2 jelaskan hubungan antara ilmu sosiologi dan antropologi serta kaitannya dengan ilmu politik

HUBUNGAN ILMU POLITIK DAN ILMU-ILMU SOSIAL LAINNYA

OLEH
NOVITA BLESKADIT

Politik sangat berhubungan erat dengan ilmu-ilmu sosial lainnya karena ilmu politik mempelajari gejala-gejala sosial lainnya yang selalu berubah atau mepelajari manusia sebagai makhluk sosial yang bisa rasional tetapi juga irasional.

Beberapa asumsi yang perlu diketahui dalam ilmu politik adalah: 1. Setiap masyarakat menghadapi kelangkaan dan keterbatasan sumber-sumber sehingga konflik timbul dalam proses penentuan distribusi; 2. Kelompok yang dominant [pemerintah] menentukan distribusi dan pengalokasian melalui keputusan politik 3. Pemerintah mengalokasikan kepada beberapa kelompok dan individu, tetapi mengurangi atau tidak mengalokasikan kepada kelompok dan individu lain. Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan pemerintah tidak pernah menguntungkan semua pihak; 4. Ada tekanan terus menerus untuk mengalokasikan sumber-sumber yang langka; 5. Tekanan-tekanan tersebut menyebabkan kelompok dan individu yang diuntungkan berupaya keras untuk mempertahankan struktur yang menguntungkan tersebut;/kelompok konservatif. 6. Semakin mampu penguasa meyakinkan bahwa system politik yang ada memiliki legitimasi, maka semakin mantap kedudukan penguasa dan kelompok yang diuntungkan dalam perjuangan mereka menghadapi golongan yang menghendaki perubahan;/radikal. 7. Banyak kebijakan ideal yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat ternyata hanya burupa pemecahan yang semu, sebab sulit dilaksanakan dalam kenyataan. 8. Dalam politik tidak ada yang serba gratis, maksudnya setiap aksi yang dilakukan selalu ada ongkos yang harus dibayar atau resiko yang mesti ditanggung. Hubungan ilmu Politik dengan ilmu-ilmu lainnya. 1. hubungan ilmu Politik dengan ilmu Ekonomi. Ilmu politik dan Ekonomi sejak dulu sampai sekarang selalu sangat erat hubungannya. Dalam setiap tindakan politik ada aspek ekonominya, demikian pula struktur perekonomian suatu masyarakat dapat mempengaruhi lembaga-lembaga politik yang sudah ada. Pada zaman Yunani, ilmu politik mengatur kehidupan politik orang-orang Yunani, sedangkan ekonomi [oikonomos] mengatur kemakmuran material dari warga negara Yunani. Pada abad 17, Montchretien de Watteville memperkenalkan istilah “Ekonomi Politik” yang menggambarkan begitu eratnya ilmu politik dan Ekonomi. Pada akhir PD I di Inggris dikemukakan ide tentang Negara kesejahteraan [Welfare state] artinya Negara Mensejahterakan rakyatnya, bukan sekedar “Negara penjaga malam”. 2. Hubungan ilmu politik dengan ilmu hukum Setiap masyarakat baik moderen maupun primitive harus berdasarkan kepada ketertiban. Hukum dibuat, dijalankan dan dipertahankan oleh suatu kekuasaan. Pada saat ini, kekuasaan itu adalah Negara. Dalam hal ini sudah nampak hubungan antara ilmu politik dan ilmu hukum, yaitu dalam peranan Negara sebagai pembentuk hukum dan dalam objek ilmu hukum itu sendiri yaitu hukum. Ilmu politik juga menyelidiki hukum tetapi tidak menitik beratkan pada segi-segi teknis dari hukum, melainkan terutama menitikberatkan pada hukum sebagai hasil persaingan kekuatan-kekuatan social, sebagai hasil dari factor-faktor kekuasaan. Hukum juga merupakan salah satu diantara sekian banyak “alat politik” yang dapat digunakan untuk mewujudkan kebijakan penguasa dan Negara. Tidak semua bagian hukum positif mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu poltik, misalnya: hukum public dan hukum Negara adalah yang paling erat hubungannya, sedang hukum perdata atau hukum dagang relative kecil hubungannya. 3. Hubungan Ilmu Politik dengan Sosiaologi Menurut Giddings, sarjana-sarjana ilmu politik harus menlengkapi dirinya dengan pengetahuan dasar sosiologi, karena sosiologi sebagai ilmu masyarakat dengan hasil-hasil penyelidikannya, menyebabkan ilmu politik tidak perlu lagi mengadakan penyelidikan yang telah dihasilkan oleh sosiaologi tersebut. Sosiologi meliputi berbagai cabang pengetahuan antara lain sosiaologi tentang kejahatan, sosiologi pendidikan, sosiologi agama, sosiologi politik dan sebagainya. Terutama sosiologi politik, sangat erat hubungannya dengan ilmu politik, sebab sosiologi politik bagian dari sosiologi yang menganalisis proses-proses yang menitik beratkan pada dinamika tingkahlaku politik. Sebagaimana tingkahlaku itu dipengaruhi oleh berbagai proses spsoal, seperti kerjasama, persaingan, konflik dsb. Hal-hal tersebut juga dianalisis oleh ilmu politik. 4. Hubungan Ilmu Politik dengan Psikologi Sosial Psikologi berasal dari bahasa Yunani “psycos” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu, jadi ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Proses pendekatan ilmu politik banyak memakai hukum-hukum dan dalil-dalil psikologi dalam menjelaskan gejala-gejala politik dan penyelidikan tentang motif-motif yang menjadi dasar setiap proses politik. Sarjana psikologi mengembangkan pendapat-pendapat mereka tentang naluri, emosi, dan kebiasaan individu atau “psyche” seseprang. Pengetahuan “psyche” seseorang dapat menjelaskan seluruh tingkah laku dan sikal orang itu. Dalam penyelidikan pendapat umum, propaganda, parpol, masalah kepemimpinan dan revolusi amat banyak dipergunakan hukum-hukum dan dalil-dalil psikologi itu. Jika dahulu psikologi agak diabaikan dalam penyelidikan ilmu politik, dewasa ini keadaan itu berubah. Pengetahuan psikologi diperlukan dimanapun dan kapanpun diadakan penyelidikan politik secara ilmiah. Menurut Lasswell, di AS kini ilmu politik sedang mengalami peninjauan kembali atas metode serta peristilahannya. Peninjauan kembali ini terutama disebabkan oleh pengalaman dalam pelaksanaan prosedur-prosedur psikologis dalam penyelidikan ilmu politik. Menurut Lasswell, psikologi akan memainkan perannya yang lebih besar lagi di masa depan, karena bertambah intensifnya perjuangan untuk mempertahankan dan memperoleh kebebasan individu. 5. Hubungan Ilmu Politik dengan Antropologi Budaya. Antropologi budaya menyelidiki aspek-aspek cultural dari setiap hidup bersama dimasa lampau dan masa kini. Sebagai ilmu yang mempelajari kebudayaan masyarakat, maka hasil-hasil penyelidikan antropologi dapat bermanfaat bagi ilmu politik. Terutama hasil-hasil penyelidikan kebudayaan dimasa lampau yang meliputi semua aspek cultural masyarakat, termasuk ide-ide dan lembaga-lembaga politiknya, dapat dijelaskan kepada sarjana-sarjana ilmu politik menjadi timbul suatu pertumbuhan dan perkembangan ide-ide dan lembaga-lembaga politik itu salah satu konsep antropologi budaya yang merupakan penemuan yang penting adalah “konsep kebudayaan” [culture concept] sebagaimana dikembangkan oleh Ralph Tipton dan sarjana-sarjana antropologi lainnya. Konsep ini menyatakan eratnya hubungan antara kebudayaan sesuatu masyarakat dengan kepribadian individu-individu dari masyarakat itu, antara kebudayaan dengan lembaga-lembaga dan ide-ide terdapat yang terdapat dalam masyarakat itu. Kebudayaan memberikan corak dan ragam pada lembaga-lembaga dan ide-ide dalam masyarakat itu. 6. Hubungan Ilmu Politik dengan Sejarah Sejarah adalah deskriptif kronologis peristiwa dari zaman silam. Sejarah merupakan penghimpunan kejadian-kejadian konkret di masa lalu. Ilmu politik tak terbatas pada apa yang terdapat dalam sejarah. Mengetahui sejarah politik suatu Negara belum memberikan gambaran yang tepat tentang keadaan politik negera itu di masa lampau dan masa yang akan datang. Sejarah hanya menvatat apa yang pernah terjadi, sedang ilmu politik disamping menyelidiki apa yang pernah terjadi, juga apa yang kini sedang berlangsung dan mengadakan ramalan hari depan suatu masyarakat, ditinjau dari segi politik. Politik membutuhkan sejarah dan hamper semua peristiwa histories adalah peristiwa politik. Ilmu politik memperkaya materinya dengan peristiwa sejarah, mengadakan perbandigan dari buku-buku sejarah. Sejarah merupakan gudang data bagi ilmu politik. 7. Hubungan Ilmu Politik dengan Geografi Segala penyelidikan atas kehidupan manusia tidak akan bermanfaat dan tidak akan sempurna jika penyelidikan itu tidak meliputi keadaan geografi. Dengan kata lain kehidupan manusia akan dipengaruhi oleh letak geografi, luas wilayah, kekayaan alam, iklim dsb. Misalnya letak geografis menentukan apakan suatu Negara akan menjadi Negara “land power” atau “sea power” demikian juga letak suatu Negara akan mempengaruhi dalam diplomasi dan strategi perang. Dalam hal ini, terdapat cabang geografi, yaitu geopolitik yang memberikan penafsiran geografis atas hubungan-hubungan internasional. Geopolitik berusaha melukiskan hubungan yang erat antara factor-faktor geografis dan peristiwa-peristiwa politik. Bagi sarjana-sarjana Jerman seperti Haushofer, kekalahan Jerman dalam PD I terutama disebabkan oleh apa yang mereka sebut dengan “kekalahan geografis” peristiwa tersebut menunjukkan betapa eratnya hubungan ilmu politik dengan geografi. 8. Hubungan Ilmu Politik dengan Etika

Etika adalah pengetahuan tentang hal-hal yang baik dan buruk, tentang keharusan dan hal-hal yang wajib dibiarkan. Hubungan ilmu politik dan etika dilukiskan sebagai suatu hubungan yang membatasi ilmu politik, terutama praktek politik. Etika mengatakan apa yang harus dilakukan, tetapi disamping itu juga menetapkan batas-batas dari apa yang wajib dibiarkan. Etika memberikan dasar moral kepada politik. Apabila menhilangkan moral dari politik, maka akan kita dapatkan politik yang berisfat “Machiavelistis” yaitu politk sebagai alat untuk melakukan segala sesuatu, baik atau buruk tanpa mengindahkan kesusilaan. Hanya dengan jalan menjadikan kesusilaan sebagai dasar politik, dapat diharapkan akan adanya politik yang mengindahkan aturan-aturan permainan, apa yang harus dilakukan dan apa yang wajib dibairkan.

Dalam hal ini antropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari mengenai budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orangh Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.

Pengertian Antropologi

Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

Baca Juga : Aspek Penting Dalam Pembinaan Keluarga Sejahtera Dalam Sosiologi

Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut: Fase Pertama [Sebelum tahun 1800-an], sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut.

Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa. Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.

Fase Kedua [tahun 1800-an], Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya. Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

Fase Ketiga [awal abad ke-20], pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya.

Baca Juga : √ Sosiologi : Pengertian Umum dan Tinjauan Para Ahli

Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial. Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa. Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total.

Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung. Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun. Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.

Pengertian Sosiologi

Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang Ilmu Sosial yang mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sebagai cabang Ilmu, Sosiologi dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte. Comte kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi.

Namun demikian, sejarah mencatat bahwa Émile Durkheim ilmuwan sosial Perancis yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte [1798-1857]. Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.

Baca Juga : √ 11 Pengertian Sosiologi Politik Menurut Para Ahli Serta Peran Dan Contohnya

Hubungan Antropologi Dengan Ilmu Lain

Seperti ilmu-ilmu lain, Antropologi juga mempunyai spesialisasi atau pengkhususan. Secara umum ada 3 bidang spesialisasi dari Antropologi, yaitu Antropologi Fisik atau sering disebut juga dengan istilah Antropologi Ragawi. Arkeologi dan Antropologi Sosial-Budaya.

1. Antropologi Fisik

Antropologi Fisik tertarik pada sisi fisik dari manusia. Termasuk didalamnya mempelajari gen-gen yang menentukan struktur dari tubuh manusia. Mereka melihat perkembangan mahluk manusia sejak manusia itu mulai ada di bumi sampai manusia yang ada sekarang ini. Beberapa ahli Antropologi Fisik menjadi terkenal dengan penemuan-penemuan fosil yang membantu memberikan keterangan mengenai perkembangan manusia. Ahli Antropologi Fisik yang lain menjadi terkenal karena keahlian forensiknya; mereka membantu dengan menyampaikan pendapat mereka pada sidang-sidang pengadilan dan membantu pihak berwenang dalam penyelidikan kasus-kasus pembunuhan.

2. Arkeologi

Ahli Arkeologi bekerja mencari benda-benda peninggalan manusia dari masa lampau. Mereka akhirnya banyak melakukan penggalian untuk menemukan sisa-sisa peralatan hidup atau senjata.  Benda –benda ini adalah barang tambang mereka. Tujuannya adalah menggunakan bukti-bukti yang mereka dapatkan untuk merekonstruksi atau membentuk kembali model-model kehidupan pada masa lampau. Dengan melihat pada bentuk kehidupan yang direnkonstruksi tersebut dapat dibuat dugaan-dugaan bagaimana masyarakat yang sisa-sisanya diteliti itu hidup atau bagaimana mereka datang ketempat itu atau bahkan dengan siapa saja mereka itu dulu berinteraksi.

3. Antropologi Sosial-Budaya

Antropologi Sosial-Budaya atau lebih sering disebut Antropologi Budaya berhubungan dengan apa yang sering disebut dengan Etnologi. Ilmu ini mempelajari tingkah-laku manusia, baik itu tingkah-laku individu atau tingkah laku kelompok. Tingkah-laku yang dipelajari disini bukan hanya kegiatan yang bisa diamati dengan mata saja, tetapi juga apa yang ada dalam pikiran mereka. Pada manusia, tingkah-laku ini tergantung pada proses pembelajaran.

Apa yang mereka lakukan adalah hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya disadari atau tidak. Mereka mempelajari bagaimana bertingkah-laku ini dengan cara mencontoh atau belajar dari generasi diatasnya dan juga dari lingkungan alam dan sosial yang ada disekelilingnya. Inilah yang oleh para ahli Antropologi disebut dengan kebudayaan

Kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia, baik itu kelompok kecil maupun kelompok yang sangat besar inilah yang menjadi objek spesial dari penelitian-penelitian Antropologi Sosial Budaya. Dalam perkembangannya Antropologi Sosial-Budaya ini memecah lagi kedalam bentuk-bentuk spesialisasi atau pengkhususan disesuaikan dengan bidang kajian yang dipelajari atau diteliti. Antroplogi Hukum yang mempelajari bentuk-bentuk hukum pada kelompok-kelompok masyarakat atau Antropologi Ekonomi yang mempelajari gejala-gejala serta bentuk-bentuk perekonomian pada kelompok-kelompok masyarakat adalah dua contoh dari sekian banyak bentuk spesialasi dalam Antropologi Sosial-Budaya.

Baca Juga : Pengertian Subkultur dalam Sosiologi

Perkembangan antropologi dan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, sebagian tergantung pada data yang diperoleh dari dan mengenai informan atau responden, dan sebagian lainnya dari metode ilmiah dan imajinasi ilmiah yang telah dikembangkannya. Data yang diperoleh digunakan untuk pengembangan teori-teori dan pendekatan-pendekatan serta metodologi; dan juga untuk dapat digunakan untuk kepentingan-kepentingan praktis bagi kebijaksanaan untuk merubah cara-cara hidup tertentu dari para informan atau responden agar sesuai dengan dan mendukung program-program pembangunan yang telah digariskan oleh pemerintah atau untuk kepentingan praktis lainnya yang dikelola oleh badan-badan atau yayasan-yayasan swasta domestik maupun luar negeri.

Seorang manusia akan memiliki perilaku yang berbeda dengan manusia lainnya walaupun orang tersebut kembar siam. Ada yang baik hati suka menolong serta rajin menabung dan ada pula yang prilakunya jahat yang suka berbuat kriminal menyakitkan hati. Manusia juga saling berhubungan satu sama lainnya dengan melakukan interaksi dan membuat kelompok dalam masyarakat. Hal-hal tersebut dapat dikaji dengan pendekatan antropologi dan sosiologi.

Sosiologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata socius dan logos, di mana socius memiliki arti kawan / teman dan logos berarti kata atau berbicara. Menurut Bapak Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Menurut ahli sosiologi lain yakni Emile Durkheim, sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.

Objek dari sosiologi adalah masyarakat dalam berhubungan dan juga proses yang dihasilkan dari hubungan tersebut. Tujuan dari ilmu sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Pokok bahasan dari ilmu sosiologi adalah seperti kenyataan atau fakta sosial, tindakan sosial, khayalan sosiologis serta pengungkapan realitas sosial.

Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος [baca: anthropos] yang berarti “manusia” atau “orang”, dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/ perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitan pada pendudukyang merupakan masyarakat tunggal.

Baca Juga : Ciri, Sifat dan Hakikat Sosiologi

Berikut ini adalah pengertian sosiologi menurut para ahli, sebagai berikut:

  1. Pitirim Sorokin, mengatakan bahwa Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:
  • Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala social.
  • Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala social dan gejala nonsosial.
  • Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala social.
  1. Roucek dan Warren, mengemukakan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
  2. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf, berpendapat bahwa Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
  3. A.A Von Dorn dan C.J. Lammers berpendapat bahwa Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
  4. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi, menyatakan bahwa Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial. Struktur Sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah social [norma-norma sosial], lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidpuan politik, antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya.

Hakikat Sosiologi

Hakikat Sosiologi adalah sebagai berikut:

  • Sosiologi adalah suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu pengetahuan
    alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian.
  • Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif akan tetapi adalah suatu disiplin yang kategoris, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
  • Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni [pure science] dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan atau terpakai [apllied science].
  • Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang konkrit.
  • Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola
  • Sosiologi merupakan pengetahuan yang empiris dan rasional.
  • Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan
    ilmu pengetahuan yang khusus.

Fungsi Sosiologi

Berikut ini adalah fungsi sosiologi, sebagai berikut:

1. Pada Perencanaan Sosial

Apa tersebut perencanaan sosial, adalahupaya guna mempersiapkan masa mendatang seseorang yang ada di dalam masyarakat. Salah satu destinasi dari perencanaan sosial ialah untuk menanggulangi kemungkinan-kemungkinan yang akan hadir sebab masalah yang terjadi di dalam evolusi yang terjadi pada masyarakat.

Perencanaan sosial tersebut lebih mempunyai sifat mencegah dan mengantisipasi serta mempersiapkan guna kedepannya pada sesuatu yang bakal terjadi. Maka faedah dari sosiologi pada perencanaan sosial adalahalat yang dipakai sebagai memahami perubahan pada lingkungan masyarakat.

Selain tersebut tujuan sosiologi pada perencanaan sosial ialah sebagai perangkat yang dipakai untuk memahami perkembangan apa yang terjadi di dalam masyarakat.

Karena sosiologi adalahilmu yang menyatakan tentang hubungan antara kumpulan dengan kumpulan serta pribadi dengan kelompok, maka perencanaan yang diciptakan harus cocok dengan fakta-fakta yang ada.

2. Pada Penelitian

Tujuan sosiologi pada penelitian ialah untuk dapat memberikan sebuah cerminan yang sehubungan dengan kehidupan masyarakat dan pun kegiatan penelitiannya membicarakan tentang gejala-gejala yang terdapat pada masyarakat.

Maka dengan adanya penelitian, bercita-cita ada solusi-solusi yang dapat digunakan untuk menuntaskan masalah-masalah sosial yang ada.

Salah satu faedah sosiologi dalam penelitian ialah untuk mempertimbangkan gejala-gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Serta untuk mengetahui pola-pola dari tingkah laku insan yang terdapat dalam lingkungan masyarakat.

3. Pada Pembangunan

Selanjutnya faedah sosiologi pada pembangunan ialah untuk menyerahkan data-data sosial yang diperlukan untuk langkah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan. Bagi detailnya ialah tahap perencanaan urusan yang diperhatikan ialah hal apa saja yang tergolong dalam keperluan sosial.

Untuk langkah pelaksanaan lebih pada kekuatan sosial yang terdapat pada masyarakat serta proses-proses evolusi sosial yang terjadi di dalamnya. Bagian penilaian ialah untuk meneliti bersangkutan dengan akibat dari proses pembangunan yang sudah dilakukan.

4. Pada Pemecahan Masalah Sosial

Permasalahan adalahsebuah dari kendala yang hadir dan memerlukan solusi sebagai perangkat pemecah masalah tersebut. Namun masalah terkadang muncul sebab adanya kesenjangan yang terjadi diantara asa dan fakta yang anda inginkan.

Untuk masalah-masalah sosial yang hadir pada masyarakat seringkali saling sehubungan dengan nilai masyarakat dan lembaga masyarakat. Oleh karena tersebut penting guna mencarikan solusinya, supaya tercipta kedamaian serta keharmonisan di dalam masyarakat tersebut. Maka dengan adanya sosiologi, kita dapat mempermudah mengejar solusinya.

Untuk memecahkan masalah itu terdapat sejumlah metode, laksana metode antisisatif dengan kata lain metode mempunyai sifat mencegah dan mempersiapkan sesuatu yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Serta memiliki bisa jadi yang dapat mengganggu keharmonisan pada masyarakat.

Metode resitusif, adalahmetode untuk menyerahkan apresiasi atau penghargaan untuk pribadi yang mematuhi norma dan aturan yang berlaku. Dan cara repersif, dipakai untuk memunculkan efek jera untuk para pelaku-pelaku pelanggaran.

Demikian definisi sosiologi secara umum dan menurut keterangan dari para berpengalaman serta fungsi-fungsi sosiologi. Semoga keterangan yang terdapat di atas dapat membantu kamu dalam masing-masing ilmu pengetahuan dan pun semoga bermanfaat. Bisa menjadi bahan referensi, tetapi setiap ilmu pengetahuan memiliki pembahasan yang berbeda-beda.

Ciri-Ciri Sosiologi

Berikut ini adalah ciri-ciri sosiologi, sebagai berikut:

  1. Sosiologi mempunyai sifat empiris, dengan kata lain sosiologi sebagai ilmu dilandasi pada observasi fakta dan tidak mempunyai sifat spekulatif atau mengira-ngira sebuah kebenaran. Jadi kebenaran yang diuji mestilah berdasar riset ilmiah.
  2. Sosiologi mempunyai sifat teortitis, dengan kata lain ilmu pengetahuan di bina menjadi suatu teori [abstraksi] yang dibentuk secara logis guna tujuan menggali sebab dampak dari suatu gejala sosial.
  3. Sosiologi mempunyai sifat kumulatif, dengan kata lain disusun menurut teori-teori yang telah ada sebelumnya. Sebagai ilmu pengetahuan yang dinamis, sosiologi berkembang dari teori yang telah ada, yang lantas dikritisi, diperbaiki, supaya teori-teori itu dapat lebih relevan mengekor perkembangan jaman.
  4. Sosiologi mempunyai sifat nonetis, dengan kata lain sosiologi mempersoalkan kenyataan yang terjadi di masyarakat, bukan mengenai baik dan buruknya fakta.

Sifat Dasar Sosiologi

Berikut ini adalah sifat dasar sosiologi, sebagai berikut:

  • Empiris, dengan kata lain sosiologi adalahilmu yang didasari oleh observasi [pengamatan] dan masuk akal, dimana hasilnya tidak bukan sesuatu yang mempunyai sifat spekulatif.
  • Teoretis, dengan kata lain dalam penyusunan abstraksi sosiologi diciptakan menurut observasi yang konkret di lapangan. Abstraksi dibentuk secara logis dan menyatakan hubungan sebab-akibat sampai-sampai menjadi suatu teori.
  • Komulatif, dengan kata lain sosiologi dibentuk menurut teori-teori yang telah ada, yang lantas diperbaiki, diperluas, sampai-sampai menguatkan teori-teori yang telah ada.
  • Nonetis, dengan kata lain pembahasan masalah dalam sosiologi tidak mempermasalahkan tentang baik atau buruknya masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menyatakan masalah secara mendalam.

Daftar Pustaka:

  • Koentjaraningrat. [1993]. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
  • Lauer, Robert H. [1993]. Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Ritzer, George, dan Douglas J. Goodman. [2003]. Teori-teori Sosiologi Modern. Jakarta: Predana Media.
  • Soekanto, Soerjono. [1994]. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
  • Soemardjan, Selo, dan Soelaiman Soemardi. [1974]. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
  • Soetomo. [1987]. Ilmu Sosiatri: Lahir dan berkembang dalam Keluarga Besar Ilmu Sosial. Dalam Sosiatri, Ilmu, dan Metode. Ed. Agnes Sunartiningsih. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Sosiatri Fisipol UGM.
  • Sugiyanto. [2002]. Lembaga Sosial. Yogyakarta: Global Pustaka Utama. Wirjosumarto. Sartono. [1978]. Pengantar Ilmu Sosiatri. Yogyakarta: Fisipol UGM.

Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề