Uraikan apa yang menyebabkan ketidakselarasan antara bhuana agung dan bhuana alit

DOI: //doi.org/10.32795/vw.v1i2.190

Keywords: disequilibrium, bhuana agung, bhuana alit

Tulisan ini ingin membahas tentang ketidakseimbangan [disequilibrium] harmonisasi tubuh dan alam yang merupakan dampak dari kebudayaan modern yang cenderung antroposentrik. Sebagaimana kebudayaan timur, khususnya Hindu memandang antara manusia dan alam sebagai satu kesatuan. Budaya Bali cenderung melihat keseluruhan dan keutuhan sebagai sesuatu yang utama. Individu atau bhuana alit, tidak memiliki peranan sendiri yang asali, ia harus menyesuaikan diri dengan kembali pada kosmos besar – bhuana agung. Keduanya memiliki unsur-unsur pembentuk yang sama. Itulah sebab tubuh memiliki kepekaan terhadap tanda-tanda alam. Bisa dikatakan, hubungan antara manusia dan alam tidak lagi sebatas etis, tetapi ontologis. Hilangnya hubungan yang harmonis antara manusia dan alam menyebabkan terjadinya disekuilibrium – ketidakseimbangan. Kebudayaan antroposentrik yang berpusat pada “aku berpikir†memutus relasi ontologis antara manusia dan alam. Inilah yang menyebabkan aksi-aksi perusakan terhadap lingkungan alam.  

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 12 are not shown in this preview.

Dalam Agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang tidak berawal namun juga tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus pelebur alam semesta. Brahman berada di mana-mana dan mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal mula dari segala sesuatu yang ada di dunia. Segala sesuatu yang ada di alam semesta tunduk kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam konsep tersebut, posisi para dewa disetarakan dengan malaikat dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri, melainkan dipuji atas jasajasanya sebagai perantara Tuhan kepada umatnya. Filsafat Adwaita Wedanta menganggap tidak ada yang setara dengan Brahman, Sang pencipta alam semesta. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman hanya ada satu, tidak ada duanya, namun orang-orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama sesuai dengan sifatnya yang maha kuasa. Nama-nama kebesaran Tuhan kemudian diwujudkan ke dalam beragam bentuk Dewa-Dewi, seperti misalnya: Wisnu, Brahma, Siwa, Laksmi, Parwati, Saraswati, dan lain-lain. Dalam Agama Hindu Dharma [khususnya di Bali], konsep Ida Sang Hyang Widhi Wasa merupakan suatu bentuk monoteisme asli orang Bali.

Bhuana Agung artinya alam raya [besar]. Jadi semua yang ada di alam semesta ini termasuk gugusan bintang, matahari, planet, bumi dengan segala isinya ini yang disebut Bhuana Agung. Istilah lainnya adalah jagat raya, makrokosmos, atau brahmanda.

Penggambaran jagat raya termasuk proses penciptaannya banyak diuraikan dalam beberapa kitab suci Hindu seperti Brhad Aranyaka Upanisad, Brahmanda Purana, Agastya Parwa dan sebagainya. Kapan sesungguhnya alam semesta ini tercipta, sangat sulit dipastikan, mengingat keterbatasan kemampuan dan umur manusia. Beberapa peneliti dan ilmuwan mencoba untuk membuat teori tentang penciptaan alam semesta tetapi tidak satupun dapat memastikan kapan alam ini tercipta. Menurut Ktab-kitab suci Hindu teori penciptaan jagat raya banyak diuraikan, jika dicermati dan dipelajari dengan penuh keyakinan maka alam semesta ini mengalami keadaan dimana jagat raya ini pernah tidak ada, lalu ada, kemudian tidak ada lagi, demikian seterusnya berulang-ulang. Pada saat alam semesta ini meng"ada" disebut masa "Srsti" atau "Brahmadiwa" [siang hari Brahman].

Sedangkan pada waktu alam ini meniada disebut "Pralaya" atau "Brahmanakta" [malam hari Brahman]. Masa Srsti digabungkan dengan masa Pralaya disebut satu Kalpa atau satu hari Brahman. Proses dari tidak ada menjadi ada alam semesta ini berlangsung secara berjenjang, dari jenjang yang amat halus dan tidak berwujud [gaib/niskala] sampai pada jenjang yang berwujud dan sangat kasar [nyata/sekala].

Pralaya adalah masa dimana alam semesta ini tidak ada. Proses pralaya menurut beberapa kitab suci Hindu digambarkan sebagai berikut :

Bhuwana alit sering juga disebut Mikrokosmos adalah alam kecil atau dunia kecil yaitu isi dari alam semesta, seperti; manusia, hewan dan tumbuhan.

Yaitu makhluk hidup yang hanya memiliki satu kekuatan dalam hidupnya yaitu Bayu.

Mahluk hidup ini juga dikenal dengan nama Sthawara yaitu mahluk hidup yang tidak berpindah-pindah seperti tumbuhan.

Termasuk dalam golongan Sthawara adalah :

1. Trna yaitu bangsa rumput baik yang hidup di air maupun di darat.

2. Lata adalah tumbuhan menjalar di tanah atau di pohon.

3. Taru yaitu semak dan pepohonan.

4. Gulma adalah bangsa tumbuhan yang bagian luar pohon berkayu keras dan bagian dalam berongga atau kosong.

5. Jangama yaitu tumbuhan yang hidupnya menumpang pada pohon lain.

Adalah mahluk hidup yang memiliki dua kekuatan hidup yaitu Bayu dan Sabda. Mahluk ini dikenal dengan nama Satwa atau Sato..

Adapun yang tergolong dalam Sato adalah :

1. Swedaya yaitu binatang bersel Satu.

2. Andaya yaitu binatang bertelur.

3. Jarayuja yaitu binatang menyusui.

Adalah mahluk hidup yang memiliki tiga kekuatan hidup yaitu; Bayu, Sabda dan Idep.

Mahluk ini disebut juga Manusya.

Bayu adalah kekuatan nafas, Sabda adalah kekuatan suara dan Idep kekuatan pikiran.

Diantara mahluk hidup hanya manusialah yang memiliki semua unsur ciptaan Tuhan secara lengkap. Baik unsur terhalus sampai unsur paling kasar.

Yang membedakan antara manusia yang satu dengan yang lain adalah komposisi dan perimbangan unsur-unsur pembentukannya serta karmawasana yang telah dibentuknya.

1. Purusa yaitu atman sebagai sumber kehidupan 2. Pradana terdiri dari : a. Suksma sarira dari unsur Cita, budhi, manah, ahamkara, Dasendria, dan Panca Tanmatra. Bentukan hasil karma manusia antara suksma sarira dengan stula sarira menghasilkan Panca Maya Kosa yaitu lima lapisan halus badan manusia.

Panca Maya Kosa terdiri dari : 1]. Annamaya kosa yaitu badan dari sari makanan 2]. Pranamaya Kosa yaitu badan dari sari nafas.

3]. Manomaya Kosa yaitu badan dari sari pikiran. 4]. Wijnanamaya Kosa yaitu badan dari sari pengetahuan. 5]. Anandamaya Kosa yaitu badan dari sari kebahagiaan Suksma sarira yang dihidupi dengan unsur purusa [ atman ] disebut jiwatman.

Jiwatman inilah yang selalu mengalami reinkarnasi jika selama bersatu dengan stula sarira sebagai manusia hidup di dunia belum berhasil melepaskan ikatan-ikatan karma untuk mencapai moksa yaitu bersatunya Atman dengan Brahman.

Dari hasil karma dan konsumsi makanan manusia membentuk Sad Kosa yaitu enam lapis pembungkus stula sarira. Dalam proses penciptaan meskipun ada perbedaan waktu antara penciptaan alam semesta dengan mahluk yang ada di dalamnya, tetapi unsur-unsur pembentukannya adalah sama. Mengenai penyucian Bhuana Alit, Manavadarmasastra V: 109, menyebutkan tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran, jiwa manusia dengan pelajaran suci dan tapa brata, serta kecerdasan dengan pengetahuan yang benar. Kitab Manusmrti itu mensejajarkan air, kebenaran, dan ilmu pengetahuan sama-sama sebagai alat "pembersih".

Air adalah pembersih fisik, sedangkan kebenaran untuk menyucikan pikiran yang bersifat abstrak. Pikiran sebagai gelombang dapat dibersihkan dengan gelombang kebenaran.

Mengingat frekuensi gelombang pikiran tidak konsisten, maka pikiran perlu dilatih agar vibrasinya sesuai dengan vibrasi pikiran orang-orang suci, dan vibrasi tarian kosmis Sang Jagatnata.

ketidakselarasan hubungan antara Bhuana Agung dan Bhuana Alit 2.3 Melakukan upaya-upaya penyeimbangan hubungan Bhuana Agung dan Bhuana Alit Sejarah Agama Hindu 3. Memahami sejarah masuknya agama Hindu ke Indonesia 3.1 Mengungkapkan teori masuknya agama Hindu ke Indonesia 3.2 Menyebutkan kerajaan-kerajaan Hindu yang terkenal dan peninggalannya 3.3 Mengidentifikasi ciri-ciri kehinduan kerajaan Hindu

Related Textbook Solutions

See more

135 Kelas VIII, Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Yadnya 4. Memahami latar belakang timbulnya Yadnya 4.1 Menguraikan pengertian Tri Rna 4.2 Menyebutkan bagian-bagian Tri Rna serta contohnya masing-masing 4.3 Menjelaskan hubungan antara Tri Rna dengan Yadnya 4.4 Melaksanakan ajaran Yadnya yang berkaitan dengan Tri Rna Susila 5. Memahami Sad Atatayi sebagai aspek diri yang harus dihindari 5.1 Menguraikan pengertian Sad Atatayi 5.2 Menyebutkan bagian-bagian Sad Atatayi 5.3 Menjelaskan masing-masing bagian Sad Atatayi 5.4 Menunjukkan contoh-contoh perilaku Sad Atatayi yang harus dihindari 5.5 Menjelaskan dampak negatif dari Sad Atatayi 5.6 Melakukan upaya-upaya untuk menghindari pengaruh Sad Atatayi dalam diri Kitab Suci 6. Memahami Weda sebagai kitab suci 6.1 Menyebutkan para Rsi penerima wahyu dan pengkodifikasi Weda 6.2 Menjelaskan sifat-sifat Weda 6.3 Menguraikan kodifikasi Weda Orang Suci 7. Memahami keberadaan orang suci 7.1 Menguraikan syarat-syarat orang suci 7.2 Menyebutkan ciri-ciri orang suci 7.3 Menguraikan kedudukan dan fungsi orang suci 7.4 Menghormati orang suci

136 Kelas IX, Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Sradha 1. Memahami Awatara, Dewa dan Bhatara 1.1 Menguraikan pengertian Awatara, Dewa dan Bhatara 1.2 Menguraikan perbedaan antara Awatara dengan Dewa dan Bhatara 1.3 Menguraikan hubungan Awatara, Dewa dan Bhatara dengan Sang Hyang Widhi [Tuhan] 1.4 Menceritakan turunnya Awatara dalam Purana Susila 2. Memahami Sapta Timira sebagai aspek diri yang harus dihindari 2.1 Menguraikan pengertian Sapta Timira 2.2 Menyebutkan bagian-bagian Sapta Timira 2.3 Menjelaskan masing-masing bagian Sapta Timira 2.4 Menunjukkan contoh-contoh perilaku Sapta Timira yang harus dihindari 2.5 Melakukan upaya-upaya untuk menghindari dampak negatif Sapta Timira Sejarah Agama Hindu 3. Mengetahui keberadaan kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia 3.1 Menguraikan puncak kejayaan dan runtuhnya kerajaan Hindu di Indonesia 3.2 Menjelaskan sebab-sebab keruntuhan kerajaan Hindu di Indonesia 3.3 Mengambil hikmah dari kejayaan dan keruntuhan kerajaan Hindu di Indonesia

137 Kelas IX, Semester 2Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Budaya 4. Memahami Dharma Gita dalam Bhagawad Gita dan Sarasamuscaya 4.1 Mendemonstrasikan sloka dalam Bhagawad Gita 4.2 Mendemonstrasikan palawakya dalam Sarasamuscaya Yadnya 5. Memahami hakikat Yadnya 5.1 Menyebutkan sumber dan dasar hukum Yadnya 5.2 Menjelaskan tingkatan pelaksanaan Yadnya 5.3 Menjelaskan syarat-syarat pelaksanaan Yadnya 5.4 Mempraktekkan Yadnya dalam kehidupan sehari-hari Hari Suci 6. Menjelaskan hakikat dan tujuan perayaan hari-hari suci keagamaan 6.1 Menguraikan hakikat hari-hari suci keagamaan 6.2

Upload your study docs or become a

Course Hero member to access this document

Upload your study docs or become a

Course Hero member to access this document

End of preview. Want to read all 175 pages?

Upload your study docs or become a

Course Hero member to access this document

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề