Berapa lama saturasi oksigen kembali normal

Jakarta -

Saturasi oksigen menjadi hal penting untuk diperhatikan pada pasien COVID-19. Pada pasien yang melakukan isolasi mandiri [isoman], kadar saturasi oksigen bisa diukur sendiri menggunakan oksimeter. Lantas, berapa angka minimal saturasi oksigen? Apa yang harus dilakukan jika saturasi oksigen di bawah 90 persen?

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia [PDPI], dr Agus Dwi Susanto, SpP[K], FISR, FAPSR menjelaskan bahwa di samping adanya gejala sesak napas, saturasi oksigen adalah salah satu parameter objektif untuk menentukan perlu atau tidaknya pemberian suplementasi oksigen.

Jika saturasi oksigen sudah kurang dari atau sama dengan 93 persen, suplementasi oksigen harus diberikan, misalnya menggunakan tabung oksigen pada kasus pasien isoman.

"Kalau kurang dari atau sama dengan 93 persen, sebaiknya diberikan suplementasi oksigen. Hanya saja untuk oksigen ini kan cara pemberiannya bervariasi. Ada yang tabung oksigen, ada yang masker, ada yang tekanan tinggi sampai ventilator. Itu sangat tergantung derajat beratnya kekurangan oksigen," terang dr Agus pada detikcom, Selasa [6/7/2021].

Pada pasien COVID-19, jika saturasi oksigen di bawah 90 persen, maka derajat kekurangan oksigen pasien tersebut sudah tergolong berat dan perlu penanganan rumah sakit.

"Cara pemberian tabung oksigen hanya di rumah jikalau mungkin sebagai pertolongan pertama bisa dilakukan di rumah kalau memang tersedia, tapi segera ke rumah sakit. Pada kasus COVID ini, apabila pasien sudah membutuhkan oksigen berarti dia sudah derajatnya berat. Pasien ini tidak bisa dirawat di rumah. Harus di rumah sakit," lanjutnya.

Coba posisi proning

Jika saturasi oksigen terdeteksi rendah, dr Agus merekomendasikan posisi proning sebagai langkah pertama. Saat posisi tubuh tidur telentang, fungsi paru di bagian punggung cenderung tidak maksimal karena tertekan di belakang.

Namun ditekankan, posisi proning harus dibarengi suplementasi oksigen dan penanganan rumah sakit jika saturasi tak kunjung kembali normal.

"Prone position pada kondisi seperti ini disarankan untuk membuka area-area belakang supaya daerah paru di belakang terjadi fungsi maksimal sehingga oksigenasi bertambah," jelas dr Agus.

Berikut urutan hal yang perlu dilakukan jika saturasi oksigen di bawah 90 persen:

  1. Jangan panik
  2. Atur napas yang baik
  3. Mencoba prone position
  4. Berikan oksigen bila ada
  5. Cek kembali saturasi
  6. Bila masih rendah, segera ke rumah sakit

Simak Video "Kasus Harian Covid-19 Jepang Tembus 100.000"



[vyp/kna]

Terapi oksigen biasanya diberikan kepada orang yang menderita penyakit atau gangguan pernapasan, dan salah satunya adalah penyakit paru obstruktif kronis [PPOK]. Metode pengobatan ini bertujuan untuk memberikan oksigen tambahan sehingga memudahkan penderitanya bernapas.

Terapi oksigen dapat dilakukan dengan menggunakan selang yang ditempatkan di depan hidung, sungkup yang menutupi hidung dan mulut, atau selang yang dipasang secara khusus melalui trakeostomi, yaitu prosedur operasi di tenggorokan.

Selang tersebut dapat dihubungkan ke sumber oksigen sesuai kebutuhan, misalnya tabung oksigen, CPAP, atau ventilator. Terapi ini umumnya dilakukan bila kadar oksigen dalam darah berada di bawah batas normal.

Kadar oksigen darah yang normal berkisar antara 95–100%. Apabila kadarnya di bawah 90% dalam waktu lama, hal ini bisa mengganggu fungsi tubuh dan menimbulkan kerusakan organ.

Alasan Penderita PPOK Membutuhkan Terapi Oksigen

Salah satu gangguan pernapasan yang memerlukan terapi oksigen adalah penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK, yaitu peradangan di paru-paru yang bisa kian memburuk seiring berjalannya waktu.

Penyakit ini dapat disebabkan oleh kebiasaan merokok, paparan polusi udara atau zat kimia berbahaya, faktor genetik, atau asma berulang yang tidak terkontrol dengan baik.

Hal tersebut dapat memicu peradangan di saluran napas yang membuat saluran menjadi bengkak, produksi lendir bertambah, serta kantung udara di paru-paru menjadi rusak secara permanen. Kondisi ini menyebabkan oksigen sulit masuk ke dalam tubuh dan penderitanya mengalami sesak napas.

Melalui terapi oksigen, penderita PPOK akan memperoleh jumlah oksigen yang lebih banyak sehingga kadar oksigen tubuh dapat terpenuhi dan terhindar dari risiko terjadinya gangguan fungsi organ akibat kekurangan oksigen.

Pemberian Terapi Oksigen untuk Mengobati PPOK

Untuk menentukan perlu atau tidaknya terapi oksigen, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menilai kadar oksigen di dalam darah menggunakan alat oximeter atau analisis gas darah.

Terapi oksigen umumnya dilakukan ketika kadar oksigen darah 92% atau di bawah nilai tersebut. Kadar oksigen, durasi, dan waktu pemberian terapi ini disesuaikan dengan kondisi penderita PPOK.

Ketika kondisi sedang akut, terapi oksigen umumnya diberikan di rumah sakit. Namun, bila kondisi sudah stabil, terapi oksigen terkadang dapat dilakukan di rumah. Hal ini bertujuan untuk memastikan kebutuhan oksigen penderita PPOK tetap terpenuhi.

Terapi oksigen di rumah disebut juga dengan long term oxygen therapy [LTOT] dan umumnya dilakukan selama 15 jam setiap harinya. Terapi ini bisa berlangsung selama 3 bulan. Namun, pada kasus yang berat, terapi oksigen perlu dilakukan seumur hidup.

Selain PPOK, terapi oksigen juga dapat digunakan sebagai pengobatan untuk penderita asma, pneumonia, fibrosis paru, fibrosis kistik, sleep apnea, dan pneumothorax.

Efek Samping dari Terapi Oksigen

Terlepas dari manfaatnya, terapi oksigen juga dapat memberikan sejumlah efek samping, seperti:

  • Iritasi kulit di sekitar wajah dan hidung
  • Hidung kering
  • Kelelahan
  • Mimisan
  • Sakit kepala

Disarankan pula untuk tidak merokok di sekitar tabung oksigen dan menjauhkan tabung oksigen dari sumber api, seperti korek api atau kompor. Hal ini perlu diperhatikan karena bisa mengakibatkan tabung oksigen meledak dan memicu kebakaran.

Terapi oksigen merupakan prosedur pengobatan yang terbilang aman dilakukan, termasuk pada penderita penyakit paru obstruktif kronis. Namun, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, terapi ini sebaiknya tetap dilakukan di bawah pengawasan dokter.

Kadar oksigen dalam darah merupakan salah satu aspek kesehatan tubuh yang perlu untuk dijaga. Banyak dari pasien penderita Covid-19 memiliki kadar oksigen dalam tubuh yang rendah dan hal ini merupakan tanda awal perlunya penanganan dari tim medis. Maka dari itu, pemahaman mengenai kadar oksigen dalam darah ini perlu untuk kita ketahui lebih lanjut supaya wawasan mengenai Covid-19 menjadi lebih luas.

Kadar saturasi oksigen dalam darah dikatakan normal ketika berada di atas 96%.

Kadar Oksigen Dalam Darah Normal

Kadar oksigen dalam darah merupakan salah satu indikasi penting yang diperlukan untuk melihat kesehatan tubuh seseorang. Hal ini sama pentingnya dengan pengecekan tekanan darah, suhu tubuh hingga kondisi paru-paru dan jantung. Kadar saturasi oksigen dalam darah dikatakan normal ketika level oksigen dalam darah tersebut berada di 96% ke atas, sedangkan pada pasien penderita Covid-19 kadar oksigen tersebut bisa menurun hingga lebih rendah dari 94%. Penurunan kadar oksigen dibawah 94% merupakan indikasi untuk segera mencari penanganan medis lebih lanjut pada institusi kesehatan terdekat. Penting untuk diketahui bahwa pada infeksi covid-19, saturasi oksigen akan turun terlebih dulu sebelum adanya perburukan gejala lain, sehingga pemantauan saturasi oksigen penting dilakukan pada saat menjalani isolasi mandiri.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 di Indonesia

Cara Memeriksa Kadar Oksigen Dalam Darah

Cara memeriksa kadar oksigen dalam darah pada penderita Covid-19 adalah dengan menggunakan pulse oximeter. Pulse oximeter merupakan salah satu alat medis yang sederhana dan mudah untuk digunakan serta mudah ditemukan di farmasi atau toko alat medis lainnya.

Cara Menaikkan Kadar Oksigen Dalam Darah

Jika seseorang kekurangan oksigen dalam darah, jangan khawatir karena ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menaikkan kadar oksigen dalam darah tersebut. Berikut adalah cara-cara yang dapat digunakan, antara lain:

  1. Terapi oksigen konvensional
    Terapi oksigen konvensional merupakan salah satu pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk membantu menaikkan kadar oksigen dalam darah pada pasien Covid-19. Namun, pada infeksi covid-19, terapi ini kurang efektif untuk membantu memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan sehingga sebaiknya menggunakan beberapa metode lain yang mampu menunjang terapi oksigen ini.
  2. High-Flow Nasal Cannula [HFNC]
    High-flow nasal cannula [HFNC] merupakan salah satu metode yang disarankan dibandingkan NIPPV untuk membantu menaikkan kadar oksigen dalam darah. Beberapa penelitian melaporkan bahwa penggunaan metode HFNC mampu menunda kebutuhan pemasangan ventilator pada pasien hingga 24 hari.
  3. Noninvasive Positive Pressure Ventilation [NIPPV]
    Noninvasive positive pressure ventilation [NIPPV] merupakan metode lain yang digunakan untuk menaikkan kadar oksigen dalam darah. Meskipun metode ini tidak seefektif dibandingkan HFNC, namun metode ini lebih umum dijumpai dan penggunaannya dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien.
  4. Prone positioning
    Prone positioning merupakan metode yang digunakan untuk pasien Covid-19 dengan kasus sedang hingga berat, dengan memposisikan tubuh dalam posisi berbaring menghadap lantai. Prone positioning sendiri tidak dianjurkan pada pasien yang sulit mempertahankan nafas spontan, memiliki riwayat operasi abdomen ataupun operasi tulang belakang.
  5. Intubasi
    Metode ini menghubungkan saluran nafas pasien dengan alat bantu nafas atau ventilator, untuk memantau dan membantu mengatur keperluan bernafas. Metode ini dilakukan petugas kesehatan yang terlatih, dan setelah diintubasi, pasien memerlukan perawatan khusus di ruangan intensif [ICU].

Baca juga: Terapi Plasma Darah

Makanan yang mengandung zat besi seperti daging merah dan sayuran hijau mampu meningkatkan kemampuan tubuh untuk memproses oksigen dalam darah.

Baca Juga: Tuberkulosis: Ancaman di Tengah Covid-19

Menjaga Kadar Oksigen

Selain mengetahui cara menaikkan kadar oksigen dalam darah, kita juga harus mengetahui bagaimana cara untuk menjaga kadar oksigen supaya tetap normal. Cara menjaga kadar oksigen dalam darah tetap normal adalah dengan melakukan pengecekan secara berkala dengan menggunakan pulse oximeter yang dapat Anda beli di farmasi atau toko alat medis lainnya. Jika hasil bacaan pulse oximeter Anda

Bài mới nhất

Chủ Đề