Apa yang kamu lakukan jika mendengar perkataan buruk dari temanmu

Yusrimiswari Yusrimiswari

Jawaban:

Jangan marah, sebagai teman yang baik, kita sebaiknya menasehatinya agar tidak berkata yang buruk lagi.

semoga membantu

Konflik dalam lingkungan sosial merupakan hal yang wajar. Perselisihan pendapat bercampur rasa emosional dengan orang lain rasanya pernah kita alami semua. Namun, semakin dewasanya seseorang konflik pertemanan tersebut lambat laun akan berkurang.

Semakin dewasanya seseorang kiranya akan menunjukkan kestabilan emosi yang dimilikinya. Tidak jarang agar hubungan sosial tetap terjalin salah satu orang perlu mengalah agar konflik tidak terus bersitegang.

Dalam menghadapi seorang teman dengan emosi yang belum stabil tersebut ada beberapa cara yang bisa kita lakukan agar tidak semakin memanas. Tujuannya adalah tidak ada pihak yang dirugikan atas konflik yang telah terjadi. Jangan sampai konflik berbuntut permusuhan.

Maka dari itu, untuk menghindarinya kamu bisa melakukan 5 hal berikut ini kepada temanmu untuk menenangkan kembali dirinya dan suasana.

Pexels/Jopwell

Karena setiap orang memiliki pendapat yang berbeda, seringkali perbedaan pendapat merupakan awal dari sikap emosional seseorang. Sikap emosional dan belum terbuka terhadap orang lain menunjukkan belum stabilnya emosi seseorang dalam menghadapi masalah. Mengikuti alur tersebut hanya akan memperkeruh suasana.

Ada baiknya untuk menghindari selisih pendapat hindari selisih pendapat, terutama di awal pertemuan. Ketika semakin lama berinteraksi orang lain akan lebih mudah menerima masukan atau kritikan. Kuncinya adalah salah satu orang harus bersikap lebih dewasa.

Baca Juga: Ini 5 Ciri Saat Kamu Mengalami Fase Kelelahan Emosional

Pexels/malcolm garret

Mengalihkan topik pembicaraan dilakukan dengan membicarakan topik yang bisa diterima banyak orang. Karena setiap orang cenderung kukuh dengan pendiriannya. Daripada interaksi berujung buntu, membuka pembicaraan baru yang lebih ringan atau memfokuskan perbincangan dengan topik yang berhubungan dengan lawan bicara seperti hobi, keterampilan yang dimiliki, atau event yang ditunggu kiranya akan menjernihkan situasi.

Pexels/Toa Heftiba Şinca

Mencari seorang mediasi seperti sahabat, teman dekat, atau rekan kerja akan membuat kondisi lebih santai dan cenderung bebas. Kamu bisa menjadikan orang ketiga tersebut sebagai penengah ketika terdapat perselisihan yang timbul.

Yang pasti kamu harus tahu bahwa orang ketiga tidak akan memihak kepada siapa pun tetapi kepada kebenaran umum yang dia percaya. Orang ketiga sangat dibutuhkan jika konflik yang terjadi dalam bentuk tim, salah satu harus bisa menjadi kubu yang netral.

Pexels/mentatdgt

Jika kamu seseorang yang tidak mudah tersinggung dan pendengar yang baik, tidak ada salahnya untuk mendengarkan panjang lebar penjelasan dari temanmu yang merasa sensitif tersebut.

Sikap pendengarmu justru memberi kesan semangat dan tidak mendebat tentang keputusannya, sehingga ketika kamu memberikan saran balik dia akan lebih menerima karena telah mendengarkan terlebih dahulu. Berhati-hatilah ketika berbicara dan hindari untuk menyatakan kesalahannya.

Baca Juga: 5 Cara Bicara dengan Orang yang Sedang Marah Tanpa Ikut Emosi Juga

Baca Artikel Selengkapnya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Oleh : Dr. Rina Mulyati, S.Psi., M.Psi., Psikolog [Dosen Prodi Psikologi]

Interaksi manusia, baik antar individu [si A dan si B], maupun antar kelompok [kelompok Y dan kelompok Z] tidak dapat dilepaskan dari proses kognitif. Apa yang kita lihat dari orang lain, atau apa yang dilihat orang lain dari kita adalah sebuah “informasi”. Ia masuk ke dalam sebuah proses kognitif yang kemudian diproses oleh mekanisme berpikir kita untuk melahirkan sebuah kesimpulan. Kesimpulan ini bisa berupa penilaian yang dapat diukur dalam kerangka positif vs negatif. Misalnya kita punya teman yang cara bicaranya kasar. Cara bicara ini adalah sesuatu yang kita tangkap dari dia, kemudian kita proses dalam sistem berpikir kita, dan akan menghasilkan kesimpulan tertentu. Katakanlah kemudian kita menyimpulkan bahwa “oh teman saya ini orangnya pemarah”. Proses antara informasi tentang cara berbicara yang kasar hingga memunculkan penilaian bahwa subjek adalah orang yang pemarah adalah sebuah proses yang berlangsung di dalam kesadaran pikiran kita.

Pertanyaannya kemudian, sejauh mana kesimpulan atau penilaian kita terhadap sesuatu, atau seseorang memang sesuai dengan fakta tentang orang tersebut? Hal ini tentu saja hal yang pantas untuk ditanyakan. Lebih lanjut, apakah tidak mungkin terjadi bias-bias tertentu yang kemudian membuat penilaian kita menjadi tidak akurat? Terlebih seringkali kita memiliki informasi-informasi yang terbatas? Nah, proses penilaian ini yang seringkali berlangsung bahkan tanpa proses kognitif yang kompleks dikenal dengan istilah prasangka. Dalam Islam, ia disebut dzon. Psikologi berusaha menjelaskan mengapa prasangka dapat terjadi dan bagaimana mencegah prasangka tersebut sehingga tidak berlanjut pada interaksi yang sifatnya jauh lebih destruktif seperti diskriminasi dan konflik. Islam memberikan rambu-rambu moral agar kita menjauh prasangka yang sifatnya negatif.

Al-Quran, tepatnya Surat Al Hujuraat ayat 12 memberikan penegasan soal proses psikologis ini:

“Jauhilah olehmu sebagian besar dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah keburukan [dosa]” [Q.S. Al Hujuraat: 12].

Dalam Hadits, Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa:

“Jauhilah prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah seburuk-buruknya perkataan”.

Ayat dan hadits di atas memberikan penegasan tentang buruknya prasangka dalam kerangka moral agama Islam. Prasangka ini tentu saja sangat mudah muncul, entah sekedar dalam pikiran kita, atau sudah kita artikulasikan dalam kata-kata maupun perbuatan yang sifatnya diskriminatif. Secara sederhana, prasangka dapat muncul dalam proses membuat penilaian sebelum mengetahui fakta yang relevan tentang suatu objek atau individu. Ia juga dapat muncul dalam sikap yang tidak yang tidak masuk akal atau juga munculnya tendensi untuk menilai segala hal, bahkan yang sama sekali tidak terkait dengan kita.

Jika dilihat dari sejauh mana prasangka muncul [dalam diri individu atau dalam proses interaksi sosial], maka prasangka dapat dibagi ke dalam tiga level. Pertama, prasangka yang sifatnya kognitif atau masih berada dalam pikiran kita. Hal ini merujuk pada munculnya penilaian tertentu terhadap orang lain berdasarkan informasi yang sangat mungkin sifatnya terbatas atau bahkan tidak valid. Belum lagi, kita juga seringkali memiliki bias-bias tertentu yang lahir dari pengalaman masa lalu kita. Pada level ini, prasangka masih berada di dalam pikiran individu dan mungkin tidak memiliki dampak sosial kecuali implikasi psikologis di dalam pikiran kita yang jika dilanjutkan kemungkinan akan mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain.

Pada sisi lain, ketidakakuratan penilaian ini tidak selamanya bersifat negatif. Dalam Islam, ada istilah prasangka baik [husnudzon], yang meskipun sama-sama berangkat dari penilaian yang tidak akurat, namun lebih dianjurkan, karena lebih sehat bagi pikiran kita dan dapat menjadi basis bagi munculnya sikap dan perilaku positif terhadap orang lain. Kedua, prasangka yang sudah mempengaruhi perasaan [feeling] kita. Pada level ini, penilaian kita terhadap orang lain telah mempengaruhi sikap dan emosi kita. Misalnya, kita melabelkan sifat atau karakteristik tertentu pada seseorang [katakanlah: pembohong]. Penilaian ini kemudian akan mempengaruhi perasaan kita ketika kita bertemu dengan dia. Sebaliknya, prasangka yang positif atau baik juga akan menghasilkan perasaan yang lebih positif ketika kita berada di dekat orang yang menjadi target prasangka kita. Sekali lagi, meskipun keduanya sama-sama berbasis pada penilaian yang kurang atau bahkan tidak akurat, namun prasangka yang positif ini, dalam konteks yang umum [misalnya bukan dalam proses investigasi kejahatan oleh penegak hukum] lebih ditekankan. Nah, pada level ketiga, perasaan yang lahir dari penilaian yang tidak tepat tersebut sangat mungkin muncul dalam perilaku. Ketika ia muncul dalam perilaku, maka sangat mungkin korban atau target dari prasangka, khususnya prasangka negatif ini dirugikan secara sosial. Bentuk perilaku yang lahir dari prasangka biasanya dikenal dengan diskriminasi.

Diskriminasi dapat muncul dalam ranah interaksi antar individu, dan yang lebih parah, ia muncul dalam interaksi sosial yang lebih luas. Ada banyak jenis diskriminasi yang terjadi berdasarkan faktor yang terkait dengan diskriminasi tersebut, misalnya: Islamophobia [diskriminasi terhadap orang Islam], rasisme [diskriminasi berdasarkan ras], seksisme [diskriminasi berdasarkan jenis kelamin], ageisme [diskriminasi terhadap usia tertentu]. Hal yang perlu ditekankan di sini adalah, bahwa pikiran kita berperan dalam munculnya fenomena-fenomena negatif di tengah masyarakat seperti diskriminasi. Hal besar yang berangkat dari proses kognitif yang tidak akurat dalam membuat penilaian atau kesimpulan terhadap orang lain [prasangka].

Bagaimana mencegah agar kita tidak terjebak dalam prasangka negatif?

Islam memberikan kecaman yang keras kepada mereka yang berperilaku berdasarkan prasangka. Kita tahu istilah bahwa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Tentu saja, karena fitnah sangat mungkin lahir dari prasangka yang ada di dalam pikiran kita. Lebih jelas lagi, Allah menegaskan terkait dengan prasangka yang sangat mungkin memunculkan pergunjingan dengan kecaman yang keras, masih di dalam Q.S Al Hujuraat: 12.

“Dan janganlah kalian saling menggunjingkan yang lain. Apakah kalian suka menjadi orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri yang sudah mati? maka tentulah kamu merasa benci atau jijik untuk memakannya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha penerima taubat dan maha penyayang.” [Q.S. Al Hujuraat: 12].

Landasan moral dari ayat di atas, tentunya dapat menjadi motivasi bagi Muslim untuk menjauhi prasangka yang negatif terhadap orang lain. Pertanyaannya kemudian, bagaimana psikologi dapat membantu proses individu untuk menjauhkan diri dari kecenderungan berprasangka negatif terhadap yang lain? Beberapa poin yang kita bangun berdasarkan level pikiran dan perasaan kita di bawah ini insya Allah bermanfaat bagi kita semua.

Pertama, tekankan bahwa pikiran kita atau apa yang kita pikirkan, really matters. Ia bisa menjadi akar dari banyak persoalan, baik yang sifatnya individual maupun sosial. Kita perlu mengelola  pikiran kita agar senantiasa objektif dan hati-hati. Kalaupun ia mengandung bias, usahakan agar output-nya bernilai positif. Bahasa kerennya, positive thinking. Tetapi tetap saja, poin utamanya adalah objektifitas dan kejujuran dalam memberikan penilaian atau menarik kesimpulan.

Kedua, fokus pada apa yang kita rasakan, maka kita perlu berusaha untuk menumbuhkan perasaan positif di dalam diri kita. Perasaan positif ini dapat dimunculkan dengan mengelola pikiran maupun perilaku kita. Pikiran positif akan memberikan dampak emosi yang positif. Perilaku positif pun demikian. Misalnya apa yang kita rasakan setelah kita memberikan sesuatu kepada orang lain. Orang lain tersebut bisa jadi merasa bahagia, karena menerima apa yang dia butuhkan. Dan kita pun boleh jadi merasa lebih bahagia, karena membahagiakan orang lain. Begitulah, energi negatif yang muncul dalam prasangka, ibarat kotoran yang masuk di dalam air. Ia dapat dibersihkan dengan terus menerus menambahkan air yang jernih ke dalamnya. Cara “menambahkan air” adalah dengan yang pertama memahami terlebih dahulu prasangka negatif itu muncul karena map [peta] pikiran kita yang sangat sempit. Kita tidak memiliki cukup banyak alternatif informasi untuk memberikan penilaian terhadap situasi eksternal yang kita hadapi. Kedua, perluas map pikiran kita. Semakin lengkap dan detail peta yang kita miliki maka semakin kecil peluang untuk tersesat. Demikian juga ketika kita memberikan penilaian terhadap orang, kelompok atau situasi, semakin detail informasi, semakin lengkap gambarannya  maka semakin kecil peluang kita melakukan kesalahan judgment.  Cara memperluas peta pikiran adalah dengan bertanya, melakukan klarifikasi  dan dalam  Islam dikenal konsep bertanya yang keren yaitu tabayyun.

Allahu’alam

Yang Harus Kamu Lakukan Ketika Temanmu Memberitahu Bahwa Mereka Sedih | freepik

Mengetahui apa yang harus dikatakan ketika seorang teman berbagi cerita sedih dengan kita adalah salah satu hal yang paling menantang dalam persahabatan. Kamu mungkin sering merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan terlepas dari  seberapa dekat hubunganmu dengan temanmu.

Ketika seseorang yang kita sayangi sakit hati, kita pasti ingin mereka merasa lebih baik. Jika kita belum pernah mengalami apa yang mereka alami, kita mungkin merasa tidak yakin tentang cara terbaik untuk membantu mereka. Bahkan ketika kita benar-benar memahami situasi mereka, kita mungkin menyadari bahwa tantangan yang dihadapi teman kita sangat sulit untuk diatasi.

Jika mereka baru saja kehilangan orang yang dicintai, atau seseorang yang dekat dengan mereka jatuh sakit, sulit untuk menemukan kata-kata yang memberi mereka kenyamanan. Kesulitan di tempat kerja atau akhir hubungan juga dapat membuat kita bertanya-tanya bagaimana cara menghibur teman kita yang patah hati. Tidak ada satu cara untuk mengatasi seseorang dalam keadaan sedih atau frustrasi, tetapi kita dapat mengembangkan beberapa praktik terbaik untuk menangani berita buruk.

Baca juga: Merasa Sedih dan Putus Asa Sepanjang Waktu? Yuk Kenali Beberapa Macam Gangguan Mood dalam Perspektif Biopsikologi!

Niat Baikmu Dapat Membuat Temanmu Merasa Lebih Buruk

Ketika kita tidak menyadari tentang cara terbaik untuk menangani suatu situasi, Kemudian kita menanggapi teman-teman kita yang bersedih dengan cara yang tidak pantas. Mungkin kita mengatakan hal yang salah, atau kita tidak sensitif terhadap perasaan mereka. Apa pun itu, respons yang tidak pantas dapat membuat teman kita merasa lebih sedih daripada sebelum kita berbicara.

Sebagian besar dari kita tidak ada yang berniat untuk menyakiti orang lain. Namun, ternyata niat terbaik kita pun bisa jadi serba salah ketika kita tidak tahu harus berkata apa, kita akan memahami dan mencoba apa pun yang ada dalam pikiran kita untuk menenangkan ketidaknyamanan atau kesedihan mereka. 

Kita semua pasti pernah melakukan ini, dan kebanyakan dari kita pasti juga pernah merasakan ketika bersedih ada teman yang sebenarnya memiliki niat baik namun membuat kita merasa lebih buruk. Disini penulis ingin berbagi dengan kalian yang mungkin sedang ingin membantu teman  merasa lebih baik namun tidak dapat membantu apapun secara langsung. Semoga membantu

Jangan mengubah topik pembicaraan dengan sesuatu yang tidak membantu

Ketika percakapan bergeser ke arah permasalahan, kita mungkin berpikir bahwa mengubah topik pembicaraan akan membantu. Dalam pikiran kita, ini adalah kesempatan bagi teman kita untuk mengalihkan perhatian mereka dari situasi negatif ke sesuatu yang mereka nikmati. Mengubah topik pembicaraan menjadi sesuatu yang sepele dan tidak terkait mungkin terasa baik bagi kita, tetapi itu tidak akan membantu mereka. Mereka tidak peduli tentang film mana yang ada di bioskop sekarang, atau seberapa suka dengan restoran baru di kota.

Metode ini bermasalah karena temanmu sedang membutuhkanmu dan ingin didengar. Mereka berbagi masalah denganmu karena menyuarakan rasa sakit mereka dan berusaha  mengurangi itu. Jika kamu mengubah topik pembicaraan, kamu tidak memberi mereka kesempatan untuk melakukan hal ini. Mereka akhirnya merasa lebih sedih dan ditolak.

Page 2

Mengetahui apa yang harus dikatakan ketika seorang teman berbagi cerita sedih dengan kita adalah salah satu hal yang paling menantang dalam persahabatan. Kamu mungkin sering merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan terlepas dari  seberapa dekat hubunganmu dengan temanmu.

Ketika seseorang yang kita sayangi sakit hati, kita pasti ingin mereka merasa lebih baik. Jika kita belum pernah mengalami apa yang mereka alami, kita mungkin merasa tidak yakin tentang cara terbaik untuk membantu mereka. Bahkan ketika kita benar-benar memahami situasi mereka, kita mungkin menyadari bahwa tantangan yang dihadapi teman kita sangat sulit untuk diatasi.

Jika mereka baru saja kehilangan orang yang dicintai, atau seseorang yang dekat dengan mereka jatuh sakit, sulit untuk menemukan kata-kata yang memberi mereka kenyamanan. Kesulitan di tempat kerja atau akhir hubungan juga dapat membuat kita bertanya-tanya bagaimana cara menghibur teman kita yang patah hati. Tidak ada satu cara untuk mengatasi seseorang dalam keadaan sedih atau frustrasi, tetapi kita dapat mengembangkan beberapa praktik terbaik untuk menangani berita buruk.

Baca juga: Merasa Sedih dan Putus Asa Sepanjang Waktu? Yuk Kenali Beberapa Macam Gangguan Mood dalam Perspektif Biopsikologi!

Niat Baikmu Dapat Membuat Temanmu Merasa Lebih Buruk

Ketika kita tidak menyadari tentang cara terbaik untuk menangani suatu situasi, Kemudian kita menanggapi teman-teman kita yang bersedih dengan cara yang tidak pantas. Mungkin kita mengatakan hal yang salah, atau kita tidak sensitif terhadap perasaan mereka. Apa pun itu, respons yang tidak pantas dapat membuat teman kita merasa lebih sedih daripada sebelum kita berbicara.

Sebagian besar dari kita tidak ada yang berniat untuk menyakiti orang lain. Namun, ternyata niat terbaik kita pun bisa jadi serba salah ketika kita tidak tahu harus berkata apa, kita akan memahami dan mencoba apa pun yang ada dalam pikiran kita untuk menenangkan ketidaknyamanan atau kesedihan mereka. 

Kita semua pasti pernah melakukan ini, dan kebanyakan dari kita pasti juga pernah merasakan ketika bersedih ada teman yang sebenarnya memiliki niat baik namun membuat kita merasa lebih buruk. Disini penulis ingin berbagi dengan kalian yang mungkin sedang ingin membantu teman  merasa lebih baik namun tidak dapat membantu apapun secara langsung. Semoga membantu

Jangan mengubah topik pembicaraan dengan sesuatu yang tidak membantu

Ketika percakapan bergeser ke arah permasalahan, kita mungkin berpikir bahwa mengubah topik pembicaraan akan membantu. Dalam pikiran kita, ini adalah kesempatan bagi teman kita untuk mengalihkan perhatian mereka dari situasi negatif ke sesuatu yang mereka nikmati. Mengubah topik pembicaraan menjadi sesuatu yang sepele dan tidak terkait mungkin terasa baik bagi kita, tetapi itu tidak akan membantu mereka. Mereka tidak peduli tentang film mana yang ada di bioskop sekarang, atau seberapa suka dengan restoran baru di kota.

Metode ini bermasalah karena temanmu sedang membutuhkanmu dan ingin didengar. Mereka berbagi masalah denganmu karena menyuarakan rasa sakit mereka dan berusaha  mengurangi itu. Jika kamu mengubah topik pembicaraan, kamu tidak memberi mereka kesempatan untuk melakukan hal ini. Mereka akhirnya merasa lebih sedih dan ditolak.


Lihat Humaniora Selengkapnya

Page 3

Mengetahui apa yang harus dikatakan ketika seorang teman berbagi cerita sedih dengan kita adalah salah satu hal yang paling menantang dalam persahabatan. Kamu mungkin sering merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan terlepas dari  seberapa dekat hubunganmu dengan temanmu.

Ketika seseorang yang kita sayangi sakit hati, kita pasti ingin mereka merasa lebih baik. Jika kita belum pernah mengalami apa yang mereka alami, kita mungkin merasa tidak yakin tentang cara terbaik untuk membantu mereka. Bahkan ketika kita benar-benar memahami situasi mereka, kita mungkin menyadari bahwa tantangan yang dihadapi teman kita sangat sulit untuk diatasi.

Jika mereka baru saja kehilangan orang yang dicintai, atau seseorang yang dekat dengan mereka jatuh sakit, sulit untuk menemukan kata-kata yang memberi mereka kenyamanan. Kesulitan di tempat kerja atau akhir hubungan juga dapat membuat kita bertanya-tanya bagaimana cara menghibur teman kita yang patah hati. Tidak ada satu cara untuk mengatasi seseorang dalam keadaan sedih atau frustrasi, tetapi kita dapat mengembangkan beberapa praktik terbaik untuk menangani berita buruk.

Baca juga: Merasa Sedih dan Putus Asa Sepanjang Waktu? Yuk Kenali Beberapa Macam Gangguan Mood dalam Perspektif Biopsikologi!

Niat Baikmu Dapat Membuat Temanmu Merasa Lebih Buruk

Ketika kita tidak menyadari tentang cara terbaik untuk menangani suatu situasi, Kemudian kita menanggapi teman-teman kita yang bersedih dengan cara yang tidak pantas. Mungkin kita mengatakan hal yang salah, atau kita tidak sensitif terhadap perasaan mereka. Apa pun itu, respons yang tidak pantas dapat membuat teman kita merasa lebih sedih daripada sebelum kita berbicara.

Sebagian besar dari kita tidak ada yang berniat untuk menyakiti orang lain. Namun, ternyata niat terbaik kita pun bisa jadi serba salah ketika kita tidak tahu harus berkata apa, kita akan memahami dan mencoba apa pun yang ada dalam pikiran kita untuk menenangkan ketidaknyamanan atau kesedihan mereka. 

Kita semua pasti pernah melakukan ini, dan kebanyakan dari kita pasti juga pernah merasakan ketika bersedih ada teman yang sebenarnya memiliki niat baik namun membuat kita merasa lebih buruk. Disini penulis ingin berbagi dengan kalian yang mungkin sedang ingin membantu teman  merasa lebih baik namun tidak dapat membantu apapun secara langsung. Semoga membantu

Jangan mengubah topik pembicaraan dengan sesuatu yang tidak membantu

Ketika percakapan bergeser ke arah permasalahan, kita mungkin berpikir bahwa mengubah topik pembicaraan akan membantu. Dalam pikiran kita, ini adalah kesempatan bagi teman kita untuk mengalihkan perhatian mereka dari situasi negatif ke sesuatu yang mereka nikmati. Mengubah topik pembicaraan menjadi sesuatu yang sepele dan tidak terkait mungkin terasa baik bagi kita, tetapi itu tidak akan membantu mereka. Mereka tidak peduli tentang film mana yang ada di bioskop sekarang, atau seberapa suka dengan restoran baru di kota.

Metode ini bermasalah karena temanmu sedang membutuhkanmu dan ingin didengar. Mereka berbagi masalah denganmu karena menyuarakan rasa sakit mereka dan berusaha  mengurangi itu. Jika kamu mengubah topik pembicaraan, kamu tidak memberi mereka kesempatan untuk melakukan hal ini. Mereka akhirnya merasa lebih sedih dan ditolak.


Lihat Humaniora Selengkapnya

Page 4

Mengetahui apa yang harus dikatakan ketika seorang teman berbagi cerita sedih dengan kita adalah salah satu hal yang paling menantang dalam persahabatan. Kamu mungkin sering merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan terlepas dari  seberapa dekat hubunganmu dengan temanmu.

Ketika seseorang yang kita sayangi sakit hati, kita pasti ingin mereka merasa lebih baik. Jika kita belum pernah mengalami apa yang mereka alami, kita mungkin merasa tidak yakin tentang cara terbaik untuk membantu mereka. Bahkan ketika kita benar-benar memahami situasi mereka, kita mungkin menyadari bahwa tantangan yang dihadapi teman kita sangat sulit untuk diatasi.

Jika mereka baru saja kehilangan orang yang dicintai, atau seseorang yang dekat dengan mereka jatuh sakit, sulit untuk menemukan kata-kata yang memberi mereka kenyamanan. Kesulitan di tempat kerja atau akhir hubungan juga dapat membuat kita bertanya-tanya bagaimana cara menghibur teman kita yang patah hati. Tidak ada satu cara untuk mengatasi seseorang dalam keadaan sedih atau frustrasi, tetapi kita dapat mengembangkan beberapa praktik terbaik untuk menangani berita buruk.

Baca juga: Merasa Sedih dan Putus Asa Sepanjang Waktu? Yuk Kenali Beberapa Macam Gangguan Mood dalam Perspektif Biopsikologi!

Niat Baikmu Dapat Membuat Temanmu Merasa Lebih Buruk

Ketika kita tidak menyadari tentang cara terbaik untuk menangani suatu situasi, Kemudian kita menanggapi teman-teman kita yang bersedih dengan cara yang tidak pantas. Mungkin kita mengatakan hal yang salah, atau kita tidak sensitif terhadap perasaan mereka. Apa pun itu, respons yang tidak pantas dapat membuat teman kita merasa lebih sedih daripada sebelum kita berbicara.

Sebagian besar dari kita tidak ada yang berniat untuk menyakiti orang lain. Namun, ternyata niat terbaik kita pun bisa jadi serba salah ketika kita tidak tahu harus berkata apa, kita akan memahami dan mencoba apa pun yang ada dalam pikiran kita untuk menenangkan ketidaknyamanan atau kesedihan mereka. 

Kita semua pasti pernah melakukan ini, dan kebanyakan dari kita pasti juga pernah merasakan ketika bersedih ada teman yang sebenarnya memiliki niat baik namun membuat kita merasa lebih buruk. Disini penulis ingin berbagi dengan kalian yang mungkin sedang ingin membantu teman  merasa lebih baik namun tidak dapat membantu apapun secara langsung. Semoga membantu

Jangan mengubah topik pembicaraan dengan sesuatu yang tidak membantu

Ketika percakapan bergeser ke arah permasalahan, kita mungkin berpikir bahwa mengubah topik pembicaraan akan membantu. Dalam pikiran kita, ini adalah kesempatan bagi teman kita untuk mengalihkan perhatian mereka dari situasi negatif ke sesuatu yang mereka nikmati. Mengubah topik pembicaraan menjadi sesuatu yang sepele dan tidak terkait mungkin terasa baik bagi kita, tetapi itu tidak akan membantu mereka. Mereka tidak peduli tentang film mana yang ada di bioskop sekarang, atau seberapa suka dengan restoran baru di kota.

Metode ini bermasalah karena temanmu sedang membutuhkanmu dan ingin didengar. Mereka berbagi masalah denganmu karena menyuarakan rasa sakit mereka dan berusaha  mengurangi itu. Jika kamu mengubah topik pembicaraan, kamu tidak memberi mereka kesempatan untuk melakukan hal ini. Mereka akhirnya merasa lebih sedih dan ditolak.


Lihat Humaniora Selengkapnya

Video yang berhubungan

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề