Pernah mendengar istilah Social Learning ? Social Learning adalah sebuah teori yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Menurut [Horton, 2012] , Social Learning adalah belajar melalui interaksi dengan komunitas ahli dan sesama peserta didik. Komunikasi antara peserta bergantung pada media jejaring sosial seperti diskusi online, blogging, dan pesan teks. Seperti kita ketahui banyak sekali media sosial yang ada pada saat ini, berdasarkan data dari TECHINASIA ada 6 media sosial yang paling sering digunakan oleh masyarakat terutama Indonesia yaitu Facebook, Twitter, Google+, LinkedIn, Instagram, dan Pinterest. Untuk menerapkan Social Learning kita harus memperhatikan fitur – fitur yang dapat digunakan dari masing – masing sosial media tersebut agar dapat mendukung suatu proses pembelajaran. Kemudian, baru kita menentukan sosial media mana yang cocok dengan proses pembelajaran yang ingin kita bangun.
Dalam Social Learning , ada banyak cara untuk berinteraksi antara pengajar dan pelajar. Berikut adalah beberapa bentuk interaksi atau dapat kita sebut patterns of interaction menurut Horton [ beberapa di antaranya mungkin saja familiar dengan cara pembelajaran konvensional pada umumnya ] :
Pada tutoring interaction terjadi interaksi langsung antara pengajar dan pelajar. Dapat berupa mentoring, counseling. Tutoring dapat terjadi dengan menggunakan e-mail, telepon, atau video call.
Pada presentation pattern, interaksi yang terjadi yaitu dari 1 orang memberikan informasi secara langsung kepada orang lain. Bisa dengan cara pidato, presentasi , atau demonstrasi.
- Question-and-answer Pattern
Pada question-and-answer pattern , para peserta pembelajaran dapat mengajukan pertanyaan pada pengajar / expert. Interaksi ini bisa terjadi melalui e-mail, texting, chat, forum diskusi, telepon, audio atau video call.
Pada post-and-comment pattern, pengajar dapat membuat sebuah tautan dan dikomentari oleh beberapa peserta pembelajaran. Disini para peserta pembelajaran juga ikut menganalisa jawaban dari peserta lain. Interaksi ini dapat terjadi melalui sebuah grup, forum diskusi, atau blog.
- Collaborative-document Pattern
Pada collaborative-document pattern, para peserta pembelajaran secara bersama – sama membuat dan mengedit sebuah dokumen seperti wiki. Interaksi ini dapat dilakukan seperti cara kerja google docs.
Pada group-discussion pattern, semua peserta menjadi 1 grup dan saling berdiskusi. Interaksi ini dapat dilakukan secara langsung atau chat atau audio dan video call.
Pada small-group pattern, interaksi yang terjadi layaknya kerja kelompok. Para peserta pembelajaran dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil dan melakukan diskusi. Interaksi ini dapat menggunakan multiple chat rooms.
Pada panel-discussion pattern, para ahli atau pembicara mendiskusikan sebuah topik dan para peserta pembelajaran melihat dan mendengarkan seperti debat, interview, atau permainan peran [ Komunikasi 1 arah ]. Interaksi ini dapat dilakukan dengan cara live presentation atau audio / video podcast.
Pada Symposium pattern , kelompok ahli atau pembicara mendiskusikan materi dengan peserta pembelajaran. Memungkinkan terjadinya komunikasi 2 arah. Interaksi ini dapat dilakukan dengan audio atau video conference.
- Ask-expert-community Pattern
Pada ask-expert-community pattern , peserta pembelarajan berkonsultasi dengan para ahli [ dimana peserta pembelajaran bukan anggota dari kelompok tersebut ]. Interaksi ini bisa terjadi dengan menggunakan forum diskusi.
Pada ask-peers pattern, peserta pembelajaran berkonsultasi dengan para anggota / ahli [ dimana peserta pembelajaran adalah anggota dari kelompok tersebut]. Interaksi ini bisa terjadi dengan menggunakan forum diskusi.
Sebagai contoh , media sosial yang ingin saya gunakan memiliki fitur seperti : dapat membuat grup [ forum diskusi ], membuat tautan, menambahkan foto/video, mengomentari foto/video, menambahkan files, mengirim pesan. Setelah itu, mari kita membandingkan dengan bentuk interaksi yang sudah disebutkan di atas.
Setelah membandingkan antara fitur yang ingin dibuat dengan bentuk interaksi maka kita menemukan bahwa bentuk interaksi yang sesuai dengan media sosial yang ingin kita gunakan adalah tutoring interaction, presentation pattern, question & answer pattern, post-and-comment pattern, collaborative document pattern, group-discussion pattern. Contoh : Add photo [ memasukkan foto ] dapat menggunakan presentation pattern untuk menampilkan gambar berupa materi. Sedangkan sisanya tidak cocok digunakan.
Oleh karena itu kita dapat menyesuaikan sendiri bentuk interaksi pembelajaran yang ingin kita gunakan sesuai dengan sosial media mana yang ingin kita gunakan. Tidak menutup kemungkinan dapat menggunakan semua bentuk interaksi.
Reference :
Horton, W. [2012]. E-Learning by Design. USA: Pfeiffer.
Lukman, E. [2015, January 21]. The latest numbers on web, mobile, and social media in Indonesia [INFOGRAPHIC] . Retrieved from TECHINASIA: //www.techinasia.com/indonesia-web-mobile-data-start-2015/
Syafitri, A. [2010, 10 18]. Social Learning Menurut Albert Bandura. Retrieved from Kompasiana: //www.kompasiana.com/anita_syafitri/social-learning-menurut-albert-bandura_55003422a33311e7725100cc
Kabar Terbaru - LMS dan LCMS merupakan perangkat lunak yang telah banyak dipakai dan terbukti handal dalam penerapan sistem e-learning. Akan tetapi sistem ini juga mempunyai beberapa kelemahan. Salah satu kelemahannya ialah sebagian besar dari sistem ini kurangmemperhatikan daya suai[adaptabilit], fleksibilitas, dan kekerabatan sosial.Bahkan pada sebagian kasus, fitur-fitur kerja sama dan fitur analisishubungan sosial dinonaktifkan yang menimbulkan pengelola sistemtidak dapatmengetahui hal-hal yang sedang dikerjakan oleh komunitasnya. Oleh sebab itu, dalamperkembangan teknologi ketika ini, konsep kekerabatan sosial dan kepedulian sosial mulai diterapkan dan menawarkan efek yang berarti terhadap kerja sama dan pembelajaran. Dengan pembiasaan konsep ini dalam teknologi, siswa sanggup berkolaborasi, meningkatkan kemampuan kognitif, dan keterampilan sosialnya. Oleh sebab itu, muncullah paradigma gres dalam mencar ilmu yang disebut CSSL [Computer Supported Social Learning]. Di dalamnya terdapat konsep Social Learning Network yang bertujuan untuk mendorong penggunanya mempunyai pengalaman gres dalam mencar ilmu memakai jejaring sosial [Social Network] yang telah dilengkapi dengan konsep kepedulian sosial[Halimi, 2011].
- Penggunaan Social Network [SN] untuk pembelajaran dalam pendidikan formal.
- Penggunaan SN oleh para pelajar dalam sebuah kolaborasi/diskusi yang dilaksanakan secara informal.
- Penggunaan laman yang secara khusus dirancang untuk pembelajaran melalui jejaring sosial [Social Learning Networkatau SLN].
- Penggunaan SLNyang secara khusus dikembangkan sendiri oleh guru.
Sumber //www.virtualofworld.com/
145 Social learning network SLN atau Jejaring Sosial untuk Pembelajaran, menurut Kordesh 2000 merujuk pada koneksi interpersonal melalui interaksi dengan tujuan utama untuk pengembangan pengetahuan. Secara lebih rinci, SLN merujuk pada beberapa fenomena. Penggunaan Social Network SN untuk pembelajaran dalam pendidikan formal. Penggunaan SN oleh para pelajar dalam sebuah kolaborasidiskusi yang dilaksanakan secara informal. Penggunaan laman yang secara khusus dirancang untuk pembelajaran melalui jejaring sosial Social Learning Networkatau SLN. Penggunaan SLN yang secara khusus dikembangkan sendiri oleh guru.