi Hun Putih juga sama-sama gemar menaklukan untuk memperluas wilayahnya. Selain mengancam kedaulatan Kerajaan Gupta, Hun Putih juga mengancam kedaulatan Kerajaan Sassan di Persia. dari antara pasukan Hun Putih, disinyalir ada Bangsa Turki juga (yang dikemudian hari orang-orang Turki juga sebagian ada yang mendirikan imperium di Iran-India, dan ada yang mengikuti tradisi nomaden).

 mosquit0

terangin sekilas dong tyr, gimana relasi antara Hindu dan Budha zaman zaman tersebut di India, trims.

waktu awal mula kemunculan Buddha abad 5 SM, Buddhisme lebih sering berkompetisi dengan Jainisme. para paderi Buddha dan Jain sering juga caper kepada raja-raja. persaingan keduanya adalah untuk mendapatkan sokongan penguasa incumbent, entah itu berupa dana pemeliharaan kuil/vihara, atau fasilitas lainnya (dari zaman kapanpun pasti selalu begini modelnya hehhe). agama Buddha mulai berkembang karena keterbukaan dengan penguasa, dan di samping itu sebenarnya nama "Hindu" itu istilah zaman sekarang. dulu biasanya orang-orang India hanya mengenal kaum "Brahman" (kasta Brahmana) untuk merujuk para pertapa Vedanta. dan di kalangan Brahman ini =banyak yang akhirnya menjadi Buddhis. secara garis besar ajaran Hindu-Buddha-Jain tidak lepas dari tema tentang kebijaksanaan rohani (atman) seperti samsara, karma, punarbhawa, dan mokhsa. hanya saja bagi Sang Buddha dan Mahavira (Vardhamana, pendiri Jainisme), jika dalam Hinduisme semua kebijaksanaan hidup akan berulang-ulang, maka bagi mereka itu semua akan berhenti saat manusia berhasil mencapai pencerahan sejati (bodhi) dan pulang sejati (parinibbana). orang-orang Hindu tentu tidak sepaham tentang hal ini, dalam Purana ditegaskan bahwa Sang Buddha adalah avatar ke-10 nya Dewa Vishnu yang hadir ke Bumi untuk "menipu" (mencobai) pertapa-pertapa Hindu yang kemudian menjadi pertapa-pertapa Buddha. orang-orang Buddha menanggapi bahwa para Dewa Hindu sebenarnya adalah klise dari Nibbana yang mencegah orang-orang mencapai bodhi. dari dua pandangan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya kedua umat ini sama-sama mengkultuskan dewa/pendiri agamanya satu sama lain. sama seperti Islam yang menghormati nabi-nabi Yahudi. jika agama Hindu (beserta cabangnya) adalah mayoritas berpusat di India Tengah dan Barat, maka Buddha di India Timur (Benggala) yang berpusat di Universitas Nalanda. akibat serangan-serangan asing, agama Buddha memudar di India, dan puncaknya pada kehancuran Universitas Nalanda dianggap sebagai berakhirnya pengaruh Buddha di tanah kelahiran agamanya sendiri. sebaliknya di masa itu, agama Buddha sudah menancapkan akar yang sangat kuat di belahan Bumi Asia Timur (Cina, Tibet, Korea, Jepang) dan Asia Tenggara.

bener gak sih, selain peran dari pasukan mamluk penghancuran nalanda ini (terutama pembakaran perpustakaan) dilakukan oleh para trithikas dan didukung oleh golongan jainisme karena dengki ama kemajuan nalanda?

 tyrodinthor

iya cucu lu ngaskus juga kan

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya
:

bukan. tidak diketahui apakah Hun Putih merupakan derivatif dari Hun atau bukan. tapi Hun Putih sendiri adalah sebutan orang-orang India terhadap Bangsa Huna, salah satu bangsa rumpun Irania yang berasal dari Kush. kesamaan karakteristik dengan Bangsa Hun yang membuatnya dianggap tergolong salah satu rumpun Hunik. Bangsa Huna juga membangun imperium nomaden dan ekspansif. tapi wajah mereka lebih putih seperti Bangsa Cina, itu sebabnya disebut orang India menyebutnya Hun Putih. Kerajaan Hefta atau Heftalit (Hephthalite) merupakan kerajaan nomaden milik Hun Putih. di Cina disebut orang-orang Xiongnu. kemungkinan mereka beragama Hindu, dan juga biasanya pake baju zirah seperti orang Hun. meskipun wilayah ekspansi tidak sehebat Bangsa Hun, tapi Hun Putih juga sama-sama gemar menaklukan untuk memperluas wilayahnya. Selain mengancam kedaulatan Kerajaan Gupta, Hun Putih juga mengancam kedaulatan Kerajaan Sassan di Persia. dari antara pasukan Hun Putih, disinyalir ada Bangsa Turki juga (yang dikemudian hari orang-orang Turki juga sebagian ada yang mendirikan imperium di Iran-India, dan ada yang mengikuti tradisi nomaden).

waktu awal mula kemunculan Buddha abad 5 SM, Buddhisme lebih sering berkompetisi dengan Jainisme. para paderi Buddha dan Jain sering juga caper kepada raja-raja. persaingan keduanya adalah untuk mendapatkan sokongan penguasa incumbent, entah itu berupa dana pemeliharaan kuil/vihara, atau fasilitas lainnya (dari zaman kapanpun pasti selalu begini modelnya hehhe). agama Buddha mulai berkembang karena keterbukaan dengan penguasa, dan di samping itu para pertapa Vedanta (Hindu) dari golongan Brahmana juga banyak yang akhirnya menjadi Buddhis. secara garis besar ajaran Hindu-Buddha-Jain tidak lepas dari tema tentang kebijaksanaan rohani (atman) seperti samsara, karma, punarbhawa, dan mokhsa. hanya saja bagi Sang Buddha dan Mahavira (Vardhamana, pendiri Jainisme), jika dalam Hinduisme semua kebijaksanaan hidup akan berulang-ulang, maka bagi mereka itu semua akan berhenti saat manusia berhasil mencapai pencerahan sejati (bodhi) dan pulang sejati (parinibbana). orang-orang Hindu tentu tidak sepaham tentang hal ini, dalam Purana ditegaskan bahwa Sang Buddha adalah avatar ke-10 nya Dewa Vishnu yang hadir ke Bumi untuk "menipu" (mencobai) pertapa-pertapa Hindu yang kemudian menjadi pertapa-pertapa Buddha. orang-orang Buddha menanggapi bahwa para Dewa Hindu sebenarnya adalah klise dari Nibbana yang mencegah orang-orang mencapai bodhi. dari dua pandangan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya kedua umat ini sama-sama mengkultuskan dewa/pendiri agamanya satu sama lain. sama seperti Islam yang menghormati nabi-nabi Yahudi. jika agama Hindu (beserta cabangnya) adalah mayoritas berpusat di India Tengah dan Barat, maka Buddha di India Timur (Benggala) yang berpusat di Universitas Nalanda. akibat serangan-serangan asing, agama Buddha memudar di India, dan puncaknya pada kehancuran Universitas Nalanda dianggap sebagai berakhirnya pengaruh Buddha di tanah kelahiran agamanya sendiri. sebaliknya di masa itu, agama Buddha sudah menancapkan akar yang sangat kuat di belahan Bumi Asia Timur (Cina, Tibet, Korea, Jepang) dan Asia Tenggara.

sip .. jozz gandoss.

-------

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

agan tyr, bisa dijelaskan sejarah dan asal usul mesjid taj mahal di india, thks

 infomenarik234

agan tyr, bisa dijelaskan sejarah dan asal usul mesjidtaj mahal di india, thks

nope. oot. silahkan ke trit QA.

 wantad

bener gak sih, selain peran dari pasukan mamluk penghancuran nalanda ini (terutama pembakaran perpustakaan) dilakukan oleh para trithikas dan didukung oleh golongan jainisme karena dengki ama kemajuan nalanda?

sori tad postingan lu luput jadi kelewat wkwkwkk

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

kurang yakin, memang benar jika orang-orang Tirthika berkonflik dengan Buddhis, tapi gak sampai ikut serta dalam pembakaran. dan orang-orang Tirthika sendiri bukan orang Jain doang, tapi justru berakar dari Hindu (kaum Brahman). mereka dikenal "pertapa penderita" karena memang memilih praktik pertapaan penderitaan (samsara) berkepanjangan. semua bermula dari informasi sebuah hikayat legendaris Tibet abad 18 karya Sumpa Khan-Po Yece Pal Jor yang berjudul "Pag sam jon zang". isinya tentang latar belakang pembakaran Universitas Nalanda yang diawali dari peristiwa kemarahan 2 orang Tirthika karena merasa terhina ketika seorang bhikkhu melempar air cucian ke arah mereka. singkat cerita, konfrontasi ini berujung pada keinginan kelompok Islam untuk menghancurkan Nalanda. sayangnya hikayat ini bermasalah dari sisi historis maupun dari sisi penulisnya sendiri yang mungkin seorang fanatik anti-Hindu. pertama, kelompok Muslim menyasarkan penaklukan Benggala, tidak peduli Buddhis atau Hindu. kedua, para pertapa Tirthika sendiri tidak punya pengaruh cukup kuat di Benggala, meskipun memang banyak pertapa Tirthika di sana. ketiga, Universitas Nalanda terbuka juga untuk kaum Brahmana yang mau belajar, artinya Nalanda sangat toleran dengan Hindu dan Jain. tapi memang diakui pasti ada motif lain mengapa Mamluk memutuskan menyerang dan memenggal santri-santri Nalanda, padahal Khilji tidak seganas -misalnya- Mahmud Al-Ghazni yang secara brutal menghancurkan dan menyerbu kuil-kuil Hindu. Khilji tergolong orang yang terbuka dan cinta ilmu juga, tapi bila melihat dari sisi politis, mungkin saja Khilji tergerak menghancurkan Nalanda untuk mendesak Benteng Bihar agar takut dengan kekuatan Mamluk. CMIIW

http://kafila.org/2014/07/09/how-his...landa-d-n-jha/

btw gw lagi minat sama pengelanaan Yijing, enakan bikin trit baru apa terusin di sini aja ya?

 tyrodinthor

btw gw lagi minat sama pengelanaan Yijing, enakan bikin trit baru apa terusin di sini aja ya?

teruskan disini aja, tyr. kebetulan gw juga tertarik dengan bagaimana sebuah kabar bisa tersebar pada jaman jaman dulu ketika wilayah terpisah ribuan kilometer jauhnya dan belum ada sarana komunikasi jarak jauh kecuali mengandalkan pengembara, pelancong, karavan dan long range trader/ pedagang jarak jauh. mau nanyak juga tentang ini .. selang beberapa waktu dari penghancuran Nalanda dan tercabutnya akar Budha disana oleh sebab para penginjil/ pendakwah Budha yang dihabisi di tempat tersebut, apakah kejadian itu kemudian punya dampak yang signifikan pada penyebaran Budha di kawasan Asia Tenggara sampai ke Nusantara ? maksudnya gini, memang di China, Korea, Jepang, Thailand dsb Budha telah tersebar .. tapi Nalanda ini sepertinya pusat pendidikan bagi misionaris Budha yang nantinya akan mengembangkan agama Budha ke berbagai penjuru, dengan krack down tersebut apakah misi penyebaran Budha jadi kendor oleh sebab kader pendakwah generasi tersebut musnah ? btw .. agaknya jaman jaman dulu orang kek I Tsing/ Yijing ini lazim dijumpai ya tyr ? misalnya kek 12 murid Yesus yang berkelana menyebarkan Injil bahkan ada yang sampai ke India segala, di abad abad selanjutnya Islam juga punya penyebar agama yang berkelana sampai jauh ke Nusantara .. sebuah bukti bahwa keyakinan spiritual bisa menimbulkan semangat dan kekuatan bagi orang untuk melakukan hal hal yang cukup luar biasa mengingat jaman segitu transportasi sangat terbatas.

-------

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya
.

 mosquit0

teruskan disini aja, tyr.

kebetulan gw juga tertarik dengan bagaimana sebuah kabar bisa tersebar pada jaman jaman dulu ketika wilayah terpisah ribuan kilometer jauhnya dan belum ada sarana komunikasi jarak jauh kecuali mengandalkan pengembara, pelancong, karavan dan long range trader/ pedagang jarak jauh.

sama gw juga demen ama beginian

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya
: kisah-kisah pengembaraan dan pengelanaan menjadi romansa tersendiri bagi penggemar budaya.

 mosquit0

selang beberapa waktu dari penghancuran Nalanda dan tercabutnya akar Budha disana oleh sebab para penginjil/ pendakwah Budha yang dihabisi di tempat tersebut, apakah kejadian itu kemudian punya dampak yang signifikan pada penyebaran Budha di kawasan Asia Tenggara sampai ke Nusantara ?

maksudnya gini, memang di China, Korea, Jepang, Thailand dsb Budha telah tersebar .. tapi Nalanda ini sepertinya pusat pendidikan bagi misionaris Budha yang nantinya akan mengembangkan agama Budha ke berbagai penjuru, dengan krack down tersebut apakah misi penyebaran Budha jadi kendor oleh sebab kader pendakwah generasi tersebut musnah ?

tidak. bagi masyarakat Buddhis, "haji" bukan suatu keharusan. intinya ilmu yang diperoleh di Nalanda yang utamanya berkaitan dengan "dharma" harus dikembangkan di daerah masing-masing. di masa pengelanaan Xuanzang hingga Yijing, sedikit sekali bhikkhu pengelana asal Cina yang berhasil pulang hidup-hidup ke Cina, padahal menurut laporan Xuanzang saja ada 3000-5000 bhikkhu Cina yang berguru di Nalanda. Xuanzang dan Yijing tergolong yang berhasil pulang hidup-hidup dan menyebarkan terjemahan sutra-sutra. di saat kehancuran Nalanda, sedikit sekali negara-negara Buddhis dunia yang bereaksi. alasannya adalah informasi kehancuran tsb baru nyampe ke masing-masing negara setelah berbulan-bulan hingga bertahun-tahun pasca kehancurannya.

 mosquit0

btw .. agaknya jaman jaman dulu orang kek I Tsing/ Yijing ini lazim dijumpai ya tyr ? misalnya kek 12 murid Yesus yang berkelana menyebarkan Injil bahkan ada yang sampai ke India segala, di abad abad selanjutnya Islam juga punya penyebar agama yang berkelana sampai jauh ke Nusantara .. sebuah bukti bahwa keyakinan spiritual bisa menimbulkan semangat dan kekuatan bagi orang untuk melakukan hal hal yang cukup luar biasa mengingat jaman segitu transportasi sangat terbatas.

-------

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya
.

yoi mos. gw terusin di sini aja deh sekalian. para pengelana spiritual ini paling banyak dari Cina, lalu India dan Persia (mencakup Islam, Kekristenan, Hindu, dan Buddha). bagi pengelana Buddha, mereka umumnya hanya "berdakwah" di satu tempat aja, entah itu tanah kelahirannya ataupun tanah persinggahan. pengelanaan Buddhis bukan dalam arti "berdakwah" atau menyebarkan agama Buddha, melainkan untuk memperkaya ilmu dan wawasan dengan mencari ilmu sebanyak-banyaknya ke berbagai penjuru dunia, yang nantinya kemudian menjadi bekal untuk pengajaran sekembalinya ke tanah kelahiran masing-masing. sedangkan pendakwah Buddhis (kaum dharmaduta) memang bhikkhu-bhikkhu misionaris yang biasanya utusan dari raja/kaisar atau dari vihara.

oke Yijing menyusul gan

Universitas Nalanda di kerajaan Sriwijaya

© 2022 KASKUS, PT Darta Media Indonesia.
All rights reserved.