Apa yang terjadi kalau seandainya Allah SWT itu tidak Esa?

Pada ayat 22, surat Al-Anbiya [21], kita membaca: “Sekiranya ada Tuhan selain Allah, maka akan terjadi kerusakan dan sistem-semesta akan saling bertabrakan.”

Soal yang mengedepan di sini adalah banyaknya Tuhan akan menjadi sumber kerusakan di alam semesta, lantaran tiap-tiap mereka akan bangkit untuk memerangi satu sama lainnya. Akan tetapi, jika kita menerima mereka sebagai orang-orang bijak dan berpengetahuan, tentu saja dalam mengelola alam semesta ini mereka akan saling bahu membahu.

Jawaban atas soal ini cukup sederhana. Kebijakan mereka tidak akan menafikan keberbilangan mereka. Ketika kita berasumsi mereka berjumlah banyak, berarti tidak adanya satu pendapat di antara mereka. Karena, apabila mereka adalah satu dari segala sisi, maka konsekuensinya adalah satu Tuhan. Oleh karena itu, jika ada jumlah banyak, pasti terdapat perbedaan-perbedaan dalam perbuatan, kehendak dan efek. Keadaan inilah yang akan menggiring alam semesta kepada kerusakan. [perhatikan baik-baik!]

Argumentasi ini menjelaskan argumentasi Tamanu’ dalam rumusannya yang berbeda-beda. Namun, mengupas seluruh argumentasi yang ada bukanlah tujuan pembahasan kita kali ini.

Apa yang kami sebutkan di atas merupakan rumusan argumentasi [tamanu’] yang terbaik.

Pada rumusan lain, argumentasi ini bersandar pada preposisi bahwa apabila ada dua kehendak yang berlaku dalam penciptaan, alam semesta tidak akan pernah tercipta. Sementara ayat yang dinukil di atas, berbicara tentang kerusakan jagad dan terjadinya kekacauan dalam sistem semesta, bukan tidak terciptanya atau wujudnya alam semesta. [perhatikan baik-baikl].

Menariknya, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Hisyam bin Hakam dari Imam Ash-Shadiq as, ketika menjawab seorang kafir yang meyakini banyaknya Tuhan, beliau bersabda:

“Dua Tuhan yang engkau katakan ini, apakah mereka itu qadim atau azali dan kuat, ataukah lemah dan tidak berdaya, atau satunya kuat dan lainnya lemah?

Apabila keduanya kuat, mengapa salah satunya tidak menyingkirkan yang lain dan memikul tanggungjawab mengatur alam semesta? Apabila anggapanmu seperti ini bahwa yang satu kuat dan yang lain lemah, engkau telah menerima Tauhid, karena yang kedua adalah lemah dan tidak berdaya. Dengan demikian, ia bukanlah Tuhan.

Dan apabila engkau berkata bahwa ada dua Tuhan [yang sama-sama kuat], maka asumsi ini tidak akan keluar dari dua kondisi; entah mereka bersepakat dari seluruh sisi atau berbeda. Akan tetapi, ketika kita melihat penciptaan yang sistemik; bintang gemintang di langit masing-masing bergerak pada orbitnya, silih bergantinya siang dan malam secara teratur, bulan dan matahari bergerak sesuai dengan garis lintasnya masing-masing, koordinasi pengaturan jagad raya dan sistematika hukum-hukumnya adalah dalil bahwa pengaturnya adalah satu.

Terlepas dari masalah ini, sekiranya engkau mengklaim Tuhan ada dua, maka di antara mereka pasti ada jarak [keunggulan] sehingga dualitas itu terwujud. Di sini, jarak tersebut sendiri adalah wujud yang ketiga yang harus azali juga. Dan dengan demikian, Tuhan menjadi tiga. Dan apabila engkau meyakini Tuhan adalah tiga, maka harus ada jarak [keunggulan] juga di antara mereka. Dengan demikian, engkau harus percaya pada lima wujud qadim dan azali. Dan dengan ini, bilangan Tuhan akan semakin banyak, dan masalah ini tidak berakhir dan tak tertuntaskan. “[1]

Permulaan hadis ini mengindikasikan burhan tamanu’, dan di bagian akhirnya terdapat argumentasi lain yang dikenal sebagai argumentasi Farjah [berbedanya poin persamaan dan poin perbedaan] .

Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa Hisyam bin Hakam bertanya kepada Imam Ash-Shadiq as: ”Dalil apa yang dapat membuktikan keesaan Tuhan?” Beliau bersabda, “Sistemika dan koordinasi pengaturan alam semesta dan sempurnanya penciptaan. Demikian Allah Swt berfirman, “Sekirarya langit dan bumi terdapat Tuhan-Tuhan selain Allah, niscaya alam semesta ini akan mengalami kerusakan.”[2]

CATATAN :

[1] Tauhid Shaduq, sesuai dengan nukilan dari Tafsir Nur ats-Tsaqaiain, jilid 3, hal. 417 dan 418.

[2] Idem.; Tafsir Nemuneh, jilid 13, hal. 373.

Page 2

  • Ramadhan, Bulan Penuh Kesempatan [1]
    Dipublikasi pada: Apr 5, 2022

  • Syubhat Dalil Mimpi Aliran Al-Yamani
    Dipublikasi pada: Apr 3, 2022

  • Dalil Mimpi Aliran Al-Yamani dan Keanehannya
    Dipublikasi pada: Apr 2, 2022

  • Mimpi dijadikan Dalil oleh Sekte Al-Yamani
    Dipublikasi pada: Mar 31, 2022

  • Kemungkinan Pengetahuan Perspektif al-Qur’an
    Dipublikasi pada: Mar 27, 2022

Unduh Ebook: Khutbah Rasulullah saw di Ghadir Khum
pengarang: AL-ALLAMAH AL-TABARSI


Silakan unduh ebook dengan klik link berikut >> Download File

Page 3

Hak cipta dimiliki Yayasan AlHasanain
Yayasan Imam Husain as

TAFSIR Al Mishbah kali ini membahas surah ke-38 dalam Alquran, yakni surah Saad. Surah ini turun sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.

Uraian surah-surah yang turun ketika Nabi Muhammad berada di Mekah berkisar mengenai keesaan Allah SWT, menyangkut hari kemudian, dan wahyu nabi-nabi.

Dalam surah ini ditemukan juga uraian tentang penciptaan manusia dan kedudukannya sebagai makhluk terhormat dan bagaimana Nabi Muhammad menghadapi para penantangnya. Mari kita lihat ayat pembuka dalam surah Saad. "Saad, demi Alquran pemilik kemuliaan."

Alquran mulia karena bersumber dari Allah. Mulia karena mengandung tuntunan-tuntunan yang bisa mengantar manusia kepada kemuliaan. Alquran berfungsi untuk mengingatkan manusia. Alquran berfungsi sebagai peringatan dan peringatannya bermacam-macam.

Secara umum Alquran mengandung empat hal. Pertama, menyebut, menguraikan, dan mengingatkan kita tentang alam raya. Alam semesta ini tercipta dengan harmoni dan tanpa bertabrakan.

Yang kedua mengingatkan jati diri kita sebagai manusia. "Hai manusia, kamu itu sebenarnya berasal dari setetes air yang mengandung jutaan cikal bakal manusia yang bertemu indung telur. Kamu [manusia] itu lemah."

Yang ketiga, Alquran mengungkapkan sejarah umat yang sebelumnya binasa akibat berbagai hal. Itu menjadi peringatan bagi manusia. Umat lainnya bisa maju karena berbagai hal juga. Itu juga menjadi peringatan.

Lalu yang keempat, Alquran memberi janji dan ancaman. Ada neraka bagi mereka yang tidak taat.

Dikatakan dalam surah ini, "Demi Alquran, sesungguhnya apa yang disampaikan Nabi Muhammad ialah kebenaran mutlak. Demi Alquran sesungguhnya ini bersumber dari Allah. Demi Alquran, Islam yang diajarkan ini bersumber dari Allah. Tapi sayang, orang-orang kafir itu keras kepala."

Orang-orang kafir tidak mau menampakkan wajah dan membuka hati, tetapi berpaling dari Allah. Dikisahkan, "Sungguh banyak yang telah kami binasakan umat-umat yang lalu itu. Dan mereka yang kami binasakan itu tidak mendapat tempat perlindungan."

Nabi Muhammad datang dan mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan itu Maha Esa. Seandainya ada dua Tuhan atau lebih, pasti tidak teratur. Alam raya ini bisa rusak kalau Tuhannya banyak.

Jadi, jika ada yang berkata bahwa Tuhan Maha Esa itu mengherankan, justru sebaliknya. Keyakinan yang mempersekutukan Tuhan, yang menilai Tuhan banyak, justru itu yang mengherankan.

Lantas bagaimana berhubungan dengan orang-orang nonmuslim? Semua manusia ialah saudara. Semua manusia membawa benih-benih kebaikan, tapi juga berpotensi membawa dampak buruk terhadap seseorang.

Jika ingin bersahabat dan bekerja sama dengan nonmuslim, silakan. Nabi Muhammad pun saat hijrah dalam perjalanan berteman dengan orang yang bukan muslim. Nabi pun berbisnis dengan orang nonmuslim. Kita bisa melakukan itu, tapi berhati-hatilah dalam memilih teman.

Silakan bersahabat dengan siapa pun, tapi ingat, jangan sampai persahabatan Anda dengan seseorang mengakibatkan rusaknya akidah dan kepribadian. Jangan sampai persabahatan Anda dengan seseorang mengakibatkan rusaknya akidah.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề