Apakah budaya positif di sekolah berdiri sendiri dalam menciptakan budaya ajar yang baik?


Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya [bukan dasarnya] hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

Apakah budaya positif di sekolah berdiri sendiri dalam menciptakan budaya ajar yang baik?

Tidak, Budaya sekolah akan terwujud manakala terdapat  kolabarosi antara pemangku kepentingan di sekolah, baik siswa, rekan sejawat, kepala sekolah, komite sekolah, orang tua murid maupun masyarakat agar dapat menciptakan budaya ajar yang baik menuju murid merdeka.

Bagaimana penerapan budaya positif jika dikaitkan dengan nilai lain dalam aktivitas pembelajaran?

Penerapan budaya positif tidak bisa dilakukan secara instan, tetapi memerlukan proses dan waktu. Budaya Positif dilakukan dengan menerapkan disiplin positif secara terus-menerus dan konsisten, sehingga menjadi sebuah karakter atau nilai-nilai yang tumbuh sebagai motivasi intrinsik.

Menerapkan pendekatan disiplin positif dapat membantu sekolah memainkan peran penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan manusiawi. Murid cenderung menjadikan orang dewasa sebagai model; jika murid melihat orang dewasa menggunakan kekerasan fisik atau psikologis, mereka akan belajar bahwa kekerasan dapat diterima sehingga ada kemungkinan mereka akan menggunakan kekerasan terhadap orang lain. Sekolah memiliki peran penting dalam membimbing, memperbaiki, dan mensosialisasikan kepada murid mengenai perilaku yang sesuai. 

Agar perubahan berhasil, diperlukan pendekatan terkoordinasi yang melibatkan semua peran di komunitas sekolah. Sekolah perlu bekerja dengan orangtua untuk memastikan konsistensi antara rumah dan sekolah, serta membekali mereka dengan informasi dan alat untuk mempraktikkan disiplin positif di rumah. 

Peran dan tanggung jawab berbagai struktur sekolah meliputi:

Guru

Memiliki peran kunci dalam pengembangan disiplin positif dengan menciptakan ruang kelas yang berpusat pada peserta didik Melibatkan dan bekerjasama dengan orangtua dalam penerapan disiplin positif

Kepala Sekolah

Kepala Sekolah memastikan para guru dan tenaga kependidikan mendapatkan dukungan dalam menerapkan disiplin positif di sekolah. Mendukung dan mengawasi keterlibatan orangtua dalam menerapkan disiplin positif.

Orang Tua

Menciptakan suasana rumah yang aman dan nyaman sehingga dapat menerapkan disiplin positif yang konsisten. Berpartisipasi dalam pertemuan sekolah dan memiliki hubungan baik dengan guru untuk mendukung pendekatan disiplin positif.

Bagian mana dari modul sebelumnya yang berkaitan dan mendukung budaya positif?

Pada Modul 1.1 Mengenai Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Pendidik pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak. agar dapat memperbaiki lakunya [bukan dasarnya] hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Semboyan Pendidikan menurut Kihajar Dewantara adalah "Ing ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo mangun karso, Tut wuri handayani.

Pada Modul 1.2 Mengenai Peran dan Nilai Guru Penggerak.

Profil pelajar Pancasila memiliki nilai-nilai sebagai berikut yaitu:

Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.MandiriBernalar kritisKebinekaan globalBergotong RoyongKreatif

Pada Modul 1.3 Mengenai Visi Guru Penggerak

Paradigma mengaplikasikan Inquiry Apresiatif melalui tahapan BAGJA.

Pembelajaran yang menyenangkan, saling menghargai, toleransi, bahagia dan nyaman, diskusi kelas, refleksi diri, meotivasi instrinsik, menggali kekuatan, keterbukaan, apersepsi yg menyenangkan, semangat, berfikir positif, berkolaborasi, mendengarkan pendapat siswa, disiplin, tidak monoton, suasana kelas hidup, menggali potensi yang maksimal.

Bagaimana peran guru penggerak menularkan kebiasaan baik kepada guru lain alam membangun budaya positif di sekolah?

Cara yang efektif untuk mengajak guru tersebut dalam menerapkan Budaya Positif di kelas maupun di sekolah adalah...

Saya akan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan di sekolah [Kepala Sekolah], untuk berbagi informasi yang saya dapatkan selama mengikuti Pendidikan Calon Guru Penggerak, terutama dalam penerapan Budaya Positif di kelas. Media yang digunakan untuk berbagi informasi bisa dilakukan dengan menggunakan waktu kultum guru yang dilakukan sebelum pembelajaran baik secara online maupun offline. Selain itu bisa melakukan webinar, mengingat situasi pandemi Covid 19. Diharapkan warga sekolah terutama guru mengatahui dan mulai menerapkan budaya positif di kelas.

Bagaimana guru penggerak bisa menumbuhkan budaya positif di kelas menjadi budaya positif sekolah dan menjadi visi sekolah?

Setiap sekolah tentunya sudah memiliki visi dan misi masing-masing. Sebagai guru penggerak juga dituntut untuk memiliki visi dan misi yang sejalan dengan visi dan misi sekolah. Budaya sekolah di tiap-tiap sekolah merupakan implementasi dari visi dan misi sekolah. Guru penggerak bersama dengan murid membuat kesepakatan kelas untuk menumbuhkan budaya positif. Kesepakatan kelas yang berhasil menumbuhkan budaya positif di kelasnya, kemudian juga menularkan kepada rekan sejawat, dilakukan secara konsisten untuk jangka waktu yang tidak terbatas, sehingga muncul nilai-nilai karakter sebagai penerapan budaya positif di sekolah. Keberhasilan penerapan budaya positif di tingkat kelas dan pengimbasan ke rekan sejawat, secara lebih luas, bisa ditumbuhkan menjadi visi sekolah.

Ema Damayanti, M.Pd.

[Guru SMP Negeri 2 Cililin]

Seorang guru memiliki peran untuk membangun atau mewujudkan budaya positif di sekolah. Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif diawali dengan perubahan paradigma tentang teori kontrol. Selama ini barangkali kita sebagai guru merasa berkewajiban mengontrol perilaku siswa agar memiliki perilaku sesuai yang guru harapkan. Perwujudannya, guru sering memberikan hukuman kepada siswa yang melakukan kesalahan dan memberikan imbalan terhadap perbuatan baik yang dilakukan siswa. Berdasarkan beberapa penelitian, tentang teori kontrol, semua perilaku manusia pasti memiliki tujuan. Begitupula dengan perilaku siswa. Bahkan sebuah kesalahan yang dilakukan siswa pasti memiliki alasan. Alasan tersebut biasa disebut dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu: 1] Kebutuhan bertahan hidup [Survival] yaitu kebutuhan berkaitan dengan fisik seperti makan, tidur, tempat tinggal dll. 2] Kebutuhan Cinta dan kasih sayang [Penerimaan]. 3] Kebutuhan Penguasaan [pengakuan akan kemampuan],4] Kebutuhan Kebebasan [Kebutuhan akan pilihan], dan 5] Kebutuhan akan Kesenangan. Ketika guru sudah mampu memahami kebutuhan dasar setiap siswa, langkah yang dilakukan adalah dengan menerapkan disiplin positif. Selama ini, disiplin dipahami sebagai tindakan untuk membuat siswa patuh pada aturan sekolah dan guru. Apakah seperti itu penerapan disiplin yang tepat? Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline ada tiga alasan motivasi manusia dalam melakukan sesuatu, yaitu: 1]Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman,2] Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, 3] Untuk menjadi orang yang mereka inginkan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini. Berdasarkan ketiga alasan tersebut, tindakan pendisiplinan dengan melakukan hukuman atau memberi imbalan bisa disebut motivasi eksternal dan hal tersebut tidak akan bertahan lama. Barangkali dengan hukuman dan imbalan siswa memang menjadi patuh, tapi kepatuhan itu hanya sementara dan kedisiplinan yang diterapkan tidak mengubah karakter siswa menjadi lebih kuat. Barangkali itu pula yang menyebabkan bangsa kita kesulitan dalam membentuk karakter masyarakatnya, contoh kecil seperti budaya antri, menaati aturan lalulintas, kebersihan [Contoh: buang sampah pada tempat tepat] yang belum bisa menjadi karakter. Berdasarkan teori motivasi tadi, penerapan disiplin di sekolah harus dilakukan dengan alasan yang ke-3. Siswa melakukan kebaikan sesuai dengan keyakinan kelas atau nilai-nilai yang sudah tertanam dalam dirinya atau motivasi internal. Motivasi internal lebih berjangka lama dan membuat siswa makin kuat secara karakter. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang mengungkapkan bahwa disiplin kepada siswa adalah disiplin diri, sebab hanya diri sendiri yang mampu mengontrol diri kita bukan orang lain.Jika belum bisa mengontrol diri menurut Ki Hajar, penerapan dispilin dilakukan orang lain tapi dalam situasi merdeka bukan keterpaksaan. Artinya, siswa sendirilah yang menginginkan dirinya menaati peraturan sesuai dengan keyakinan universal atau keyakinan sekolah dan kelas. Keinginan untuk melaksanakan keyakinan universal yang datang dari siswa atau kita sebut motivasi internal tersebut dapat diwujudkan dengan Restitusi. Restistusi adalah upaya mendisiplinkan siswa tapi dengan cara siswa sendiri yang menyelesaikan masalahnya dan membuat mereka bertindak sesuai dengan keinginan ideal yang didasarkan pada keyakinan kelas. Hal tersebut tentu akan berjalan dengan semestinya ketika guru menempatkan diri sesuai dengan posisi kontrol yang tepat. Posisi kontrol guru yang terbaik adalah posisi seorang manajer. Di dalam posisi ini, sikap guru ketika melihat siswa melakukan kesalahan tidak langsung menghukum atau menasehati, tapi  diawali dengan sikap memahami tindakan siswa bahwa ketika siswa bersalah itu biasa karena memang setiap manusia pasti pernah bersalah [Menstabilkan Identias]. Selanjutnya guru juga mencoba memahami alasan atau kebutuhan dasar apa yang ingin dipenuhi siswa dengan perilakunya tersebut [Validasi Tindakan yang salah]. Selanjutnya, siswa diingatkan tentang keyakinan kelas dan dipancing dengan pertanyaan tentang bagaimana seharusnya sikap mereka menurut keyakinan kelas dan jawabannya datang dari siswa sendiri. Kemudian baru ditanyakan solusi terbaik menurut siswa tersebut yang berdasarkan keyakinan tadi [menanyakan Keyakinan]. Saat melakukan restitusi seorang manajer, tentu tidak bersikap emosional, tidak juga merasa bahwa dia yang benar dan siswa harus mengikuti aturan saya. Jika siswa bersalah sebenarnya gampang saja menyuruh mereka meminta maaf kemudian menjalankan hukuman yang kita berikan, siswa pun menuruti kemauan guru. Dengan seperti itu seolah masalah selesai. Akan tetapi, sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah tempat menyemai benih kebudayaan. Kebudayaan dibentuk dari kebiasaan dan menjadi karakter. Diharapkan dampaknya lama, jangka panjang. Pendidikan sejatinya mampu menumbuhkan manusia-manusia terbaik yang berpegang pada nilai-nilai keyakinan yang memiliki kemerdekaan jiwa, bukan hanya membentuk generasi yang patuh karena tekanan dan aturan tapi jika menghendaki siswa patuh pun karena mereka mematuhi keyakinan dan nilai-nilai yang mereka pegang sendiri bukan aturan yang guru atau sekolah paksakan. Oleh karena itu, restitusi adalah sebuah upaya untuk membuat siswa mampu mengevaluasi diri mereka sendiri agar menjadi manusia yang baik sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal dan sebuah upaya agar setiap kesalahan yang dilakukannya menjadi bahan pembelajaran agar dirinya menjadi lebih baik, menjadi lebih kuat karakternya dan penghargaan pada diri mereka sendiri pun menjadi bertambah.

Dengan penjelasan di atas, diharapkan budaya positif  di sekolah dapat terwujud dan sekolah sebagai tempat menyemai benih kebudayaan atau pembentukan karakter bukan hanya sebagai mimpi indah yang hanya menjadi cerita indah dalam buku-buku teks pelajaran.

This entry was posted by bidangsmp. Bookmark the permalink.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề