Bagaimana kedudukan ilmu pengetahuan dan seni dalam Islam

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ilmu berasal dari bahasa Arab, yaitu 'alima, ya'lamu, ilman dengan wazan fa'ila, yaf'alu yang berarti mengerti, memahami dengan benar-benar atau memahami dengan sesungguhnya. Dalam bahasa Inggris, ilmu disebut science, kemudian dari bahasa latin disebut scientia-scire yang berarti mengetahui, dan dalam bahasa Yunani disebut episteme. 

Menurut Ashley Montagu [Guru Besar Antropologi, Rutgers University] menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam suatu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji. Sedangkan menurut Harsojo [Guru Besar Antropolog, Universitas Padjadjaran] mengatakan bahwa ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang sistematikan, suatu pendekatakan atau metode terhadap seluruh dunia empiris dan suatu cara untuk menganalisis. 

Dari pendapat para ahli tersebut dapatt kita simpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentuyaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka dan kumulatif.

Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sedangkan pengetahuan adalah keseluruhan informasi yang berupa pikiran sehat [common sense] yang belum tersusun, baik secara metafisik maupun fisik. Pada hakikatnya ilmu pengetahuan lahir karena hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Hasrat ingin tahu tersebut muncul dikarenakan banyak aspek kehidupan yang masih samar dan belum jelas. Akan tetapi pada awalnya ilmu pengetahuan masih dikaitkan dengan sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal mistis.

Islam sangat menghargai ilmu, hal tersebut terlihat sejak kemunculan agama Islam itu sendiri saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dengan perintah iqra yang artinya "bacalah". ini menunjukkan kepada kita bahwa pentingnya ilmu pengetahuan. Keilmuan berkembang pada zaman Islam klasik [650-1250]. hal ini dipengaruhi oleh persepsi mengenai bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadis. Sekitar abad ke-6 hingga abad ke-7 kemajuan ilmu pengetahuan berada di peradaban Islam. Pada zaman tersebut bangsa Arab juga menjadi pemimpin dalam ilmu alam. Sumbangsih  ilmuan Islam dapat di bagi ke dalam 3 bagian, yaitu :

1. Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskan sedemikian rupa, sehingga dapat dikenal bangsa barat seperti saat ini.

2. Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan.

3. Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar.

Berikut ini merupakan dalil-dalil terkait ilmu menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah.

1. Dalam Q. S. Al-Alaq [96]:5

"Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."

Full PDF PackageDownload Full PDF Package

This Paper

A short summary of this paper

37 Full PDFs related to this paper

Download

PDF Pack

Jakarta -

Islam didukung oleh segala macam ilmu pengetahuan yang membentuknya. Mulai dari cara membaca Al-Qur'an, ketentuan salat, zakat, hingga pengetahuan akidah juga dapat diketahui melalui ilmu.

Sebab itulah, ilmu dalam pandangan Islam juga menempati kedudukan yang penting. Bahkan sejak zaman perang Rasulullah SAW, Allah SWT dalam firmanNya melarang seluruh pasukan Islam untuk turun ke medan perang.

Sebaliknya, sebagian umat muslim lainnya diperintahkan untuk memperdalam pengetahuan dengan Al-Qur'an. Tujuannya semata-mata untuk melindungi Islam dari serangan musuh melalui pemikiran. Allah SWT berfirman dalam surat At Taubah ayat 122,

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Artinya: Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi [ke medan perang]. Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.

"Yang berperang jihad fii sabilillah dengan tombak pedang dan air mata, mereka menjaga [Islam] dari serangan musuh. Tapi, jangan lupa, ada musuh yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata yang hanya bisa dibentengi dengan ilmu," kata Ustaz Abdul Somad [UAS] melalui detikKultum detikcom yang tayang pada Minggu [17/4/2022].

Di samping itu, bukti ilmu memiliki kedudukan penting dalam Islam juga terlihat dalam surat Al Mujadalah ayat 11. Disebutkan Ustaz Abdul Somad dengan mengutip ayat tersebut, orang yang berilmu memiliki kedudukan derajat yang lebih tinggi dibandingkan orang beriman.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat [derajat] orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.

Untuk itulah, kata pedakwah kelahiran Batu Bara ini, ilmu menjadi salah satu alasan mengapa Islam masih berjaya hingga sekarang. Termasuk dengan keberadaan majelis ilmu.

"Misalnya, [Universitas] Al-Azhar Kairo, Mesir dari sejak zaman berganti sampai hari ini Al-Azhar tetap tegak berdiri menjadi pusat peradaban Islam," kata UAS.

Sejatinya, keberadaan majelis atau lembaga pendidikan ilmu tersebut hadir untuk menjaga umat muslim. UAS kemudian mengutip pernyataan dari sahabat nabi Ali bin Abi Thalib,

"Kalau ilmu yang menjagamu, kalau harta [jadi] kamu yang menjaganya," katanya menirukan perkataan Ali bin Abi Thalib.

Berdasarkan penuturan UAS, ilmu dapat menjaga segala hal dari yang haram. Berikut juga segala hal yang halal agar digunakan manfaatnya. Selengkapnya tonton detikKultum Ustaz Abdul Somad dengan tema Keutamaan dan Adab Menuntut Ilmu DI SINI.

[rah/lus]

Islam adalah adalah ajaran yang berlandaskan ilmu. Segala perintah dan larangan dalam agama memiliki dasar keilmuan yang jelas dan lengkap. Setiap ibadah yang dikerjakan memiliki landasan keilmuan yang rahmatan lil ‘alamin. Maka dari itulah, setiap muslim dituntut untuk mendasarkan segala amalanya pada keilmuan ke-Islaman.

Makna dan kedudukan Ilmu dalam Islam

Secara bahasa, ilmu [al-‘Ilm] adalah lawan kata dari bodoh [al-jahl]. Sedangkan secara istilah, para ulama ushul memberikan pengertian ilmu adalah “Memahami sesuatu secara pasti sesuai dengan faktanya.”

Contoh ilmu sesuai pengertian di atas adalah pertama, bahwa keseluruhan [kullun] lebih besar daripada sebagian [juz’un]. Kedua, bahwa setiap ciptaan [makhluq] pasti ada yang menciptakan [khaliq]. dan Ketiga, bahwa niat merupakan syarat dalam suatu ibadah. Contoh yang pertama dan kedua di atas adalah contoh ilmu yang diperoleh secara akal, sedangkan contoh yang ketiga diperoleh secara syara’ [syariah].

Dalam ajaran Islam, ilmu tidak dapat dipisahkan dari amal. Artinya, ilmu harus diamalkan, dan sebaliknya, suatu amalan harus didasarkan kepada ilmu. Karena itu, Sahabat Ibnu Mas’ud r.a. berkata: “Ilmu bukan dengan banyaknya meriwayatkan. Sesungguhnya ilmu adalah cahaya yang dipancarkan di dalam hati. Sebagian ulama yang lainnya berkata: “Sesungguhnyalah ilmu adalah khasyyah [rasa takut kepada Allah].” Yang dimaksud dengan hakikat ilmu dalam perkataan tersebut adalah buahnya ilmu. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt,  “Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah ulama.” [Q.S. Fathir: 28].

Baca juga : Nilai Kepemimpinan dalam Sholat Berjamaah

Karena itulah, maka orang yang berilmu [‘alim] tapi perilakunya tidak sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, maka orang tersebut dicap sebagai orang bodoh [jahil]. Nabi Yusuf a.s. berdo’a kepada Allah agar tidak terpedaya rayuan untuk berbuat maksiyat, karena itu termasuk perilaku orang-orang yang bodoh. Allah swt mengabadikan perkataannya, “Yusuf berkata, ‘Wahai Tuhanku, penjara bagiku lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka padaku. Jika Engkau tidak memalingkan diriku dari tipu daya mereka, niscaya aku akan jatuh pada ajakan mereka, dan tentulah aku akan termasuk orang-orang yang bodoh.” [Q.S. Yusuf: 33]

Kedudukan dan Keutamaan Ilmu

Ilmu memiliki kedudukan dan keutamaan yang sangat besar dalam Islam. Karena itulah, maka wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw adalah al-Quran surah al-Alaq ayat 1-5, yang berisi perintah ‘membaca’. Bahkan perintah tersebut diulang dua kali untuk menunjukkan pentingnya aktifitas membaca, dan aktivitas tersebut harus dilakukan secara sungguh-sungguh dan berulang-ulang, karena iaktifitas membaca adalah sarana utama untuk mendapatkan ilmu.

Di antara keutamaan ilmu yang disebutkan dalam al-Quran dan Hadits yaitu:
1. Ilmu, bersama-sama dengan iman, merupakan salah satu dari sebab ditinggikannya derajat seseorang oleh Allah. Allah swt berfirman, “Niscaya Allah akan menaikkan derajat orang-orang yang beriman dari kalian, serta orang-orang yang diberi ilmu, beberapa derakat.” [Q.S. Al-Mujadilah: 11].

2. Ilmu adalah warisan para nabi, yang tidak bisa dinilai dengan dunia dan segala isinya. Sehingga, merupakan keuntungan yang besar dan sempurna bagi manusia, bila mendapatkan warisan tersebut. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu. Maka, barangsiapa mengambil warisan tersebut, berarti ia telah mengambil bagian warisan yang sempurna.” [H.R. Abu Dawud dan at-Tirmidzi].

3. Ilmu adalah syarat untuk mendapat kebaikan dari Allah swt. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah mendapatkan kebaikan, maka Ia akan dipahamkan oleh Allah terhadap agamanya.” [H.R. Bukhari dan Muslim].

4. Ilmu merupakan syarat untuk diterimanya suatu amalan. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa mengamalkan sesuatu yang tidak ada landasannya dalam urusan kami, maka amalnya tertolak.” [H.R. Muslim].

Disadur dari Modul Kaderisasi Sako “Pandu” Hidayatullah – Seri Sohihul Aqidah

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề