Apa yang menyebabkan timbulnya Panca Yadnya?

Dalam ajaran Agama Hindu ada konsep atau filosofi yang disebut Tri Rna. “Tri” artinya tiga dan “Rna” artinya hutang. Tri Rna merupakan tiga hutang yang harus dibayar oleh manusia Hindu. Tri Rna juga sebagai tiga wujud ketergantungan dalam hidup manusia yang membawa hutang [rna].

Dalam ajaran Agama Hindu ada konsep atau filosofi yang disebut Tri Rna. “Tri” artinya tiga dan “Rna” artinya hutang. Tri Rna merupakan tiga hutang yang harus dibayar oleh manusia Hindu. Tri Rna juga sebagai tiga wujud ketergantungan dalam hidup manusia yang membawa hutang [rna].

Mengapa manusia Hindu berhutang dan kepada siapa berhutang?

Kelahiran sebagai manusia bukan tanpa sebab namun ada penyebab dan yang mengadakan. Berkat kebaikan Para Dewata, Pitra dan Rsi maka manusia dapat terlahir, menjalani kehidupan dengan berbagai tuntunan dharma dan mencapai tujuan hidupnya. Sebagai hukum alam – sebab akibat maka sudah seharusnya manusia membayar hutangnya [Rna] sehingga tercipta keseimbangan untuk menuju kebahagiaan dan kedamaian abadi.

Rna atau hutang manusia tersebut adalah:

  1. Dewa Rna
    Dewa Rna adalah hutang kepada Sang Maha Pencipta [ Ida Sang Hyang Widi Waça]. Hutang ini terjadi karena manusia telah diberikan percikan Atman oleh Sang Pencipta. Selain itu, Sang Pencipta juga telah menciptakan alam semesta sebagai wadah manusia untuk melangsungkan kehidupan dalam upaya menemukan kebahagiaan dan kedamaian.
  2. Pitra Rna
    Pitra Rna adalah hutang yang dimiliki manusia kepada Pitr yang berarti Ayah dan ibu atau bentuk jamaknya Pitara yang berarti nenek moyang atau leluhur. Hutang ini terjadi karena manusia dimulai dari janin yang dikandung ibu, selanjutnya dipelihara sebagai suputra, yang telah memberikan kasih sayangnya dalam setiap denyut kehidupan.
  3. Rsi Rna
    Rsi Rna adalah hutang yang dimiliki manusia kepada seseorang yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan dalam hidupnya, seperti Para Guru, Rsi, Pendeta, Sulinggih, Pemangku. Akibat pengetahuan tersebut manusia bisa memperoleh tuntunan jalan dharma menuju pintu kebahagian.

Bagaimana cara membayar hutang [rna] tersebut?
Dalam ajaran Agama Hindu disebutkan bahwa hutang-hutang tersebut dapat dibayar melalui yadnya, yaitu:

  1. Dewa Rna dibayar dengan Dewa Yadnya dan Bhuta Yadnya
  2. Pitra Rna dibayar dengan Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya
  3. Rsi Rna dibayar dengan Rsi Yadnya

Lima [5] jenis yadnya tersebutlah yang diamalkan dalam tatanan kehidupan umat Hindu yang disebut dengan Panca Yadnya, yaitu terdiri dari : Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, dan Manusa Yadnya.

Tri Rna sebagai landasan [Sebab] munculnya Panca Yadnya [Akibat]. Hutang dalam Tri Rna yang harus dibayar, dalam hal ini bukan pengertian hutang-piutang pada umumnya dalam istilah perekonomian, namun sebagai bentuk kewajiban [Yadnya-Panca Yadnya] yang harus diamalkan oleh setiap umat Hindu.

Oleh Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, M.T.,

Agama Hindu Topik Keyakinan Filsafat Pustaka Ritual Perayaan
Artikel ini adalah bagian dari seri
Sejarah • Mitologi • Kosmologi • Dewa-Dewi
Brahman • Atman • Karmaphala • Samsara • Moksa • Ahimsa • Purushartha • Maya
Samkhya • Yoga • Mimamsa • Nyaya • Waisesika • Wedanta [Dwaita • Adwaita • Wisistadwaita]
Weda [Samhita • Brāhmana •
Aranyaka • Upanishad] • Wedangga • Purana • Itihasa • Bhagawadgita • Manusmerti • Arthasastra • Yogasutra • Tantra
Puja • Meditasi • Yoga • Bhajan • Upacara • Mantra • Murti
Dipawali • Nawaratri • Siwaratri • Holi • Janmashtami • Durgapuja • Nyepi
Portal agama Hindu

  • l
  • b
  • s

Kata Panca Yadnya terdiri dari dua kata, yaitu kata Panca dan Yadnya. Panca berarti Lima, Yadnya berarti persembahan suci. Kata Yadnya berasal dari Bahasa Sanskerta dari urat kata Yāj dan masuk dalam kelas kata maskulinum yang berarti orang yang berkorban.

Jadi Panca Yadnya berarti lima persembahan suci dengan tulus ikhlas.

Dalam melaksanakan sebuah Yadnya hendaknya diketahui syarat-syarat Yadnya. Adapun syarat-syarat sebuah yadnya, meliputi:

1.Harus dilandasi dengan keikhlasan yang disertai kesucian hati, 2.Didasari dengan cinta kasih yang diwujudkan dengan rasa bhakti yang tulus, cinta kepada sesama, cinta kepada binatang dan cinta kepada lingkungan, 3.Yang harus dilakukan sesuai kemampuan agar tidak menjadi beban bgi kita, 4.Beryadnya harus dilandasi perasaan beryadnya sebagai sebuah kewajiban.

Bagian Yadnya

Dalam praktik agama Hindu di Bali, terdapat lima jenis Yadnya yang disebut dengan Panca Yadnya, yaitu:

Dewa Yadnya

adalah yadnya yang dilakukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Rsi Yadnya

adalah yadnya yang dilakukan kepada para rsi atas jasa-jasa dia membina umat dan mengembangkan ajaran agama.

Pitra Yadnya

adalah yadnya yang dilakukan kepada para roh leluhur termasuk kepada orang tua yang masih hidup.

Manusa Yadnya

adalah yadnya yang dilakukan kepada sesama manusia.

Bhuta Yadnya

adalah yadnya yang dilakukan kepada para Bhuta Kala yang bertujuan untuk menetralisir kekuatan alam sehingga menjadi harmonis.

Yadnya yang dilaksanakan setiap hari disebut dengan Yadnya Sesa, dalam bahasa Bali disebut dengan mesaiban.

Sifat persembahan Veda yang berubah

[searah jarum jam dari sudut kiri atas] Rishi, Pitri, Bhuta,[1] Manushya Yadnya dan [tengah] Dewa Yadnya.

Sifat pengorbanan Veda dan ritual berkembang seiring waktu, dengan perubahan besar terjadi selama milenium 1 SM, perubahan yang mempengaruhi konsep kemudian diadopsi oleh tradisi lain seperti dalam agama Budha.[2] Pengorbanan periode Veda awal melibatkan pengorbanan hewan, tetapi ritual-ritual itu secara progresif ditafsirkan kembali seiring waktu, menggantikan persembahan dan menjadikannya tanpa kekerasan atau simbolis, dengan keunggulan pengetahuan dan perayaan bunyi mantra menggantikan persembahan fisik. Pada akhirnya, ritual eksternal dirumuskan ulang dan diganti dengan "persembahan internal yang dilakukan dalam tubuh manusia".[2] Gagasan substitusi ini, evolusi dari tindakan eksternal [ karma-kanda ] ke pengetahuan internal [ jñana-kanda ], disorot dalam banyak sutra yang berhubungan dengan ritual, serta teks-teks khusus seperti Brihadaranyaka Upanishad [~800 BCE], Chandogya Upanishad, Kaushitaki Upanishad dan Pranagnihotra Upanishad.[3][4]

Teks Veda Satapatha Brahmana mendefinisikan pengorbanan sebagai tindakan meninggalkan sesuatu yang dianggap bernilai, seperti persembahan yang dipersembahkan kepada dewa dan “dakshina” [biaya, hadiah] yang ditawarkan selama yadnya.[2] Untuk hadiah dan biaya, teks Veda merekomendasikan memberi sapi, pakaian, kuda atau emas.[2] Persembahan yang direkomendasikan adalah susu sapi, ghee [minyak samin], biji-bijian, biji-bijian, bunga, air dan kue makanan [kue beras, misalnya]. Rekomendasi serupa diulang dalam teks lain, seperti dalam kitab Taittiriya Shakha 2.10 dari Krishna Yajurveda].[1]

Tadeusz Skorupski menyatakan bahwa pengorbanan ini adalah bagian dari cara hidup ritual, dan dianggap memiliki khasiat yang melekat, di mana melakukan pengorbanan ini menghasilkan bayaran dan hasil tanpa melibatkan para imam atau dewa.[2] Gagasan Veda ini, tambah Skorupski, memengaruhi "perumusan teori kedermawanan Buddhis".[2] Gagasan-gagasan Buddhis melangkah lebih jauh, mengkritik "para Brahmana atas kemunduran dan kegagalan mereka untuk hidup sesuai dengan warisan Brahmana dari para Brahmana kuno", yang mengklaim nenek moyang Veda "hidup dalam pengekangan diri, pertapa, tidak punya ternak, tidak punya emas, dan tidak ada kekayaan ".[5] Sang Buddha berusaha untuk kembali ke nilai-nilai yang lebih kuno, kata Tadeusz Skorupski, di mana para resi Veda "belajar sebagai biji-bijian dan kekayaan mereka, menjaga kehidupan suci sebagai harta mereka, memuji moralitas, penghematan dan tanpa kekerasan; mereka melakukan pengorbanan yang terdiri dari beras, jelai dan minyak, tetapi mereka tidak membunuh sapi".[5]

Lima besar pengorbanan Veda [Mahasattra] Nama Pengorbanan Apa yang dikorbankan?[2] Kepada[2] Frekuensi Bhuta-yajna Manushya-yajna Pitr-yajna Deva-yajna Brahma-yajna
Kue, makanan Pengorbanan untuk makhluk hidup
[hewan, burung, dsb.]
Setiap hari[2][6]
Sedekah dan air
[layanan, amal]
Pengorbanan untuk sesama manusia Setiap hari[2][6]
Libations and water Pengorbanan untuk leluhur Setiap hari[2][6]
Kayu bakar Pengorbanan untuk dewa-dewa/Tuhan Setiap hari[2][6]
Kata-kata, membaca Veda Pengorbanan untuk Brahman
[realitas tertinggi]
Jika memungkinkan[2][6]

Lihat pula

  • Aswamedha
  • Agama Weda purba
  • Homa
  • Śrauta
  • Yajurweda
  • Wedi [altar]
  • Yajamana

Referensi

  1. ^ a b Gopal, Madan [1990]. K.S. Gautam, ed. India through the ages. Publication Division, Ministry of Information and Broadcasting, Government of India. hlm. 79. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m Tadeusz Skorupski [2015]. Michael Witzel, ed. Homa Variations: The Study of Ritual Change Across the Longue Durée. Oxford University Press. hlm. 78–81. ISBN 978-0-19-935158-9. 
  3. ^ Deussen, Paul [1997]. Sixty Upanishads of the Veda. Motilal Banarsidass. hlm. 645–651. ISBN 978-81-208-1467-7. 
  4. ^ Tadeusz Skorupski [2015]. Michael Witzel, ed. Homa Variations: The Study of Ritual Change Across the Longue Durée. Oxford University Press. hlm. 79–84. ISBN 978-0-19-935158-9. 
  5. ^ a b Tadeusz Skorupski [2015]. Michael Witzel, ed. Homa Variations: The Study of Ritual Change Across the Longue Durée. Oxford University Press. hlm. 86–87. ISBN 978-0-19-935158-9. 
  6. ^ a b c d e Klaus K. Klostermaier [2007]. A Survey of Hinduism: Third Edition. State University of New York Press. hlm. 125–127. ISBN 978-0-7914-7082-4. 

Daftar pustaka

  • Agrawala, Vasudeva Sharana. India as known to Pāṇini: a study of the cultural material in the Ashṭādhyāyī. Prithvi Prakashan, 1963.
  • Dallapiccola Anna. Dictionary of Hindu Lore and Legend. ISBN 0-500-51088-1.
  • Gyanshruti; Srividyananda. Yajna A Comprehensive Survey. Yoga Publications Trust, Munger, Bihar, India; 1st edition [December 1, 2006]. ISBN 8186336478.
  • Krishnananda [Swami]. A Short History of Religious and Philosophic Thought in India. Divine Life Society, Rishikesh.
  • Nigal, S.G. Axiological Approach to the Vedas. Northern Book Centre, 1986. ISBN 81-85119-18-X.
  • Prasoon, [Prof.] Shrikant. Indian Scriptures. Pustak Mahal [August 11, 2010]. ISBN 978-81-223-1007-8.
  • Vedananda [Swami]. Aum Hindutvam: [daily Religious Rites of the Hindus]. Motilal Banarsidass, 1993. ISBN 81-20810-81-3.

Artikel bertopik agama Hindu ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Yadnya&oldid=19147650"

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề