Apa yang dimaksud dengan perspektif fungsional?

dibaca normal 1 menit

Penulis: Marhamah Ika Putri
tirto.id - 20 Agu 2021 15:00 WIB

View non-AMP version at tirto.id

Mengenal teori fungsionalisme dalam Sosiologi dan asalnya.

tirto.id - Teori fungsionalisme struktural atau juga dikenal sebagai teori struktural fungsional adalah sebuah teori sosial murni dalam Sosiologi. Teori ini mengenai pandangan bahwa masyarakat terbentuk dari berbagai macam sistem dan faktor yang membentuk masyarakat tersebut sebagai suatu keutuhan.

Menurut artikel, "Teori-teori Sosiologi hukum Fungsional Struktural" [Juni 2018], teori fungsionalisme merujuk kepada peran masyarakat dalam lingkup besar, ketimbang peranan masyarakat sebagai individu dalam suatu komunitas.

Advertising

Advertising

Teori fungsionalisme pertama kali dikemukakan oleh Emile Durkheim, salah satu pemikir sosiologi berasal dari Perancis. Durkheim merupakan seseorang yang tertarik untuk mengamati perilaku masyarakat di tatanan masyarakat.

Teori struktural fungsional pada awalnya berasal dari pemikiran Durkhein yang dipengaruhi oleh pemikiran Auguste Comte dan Herbert Spencer.

Pada awalnya Comte, mengembangkan analogi mengenai organisme kemudian dikembangkan oleh Spencer sebagai pemikiran mengenai persamaan organisme dan masyarakat atau juga dikenal sebagai requisite functionalism.

Durkheim menyebutkan, masyarakat terdiri dari bagian-bagian yang satu dan lainnya saling membutuhkan karena memiliki fungsi yang berbeda untuk menciptakan sebuah kestabilan. Oleh karena itu, ketika ada satu bagian yang tidak berfungsi makan akan menyebabkan kerusakan sistem di masyarakat tersebut.

Teori fungsionalisme struktural merupakan salah satu teori sosial murni yang memiliki pengaruh besar dalam lingkup ilmu Sosiologi. Hal ini karena teori fungsionalisme berfungsi sebagai teori yang dapat menciptakan keteraturan sosial di masyarakat.

Infografik SC Keteraturan Sosial Teori Struktural Fungsional. tirto.id/Sabit

Setiap bagian yang membentuk sebuah masyarakat, entah itu perannya kecil ataupun besar, sama-sama memiliki peran yang penting untuk menjadikan sebuah komunitas sebagai suatu hal yang utuh dan bekerja dengan semestinya. Ketika ada bagian dari yang membentuk komunitas masyarakat tersebut hilang, bagian lainnya tidak akan bisa berfungsi secara normal.

Dalam teori fungsionalisme masyarakat dianggap sebagai organisme biologis, terdiri dari organ-organ yang saling berkesinambungan agar organisme tersebut tetap hidup.

Pada laman ThoughtCo menyebutkan, setiap hal yang ada di masyarakat memiliki peranan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda.

Ketika sebuah sistem atau faktor dalam suatu masyarakat hilang, sistem atau faktor tersebut akan diganti dengan suatu sistem yang baru sebagai penggantinya. Faktor-faktor yang dapat mendefinisikan teori fungsionalisme dalam Sosiologi seperti keluarga, pemerintah, ekonomi, Pendidikan, media, dan agama.

Selain itu, teori fungsionalisme dipandang sebagai teori yang membahas masyarakat berfokus pada nilai stabilitas publik. Beberapa perilaku yang dapat menggoyahkan sistem di masyarakat.

Perilaku menyimpang dapat menyebabkan masyarakat harus bisa beradaptasi untuk menyesuaikan diri sehingga kestabilan itu kembali. Ketika suatu sistem tidak berfungsi secara semestinya, hal itu akan menciptakan sebuah masalah sosial yang mendorong terjadinya perubahan sosial di masyarakat.

Baca juga:

Baca juga artikel terkait TEORI FUNGSIONALISME atau tulisan menarik lainnya Marhamah Ika Putri
[tirto.id - mip/dip]

Penulis: Marhamah Ika Putri Editor: Dipna Videlia Putsanra Kontributor: Marhamah Ika Putri

© 2022 tirto.id - All Rights Reserved.
Kegiatan penelitian

Kuantitatif · Kualitatif
Komputasional · Etnografi

Topik dan Cabang

Fungsionalisme struktural yaitu sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan warga sebagai sebuah bangun dengan bagian-bagian yang saling bertalian. Fungsionalisme menafsirkan warga secara semuanya dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, aturan sejak dahulu kala, tradisi dan institusi. Sebuah analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian warga ini sebagai "organ" yang melakukan pekerjaan demi berfungsinya seluruh "badan" secara wajar.[1] Dalam guna paling mendasar, istilah ini menekankan "upaya untuk menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, aturan sejak dahulu kala, atau praktik, dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Untuk Talcott Parsons, "fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis ilmu sosial, bukan sebuah mazhab pemikiran.[2][3]

Asumsi dasar

Teori fungsionalisme struktural yaitu suatu kontruksi teori yang paling agung pengaruhnya dalam ilmu sosial di masa seratus tahun sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap warga sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut adalah hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap mampu bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan untuk sampai keteraturan sosial. Teori struktural fungsional ini awal mulanya berangkat dari pemikiran Emile Durkheim, dimana pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan pemikirannya tentang analogi organismik kemudian dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan selang warga dengan organisme, hingga belakang suatu peristiwanya berkembang dijadikan apa yang disebut dengan requisite functionalism, dimana ini dijadikan panduan untuk analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa warga yaitu sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat proses – proses yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut benar fungsi masing – masing yang membuat sistem dijadikan seimbang. Proses tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga bila benar yang tidak berfungsi karenanya hendak merusak keseimbangan sistem. Pemikiran inilah yang dijadikan sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton tentang struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk berbagai perspektif fungsional modern.

Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber. Secara umum, dua bidang dari studi Weber yang benar pengaruh kuat yaitu

  • Visi substantif tentang gerakan sosial dan
  • Strateginya dalam menganalisis bangun sosial.

Pemikiran Weber tentang gerakan sosial ini berguna dalam perkembangan pemikiran Parsons dalam menjelaskan tentang gerakan aktor dalam menginterpretasikan kondisi.

Perkembangan Teori Struktural Fungsional

Hingga pertengahan masa seratus tahun, fungsionalisme dijadikan teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional dijadikan karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah dibahas diatas. Sebagai berbakat teori yang paling mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang dia gulirkan. Parson berhasil mempertahankan fungsionalisme hingga semakin dari dua setengah masa seratus tahun semenjak dia mempublikasikan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parson mendirikan teori sosiologinya menempuh “analytical realism”, maksudnya yaitu teori sosiologi harus menggunakan konsep-konsep tertentu yang memadai dalam melingkupi lingkungan kehidupan luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab pada fenomena konkrit, tapi untuk elemen-elemen di dallamnya yang secara analitis mampu dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya, teori harus melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas dari kenyataan empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang menyertainya. Dengan kegiatan ini, pemikiran hendak mengisolasi fenomena yang melekat erat pada hubungan kompleks yang mendirikan realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak pada penekanan tentang bagaimana pemikiran mujarad ini dipakai dalam analisis sosiologi. Sehingga yang di mampu yaitu organisasi pemikiran dalam wujud sistem analisis yang mencakup persoalan lingkungan kehidupan tanpa terganggu oleh detail empiris.

Sistem gerakan dikenalkan parson dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu gerakan, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem gerakan hanya hendak bertahan bila memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sebagai orientasi pada kondisi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai. Terdapay berberapa jenis motivasi, selang lain kognitif, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga nilai-nilai yang bertanggungjawab terhadap sistem sosoial ini, selang lain nilai kognisi, apresiasi, dan moral. Parson sendiri menyebutnya sebagai modes of orientation. Unit gerakan olehkarenaya melibatkan motivasi dan orientasi nilai dan memiliki tujuan umum sebagai konsekuensi kombinasi dari nilai dan motivasi-motivasi tersebut terhadap seorang aktor.

Kesudahan dari analisis ini yaitu visi metafisis yang agung oleh lingkungan kehidupan yang telah menimpa eksistensi manusia. Analisis parson merepresentasikan suatu usaha untuk mengkategorisasikan lingkungan kehidupan kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran menggunakan media tersebut. Analisis ini pada belakang suatu peristiwanya semakin filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori. Pembahasan tentang fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa pada awal mulanya Merton mengkritik beberapa bidang ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini berlainan dari sang guru, Talcott Parson mengemukakan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang agung dan mencakup seluruhnya sedangkan parson semakin terbatas dan menengah.

Seperti penjelasan singkat sebelumnya, Merton mengkritik apa yang diamatinya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional[ hal ini pula seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun beberapa postulat tersebut selang lain:

  • Kesatuan fungsi warga , seluruh kepercayaan dan praktik sosial aturan sejak dahulu kala standard bersifat fungsional untuk warga secara semuanya maupun untuk individu dalam warga, hal ini berfaedah sistem sosial yang benar pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlanjut pada warga kecil tetapi generalisasi pada warga yang semakin agung.
  • Fungsionalisme universal , seluruh wujud dan stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam lingkungan kehidupan nyata tidak seluruh bangun , aturan sejak dahulu kala istiadat, gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan aturan sejak dahulu kala istiadat yang mengatur individu bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi hingga bunuh diri. Postulat structural fungsional dijadikan bertentangan.
  • Indispensability, bidang standard warga tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan proses bagian yang tidak terpisahkan dari semuanya. Hal ini berfaedah fungsi secara fungsional diperlukan oleh warga. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada berbagai alternative structural dan fungsional yang benar di dalam warga yang tidak mampu dihindari.

Argumentasi Merton diterangkan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat yang benar didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton bahwa analsisi structural fungsional memusatkan pada organisasi, kumpulan, warga dan kebudayaan, objek-objek yang dibedah dari structural fungsional harsuslah terpola dan berlang, merespresentasikan unsure standard.

Awal mulanya arus fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara semuanya, namun Merton menjelaskan bahwa mampu juga dilakukan pada organisasi, institusi dan kumpulan. Dalam penjelasan ini Merton memberikan pemikiran tentang the middle range theory. Merton mengemukakan bahwa para berbakat sosiologi harus semakin maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori agung. Teori taraf menengah itu diartikan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di selang hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang berkembang makin agung selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang mencakup seluruhnya mengembangkan uato teori terpadu yang hendak menjelaskan seluruh keseragaman yang diamati dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada prinsipnya dipakai dalam sosiologi untuk membimbing penelitian empiris. Dia adalah jembatan penghubung teori umum tentang istem social yang terlalu jauh dari kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan perubahan untuk mempertanggungjawabkan apa yang diamati, dan gambaran terinci secara teratur tentang hal-hal tertentu yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori sosiologi adalah kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis dimana kesatuan empiris dapat diperoleh.

The middle range theory yaitu teori-teori yang terletak pada minor tetapi hipotesis kerja mengembangkan penelitian sehari-hari yang menyeluruh dan semuanya upaya sistematis yang inklusif untuk mengembangkan teori yang utuh. The middle range theory Merton ini memiliki berbagai pemahaman bahwa secara prinsip dipakai untuk panduan temuan-temuan empiris, adalah lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan untuk mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan, meliputi abstraksi, tetapi dia cukup jelas dengan data yang terobservasi untuk digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Dalam hal ini Merton seakan melaksanakan tarik dan menyambung, berfaedah apa yang dia kritik terhadap fungsionalis adalah jalan yang dia tempuh untuk menyambung apa yang dia pikirkan. Atau dianalogikan, Merton mengambil kontruksi teori kemudian di benturkan sesudah itu dia perbaiki lagi dengan konseptual yang menurut kami sangat menarik.

Para stuktural fungsional pada awal mulanya memustakan pada fungsi dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Untuk Merton hal ini tidaklah demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis awal cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri memberikan ruang lingkup fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuian, karena selalu benar konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial yang benar tidaklah positif tetapi benar negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan gagasan hendak disfungsi. Ketika bangun dan fungsi dpat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi mampu mengandung konsekuensi negative pada proses lain.Hal ini mampu dicontohkan, bangun warga patriarki c memberkan kontribusi positif untuk kaum laki-laki untuk memegang wewenang dalam keputusan kemasyarakatan, tetapi hal ini mengandung konsekuensi negative untuk kaum perempuan karena aspirasi mereka dalam keputusan terbatas. Gagasan non fungsi pun , dilontarkan oleh Merton. Merton mengemukakan nonfungsi sebagai konsekuensi tidak relevan untuk sistem tersebut. Dapatkonsekuensi positif dimasa lalu tapi tidak dimasa sekarang.Tidaklah mampu ditentukan manakah yang semakin penting fungsi-fungsi positif atau disfungsi. Untuk itu Merton menambahkan gagasan menempuh keseimbangan mapan dan level analisis fungsional.

Dalam penjelasan semakin lanjut , Merton mengemukakan tentang fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest yaitu fungsi yang dikehendaki, laten yaitu yang tidak dikehendaki.Karenanya dalam stuktur yang benar, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu bangun disfungsional hendak selalu benar. Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dilakukan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari kegiatan. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori gerakan dengan fungsionalisme. Hal ini berimplikasi pada ketidakpasan selang intersionalitas dengan fungsionalisme structural. Kami rasa dalam hal ini pun Merton terlalu naïf dalam mengedepankan idealismenya tentang bangun dan dengan beraninya dia mengemukakan dia beraliran fungsionalis, tapi dia pun mengkritik akar pemikiran yang mendahuluinya. Tetapi, semakin jauh dari itu pemikirannya tentang fungsi manifest dan laten telah membuka kekauan bahwa fungsi selalu berada dalam daftar menu bangun. Merton pun mengungkap bahwa tidak seluruh bangun sosial tidak mampu diubah oleh sistem sosial. Tetapi beberapa sistem sosial mampu dicerai-beraikan. Dengan mengakui bahwa bangun sosia mampu membuka jalan untuk perubahan sosial.

Analisi Merton tentang hubungan selang kebudayaan, bangun, dan anomi. Aturan sejak dahulu kala diartikan sebagai rangkaian nilai normative teratur yang mengendalikan perilaku yang sama untuk seluruh proses warga. Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur dan memeprnagaruhi proses warga atau kumpulan tertentu dengan kegiatan lain. Anomi terjadi bila ketika terdapat disjungsi sempit selang norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan proses kumpulan untuk bertindak menurut norma dan tujuan tersebut. Posisi mereka dalam bangun makamirakat beberapa orang tidak dapat bertindakm menurut norma-norma normative . kebudayaan menghendaki hal benar beberapa jenis perilaku yang dicegah oleh bangun sosial. Merton menghubungkan anomi dengan penyimpangan dan dengan demikian disjungsi selang kebudayan dnegan bangun hendak melahirkan konsekuensi disfungsional yakni penyimpangan dalam warga. Anomi Merton memang sikap kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan bahwa teori structural fungsionalisme ini aharus semakin kritis dengan stratifikasi sosialnya. Bahwa sturktur makamirakat yangselalu berstratifikasi dan masing-masing memiliki fungsi yang selama ini diyakini para fungsionalis, menurut mampu mengindikasikan disfungsi dan anomi. Dalam hal ini kami setuju dengan Merton,dalam sensory experiences yang pernah kami dapatkan, dimana benar keteraturan karenanya harus siap deng ketidakteraturan, dalam bangun yang teratur, kedinamisan terus berjalan tidak pada status di dalamnya tapi kaitan dalama peran. Anomi atau disfungsi cenderung hadir dipahami ketika peran dalam struktu berdasarkan status tidak dijalankan dampak berbagai factor. Apapun gagasannya anomi dalam bangun lagi pula yang kaku hendak cenderung semakin agung. Dari sini, Merton tidak selesai dengan deskripsi tentang bangun , hendak tetapi terus membawa kepribadian sebagai produk organisasi bangun tersebut. Pengaruh lembaga atau bangun terhadap perilaku seseorang yaitu adalah tema yang merasuk ke dalam karya Merton, lalu tema ini selalu diilustrasikan oleh Merton yaitu the Self Fullfilling Prophecy serta dalam buku Sosial structure And Anomie. Disini Merton berupaya menunjukkan bagaimana bangun sosial memberikan tekanan yang jelas pada orang-orang tertentu yang benar dalam warga sehingga mereka semakin , menunjukkan akhlak non konformis ketimbang konformis. Menurut Merton, anomie tidak hendak muncul sejauh masyarakkat menyediakan sarana prasarana kelembagaan untuk sampai tujuan-tujuan kultur tersebut.

Dari berbagai penajabaran yang benar Pemahaman Merton membawa pada tantangan untuk mengkonfirmasi segala pemikiran yang telah benar. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang semakin jauh berlainan dengan apa yang pemikiran Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu pengetahuan, tak pelak dalam struktural fungsionalisme.

Teoriwan berpengaruh

  • Kingsley Davis
  • Michael Denton
  • Émile Durkheim
  • David Keen
  • Niklas Luhmann
  • Bronisław Malinowski
  • Robert K. Merton
  • Wilbert E. Moore
  • George Murdock
  • Talcott Parsons
  • Alfred Reginald Radcliffe-Brown
  • Herbert Spencer
  • Fei Xiaotong

Lihat juga

  • Antropologi aturan sejak dahulu kala
  • Antropologi struktural
  • Ekonomi institusi baru
  • Interaksionisme simbolis
  • Neofungsionalisme [sosiologi]
  • Pascastrukturalisme
  • Rantai kekosongan
  • Strukturalisme
  • Strukturalisme fungsional
  • Teori sistem
  • Teori sistem sosioteknik

Bahan bacaan

  • Barnard, A. 2000. History and Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Barnard, A., and Good, A. 1984. Research Practices in the Study of Kinship. London: Academic Press.
  • Barnes, J. 1971. Three Styles in the Study of Kinship. London: Butler & Tanner.
  • Holy, L. 1996. Anthropological Perspectives on Kinship. London: Pluto Press.
  • Kuper, A. 1988. The Invention of Primitive Society: Transformations of an Illusion. London: Routledge.
  • Kuper, A. 1996. Anthropology and Anthropologists. London: Routledge.
  • Layton, R. 1997. An Introduction to Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Leach, E. 1954. Political Systems of Highland Burma. London: Bell.
  • Leach, E. 1966. Rethinking Anthropology. Northampton: Dickens.
  • Levi-Strauss, C. 1969. The Elementary Structures of Kinship. London: Eyre and Spottis-woode.
  • Coser, L., [1977] Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context, 2nd Ed., Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., pp. 140–143.
  • Craib, I., [1992] Modern Social Theory: From Parsons to Habermas, Harvester Wheatsheaf, London
  • Cuff, E. & Payne, G.,[eds] [1984] Perspectives in Sociology, Allen & Unwin, London
  • Davis, K [1959]. "The Myth of Functional Analysis as a Special Method in Sociology and Anthropology", American Sociological Review, 24[6], 757-772.
  • Elster, J., [1990], “Merton's Functionalism and the Unintended Consequences of Action”, in Clark, J., Modgil, C. & Modgil, S., [eds] Robert Merton: Consensus and Controversy, Falmer Press, London, pp. 129–35
  • Gingrich , P., [1999] “Functionalism and Parsons” in Sociology 250 Subject Notes, University of Regina, accessed, 24/5/06, uregina.ca
  • Holmwood, J., [2005] “Functionalism and its Critics” in Harrington, A., [ed] Modern Social Theory: an introduction, Oxford University Press, Oxford, pp. 87–109
  • Homans, George Casper [1962]. Sentiments and Activities. New York: The Free Press of Glencoe.
  • Hoult, Thomas Ford [1969]. Dictionary of Modern Sociology.
  • Lenski, Gerhard [1966]. "Power and Privilege: A Theory of Social Stratification." New York: McGraw-Hill.
  • Lenski, Gerhard [2005]. "Evolutionary-Ecological Theory." Boulder, CO: Paradigm.
  • Maryanski, Alexandra [1998]. "Evolutionary Sociology." Advances in Human Ecology. 7:1-56.
  • Maryanski, Alexandra and Jonathan Turner [1992]. "The Social Cage: Human Nature and the Evolution of Society." Stanford: Stanford University Press.
  • Marshall, Gordon [1994]. The Concise Oxford Dictionary of Sociology. ISBN 019285237X
  • Merton, Robert [1957]. Social Theory and Social Structure, revised and enlarged. London: The Free Press of Glencoe.
  • Nolan, Patrick and Gerhard Lenski [2004]. Human Societies: An Introduction to Macrosociology." Boulder, CO: Paradigm.
  • Parsons, Talcott [1951] The Social System, Routledge, London
  • Parsons, T., & Shils, A., [eds] [1976] Toward a General Theory of Action, Harvard University Press, Cambridge
  • Parsons, T., [1961] Theories of Society: foundations of modern sociological theory, Free Press, New York
  • Perey, Arnold [2005] "Malinowski, His Diary, and Men Today [with a note on the nature of Malinowskian functionalism]
  • Ritzer, G., [1983] Sociological Theory, Knopf Inc, New York
  • Sanderson, Stephen K. [1999]. "Social Transformations: A General Theory of Historical Development." Lanham, MD: Rowman & Littlefield.
  • Turner, Jonathan [1985]. "Herbert Spencer: A Renewed Appreciation." Beverly Hills: Sage.
  • Turner, Jonathan [1995]. "Macrodynamics: Toward a Theory on the Organization of Human Populations." New Brunswick: Rutgers University Press.
  • Turner, Jonathan and Jan Stets [2005]. "The Sociology of Emotions." Cambridge. Cambridge University Press.

Catatan kaki

  1. ^ Urry, John [2000]. "Metaphors". Sociology beyond societies: mobilities for the twenty-first century. Routledge. hlm. 23. ISBN 978-0-415-19089-3. 
  2. ^ Talcott Parsons, "The Present Status of "Structural-Functional" Theory in Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The Free Press, 1975.
  3. ^ Bourricaud, F. 'The Sociology of Talcott Parsons' Chicago University Press. ISBN 0-226-067564. p. 94

edunitas.com

Page 2

Fungsionalisme struktural adalah suatu sudut pandang lapang dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan warga sbg suatu struktur dengan bagian-bagian yang saling berkomunikasi. Fungsionalisme menafsirkan warga secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, norma budaya, tradisi dan institusi. Suatu analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian warga ini sbg "organ" yang memainkan pekerjaan demi berfungsinya seluruh "badan" secara wajar.[1] Dalam guna paling mendasar, istilah ini menekankan "upaya sbg menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, norma budaya, atau praktik, pengahabisannya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Bagi Talcott Parsons, "fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis ilmu sosial, bukan suatu mazhab pemikiran.[2][3]

Asumsi dasar

Teori fungsionalisme struktural adalah suatu propertti teori yang paling akbar pengaruhnya dalam ilmu sosial di seratus tahun sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali menyalakan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap warga sbg organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut adalah hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap mampu bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan sbg sampai keteraturan sosial. Teori struktural fungsional ini awalnya berangkat dari pemikiran Emile Durkheim, dimana pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan pemikirannya tentang analogi organismik kemudian dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan antara warga dengan organisme, hingga belakangnya berkembang menjadi apa yang disebut dengan requisite functionalism, dimana ini menjadi panduan bagi analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa warga adalah suatu kesatuan dimana di dalamnya terdapat ronde – ronde yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem menjadi seimbang. Ronde tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga bila mempunyai yang tidak berfungsi karenanya hendak merusak keseimbangan sistem. Pemikiran inilah yang menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton tentang struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk beragam perspektif fungsional modern.

Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber. Secara umum, dua aspek dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah

  • Visi substantif tentang tindakan sosial dan
  • Strateginya dalam menganalisis struktur sosial.

Pemikiran Weber tentang tindakan sosial ini berjasa dalam perkembangan pemikiran Parsons dalam menjelaskan tentang tindakan aktor dalam menginterpretasikan keadaan.

Perkembangan Teori Struktural Fungsional

Hingga pertengahan seratus tahun, fungsionalisme menjadi teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah dibahas diatas. Sbg pandai teori yang paling mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang dia gulirkan. Parson sukses mempertahankan fungsionalisme hingga semakin dari dua setengah seratus tahun semenjak dia mempublikasikan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parson mendirikan teori sosiologinya melewati “analytical realism”, maksudnya adalah teori sosiologi mesti memakai konsep-konsep tertentu yang memadai dalam melingkupi alam luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab pada fenomena konkrit, tapi kepada elemen-elemen di dallamnya yang secara analitis mampu dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya, teori mesti melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas dari kenyataan empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang menyertainya. Dengan cara ini, pemikiran hendak mengisolasi fenomena yang melekat ketat pada hubungan kompleks yang mendirikan realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak pada penekanan tentang bagaimana pemikiran tidak berbentuk ini dipakai dalam analisis sosiologi. Sehingga yang di mampu adalah organisasi pemikiran dalam wujud sistem analisis yang mencakup persoalan alam tanpa terganggu oleh detail empiris.

Sistem tindakan dikenalkan parson dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu tindakan, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem tindakan hanya hendak bertahan bila memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sbg orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai. Terdapay berberapa jenis motivasi, ditengahnya kognitif, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga nilai-nilai yang bertanggungjawab terhadap sistem sosoial ini, ditengahnya nilai kognisi, apresiasi, dan moral. Parson sendiri menyebutnya sbg modes of orientation. Unit tindakan olehkarenaya melibatkan motivasi dan orientasi nilai dan memiliki tujuan umum sbg konsekuensi kombinasi dari nilai dan motivasi-motivasi tersebut terhadap seorang aktor.

Belakang dari analisis ini adalah visi metafisis yang akbar oleh alam yang telah menimpa eksistensi manusia. Analisis parson merepresentasikan suatu usaha sbg mengkategorisasikan alam kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran memakai media tersebut. Analisis ini pada belakangnya semakin filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori. Pembahasan tentang fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa pada awalnya Merton mengkritik beberapa aspek ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sbg pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini berlainan dari sang guru, Talcott Parson mengemukakan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang akbar dan mencakup seluruhnya sedangkan parson semakin terbatas dan menengah.

Seperti penjelasan singkat sebelumnya, Merton mengkritik apa yang dilihatnya sbg tiga postulat dasar analisis fungsional[ hal ini pula seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun beberapa postulat tersebut antara lain:

  • Kesatuan fungsi warga , seluruh kepercayaan dan praktik sosial hukum budaya standard bersifat fungsional bagi warga secara keseluruhan maupun bagi individu dalam warga, hal ini berfaedah sistem sosial yang mempunyai pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlanjut pada warga kecil tetapi generalisasi pada warga yang semakin akbar.
  • Fungsionalisme universal , seluruh wujud dan stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam alam nyata tidak seluruh struktur , norma budaya istiadat, gagasan dan keyakinan, serta sbgnya memiliki fungsi positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan norma budaya istiadat yang mengatur individu bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi hingga bunuh diri. Postulat structural fungsional menjadi bertentangan.
  • Indispensability, aspek standard warga tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan ronde anggota yang tidak terpisahkan dari keseluruhan. Hal ini berfaedah fungsi secara fungsional diperlukan oleh warga. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada beragam alternative structural dan fungsional yang mempunyai di dalam warga yang tidak mampu dihindari.

Argumentasi Merton diterangkan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat yang mempunyai didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton bahwa analsisi structural fungsional memusatkan pada organisasi, kumpulan, warga dan norma budaya istiadat, objek-objek yang dibedah dari structural fungsional harsuslah terpola dan berlang, merespresentasikan unsure standard.

Awalnya arus fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara keseluruhan, namun Merton menjelaskan bahwa mampu juga diterapkan pada organisasi, institusi dan kumpulan. Dalam penjelasan ini Merton memberikan pemikiran tentang the middle range theory. Merton mengemukakan bahwa para pandai sosiologi mesti semakin maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori akbar. Teori taraf menengah itu dirumuskan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di antara hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang berkembang makin akbar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang mencakup semuanya mengembangkan uato teori terpadu yang hendak menjelaskan semua keseragaman yang dilihat dan diamati dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada prinsipnya dipakai dalam sosiologi sbg membimbing penelitian empiris. Dia adalah jembatan penghubung teori umum tentang istem social yang terlalu jauh dari kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan perubahan sbg mempertanggungjawabkan apa yang dilihat dan diamati, dan gambaran terinci secara teratur tentang hal-hal tertentu yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori sosiologi adalah kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis dimana kesatuan empiris bisa diperoleh.

The middle range theory adalah teori-teori yang terletak pada minor tetapi hipotesis kerja mengembangkan penelitian sehari-hari yang menyeluruh dan keseluruhan upaya sistematis yang inklusif sbg mengembangkan teori yang utuh. The middle range theory Merton ini memiliki beragam pemahaman bahwa secara prinsip dipakai sbg panduan temuan-temuan empiris, adalah lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan sbg mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan, mencakup abstraksi, tetapi dia cukup jelas dengan data yang terobservasi sbg digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Dalam hal ini Merton seakan melaksanakan tarik dan menyambung, berfaedah apa yang dia kritik terhadap fungsionalis adalah jalan yang dia tempuh sbg menyambung apa yang dia pikirkan. Atau dianalogikan, Merton mengambil propertti teori kemudian di benturkan setelah itu dia perbaiki lagi dengan konseptual yang menurut kami sangat menarik.

Para stuktural fungsional pada awalnya memustakan pada fungsi dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Bagi Merton hal ini tidaklah demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis awal cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri merumuskan fungsi sbg konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang membuat adaptasi atau penyesuian, karena selalu mempunyai konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial yang mempunyai tidaklah positif tetapi mempunyai negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan gagasan hendak disfungsi. Ketika struktur dan fungsi dpat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi mampu mengandung konsekuensi negative pada ronde lain.Hal ini mampu dicontohkan, struktur warga patriarki c memberkan kontribusi positif bagi kaum laki-laki sbg memegang wewenang dalam keputusan kemasyarakatan, tetapi hal ini mengandung konsekuensi negative bagi kaum perempuan karena aspirasi mereka dalam keputusan terbatas. Gagasan non fungsi pun , dilontarkan oleh Merton. Merton mengemukakan nonfungsi sbg konsekuensi tidak relevan bagi sistem tersebut. Dapatkonsekuensi positif dimasa lalu tapi tidak dimasa sekarang.Tidaklah mampu ditentukan manakah yang semakin penting fungsi-fungsi positif atau disfungsi. Sbg itu Merton menambahkan gagasan melewati keseimbangan mapan dan level analisis fungsional.

Dalam penjelasan semakin lanjut , Merton mengemukakan tentang fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest adalah fungsi yang dikehendaki, laten adalah yang tidak dikehendaki.Karenanya dalam stuktur yang mempunyai, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu struktur disfungsional hendak selalu mempunyai. Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dilakukan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari cara. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori tindakan dengan fungsionalisme. Hal ini berimplikasi pada ketidakpasan antara intersionalitas dengan fungsionalisme structural. Kami rasa dalam hal ini pun Merton terlalu naïf dalam mengedepankan idealismenya tentang struktur dan dengan beraninya dia mengemukakan dia beraliran fungsionalis, tapi dia pun mengkritik akar pemikiran yang mendahuluinya. Tetapi, semakin jauh dari itu pemikirannya tentang fungsi manifest dan laten telah membuka kekauan bahwa fungsi selalu berada dalam daftar menu struktur. Merton pun mengungkap bahwa tidak semua struktur sosial tidak mampu diubah oleh sistem sosial. Tetapi beberapa sistem sosial mampu dibubarkan. Dengan mengakui bahwa struktur sosia mampu membuka jalan bagi perubahan sosial.

Analisi Merton tentang hubungan antara norma budaya istiadat, struktur, dan anomi. Hukum budaya dirumuskan sbg rangkaian nilai normative teratur yang mengendalikan perilaku yang sama sbg seluruh anggota warga. Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur dan memeprnagaruhi anggota warga atau kumpulan tertentu dengan cara lain. Anomi terjadi bila ketika terdapat disjungsi sempit antara norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota kumpulan sbg memerankan menurut norma dan tujuan tersebut. Posisi mereka dalam struktur makamirakat beberapa orang tidak mampu bertindakm menurut norma-norma normative . norma budaya istiadat menghendaki mempunyainya beberapa jenis perilaku yang dicegah oleh struktur sosial. Merton menghubungkan anomi dengan kelainan dan dengan demikian disjungsi antara kebudayan dnegan struktur hendak melahirkan konsekuensi disfungsional yakni kelainan dalam warga. Anomi Merton memang sikap kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan bahwa teori structural fungsionalisme ini aharus semakin kritis dengan stratifikasi sosialnya. Bahwa sturktur makamirakat yangselalu berstratifikasi dan masing-masing memiliki fungsi yang selama ini diyakini para fungsionalis, menurut mampu mengindikasikan disfungsi dan anomi. Dalam hal ini kami setuju dengan Merton,dalam sensory experiences yang pernah kami dapatkan, dimana mempunyai keteraturan karenanya mesti siap deng ketidakteraturan, dalam struktur yang teratur, kedinamisan terus berlanjut tidak pada status di dalamnya tapi kaitan dalama peran. Anomi atau disfungsi cenderung ada dipahami ketika peran dalam struktu berlandaskan status tidak dijalankan akibat beragam factor. Apapun alasannya anomi dalam struktur lagi pula yang kaku hendak cenderung semakin akbar. Dari sini, Merton tidak selesai dengan deskripsi tentang struktur , hendak tetapi terus membawa kepribadian sbg produk organisasi struktur tersebut. Pengaruh lembaga atau struktur terhadap perilaku seseorang adalah adalah tema yang merasuk ke dalam karya Merton, lalu tema ini selalu diilustrasikan oleh Merton yaitu the Self Fullfilling Prophecy serta dalam buku Sosial structure And Anomie. Disini Merton berupaya menunjukkan bagaimana struktur sosial memberikan tekanan yang jelas pada orang-orang tertentu yang mempunyai dalam warga sehingga mereka semakin , menunjukkan kelakuan non konformis ketimbang konformis. Menurut Merton, anomie tidak hendak muncul sejauh masyarakkat menyediakan sarana prasarana kelembagaan sbg sampai tujuan-tujuan kultur tersebut.

Dari beragam penajabaran yang mempunyai Pemahaman Merton membawa pada tantangan sbg mengkonfirmasi segala pemikiran yang telah mempunyai. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang semakin jauh berlainan dengan apa yang pemikiran Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu ilmu, tidak pelak dalam struktural fungsionalisme.

Teoriwan berpengaruh

  • Kingsley Davis
  • Michael Denton
  • Émile Durkheim
  • David Keen
  • Niklas Luhmann
  • Bronisław Malinowski
  • Robert K. Merton
  • Wilbert E. Moore
  • George Murdock
  • Talcott Parsons
  • Alfred Reginald Radcliffe-Brown
  • Herbert Spencer
  • Fei Xiaotong

Lihat pula

  • Antropologi hukum budaya
  • Antropologi struktural
  • Ekonomi institusi baru
  • Interaksionisme simbolis
  • Neofungsionalisme [sosiologi]
  • Pascastrukturalisme
  • Rantai kekosongan
  • Strukturalisme
  • Strukturalisme fungsional
  • Teori sistem
  • Teori sistem sosioteknik

Bahan bacaan

  • Barnard, A. 2000. History and Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Barnard, A., and Good, A. 1984. Research Practices in the Study of Kinship. London: Academic Press.
  • Barnes, J. 1971. Three Styles in the Study of Kinship. London: Butler & Tanner.
  • Holy, L. 1996. Anthropological Perspectives on Kinship. London: Pluto Press.
  • Kuper, A. 1988. The Invention of Primitive Society: Transformations of an Illusion. London: Routledge.
  • Kuper, A. 1996. Anthropology and Anthropologists. London: Routledge.
  • Layton, R. 1997. An Introduction to Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Leach, E. 1954. Political Systems of Highland Burma. London: Bell.
  • Leach, E. 1966. Rethinking Anthropology. Northampton: Dickens.
  • Levi-Strauss, C. 1969. The Elementary Structures of Kinship. London: Eyre and Spottis-woode.
  • Coser, L., [1977] Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context, 2nd Ed., Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., pp. 140–143.
  • Craib, I., [1992] Modern Social Theory: From Parsons to Habermas, Harvester Wheatsheaf, London
  • Cuff, E. & Payne, G.,[eds] [1984] Perspectives in Sociology, Allen & Unwin, London
  • Davis, K [1959]. "The Myth of Functional Analysis as a Special Method in Sociology and Anthropology", American Sociological Review, 24[6], 757-772.
  • Elster, J., [1990], “Merton's Functionalism and the Unintended Consequences of Action”, in Clark, J., Modgil, C. & Modgil, S., [eds] Robert Merton: Consensus and Controversy, Falmer Press, London, pp. 129–35
  • Gingrich , P., [1999] “Functionalism and Parsons” in Sociology 250 Subject Notes, University of Regina, accessed, 24/5/06, uregina.ca
  • Holmwood, J., [2005] “Functionalism and its Critics” in Harrington, A., [ed] Modern Social Theory: an introduction, Oxford University Press, Oxford, pp. 87–109
  • Homans, George Casper [1962]. Sentiments and Activities. New York: The Free Press of Glencoe.
  • Hoult, Thomas Ford [1969]. Dictionary of Modern Sociology.
  • Lenski, Gerhard [1966]. "Power and Privilege: A Theory of Social Stratification." New York: McGraw-Hill.
  • Lenski, Gerhard [2005]. "Evolutionary-Ecological Theory." Boulder, CO: Paradigm.
  • Maryanski, Alexandra [1998]. "Evolutionary Sociology." Advances in Human Ecology. 7:1-56.
  • Maryanski, Alexandra and Jonathan Turner [1992]. "The Social Cage: Human Nature and the Evolution of Society." Stanford: Stanford University Press.
  • Marshall, Gordon [1994]. The Concise Oxford Dictionary of Sociology. ISBN 019285237X
  • Merton, Robert [1957]. Social Theory and Social Structure, revised and enlarged. London: The Free Press of Glencoe.
  • Nolan, Patrick and Gerhard Lenski [2004]. Human Societies: An Introduction to Macrosociology." Boulder, CO: Paradigm.
  • Parsons, Talcott [1951] The Social System, Routledge, London
  • Parsons, T., & Shils, A., [eds] [1976] Toward a General Theory of Action, Harvard University Press, Cambridge
  • Parsons, T., [1961] Theories of Society: foundations of modern sociological theory, Free Press, New York
  • Perey, Arnold [2005] "Malinowski, His Diary, and Men Today [with a note on the nature of Malinowskian functionalism]
  • Ritzer, G., [1983] Sociological Theory, Knopf Inc, New York
  • Sanderson, Stephen K. [1999]. "Social Transformations: A General Theory of Historical Development." Lanham, MD: Rowman & Littlefield.
  • Turner, Jonathan [1985]. "Herbert Spencer: A Renewed Appreciation." Beverly Hills: Sage.
  • Turner, Jonathan [1995]. "Macrodynamics: Toward a Theory on the Organization of Human Populations." New Brunswick: Rutgers University Press.
  • Turner, Jonathan and Jan Stets [2005]. "The Sociology of Emotions." Cambridge. Cambridge University Press.

Catatan kaki

  1. ^ Urry, John [2000]. "Metaphors". Sociology beyond societies: mobilities for the twenty-first century. Routledge. hlm. 23. ISBN 978-0-415-19089-3. 
  2. ^ Talcott Parsons, "The Present Status of "Structural-Functional" Theory in Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The Free Press, 1975.
  3. ^ Bourricaud, F. 'The Sociology of Talcott Parsons' Chicago University Press. ISBN 0-226-067564. p. 94

edunitas.com

Page 3

Cara penelitian

Kuantitatif · Kualitatif
Komputasional · Etnografi

Topik dan Cabang

Fungsionalisme struktural adalah suatu sudut pandang luas dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan warga sbg suatu struktur dengan bagian-bagian yang saling berkomunikasi. Fungsionalisme menafsirkan warga secara semuanya dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, norma budaya, tradisi dan institusi. Suatu analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian warga ini sbg "organ" yang melakukan pekerjaan demi berfungsinya seluruh "badan" secara wajar.[1] Dalam guna sangat mendasar, istilah ini menekankan "upaya sbg menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, norma budaya, atau praktik, dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Untuk Talcott Parsons, "fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis ilmu sosial, bukan suatu mazhab pemikiran.[2][3]

Asumsi landasan

Teori fungsionalisme struktural adalah suatu kontruksi teori yang sangat akbar pengaruhnya dalam ilmu sosial di seratus tahun sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap warga sbg organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut adalah hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap bisa bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga mempunyai tujuan sbg sampai keteraturan sosial. Teori struktural fungsional ini awalnya berangkat dari pemikiran Emile Durkheim, dimana pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan pemikirannya tentang analogi organismik kemudian dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kecocokan antara warga dengan organisme, sampai pengahabisannya mengembang menjadi apa yang dinamakan dengan requisite functionalism, dimana ini menjadi panduan untuk analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa warga adalah suatu kesatuan dimana di dalamnya terdapat ronde – ronde yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem menjadi seimbang. Ronde tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga bila mempunyai yang tidak berfungsi karenanya hendak merusak keseimbangan sistem. Pemikiran inilah yang menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton tentang struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk beragam perspektif fungsional modern.

Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber. Secara umum, dua bidang dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah

  • Visi substantif tentang tindakan sosial dan
  • Strateginya dalam menganalisis struktur sosial.

Pemikiran Weber tentang tindakan sosial ini berguna dalam perkembangan pemikiran Parsons dalam menjelaskan tentang tindakan aktor dalam menginterpretasikan kondisi.

Perkembangan Teori Struktural Fungsional

Sampai pertengahan seratus tahun, fungsionalisme menjadi teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah dibahas diatas. Sbg pandai teori yang sangat mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang dia gulirkan. Parson sukses mempertahankan fungsionalisme sampai lebih dari dua setengah seratus tahun semenjak dia mempublikasikan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parson mendirikan teori sosiologinya melewati “analytical realism”, maksudnya adalah teori sosiologi mesti memakai konsep-konsep tertentu yang memadai dalam melingkupi alam luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab pada fenomena konkrit, tapi kepada elemen-elemen di dallamnya yang secara analitis bisa dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya, teori mesti melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas dari kenyataan empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang menyertainya. Dengan cara ini, konsep hendak mengisolasi fenomena yang melekat dekat pada hubungan kompleks yang mendirikan realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak pada penekanan tentang bagaimana konsep tidak berbentuk ini dipakai dalam analisis sosiologi. Sehingga yang di bisa adalah organisasi konsep dalam wujud sistem analisis yang mencakup masalah alam tanpa terganggu oleh detail empiris.

Sistem tindakan dikenalkan parson dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu tindakan, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem tindakan hanya hendak bertahan bila memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sbg orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai. Terdapay berberapa macam motivasi, diantaranya kognitif, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga nilai-nilai yang bertanggungjawab terhadap sistem sosoial ini, diantaranya nilai kognisi, apresiasi, dan moral. Parson sendiri menyebutnya sbg modes of orientation. Unit tindakan olehkarenaya melibatkan motivasi dan orientasi nilai dan mempunyai tujuan umum sbg konsekuensi kombinasi dari nilai dan motivasi-motivasi tersebut terhadap seorang aktor.

Kemudian dari analisis ini adalah visi metafisis yang akbar oleh alam yang telah menimpa eksistensi manusia. Analisis parson merepresentasikan suatu usaha sbg mengkategorisasikan alam kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran memakai media tersebut. Analisis ini pada pengahabisannya lebih filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori. Pembahasan tentang fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa pada awalnya Merton mengkritik beberapa bidang ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sbg pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini berlainan dari sang guru, Talcott Parson mengemukakan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang akbar dan mencakup seluruhnya sedangkan parson lebih terbatas dan menengah.

Seperti penjelasan singkat sebelumnya, Merton mengkritik apa yang diamatinya sbg tiga postulat landasan analisis fungsional[ hal ini pula seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun beberapa postulat tersebut antara lain:

  • Kesatuan fungsi warga , seluruh keyakinan dan praktik sosial budaya standard bersifat fungsional untuk warga secara semuanya maupun untuk individu dalam warga, hal ini berfaedah sistem sosial yang mempunyai pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlanjut pada warga kecil tetapi generalisasi pada warga yang lebih akbar.
  • Fungsionalisme universal , seluruh wujud dan stuktur sosial mempunyai fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam alam nyata tidak seluruh struktur , norma budaya istiadat, gagasan dan keyakinan, serta sbgnya mempunyai fungsi positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan norma budaya istiadat yang mengatur individu bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi sampai bunuh diri. Postulat structural fungsional menjadi bertentangan.
  • Indispensability, bidang standard warga tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan ronde anggota yang tidak terpisahkan dari semuanya. Hal ini berfaedah fungsi secara fungsional diperlukan oleh warga. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada beragam alternative structural dan fungsional yang mempunyai di dalam warga yang tidak bisa dihindari.

Argumentasi Merton diterangkan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat yang mempunyai didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton bahwa analsisi structural fungsional memusatkan pada organisasi, kumpulan, warga dan kebudayaan, objek-objek yang dibedah dari structural fungsional harsuslah terpola dan berlang, merespresentasikan unsure standard.

Awalnya arus fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara semuanya, namun Merton menjelaskan bahwa bisa juga dilaksanakan pada organisasi, institusi dan kumpulan. Dalam penjelasan ini Merton memberikan pemikiran tentang the middle range theory. Merton mengemukakan bahwa para pandai sosiologi mesti lebih maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori akbar. Teori taraf menengah itu dirumuskan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di antara hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang mengembang makin akbar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang mencakup semuanya mengembangkan uato teori terpadu yang hendak menjelaskan semua keseragaman yang diamati dan diteliti dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada prinsipnya dipakai dalam sosiologi sbg membimbing penelitian empiris. Dia adalah jembatan penghubung teori umum tentang istem social yang terlalu jauh dari kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan perubahan sbg mempertanggungjawabkan apa yang diamati dan diteliti, dan gambaran terinci secara teratur tentang hal-hal tertentu yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori sosiologi adalah kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis dimana kesatuan empiris dapat diperoleh.

The middle range theory adalah teori-teori yang terletak pada minor tetapi hipotesis kerja mengembangkan penelitian sehari-hari yang menyeluruh dan semuanya upaya sistematis yang inklusif sbg mengembangkan teori yang utuh. The middle range theory Merton ini mempunyai beragam pemahaman bahwa secara prinsip dipakai sbg panduan temuan-temuan empiris, adalah lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan sbg mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan, mencakup abstraksi, tetapi dia cukup jelas dengan data yang terobservasi sbg digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Dalam hal ini Merton seakan melaksanakan tarik dan menyambung, berfaedah apa yang dia kritik terhadap fungsionalis adalah jalan yang dia tempuh sbg menyambung apa yang dia pikirkan. Atau dianalogikan, Merton mengambil kontruksi teori kemudian di benturkan sesudah itu dia perbaiki lagi dengan konseptual yang menurut kami sangat menarik.

Para stuktural fungsional pada awalnya memustakan pada fungsi dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Untuk Merton hal ini tidaklah demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis awal cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri mendefinisikan fungsi sbg konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang membuat adaptasi atau penyesuian, karena selalu mempunyai konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial yang mempunyai tidaklah positif tetapi mempunyai negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan gagasan hendak disfungsi. Ketika struktur dan fungsi dpat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi bisa mengandung konsekuensi negative pada ronde lain.Hal ini bisa dicontohkan, struktur warga patriarki c memberkan kontribusi positif untuk kaum laki-laki sbg memegang wewenang dalam keputusan kemasyarakatan, tetapi hal ini mengandung konsekuensi negative untuk kaum perempuan karena aspirasi mereka dalam keputusan terbatas. Gagasan non fungsi pun , dilontarkan oleh Merton. Merton mengemukakan nonfungsi sbg konsekuensi tidak relevan untuk sistem tersebut. Dapatkonsekuensi positif dimasa lalu tapi tidak dimasa sekarang.Tidaklah bisa ditentukan manakah yang lebih penting fungsi-fungsi positif atau disfungsi. Sbg itu Merton menambahkan gagasan melewati keseimbangan mapan dan level analisis fungsional.

Dalam penjelasan lebih lanjut , Merton mengemukakan tentang fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest adalah fungsi yang dikehendaki, laten adalah yang tidak dikehendaki.Karenanya dalam stuktur yang mempunyai, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu struktur disfungsional hendak selalu mempunyai. Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dilakukan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari cara. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori tindakan dengan fungsionalisme. Hal ini berimplikasi pada ketidakpasan antara intersionalitas dengan fungsionalisme structural. Kami rasa dalam hal ini pun Merton terlalu naïf dalam mengedepankan idealismenya tentang struktur dan dengan beraninya dia mengemukakan dia beraliran fungsionalis, tapi dia pun mengkritik akar pemikiran yang mendahuluinya. Tetapi, lebih jauh dari itu konsepnya tentang fungsi manifest dan laten telah membuka kekauan bahwa fungsi selalu berada dalam daftar menu struktur. Merton pun mengungkap bahwa tidak semua struktur sosial tidak bisa diubah oleh sistem sosial. Tetapi beberapa sistem sosial bisa ditiadakan. Dengan mengakui bahwa struktur sosia bisa membuka jalan untuk perubahan sosial.

Analisi Merton tentang hubungan antara kebudayaan, struktur, dan anomi. Budaya dirumuskan sbg rangkaian nilai normative teratur yang mengendalikan perilaku yang sama sbg seluruh anggota warga. Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur dan memeprnagaruhi anggota warga atau kumpulan tertentu dengan cara lain. Anomi terjadi bila ketika terdapat disjungsi sempit antara norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota kumpulan sbg berperan menurut norma dan tujuan tersebut. Posisi mereka dalam struktur makamirakat beberapa orang tidak bisa bertindakm menurut norma-norma normative . kebudayaan menghendaki mempunyainya beberapa jenis perilaku yang dicegah oleh struktur sosial. Merton menghubungkan anomi dengan kelainan dan dengan demikian disjungsi antara kebudayan dnegan struktur hendak melahirkan konsekuensi disfungsional yakni kelainan dalam warga. Anomi Merton memang sikap kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan bahwa teori structural fungsionalisme ini aharus lebih kritis dengan stratifikasi sosialnya. Bahwa sturktur makamirakat yangselalu berstratifikasi dan masing-masing mempunyai fungsi yang selama ini diyakini para fungsionalis, menurut bisa mengindikasikan disfungsi dan anomi. Dalam hal ini kami setuju dengan Merton,dalam sensory experiences yang pernah kami dapatkan, dimana mempunyai keteraturan karenanya mesti siap deng ketidakteraturan, dalam struktur yang teratur, kedinamisan terus berlanjut tidak pada status di dalamnya tapi kaitan dalama peran. Anomi atau disfungsi cenderung ada dipahami ketika peran dalam struktu berlandaskan status tidak dijalankan dampak beragam factor. Apapun alasannya anomi dalam struktur lebih-lebih yang kaku hendak cenderung lebih akbar. Dari sini, Merton tidak selesai dengan deskripsi tentang struktur , hendak tetapi terus membawa kepribadian sbg produk organisasi struktur tersebut. Pengaruh lembaga atau struktur terhadap perilaku seseorang adalah adalah tema yang merasuk ke dalam karya Merton, lalu tema ini selalu diilustrasikan oleh Merton yaitu the Self Fullfilling Prophecy serta dalam buku Sosial structure And Anomie. Disini Merton berusaha menunjukkan bagaimana struktur sosial memberikan tekanan yang jelas pada orang-orang tertentu yang mempunyai dalam warga sehingga mereka lebih , menunjukkan kelakuan non konformis ketimbang konformis. Menurut Merton, anomie tidak hendak muncul sejauh masyarakkat menyediakan fasilitas kelembagaan sbg sampai tujuan-tujuan kultur tersebut.

Dari beragam penajabaran yang mempunyai Pemahaman Merton membawa pada tantangan sbg mengkonfirmasi segala pemikiran yang telah mempunyai. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang lebih jauh berlainan dengan apa yang pemikiran Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu ilmu, tidak pelak dalam struktural fungsionalisme.

Teoriwan berpengaruh

  • Kingsley Davis
  • Michael Denton
  • Émile Durkheim
  • David Keen
  • Niklas Luhmann
  • Bronisław Malinowski
  • Robert K. Merton
  • Wilbert E. Moore
  • George Murdock
  • Talcott Parsons
  • Alfred Reginald Radcliffe-Brown
  • Herbert Spencer
  • Fei Xiaotong

Lihat juga

  • Antropologi budaya
  • Antropologi struktural
  • Ekonomi institusi baru
  • Interaksionisme simbolis
  • Neofungsionalisme [sosiologi]
  • Pascastrukturalisme
  • Rantai kekosongan
  • Strukturalisme
  • Strukturalisme fungsional
  • Teori sistem
  • Teori sistem sosioteknik

Bahan bacaan

  • Barnard, A. 2000. History and Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Barnard, A., and Good, A. 1984. Research Practices in the Study of Kinship. London: Academic Press.
  • Barnes, J. 1971. Three Styles in the Study of Kinship. London: Butler & Tanner.
  • Holy, L. 1996. Anthropological Perspectives on Kinship. London: Pluto Press.
  • Kuper, A. 1988. The Invention of Primitive Society: Transformations of an Illusion. London: Routledge.
  • Kuper, A. 1996. Anthropology and Anthropologists. London: Routledge.
  • Layton, R. 1997. An Introduction to Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Leach, E. 1954. Political Systems of Highland Burma. London: Bell.
  • Leach, E. 1966. Rethinking Anthropology. Northampton: Dickens.
  • Levi-Strauss, C. 1969. The Elementary Structures of Kinship. London: Eyre and Spottis-woode.
  • Coser, L., [1977] Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context, 2nd Ed., Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., pp. 140–143.
  • Craib, I., [1992] Modern Social Theory: From Parsons to Habermas, Harvester Wheatsheaf, London
  • Cuff, E. & Payne, G.,[eds] [1984] Perspectives in Sociology, Allen & Unwin, London
  • Davis, K [1959]. "The Myth of Functional Analysis as a Special Method in Sociology and Anthropology", American Sociological Review, 24[6], 757-772.
  • Elster, J., [1990], “Merton's Functionalism and the Unintended Consequences of Action”, in Clark, J., Modgil, C. & Modgil, S., [eds] Robert Merton: Consensus and Controversy, Falmer Press, London, pp. 129–35
  • Gingrich , P., [1999] “Functionalism and Parsons” in Sociology 250 Subject Notes, University of Regina, accessed, 24/5/06, uregina.ca
  • Holmwood, J., [2005] “Functionalism and its Critics” in Harrington, A., [ed] Modern Social Theory: an introduction, Oxford University Press, Oxford, pp. 87–109
  • Homans, George Casper [1962]. Sentiments and Activities. New York: The Free Press of Glencoe.
  • Hoult, Thomas Ford [1969]. Dictionary of Modern Sociology.
  • Lenski, Gerhard [1966]. "Power and Privilege: A Theory of Social Stratification." New York: McGraw-Hill.
  • Lenski, Gerhard [2005]. "Evolutionary-Ecological Theory." Boulder, CO: Paradigm.
  • Maryanski, Alexandra [1998]. "Evolutionary Sociology." Advances in Human Ecology. 7:1-56.
  • Maryanski, Alexandra and Jonathan Turner [1992]. "The Social Cage: Human Nature and the Evolution of Society." Stanford: Stanford University Press.
  • Marshall, Gordon [1994]. The Concise Oxford Dictionary of Sociology. ISBN 019285237X
  • Merton, Robert [1957]. Social Theory and Social Structure, revised and enlarged. London: The Free Press of Glencoe.
  • Nolan, Patrick and Gerhard Lenski [2004]. Human Societies: An Introduction to Macrosociology." Boulder, CO: Paradigm.
  • Parsons, Talcott [1951] The Social System, Routledge, London
  • Parsons, T., & Shils, A., [eds] [1976] Toward a General Theory of Action, Harvard University Press, Cambridge
  • Parsons, T., [1961] Theories of Society: foundations of modern sociological theory, Free Press, New York
  • Perey, Arnold [2005] "Malinowski, His Diary, and Men Today [with a note on the nature of Malinowskian functionalism]
  • Ritzer, G., [1983] Sociological Theory, Knopf Inc, New York
  • Sanderson, Stephen K. [1999]. "Social Transformations: A General Theory of Historical Development." Lanham, MD: Rowman & Littlefield.
  • Turner, Jonathan [1985]. "Herbert Spencer: A Renewed Appreciation." Beverly Hills: Sage.
  • Turner, Jonathan [1995]. "Macrodynamics: Toward a Theory on the Organization of Human Populations." New Brunswick: Rutgers University Press.
  • Turner, Jonathan and Jan Stets [2005]. "The Sociology of Emotions." Cambridge. Cambridge University Press.

Catatan kaki

  1. ^ Urry, John [2000]. "Metaphors". Sociology beyond societies: mobilities for the twenty-first century. Routledge. hlm. 23. ISBN 978-0-415-19089-3. 
  2. ^ Talcott Parsons, "The Present Status of "Structural-Functional" Theory in Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The Free Press, 1975.
  3. ^ Bourricaud, F. 'The Sociology of Talcott Parsons' Chicago University Press. ISBN 0-226-067564. p. 94

edunitas.com

Page 4

Cara penelitian

Kuantitatif · Kualitatif
Komputasional · Etnografi

Topik dan Cabang

Fungsionalisme struktural adalah suatu sudut pandang luas dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan warga sbg suatu struktur dengan bagian-bagian yang saling berkomunikasi. Fungsionalisme menafsirkan warga secara semuanya dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, norma budaya, tradisi dan institusi. Suatu analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian warga ini sbg "organ" yang melakukan pekerjaan demi berfungsinya seluruh "badan" secara wajar.[1] Dalam guna sangat mendasar, istilah ini menekankan "upaya sbg menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, norma budaya, atau praktik, dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Untuk Talcott Parsons, "fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis ilmu sosial, bukan suatu mazhab pemikiran.[2][3]

Asumsi landasan

Teori fungsionalisme struktural adalah suatu kontruksi teori yang sangat akbar pengaruhnya dalam ilmu sosial di seratus tahun sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap warga sbg organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut adalah hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap bisa bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga mempunyai tujuan sbg sampai keteraturan sosial. Teori struktural fungsional ini awalnya berangkat dari pemikiran Emile Durkheim, dimana pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan pemikirannya tentang analogi organismik kemudian dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kecocokan antara warga dengan organisme, sampai pengahabisannya mengembang menjadi apa yang dinamakan dengan requisite functionalism, dimana ini menjadi panduan untuk analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa warga adalah suatu kesatuan dimana di dalamnya terdapat ronde – ronde yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem menjadi seimbang. Ronde tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga bila mempunyai yang tidak berfungsi karenanya hendak merusak keseimbangan sistem. Pemikiran inilah yang menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton tentang struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk beragam perspektif fungsional modern.

Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber. Secara umum, dua bidang dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah

  • Visi substantif tentang tindakan sosial dan
  • Strateginya dalam menganalisis struktur sosial.

Pemikiran Weber tentang tindakan sosial ini berguna dalam perkembangan pemikiran Parsons dalam menjelaskan tentang tindakan aktor dalam menginterpretasikan kondisi.

Perkembangan Teori Struktural Fungsional

Sampai pertengahan seratus tahun, fungsionalisme menjadi teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah dibahas diatas. Sbg pandai teori yang sangat mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang dia gulirkan. Parson sukses mempertahankan fungsionalisme sampai lebih dari dua setengah seratus tahun semenjak dia mempublikasikan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parson mendirikan teori sosiologinya melewati “analytical realism”, maksudnya adalah teori sosiologi mesti memakai konsep-konsep tertentu yang memadai dalam melingkupi alam luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab pada fenomena konkrit, tapi kepada elemen-elemen di dallamnya yang secara analitis bisa dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya, teori mesti melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas dari kenyataan empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang menyertainya. Dengan cara ini, konsep hendak mengisolasi fenomena yang melekat dekat pada hubungan kompleks yang mendirikan realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak pada penekanan tentang bagaimana konsep tidak berbentuk ini dipakai dalam analisis sosiologi. Sehingga yang di bisa adalah organisasi konsep dalam wujud sistem analisis yang mencakup masalah alam tanpa terganggu oleh detail empiris.

Sistem tindakan dikenalkan parson dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu tindakan, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem tindakan hanya hendak bertahan bila memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sbg orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai. Terdapay berberapa macam motivasi, diantaranya kognitif, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga nilai-nilai yang bertanggungjawab terhadap sistem sosoial ini, diantaranya nilai kognisi, apresiasi, dan moral. Parson sendiri menyebutnya sbg modes of orientation. Unit tindakan olehkarenaya melibatkan motivasi dan orientasi nilai dan mempunyai tujuan umum sbg konsekuensi kombinasi dari nilai dan motivasi-motivasi tersebut terhadap seorang aktor.

Kemudian dari analisis ini adalah visi metafisis yang akbar oleh alam yang telah menimpa eksistensi manusia. Analisis parson merepresentasikan suatu usaha sbg mengkategorisasikan alam kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran memakai media tersebut. Analisis ini pada pengahabisannya lebih filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori. Pembahasan tentang fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa pada awalnya Merton mengkritik beberapa bidang ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sbg pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini berlainan dari sang guru, Talcott Parson mengemukakan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang akbar dan mencakup seluruhnya sedangkan parson lebih terbatas dan menengah.

Seperti penjelasan singkat sebelumnya, Merton mengkritik apa yang diamatinya sbg tiga postulat landasan analisis fungsional[ hal ini pula seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun beberapa postulat tersebut antara lain:

  • Kesatuan fungsi warga , seluruh keyakinan dan praktik sosial budaya standard bersifat fungsional untuk warga secara semuanya maupun untuk individu dalam warga, hal ini berfaedah sistem sosial yang mempunyai pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlanjut pada warga kecil tetapi generalisasi pada warga yang lebih akbar.
  • Fungsionalisme universal , seluruh wujud dan stuktur sosial mempunyai fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam alam nyata tidak seluruh struktur , norma budaya istiadat, gagasan dan keyakinan, serta sbgnya mempunyai fungsi positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan norma budaya istiadat yang mengatur individu bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi sampai bunuh diri. Postulat structural fungsional menjadi bertentangan.
  • Indispensability, bidang standard warga tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan ronde anggota yang tidak terpisahkan dari semuanya. Hal ini berfaedah fungsi secara fungsional diperlukan oleh warga. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada beragam alternative structural dan fungsional yang mempunyai di dalam warga yang tidak bisa dihindari.

Argumentasi Merton diterangkan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat yang mempunyai didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton bahwa analsisi structural fungsional memusatkan pada organisasi, kumpulan, warga dan kebudayaan, objek-objek yang dibedah dari structural fungsional harsuslah terpola dan berlang, merespresentasikan unsure standard.

Awalnya arus fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara semuanya, namun Merton menjelaskan bahwa bisa juga dilaksanakan pada organisasi, institusi dan kumpulan. Dalam penjelasan ini Merton memberikan pemikiran tentang the middle range theory. Merton mengemukakan bahwa para pandai sosiologi mesti lebih maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori akbar. Teori taraf menengah itu dirumuskan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di antara hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang mengembang makin akbar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang mencakup semuanya mengembangkan uato teori terpadu yang hendak menjelaskan semua keseragaman yang diamati dan diteliti dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada prinsipnya dipakai dalam sosiologi sbg membimbing penelitian empiris. Dia adalah jembatan penghubung teori umum tentang istem social yang terlalu jauh dari kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan perubahan sbg mempertanggungjawabkan apa yang diamati dan diteliti, dan gambaran terinci secara teratur tentang hal-hal tertentu yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori sosiologi adalah kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis dimana kesatuan empiris dapat diperoleh.

The middle range theory adalah teori-teori yang terletak pada minor tetapi hipotesis kerja mengembangkan penelitian sehari-hari yang menyeluruh dan semuanya upaya sistematis yang inklusif sbg mengembangkan teori yang utuh. The middle range theory Merton ini mempunyai beragam pemahaman bahwa secara prinsip dipakai sbg panduan temuan-temuan empiris, adalah lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan sbg mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan, mencakup abstraksi, tetapi dia cukup jelas dengan data yang terobservasi sbg digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Dalam hal ini Merton seakan melaksanakan tarik dan menyambung, berfaedah apa yang dia kritik terhadap fungsionalis adalah jalan yang dia tempuh sbg menyambung apa yang dia pikirkan. Atau dianalogikan, Merton mengambil kontruksi teori kemudian di benturkan sesudah itu dia perbaiki lagi dengan konseptual yang menurut kami sangat menarik.

Para stuktural fungsional pada awalnya memustakan pada fungsi dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Untuk Merton hal ini tidaklah demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis awal cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri mendefinisikan fungsi sbg konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang membuat adaptasi atau penyesuian, karena selalu mempunyai konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial yang mempunyai tidaklah positif tetapi mempunyai negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan gagasan hendak disfungsi. Ketika struktur dan fungsi dpat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi bisa mengandung konsekuensi negative pada ronde lain.Hal ini bisa dicontohkan, struktur warga patriarki c memberkan kontribusi positif untuk kaum laki-laki sbg memegang wewenang dalam keputusan kemasyarakatan, tetapi hal ini mengandung konsekuensi negative untuk kaum perempuan karena aspirasi mereka dalam keputusan terbatas. Gagasan non fungsi pun , dilontarkan oleh Merton. Merton mengemukakan nonfungsi sbg konsekuensi tidak relevan untuk sistem tersebut. Dapatkonsekuensi positif dimasa lalu tapi tidak dimasa sekarang.Tidaklah bisa ditentukan manakah yang lebih penting fungsi-fungsi positif atau disfungsi. Sbg itu Merton menambahkan gagasan melewati keseimbangan mapan dan level analisis fungsional.

Dalam penjelasan lebih lanjut , Merton mengemukakan tentang fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest adalah fungsi yang dikehendaki, laten adalah yang tidak dikehendaki.Karenanya dalam stuktur yang mempunyai, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu struktur disfungsional hendak selalu mempunyai. Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dilakukan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari cara. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori tindakan dengan fungsionalisme. Hal ini berimplikasi pada ketidakpasan antara intersionalitas dengan fungsionalisme structural. Kami rasa dalam hal ini pun Merton terlalu naïf dalam mengedepankan idealismenya tentang struktur dan dengan beraninya dia mengemukakan dia beraliran fungsionalis, tapi dia pun mengkritik akar pemikiran yang mendahuluinya. Tetapi, lebih jauh dari itu konsepnya tentang fungsi manifest dan laten telah membuka kekauan bahwa fungsi selalu berada dalam daftar menu struktur. Merton pun mengungkap bahwa tidak semua struktur sosial tidak bisa diubah oleh sistem sosial. Tetapi beberapa sistem sosial bisa ditiadakan. Dengan mengakui bahwa struktur sosia bisa membuka jalan untuk perubahan sosial.

Analisi Merton tentang hubungan antara kebudayaan, struktur, dan anomi. Budaya dirumuskan sbg rangkaian nilai normative teratur yang mengendalikan perilaku yang sama sbg seluruh anggota warga. Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur dan memeprnagaruhi anggota warga atau kumpulan tertentu dengan cara lain. Anomi terjadi bila ketika terdapat disjungsi sempit antara norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota kumpulan sbg berperan menurut norma dan tujuan tersebut. Posisi mereka dalam struktur makamirakat beberapa orang tidak bisa bertindakm menurut norma-norma normative . kebudayaan menghendaki mempunyainya beberapa jenis perilaku yang dicegah oleh struktur sosial. Merton menghubungkan anomi dengan kelainan dan dengan demikian disjungsi antara kebudayan dnegan struktur hendak melahirkan konsekuensi disfungsional yakni kelainan dalam warga. Anomi Merton memang sikap kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan bahwa teori structural fungsionalisme ini aharus lebih kritis dengan stratifikasi sosialnya. Bahwa sturktur makamirakat yangselalu berstratifikasi dan masing-masing mempunyai fungsi yang selama ini diyakini para fungsionalis, menurut bisa mengindikasikan disfungsi dan anomi. Dalam hal ini kami setuju dengan Merton,dalam sensory experiences yang pernah kami dapatkan, dimana mempunyai keteraturan karenanya mesti siap deng ketidakteraturan, dalam struktur yang teratur, kedinamisan terus berlanjut tidak pada status di dalamnya tapi kaitan dalama peran. Anomi atau disfungsi cenderung ada dipahami ketika peran dalam struktu berlandaskan status tidak dijalankan dampak beragam factor. Apapun alasannya anomi dalam struktur lebih-lebih yang kaku hendak cenderung lebih akbar. Dari sini, Merton tidak selesai dengan deskripsi tentang struktur , hendak tetapi terus membawa kepribadian sbg produk organisasi struktur tersebut. Pengaruh lembaga atau struktur terhadap perilaku seseorang adalah adalah tema yang merasuk ke dalam karya Merton, lalu tema ini selalu diilustrasikan oleh Merton yaitu the Self Fullfilling Prophecy serta dalam buku Sosial structure And Anomie. Disini Merton berusaha menunjukkan bagaimana struktur sosial memberikan tekanan yang jelas pada orang-orang tertentu yang mempunyai dalam warga sehingga mereka lebih , menunjukkan kelakuan non konformis ketimbang konformis. Menurut Merton, anomie tidak hendak muncul sejauh masyarakkat menyediakan fasilitas kelembagaan sbg sampai tujuan-tujuan kultur tersebut.

Dari beragam penajabaran yang mempunyai Pemahaman Merton membawa pada tantangan sbg mengkonfirmasi segala pemikiran yang telah mempunyai. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang lebih jauh berlainan dengan apa yang pemikiran Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu ilmu, tidak pelak dalam struktural fungsionalisme.

Teoriwan berpengaruh

  • Kingsley Davis
  • Michael Denton
  • Émile Durkheim
  • David Keen
  • Niklas Luhmann
  • Bronisław Malinowski
  • Robert K. Merton
  • Wilbert E. Moore
  • George Murdock
  • Talcott Parsons
  • Alfred Reginald Radcliffe-Brown
  • Herbert Spencer
  • Fei Xiaotong

Lihat juga

  • Antropologi budaya
  • Antropologi struktural
  • Ekonomi institusi baru
  • Interaksionisme simbolis
  • Neofungsionalisme [sosiologi]
  • Pascastrukturalisme
  • Rantai kekosongan
  • Strukturalisme
  • Strukturalisme fungsional
  • Teori sistem
  • Teori sistem sosioteknik

Bahan bacaan

  • Barnard, A. 2000. History and Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Barnard, A., and Good, A. 1984. Research Practices in the Study of Kinship. London: Academic Press.
  • Barnes, J. 1971. Three Styles in the Study of Kinship. London: Butler & Tanner.
  • Holy, L. 1996. Anthropological Perspectives on Kinship. London: Pluto Press.
  • Kuper, A. 1988. The Invention of Primitive Society: Transformations of an Illusion. London: Routledge.
  • Kuper, A. 1996. Anthropology and Anthropologists. London: Routledge.
  • Layton, R. 1997. An Introduction to Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Leach, E. 1954. Political Systems of Highland Burma. London: Bell.
  • Leach, E. 1966. Rethinking Anthropology. Northampton: Dickens.
  • Levi-Strauss, C. 1969. The Elementary Structures of Kinship. London: Eyre and Spottis-woode.
  • Coser, L., [1977] Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context, 2nd Ed., Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., pp. 140–143.
  • Craib, I., [1992] Modern Social Theory: From Parsons to Habermas, Harvester Wheatsheaf, London
  • Cuff, E. & Payne, G.,[eds] [1984] Perspectives in Sociology, Allen & Unwin, London
  • Davis, K [1959]. "The Myth of Functional Analysis as a Special Method in Sociology and Anthropology", American Sociological Review, 24[6], 757-772.
  • Elster, J., [1990], “Merton's Functionalism and the Unintended Consequences of Action”, in Clark, J., Modgil, C. & Modgil, S., [eds] Robert Merton: Consensus and Controversy, Falmer Press, London, pp. 129–35
  • Gingrich , P., [1999] “Functionalism and Parsons” in Sociology 250 Subject Notes, University of Regina, accessed, 24/5/06, uregina.ca
  • Holmwood, J., [2005] “Functionalism and its Critics” in Harrington, A., [ed] Modern Social Theory: an introduction, Oxford University Press, Oxford, pp. 87–109
  • Homans, George Casper [1962]. Sentiments and Activities. New York: The Free Press of Glencoe.
  • Hoult, Thomas Ford [1969]. Dictionary of Modern Sociology.
  • Lenski, Gerhard [1966]. "Power and Privilege: A Theory of Social Stratification." New York: McGraw-Hill.
  • Lenski, Gerhard [2005]. "Evolutionary-Ecological Theory." Boulder, CO: Paradigm.
  • Maryanski, Alexandra [1998]. "Evolutionary Sociology." Advances in Human Ecology. 7:1-56.
  • Maryanski, Alexandra and Jonathan Turner [1992]. "The Social Cage: Human Nature and the Evolution of Society." Stanford: Stanford University Press.
  • Marshall, Gordon [1994]. The Concise Oxford Dictionary of Sociology. ISBN 019285237X
  • Merton, Robert [1957]. Social Theory and Social Structure, revised and enlarged. London: The Free Press of Glencoe.
  • Nolan, Patrick and Gerhard Lenski [2004]. Human Societies: An Introduction to Macrosociology." Boulder, CO: Paradigm.
  • Parsons, Talcott [1951] The Social System, Routledge, London
  • Parsons, T., & Shils, A., [eds] [1976] Toward a General Theory of Action, Harvard University Press, Cambridge
  • Parsons, T., [1961] Theories of Society: foundations of modern sociological theory, Free Press, New York
  • Perey, Arnold [2005] "Malinowski, His Diary, and Men Today [with a note on the nature of Malinowskian functionalism]
  • Ritzer, G., [1983] Sociological Theory, Knopf Inc, New York
  • Sanderson, Stephen K. [1999]. "Social Transformations: A General Theory of Historical Development." Lanham, MD: Rowman & Littlefield.
  • Turner, Jonathan [1985]. "Herbert Spencer: A Renewed Appreciation." Beverly Hills: Sage.
  • Turner, Jonathan [1995]. "Macrodynamics: Toward a Theory on the Organization of Human Populations." New Brunswick: Rutgers University Press.
  • Turner, Jonathan and Jan Stets [2005]. "The Sociology of Emotions." Cambridge. Cambridge University Press.

Catatan kaki

  1. ^ Urry, John [2000]. "Metaphors". Sociology beyond societies: mobilities for the twenty-first century. Routledge. hlm. 23. ISBN 978-0-415-19089-3. 
  2. ^ Talcott Parsons, "The Present Status of "Structural-Functional" Theory in Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The Free Press, 1975.
  3. ^ Bourricaud, F. 'The Sociology of Talcott Parsons' Chicago University Press. ISBN 0-226-067564. p. 94

edunitas.com

Page 5

Page 6

The Rocks merupakan suatu pinggiran kota terdalam, distrik wisata dan daerah bersejarah Sydney, di negara anggota New South Wales, Australia. Kota ini terletak di tepi selatan Sydney Harbour, di baratlaut distrik bisnis pusat Sydney. Distrik dan wilayah lebih kurangnya berada dalam kekuasaan wilayah pemerintah lokal City of Sydney oleh lembaga pemerintah negara anggota New South Wales, merupakan Sydney Harbour Foreshore Authority.

The Rocks bersamaan batasnya dengan Bradfield Highway menuju Sydney Harbour Bridge, dengan kota pinggiran Dawes Point dan Millers Point di barat. Kota ini terletak di sebelah Circular Quay di Sydney Cove, situs pemukiman Eropa pertama di Australia tahun 1788.

Footnote

Tautan luar

  • The Rocks, New South Wales terletak pada koordinat 33°51′35″LS 151°12′32″BT / 33,85985°LS 151,20901°BT / -33.85985; 151.20901 [The Rocks, New South Wales]Koordinat:

edunitas.com

Page 7

The Rocks adalah sebuah pinggiran kota terdalam, distrik wisata dan kawasan bersejarah Sydney, di negara bagian New South Wales, Australia. Kota ini terletak di tepi selatan Sydney Harbour, di baratlaut distrik bidang usaha pusat Sydney. Distrik dan wilayah lebih kurangnya berada dalam kekuasaan wilayah pemerintah lokal City of Sydney oleh lembaga pemerintah negara bagian New South Wales, adalah Sydney Harbour Foreshore Authority.

The Rocks berbatasan dengan Bradfield Highway menuju Sydney Harbour Bridge, dengan kota pinggiran Dawes Point dan Millers Point di barat. Kota ini terletak di sebelah Circular Quay di Sydney Cove, situs pemukiman Eropa pertama di Australia tahun 1788.

Footnote

Pranala luar

  • The Rocks, New South Wales terletak pada koordinat 33°51′35″LS 151°12′32″BT / 33,85985°LS 151,20901°BT / -33.85985; 151.20901 [The Rocks, New South Wales]Koordinat:

edunitas.com

Page 8

The Rocks adalah sebuah pinggiran kota terdalam, distrik wisata dan kawasan bersejarah Sydney, di negara bagian New South Wales, Australia. Kota ini terletak di tepi selatan Sydney Harbour, di baratlaut distrik bidang usaha pusat Sydney. Distrik dan wilayah lebih kurangnya berada dalam kekuasaan wilayah pemerintah lokal City of Sydney oleh lembaga pemerintah negara bagian New South Wales, adalah Sydney Harbour Foreshore Authority.

The Rocks berbatasan dengan Bradfield Highway menuju Sydney Harbour Bridge, dengan kota pinggiran Dawes Point dan Millers Point di barat. Kota ini terletak di sebelah Circular Quay di Sydney Cove, situs pemukiman Eropa pertama di Australia tahun 1788.

Footnote

Pranala luar

  • The Rocks, New South Wales terletak pada koordinat 33°51′35″LS 151°12′32″BT / 33,85985°LS 151,20901°BT / -33.85985; 151.20901 [The Rocks, New South Wales]Koordinat:

edunitas.com

Page 9

The Rocks merupakan suatu pinggiran kota terdalam, distrik wisata dan daerah bersejarah Sydney, di negara anggota New South Wales, Australia. Kota ini terletak di tepi selatan Sydney Harbour, di baratlaut distrik bisnis pusat Sydney. Distrik dan wilayah lebih kurangnya berada dalam kekuasaan wilayah pemerintah lokal City of Sydney oleh lembaga pemerintah negara anggota New South Wales, merupakan Sydney Harbour Foreshore Authority.

The Rocks bersamaan batasnya dengan Bradfield Highway menuju Sydney Harbour Bridge, dengan kota pinggiran Dawes Point dan Millers Point di barat. Kota ini terletak di sebelah Circular Quay di Sydney Cove, situs pemukiman Eropa pertama di Australia tahun 1788.

Footnote

Tautan luar

  • The Rocks, New South Wales terletak pada koordinat 33°51′35″LS 151°12′32″BT / 33,85985°LS 151,20901°BT / -33.85985; 151.20901 [The Rocks, New South Wales]Koordinat:

edunitas.com

Page 10

Page 11

Page 12

Page 13

Tags [tagged]: 2 Title of articles, 2002 FIFA World Cup Qualifying, European Zone Group 5, 2002 FIFA World Cup Qualifying, European Zone Group 7, 2002 FIFA World Cup Qualifying, European Zone Group 8, 2002 FIFA World Cup Qualifying, European Zone Group 9, 2006 FIFA World Cup Qualifying, Final Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2006 FIFA World Cup Qualifying, First round African Zone, 2006 FIFA World Cup Qualifying, First round of Asian Zone, 2006 FIFA World Cup Qualifying, Qualifying Zone North, Central America and the Caribbean, 2011 AFC Cup, 2011 Asian Cup, 2011 CONCACAF Gold Cup, 2011 Copa America squad, 2014 FIFA World Cup Qualifying, Second Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2014 FIFA World Cup Qualifying, Third Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2014 FIFA World Cup squads, 2014 Winter Olympics, 27 September, 270, 273 BC, 28, 2 Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, 2 Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id

Page 14

Tags [tagged]: 2 Title of articles, 2002 FIFA World Cup Qualifying, European Zone Group 5, 2002 FIFA World Cup Qualifying, European Zone Group 7, 2002 FIFA World Cup Qualifying, European Zone Group 8, 2002 FIFA World Cup Qualifying, European Zone Group 9, 2006 FIFA World Cup Qualifying, Final Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2006 FIFA World Cup Qualifying, First round African Zone, 2006 FIFA World Cup Qualifying, First round of Asian Zone, 2006 FIFA World Cup Qualifying, Qualifying Zone North, Central America and the Caribbean, 2011 AFC Cup, 2011 Asian Cup, 2011 CONCACAF Gold Cup, 2011 Copa America squad, 2014 FIFA World Cup Qualifying, Second Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2014 FIFA World Cup Qualifying, Third Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2014 FIFA World Cup squads, 2014 Winter Olympics, 27 September, 270, 273 BC, 28, 2 Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, 2 Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id

Page 15

Tags [tagged]: F Title of articles, F/A-18 Hornet, F1 2011 European Grand Prix, F1 Brazilian Grand Prix 2003, F1 Brazilian Grand Prix 2009, FC Sion, FC Slavyansky Slavyansk-na-Kubani, FC Slovan Liberec, FC Smena Komsomolsk-na-Amure, FIFA Ballon d' Or 2011, FIFA Ballon d'Or, FIFA Ballon d'Or 2012, FIFA Ballon d'Or 2013, Flag of Slovakia, Flag of Slovenia, Flag of Solomon Islands, Flag of Somalia, foster brother, Fotodiode, Fouad Rachid, Foued Kadir, F Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, F Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id

Page 16

Tags [tagged]: F Title of articles, F/A-18 Hornet, F1 2011 European Grand Prix, F1 Brazilian Grand Prix 2003, F1 Brazilian Grand Prix 2009, FC Sion, FC Slavyansky Slavyansk-na-Kubani, FC Slovan Liberec, FC Smena Komsomolsk-na-Amure, FIFA Ballon d' Or 2011, FIFA Ballon d'Or, FIFA Ballon d'Or 2012, FIFA Ballon d'Or 2013, Flag of Slovakia, Flag of Slovenia, Flag of Solomon Islands, Flag of Somalia, foster brother, Fotodiode, Fouad Rachid, Foued Kadir, F Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, F Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id

Page 17

Tags [tagged]: G Title of articles, Gary Andrew Stevens, Gary Breen, Gary Cahill, Gary Caldwell, Georginio Wijnaldum, Georgios George Koumantarakis, Georgios Karagounis, Georgios Samaras, Giuseppe Wilson, giussano, Givi Chokheli, Givi Dmitriyevich Chokheli, Granze, graph, grapheme, graphic, Gunter Friesenbichler, Gunungkidul Persig, Gunungsitoli, Gupta script, G Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, G Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id

Page 18

Tags [tagged]: G Title of articles, Gary Andrew Stevens, Gary Breen, Gary Cahill, Gary Caldwell, Georginio Wijnaldum, Georgios George Koumantarakis, Georgios Karagounis, Georgios Samaras, Giuseppe Wilson, giussano, Givi Chokheli, Givi Dmitriyevich Chokheli, Granze, graph, grapheme, graphic, Gunter Friesenbichler, Gunungkidul Persig, Gunungsitoli, Gupta script, G Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, G Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id

Page 19

Tags [tagged]: H Title of articles, Half-Blood Prince [character], Hali, halide, Halil Altintop, Harut and Marut, harvest, Harvesters combination, harvesting, Henk Bos [football player], Henk Ngantung, Henk Pellikaan, Henk Sneevliet, Hirofumi Moriyasu, Hirohito, Hiroki Sakai, Hiroshi Kiyotake, Houssine Kharja, Houston, Houston Dynamo, Houston Texans, H Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, H Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id

Page 20

Tags [tagged]: H Title of articles, Half-Blood Prince [character], Hali, halide, Halil Altintop, Harut and Marut, harvest, Harvesters combination, harvesting, Henk Bos [football player], Henk Ngantung, Henk Pellikaan, Henk Sneevliet, Hirofumi Moriyasu, Hirohito, Hiroki Sakai, Hiroshi Kiyotake, Houssine Kharja, Houston, Houston Dynamo, Houston Texans, H Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, H Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id

Page 21

Tags [tagged]: I Title of articles, Ibrahima Traore, Ibrox Stadium, Ibu Kota Beijing International Airport, Ibu Tien, Independiente, Index Kompas100, Index of Economic Freedom, India, Indonesian Young, Indonesian Youth Party, Indonesian ZALORA, Indonesias Got Talent, Internet Movie Database, Internet protocol, Internet protocol suite, Internet protocol television, ISO 3166-2, ISO 3166-2 : PH, ISO 3166-2 GB, ISO 4217, I Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, I Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id

Page 22

Tags [tagged]: I Title of articles, Ibrahima Traore, Ibrox Stadium, Ibu Kota Beijing International Airport, Ibu Tien, Independiente, Index Kompas100, Index of Economic Freedom, India, Indonesian Young, Indonesian Youth Party, Indonesian ZALORA, Indonesias Got Talent, Internet Movie Database, Internet protocol, Internet protocol suite, Internet protocol television, ISO 3166-2, ISO 3166-2 : PH, ISO 3166-2 GB, ISO 4217, I Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, I Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id

Page 23

Tags [tagged]: J Title of articles, Jabu Mahlangu, Jabu Pule, Jaca, Jacatra, January, January 1, January 10, January 11, Jens Bertelsen, Jens Hegeler, Jens Janse, Jens Jeremies, Johan Devrindt, Johan Djourou, Johan Elmander, Johan Hendrik Caspar Kern, Jorge Larrionda, Jorge Lobo Carrascosa, Jorge Luis Burruchaga, Jorge Luis Pinto, J Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, J Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id

Page 24

Tags [tagged]: J Title of articles, Jabu Mahlangu, Jabu Pule, Jaca, Jacatra, January, January 1, January 10, January 11, Jens Bertelsen, Jens Hegeler, Jens Janse, Jens Jeremies, Johan Devrindt, Johan Djourou, Johan Elmander, Johan Hendrik Caspar Kern, Jorge Larrionda, Jorge Lobo Carrascosa, Jorge Luis Burruchaga, Jorge Luis Pinto, J Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, J Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id

Page 25

Tags [tagged]: K Title of articles, Karl Erik Algot Almgren, Karl Gosta Herbert Lofgren, Karl Henry, Karl Hohmann, Kerkrade, Kermes ilicis, Kern County, California, Kernel [computer science], King of Bahrain Cup 2012, King of Bandits Jing, King Osanga, King Power Stadium, Konstantinos Mitroglou, Konstanz, Konya, Koo Ja-Cheol, Kwandang, North Gorontalo, Kwasi Appiah, KY, Kyai, K Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, K Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id

Page 26

Tags [tagged]: K Title of articles, Karl Erik Algot Almgren, Karl Gosta Herbert Lofgren, Karl Henry, Karl Hohmann, Kerkrade, Kermes ilicis, Kern County, California, Kernel [computer science], King of Bahrain Cup 2012, King of Bandits Jing, King Osanga, King Power Stadium, Konstantinos Mitroglou, Konstanz, Konya, Koo Ja-Cheol, Kwandang, North Gorontalo, Kwasi Appiah, KY, Kyai, K Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, K Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề