Bentuk ancaman terhadap bangsa dan negara dari luar negeri yang terjadi sekarang ini

Ancaman terhadap keamanan manusia meliputi keamanan ekonomi, pangan, kesehatan, lingkungan, personel, komunitas, dan politik. Ancaman terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat meliputi kriminal umum dan kejahatan terorganisasi lintas negara. Ancaman terhadap keamanan dalam negeri meliputi separatisme, terorisme, spionase, sabotase, kekerasan politik, konflik horizontal, perang informasi, perang siber [cyber], dan ekonomi nasional. Ancaman terhadap pertahanan meliputi perang takterbatas, perang terbatas, konflik perbatasan, dan pelanggaran wilayah.

KOMPAS.com - Ancaman militer merupakan ancaman yang sangat membahayakan keutuhan dan kedaulatan dari suatu wilayah negara tersebut. Ancaman militer bisa datang dari luar maupun dalam negeri.

Apabila tidak ditangani dengan tepat, ancaman militer dapat merusak pertahanan wilayah sebuah negara.

Pertahanan negara di Indonesia diatur dalam Undang-undang atau UU Nomor 3 Tahun 2002.

Dalam UU disebutkan bahwa ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisir dan dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

Berikut bentuk-bentuk ancaman militer:

Video Rekomendasi

Agresi

Agresi adalah salah satu contoh ancaman militer yang dilakukan menggunakan kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap suatu negara.

Baca juga: Semangat Persatuan, Senjata Tercanggih untuk Pertahanan Negara

Salah satu contoh ancaman militer berbentuk agresi adalah peristiwa agresi militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1945. Agresi militer Belanda II berlangsung di kota Yogyakarta di mana pada saat itu Yogyakarta merupakan ibu kota negara Indonesia.

Pelanggaran Wilayah

Pelanggaran wilayah adalah salah satu tindakan yang mengancam keutuhan dan kedaulatan wilayah negara serta membahayakan bangsa dalam suatu negara.

Tindakan pelanggaran wilayah dapat dilakukan menggunakan pesawat maupun kapal.

Contoh ancaman militer pelanggaran wilayah adalah berlangsungnya kegiatan kapal nelayan China yang masuk ke dalam wilayah perairan Indonesia tepatnya di kawasan zona ekonomi eksklusif atau ZEE di Natuna.

Spionase

Spionase adalah ancaman militer yang dilakukan suatu negara dengan cara memata-matai negara lain. Tujuan spionase adalah untuk mencari atau memperoleh dokumen rahasia yang diinginkan oleh negara lain.

Contoh ancaman militer spionase adalah tindakan pelanggaran terhadap sistem komputer militer Amerika Serikat pada tahun 2008 oleh badan spionase asing.

Tindakan penyerangan dilakukan dengan cara menyambungkan flashdisk yang mengandung virus ke komputer militer Amerika Serikat di markas Timur Tengah.

Sabotase

Ancaman militer sabotase adalah tindakan pelanggaran yang dilakukan dengan cara merusak instalasi serta objek vital nasional.

Contoh ancaman militer sabotase adalah yang terjadi pada militer angkatan udara Amerika Serikat dengan menggunakan alat pelacak sinyal dari darat dan ditujukan kepada pesawat Sukhoi.

Saat itu, pesawat Sukhoi tengah melakukan masa percobaan di Indonesia. Sehingga, pada tanggal 9 Mei 2012 hal itu menyebabkan pesawat Sukhoi menabrak tebing.

Baca juga: Sistem Pertahanan Negara Indonesia

Pemberontakan Bersenjata

Pemberontakan bersenjata adalah penolakan terhadap otoritas yang dapat timbul karena berbagai alasan. Tindakan pemberontakan bersenjata dapat berupa pembangkangan sipil atau kekerasan terorganisir sebagai upaya meruntuhkan otoritas yang ada.

Contoh ancaman militer pemberontakan bersenjata adalah pada tanggal 23 Januari 1950 terjadi pemberontakan angkatan perang ratu adil di Bandung.

Aksi Teror

Aksi teror yang banyak terjadi di Indonesia merupakan aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme internasional atau suatu jaringan yang bekerja sama dengan terorisme dalam negeri.

Contoh ancaman militer aksi teror adalah peristiwa kekerasan bersenjata yang dilakukan oleh orang tidak dikenal terhadap sejumlah pekerja perkebunan di Krueng Jawa pedalaman Kecamatan Geureudong Pase, Aceh Utara, yang saat itu sedang menonton televisi bersama. Peristiwa itu terjadi pada 4 Desember 2011.

Perang Saudara

Perang saudara merupakan salah satu contoh ancaman militer yang terjadi antarkelompok masyarakat bersenjata yang ada di dalam satu wilayah atau satu daerah yang sama.

Salah satu contoh ancaman militer perang saudara adalah perang saudara yang terjadi di Ambon, tepatnya di Kota Poso, Palu, dan Palopo. Peristiwa tersebut dipicu oleh pertengkaran antara sopir taksi beragama non-islam dengan penduduk Ambon yang beragama Islam.

Referensi

  • Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

KOMPAS.com - Segala macam perbedaan di Indonesia, seperti geografis, bahasa, suku bangsa, adat istiadat, dan kebiasaan dapat disatukan melalui integrasi nasional.

Integrasi nasional yang dibutuhkan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia [NKRI] sendiri telah menghadapi berbagai macam ancaman.

Salah satu ancaman yang didapat adalah ancaman militer. 

Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

Ancaman militer terhadap integrasi nasional dapat berasal dari luar negeri. 

Bentuk ancaman militer yang berasal dari luar negeri sepanjang sejarah negara indonesia antara lain adalah:

  1. Agresi Militer
  2. Pelanggaran wilayah oleh negara lain
  3. Mata-mata [Spionase]
  4. Sabotase
  5. Aksi teror dari jaringan internasional

Baca juga: Oemar Said Tjokroaminoto: Kehidupan, Peran, dan Gerakan Islam

Agresi Militer

Agresi Militer Belanda I 

Agresi Militer adalah serangan militer yang dilakukan Belanda terhadap wilayah Jawa dan Sumatera yang dikuasai oleh Republik Indonesia. 

Serangan ini terjadi antara 21 Juli sampai 4 Agustus 1947, yang disebut sebagai Agresi Militer Belanda I atau Operasi Produk. 

Serangan ini dilancarkan dengan cara melanggar perjanjian Linggarjati antara Republik dan Belanda. 

Melalui perjanjian ini, akan dibentuk sebuah persemakmuran antara Kerajaan Belanda dan Indonesia. 

Namun, pada 20 Juli 1947, Van Mook, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, menyatakan bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan perjanjian tersebut. 

Sejak saat itu, meletuslah Agresi Militer Belanda I. 

Pada Mei 1947, Belanda memutuskan untuk melakukan penyerangan kepada Republik guna mengakses komoditas di daerah-daerah yang dikuasai Republik.

Khususnya, gula di Jawa dan minyak serta karet di Sumatera. Akhirnya, pada 21 Juli, Belanda mengerahkan tiga divisi di Jawa. 

Belanda juga mengerahkan tiga brigade di Sumatera. Operasi ini kemudian mengakibatkan pendudukan sebagian besar Jawa dan Sumatera hanya memberi perlawanan lemah.

Namun, TNI dan pasukannya tetap melakukan operasi gerilya dari perbukitan di wilayah yang dikuasai Belanda.

Belanda membalas melalui serangan udara dan blokade wilayah yang dikuasai Republik. 

Pemerintah Indonesia secara resmi mengadukan agresi militer Belanda kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa [PBB] karena Belanda telah melakukan pelanggaran terhadap Perjanjian Linggarjati. 

Sejak saat itu, gencatan senjata akhirnya tercipta, namun hanya untuk sementara.

Belanda kembali mengingkari janjinya dalam perjanjian berikutnya yang telah disepakati dengan menggencarakan operasi militer yang lebih besar.

Serangan ini dilakukan pada 19 Desember 1948 yang disebut Agresi Militer Belanda II. 

Baca juga: Sisingamangaraja XII: Kehidupan, Perjuangan, dan Perlawanan

Agresi Militer Belanda II 

Agresi Militer Belanda II terjadi pada 19 Desember 1948 yang dilancarkan karena Belanda merasa Indonesia telah mengkhianati isi Perundingan Renville. 

Kesepakatan dari perundingan Renville telah disepakati pada 19 Januari 1948, tetapi masih terdapat perdebatan pasca penandatanganan. 

Kedua belah pihak saling menuduh bahwa salah satu pihak sudah mengkhianati perundingan. Alasan inilah yang kemudian membuat Belanda melancarkan agresi militer keduanya. 

Serangan ini dipimpin oleh Letnan Jenderal S.H. Spoor dan Engels. Agresi dimulai saat Belanda menyerang Yogyakarta, ibukota Indonesia pada saat itu. 

Terdengar letusan bom pertama dari Timur Yogyakarta, tepatnya di Wonocatur dan Maguwo.

Keesokan harinya, setelah Belanda menawan pemerintah RI, Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan beberapa tokoh lainnya, Belanda menghentikan penyerangannya. 

Pejabat pemerintah RI pun mulai diberangkatkan ke tempat pengasingan. 

Tempat pengasingan mereka, yaitu:

  • Pulau Bangka
  • Medan
  • Brastagi dan Prapat
  • Kampung Dul Pangkalpinang
  • Bukit Menumbing

Pelanggaran Wilayah oleh Negara Lain

Pelanggaran wilayah adalah penyalahgunaan atau mengeksploitasi di suatu lingkup wilayah di mana suatu negara tidak memiliki hak atau berada di luar garis batas negaranya sampai melanggar batas wilayah negara lain.

Beberapa wilayah negara lain yang pernah bersengketa dengan Indonesia adalah:

Pulau Sipadan dan Ligitan 

Sengketa Sipadan dan Ligitan adalah persengketaan Indonesia dan Malaysia atas kepemilikan terhadap kedua pulau yang berada di Selat Makassar, yaitu Pulau Sipadan.

Persengketaan ini mencuat pada 1967, saat keduanya bertemu dalam pertemuan teknis hukum laut antar kedua negara. 

Masing-masing negara rupanya memasukkan Pulau Sipadan dan Ligitas ke dalam batas-batas wilayah mereka. 

Karena Malaysia memiliki argumen yang lebih kuat, di mana kedua pulau ini lebih banyak dikelola orang Malaysia. 

Oleh karena itu, Mahkamah Internasional memandang bahwa kedua pulau ini lebih stabil di bawah kepemerintahan Malaysia. 

Baca juga: Ahmad Dahlan: Kehidupan, Perjuangan, dan Perannya di Muhammadiyah

Ambalat 

Perseteruan antara Indonesia dan Malaysia masih terus terjadi, salah satunya di Ambalat. 

Sejak akhir tahun 1960, Malaysia membuat pemetaan daerah yang baru di mana Pulau Sipadan dan Ligitan masuk ke wilayah negeri Malaysia. 

Negara ini kemudian mulai menyebut bahwa Blok Ambalat termasuk ke dalam wilayahnya. 

Sampai saat ini, konflik kepemilikan wilayah pun masih bergulir. 

Natuna 

Hubungan Indonesia dan Cina memanas akibat sengketa di perairan Kepulauan Natuna. 

Ketegangan terjadi dipicu oleh aksi kapal-kapal nelayan asal Cina yang memasuki kawasan Zona Ekonomi Eksklusif [ZEE] Indonesia di perairan Natuna. 

Indonesia berpegang pada ZEE, sedangkan Cina menjadikan sembilan garis putus-putus sebagai patokan menyerang perairan Natuna masuk dalam wilayahnya. 

Dari persengketaan ini, pada 1982, ZEE Indonesia telah ditetapkan oleh hukum internasional melalui UNCLOS 1982 atau hasil Konferensi-Konferensi PBB mengenai hukum laut.

Isi UNCLOS adalah "Tiongkok merupakan salah satu bagian dari UNCLOS 1982. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi Tiongkok untuk menghormati implementasi dari UNCLOS 1982".

Baca juga: Cut Meutia: Kehidupan, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Spionase

Spionase adalah praktik pengintaian, memata-matai, guna mengumpulkan informasi mengenai sebuah organisasi atau lembaga yang dianggap rahasia. 

Beberapa aksi spionase yang terjadi di Indonesia adalah:

Allen Pope 

Allen Lawrence Pope merupakan seorang tentara bayaran yang ditugasi CIA dalam berbagai misi.

Salah satu misinya di Indonesia adalah membantu pemberontakan PRRI/Permesta.

Namun, ia berhasil ditangkap oleh TNI ketika berupaya mengebom armada gabungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dengan pesawat B-26 Invader AUREV.

Pesawatnya berhasil dilumpuhkan oleh P-51 Mustang milik Angkatan Udara RI yang diterbangkan oleh Ignatius Dewanto.

Dari penangkapan ini kemudian terkuak bahwa Allen Pope berkaitan dengan operasi CIA. Ia menyusup gerakan untuk menggulingkan Soekarno. 

Intel Soviet 

Jaringan intelijen Uni Soviet pernah beraksi di Jakarta pada 1982. Perwira tinggi, TNI Letkol Soesdarjanto, membocorkan dokumen data-data kelautan Indonesia kepada Alecandre Finenko, intel maskapai Aeroflot di Jakarta.

Soesdarjanto ditangkap di rumah makan saat menyerahkan dokumen kepada atase militer Soviet, Sergei Egorov.

Sedangkan Finenko ditangkap pada 6 Februari 1982. Tokoh yang berperan dalam pengungkapan kasus ini adalah Mayor Jenderal Norman Sasono.

Saat itu ia menjabat sebagai Pelaksana Khusus Panglima Kopkamtib Daerah Jakarta.

Baca juga: Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Penyadapan Intelijen Australia 

Dinas Intelijen Australia pernah berupaya meyadap telepon seluler Presiden Susilo Bambang Yudhoyono [SBY] dan istrinya, Ani Yudhoyono. 

Skandal ini diungkap oleh mantan mata-mata asal Amerika Serikat, Edward Snowden melalui dokumen rahasia yang ia bocorkan. 

Dokumen ini berisi daftar target penyadapan percakapan telepon pada 2009, yaitu Presiden SBY, Wakil Presiden Boediono, Jusuf Kalla, dan sebagainya. 

Penyadapan ini dilakukan karena bagi Australia, Indonesia merupakan negara tetangga dekat yang paling maju dari Australia. 

Aspek perdagangan juga sangat mempengaruhi ekspor dua negara tersebut. 

Philip Dorling

Mantan Diplomat, Philip Dorling, mengungkapkan bahwa Australia telah lama mengintai Indonesia. 

Kedutaan Besar Australia di Jakarta menjadi lokasi pertama operasi badan intelijen Australia di luar negeri. 

Aksi spionase ini bermula dari kerja sama dengan unit intelijen Inggris MI6. Lebih jauh lagi, kerja sama dengan badan intelijen Amerika Serikat [CIA]. 

Salah satu aksi spionase yang Australia lakukan adalah mengamati tindak tanduk militer Indonesia sebelum dan sesudah jajak pendapat Timor Timur. 

Baca juga: Kerajaan Malaka: Letak, Pendiri, Kehidupan, dan Puncak Kejayaan

Sabotase 

Sabotase adalah tindakan perusakan yang dilakukan secara terencana, disengaja, dan tersembunyi terhadap peralatan, personel, dan aktivitas dari bidang sasaran yang ingin dihancurkan. 

Adapun beberapa aksi sabotase yang pernah terjadi di Indonesia adalah:

  1. Merusak fasilitas umum, seperti jalan dan jembatan agar tidak bisa dimanfaatkan oleh penjajah.
  2. Tindakan merusak dan menghancurkan peralatan, senjata, atau bangunan untuk mencegah keberhasilan musuh atau pesaing

Aksi Teror dari Jaringan Internasional

Aksi teror dari jaringan internasional adalah teror yang dilakukan oleh orang atau kelompok luar negeri kepada suatu negara.

Beberapa aksi teror jaringan internasional yang pernah terjadi di Indonesia, yaitu:

1981

Lima orang teroris membajak pesawat Garuda Indonesia penerbangan 206, 28 Maret 1981 dari Palembang menuju Medan. 

Para teroris ini bersenjata senapan mesin dan granat. 

Dinyatakan satu kru pesawat tewas, satu tentara komando tewas, dan 3 teroris tewas. 

1985 

Bom Candi Borobudur, 21 Januari 1985. 

2000 

Bom Kedubes Filipina, 1 Agustus 2000. Bom meledak dari sebuah mobil yang diparkir di depan rumah duta besar Filipina, Menteng, Jakarta Pusat. 

Dua orang tewas dan 21 luka-luka, termasuk Duta Besar Filipina, Leonides T Caday. 

2004

Bom Kedubes Australia, 9 September 2004. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề