Apa tanggapan srisultan tentang gunung merapi

Lihat Foto

KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA

Gubernur DIY Sri Sultan HB X usai melihat barak pengungsian Glagaharjo dan kondisi warga di pengungsian.

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X berpesan kepada warga untuk memperhatikan protokol kesehatan selama berada di tempat pengungsian.

“Di samping antisipasi merapi juga harus jaga Covid-19 [protokol kesehatan]. Protokolnya dipenuhi kita sudah dialog di sana,” ucap Sultan usai apel kesiapsiagaan menghadapi bencana, di Mako Satbrimob Polda DIY, Kota Yogyakarta, Rabu [11/11/2020].

Dikatakan Sultan, setelah apel kesiapsiagaan akan dilakukan koordinasi dan konsolidasi untuk dilakukan pembagian tugas dan kesatuan.

“Nanti ada konsolidasi koordinasi nanti satuannya akan membagi seperti dulu, kita sudah tahu lah pengalaman 4 tahun sekali ngeposnya di mana,” kata Sultan.

Baca juga: Masyarakat Terdampak Uji Coba Jalur Pedestrian Malioboro, Sultan HB X: Saya Minta Maaf

Menurut dia, saat ini mitigasi bencana di lereng Gunung Merapi lebih mudah lantaran para penduduk sudah dibangunkan rumah dengan jarak lebih dari 5 kilometer dari Kawasan Rawan Bencana [KRB].

Namun, masyarakat diminta tetap waspada meski sudah berjarak lebih dari 5 kilometer dari KRB.

“KRB-nya hanya 5 kilometer, kita bangunkan rumah-rumah yang hancur dulu di 8 kilometer jadi relatif ya kan kasarannya enggak ngungsi juga gapapa gitu lho. Tapi kita kan belum tahu apakah saat meletus lava hanya di lima kilo, kita kan tidak tahu tergantung perkembangan kawah tambahnya berapa sentimeter,” jelas Sultan.

Dikatakan Sultan, sampai saat ini belum terlihat kenaikan lava di puncak Merapi.

Hal tersebut dikarenakan tekanan dari gas di dalam Gunung Merapi untuk mendorong lava belum terlalu kuat.

“Berarti gasnya ini kan ya belum maksimal kemarin kan keluar gasnya jadi ya rada gembos semoga gembos. Tapi kan kita tidak bisa memperkirakan,” imbuh Sultan.

Baca juga: Sultan HB X Minta di Setiap Barak Pengungsian Merapi Disediakan Ruang Isolasi Covid-19

Sementara itu, Wakapolda DIY Brigjen Pol R Slamet Santoso menjelaskan, pihaknya menyiapkan sekitar 3.500 personel bila di kemudian hari Gunung Merapi erupsi.

Pihaknya juga menginstruksikan kepada anggota untuk rutin menggelar patroli ke rumah-rumah yang ditinggalkan oleh para pengungsi.

“Forensik dan labfor kita turunkan untuk melakukan rehabilitasi setelah pascabencana,” tutup dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi terus menunjukkan peningkatan. Berstatus Siaga sejak 5 November 2020 lalu, Gunung Merapi terus menerus mengeluarkan awan panas guguran. Karenanya Gubernur DIY, Sri Sultan HB X meminta pemkab/pemkot mengaktifkan jalur-jalur evakuasi. Sebab dimungkinkan aktivitas gunung tersebut masih akan aktif.

"Dari awalkan [status gunung merapi] sudah siaga jadi mestinya jalan untuk evakuasi setiap untuk persiapan ya memang harus lebih baik," papar Sultan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Senin [13/12/2021].

Sultan menyebutkan, Siaga menjadi status Gunung Merapi yang paling panjang selama ini. Hal ini membuktikan aktivitas Merapi masih saja tinggi sejak setahun lebih.

Yang terakhir Gunung Merapi mengeluarkan awan panas guguran pada Minggu [12/12/2021] pukul 10.00 WIB. Jarak luncur awan panas guguran mencapai 2.000 meter ke arah barat daya.

Baca Juga: Kunjungi Jabar, Ridwan Kamil Ungkap Kisah Asmara Sri Sultan HB X dan Ratu Hemas di Bandung

"[Merapi] masih aktif dalam arti siaga. Jadi, mungkin ini siaga yang paling panjang, ya berartikan memang mengalir terus. Tampaknya juga belum diturunkan, berarti ya tetap siaga," paparnya.

Sementara Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi [BPPTKG] Hanik Humaida dalam laporan tertulis, Minggu [12/12/2021] menjelaskan, awan panas guguran di Gunung Merapi tercatat terjadi pada 12 Desember 2021 pukul 10.18 WIB.

Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi [BPPTKG], awan panas guguran tercatat di seismogram dengan amplitudo 27 mm dengan durasi awan panas guguran 158 detik ke arah barat daya.

"Arah angin ke timur," jelasnya.

Berdasarkan laporan aktivitas Gunung Merapi pada periode pengamatan 12 Desember 2021 pukul 00.00 WIB - 06.00 WIB, guguran lava pijar tiga kali. Jarak luncur guguran lava pijar maksimum 1.000 meter ke arah barat daya. Data kegempaan di Gunung Merapi untuk guguran sebanyak 43 kali dengan amplitudo 3 mm-15 mm dan durasi 24 detik-145 detik.

Baca Juga: Ke Bandung, Sri Sultan HB X Beri Pesan tentang Konsistensi Pemimpin untuk Ridwan Kamil

Embusan sebanyak 1 dengan amplitudo 2 mm dan durasi 13 detik. Hybrid/Fase banyak jumlah 3 dengan amplitudo 2 mm-6 mm, S-P 0.4 detik-0.6 detik dan durasi 4 detik-8 detik. Vulkanik Dangkal sebanyak 1 dengan amplitudo 35 mm dan durasi 11 detik.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

SuaraJogja.id - Raden Ngabehi Surakso Hargo atau yang dikenal sebagai Mbah Maridjan memiliki nama lahir Mas Penewu Surakso Hargo.

Juru kunci Gunung Merapi yang sudah menjabat sejak tahun 1970 ini memang tidak hanya dikenal warga Jogja dan sekitarnya saja. melainkan hingga ke seluruh antero Indonesia karena sempat membintangi sejumlah iklan di televisi.

Mba Maridjan memang diketahui sebagai 'pengasuh' Gunung Merapi, namun sedikit orang yang tahu Mbah Marijan pernah tidak akur dengan Sultan Hamengku Buwono X.

Melansir dari Hops.id, Bahkan Mbah Maridjan pernah menyindir tindakan Sultan yang menurutnya tak sejalan dengan upaya pelestarian Merapi.

Baca Juga: 20.000 Gamers Siap Jadi Bintang Terbaik di Esports Star Indonesia

“Dia bukan Sultan. Dia hanya seorang gubernur,” tutur Maridjan.

Mbah Maridjan menjabat sebagai juru kunci atau kuncen Merapi setelah melanjutkan estafet dari mendiang sang ayah. Meski memiliki tugas yang sangat penting, Ia hanya digaji sebesar Rp10 ribu per bulan oleh keraton.

Mendapatkan gaji yang bisa dibilang sangat kurang, bukan berarti Mbah Maridjan bekerja seenaknya. Justru kebalikannya, ia mendedikasikan hidupnya untuk Merapi dan keselamatan warga sekitar.

Perbedaan pendapat antara Mbah Maridjan dengan Sri Sultan sebenarnya didasari beda pemahaman dan latar belakang keduanya. Mbah Marijan, meski ia adalah seorang muslim, menghormati segala kepercayaan yang melingkupi Gunung Merapi, termasuk hal mistis yang menyelimutinya. Sedangkan, Sri Sultan sebagai produk pendidikan modern bisa dibilang skeptis dan cenderung menitik beratkan ilmu pengetahuan, meskipun tidak melewatkan kepercayaan.

Mbah Marijan bahkan pernah secara terang-terangan melanggar perintah Sultan. Tentu kita masih ingat ketika pemerintah pusat memerintahkan evakuasi besar-besaran karena Gunung Merapi Erupsi.

Baca Juga: Ashanty Rayakan Ulang Tahun Lee Min Ho, Azriel Hermansyah Kaget

Sri Sultan memutuskan untuk melakukan evakuasi agar mengantisipasi jatuhnya korban. Namun, Mbah Marijan menolak. Ia memilih untuk tetap berdiam di rumahnya.

Sri Sultan Hamengku Buwono X

TRIBUNJOGJA.COM Yogyakarta - Aktivitas Gunung Merapi mengalami erupsi sebanyak 2 kali dengan menyemburkan awanpanas terjauh mencapai 3,5 kilometer pada pada Senin [16/8/2021].

Dampak dari itu beberapa wilayah di seputaran lereng Gunung Merapi terjadi hujan abu.

Pada dasarnya aktivitas Gunung Merapi sudah meningkat beberapa waktu terakhir dengan luncuran awanpanas.

Bagaimana respon pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta [DIY] Iterhadap aktivitas Gunung Merapi ?

Guyuran abu Merapi mengenai perumahan warga di Kapuhan, Sawangan, Kabupaten Magelang, Senin [16/08/2021]. [Dok BPBD Magelang]

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X belum menginstruksikan masyarakat untuk mengungsi.

Sebabnya jarak luncur material vulkanik masih berada di dalam radius bahaya yang ditetapkan BPPTKG Yogyakarta, yakni sejauh 5 km dari puncak Merapi.

"Belum [mengungsi], saya kira masyarakatnya belum akan meninggalkan tempat. Karena memang perkiraaan saya hanya di sekitar situ saja. Nanti BPPTKG kan ada [rekomendas] kami menunggu berita dari sana," terang Sri Sultan saat ditemui di DPRD DIY, Senin [16/8/2021].

Sultan menjelaskan, sejak status Gunung Merapi dinaikkan pada 5 November 2020 lalu dari Level II [Waspada] menjadi Level III [Siaga], perkembangan aktivitas Merapi belum tampak mengancam pemukiman penduduk atau belum melampaui potensi bahaya yang ditetapkan oleh BPPTKG.

"Merapi ya aktivitas begini, dampaknya ya memang erupsi saja, ya kalau sampai debunya ya anginnya ke sana saja," papar Raja Keraton Yogyakarta ini.

Guyuran hujan abu Gunung Merapi menutupi jalan di Desa Babadan 2 Atas, Magelang, Senin [16/08/2021]. [dok.istimewa]

Berdasarkan pemantauan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi [BPPTKG] tercatat awanpanas guguran Merapi kembali terjadi pada, Senin [16/08/2021] pukul 08.45 WIB dengan amplitudo 10 mm dan durasi 96 detik dengan jarak luncur 1500 meter ke arah barat daya.

Halaman selanjutnya arrow_forward

Sumber: Tribun Jogja

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề