Cara memulihkan hidung yang tidak bisa mencium bau

Pandemi COVID-19 menjadi salah satu permasalahan yang cukup serius yang menyerang seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Center for Systems Science and Engineering [CSSE] milik Johns Hopkins University, angka kematian yang diakibatkan oleh virus corona ini sudah mencapai 125.000 jiwa per tanggal 21 Agustus 2021. Angka penularan virus ini pun juga kian meningkat tiap harinya. Membludaknya jumlah pasien mengakibatkan beberapa rumah sakit menyatakan tidak dapat lagi menerima pasien baru.

Hal ini dapat dikatakan menyeramkan dan patut dikhawatirkan. Oleh sebab itu, pastikan kamu tidak tertular oleh COVID-19 dengan selalu menerapkan protokol kesehatan berlaku yang telah ditetapkan pemerintah. Selain menerapkan prokes, kamu juga harus mencari tahu gejala apa saja yang muncul jika kamu tertular COVID-19. Dengan begitu, kamu akan lebih waspada dan akan lebih cepat untuk mencari penanganan lebih lanjut jika mulai muncul gejala. Salah satu gejala yang dampaknya cukup signifikan pada pasien COVID-19 adalah anosmia.

Sebelumnya, tahukah kamu apa itu anosmia? Dan bagaimanakah cara mengatasinya? Simak artikel ini untuk mengetahui tentang anosmia lebih lanjut.

Mengenal Anosmia

Jadi, anosmia merupakan suatu kondisi dimana kamu kehilangan indra penciuman. Kehilangan indra penciuman ini berarti kamu tidak dapat mencium sama sekali, bahkan aroma yang menyengat sekalipun.

Selain COVID-19, anosmia dapat disebabkan oleh hal lain seperti polip hidung, atau sekedar pilek yang mengakibatkan hidung tersumbat. Tetapi jangan khawatir. Anosmia bukan merupakan hal yang permanen, sehingga anosmia dapat kamu atasi. Umumnya, anosmia ini akan berlangsung setidaknya selama 1 minggu atau lebih.

Sebelum menjelaskan lebih jauh, kamu harus mengetahui bahwa anosmia merupakan hal yang berbeda dengan gejala flu. Hal yang membedakan anosmia dengan gejala flu yaitu:

  • Anosmia umumnya muncul secara tiba-tiba. Setelah masa inkubasi COVID-19 pada tubuh, gejala anosmia pun akan muncul secara tiba-tiba. Berbeda dengan flu yang umumnya diawali dengan hidung meler dan tersumbat yang menyebabkan hilangnya kemampuan mencium kamu.
  • Anosmia akibat COVID-19 berkaitan dengan sistem saraf pusat. Hal ini berbeda dengan gejala flu yang hilang penciumannya umumnya diakibatkan oleh saluran pernapasan yang tersumbat. COVID-19 diketahui memiliki efek yang mirip dengan SARS yang diketahui memiliki kemampuan memasuki otak manusia melalui reseptor bau pada hidung. Hal ini menunjukkan bahwa virus corona ini memberikan pengaruh langsung pada sistem saraf pusat.
  • Anosmia dan gejala flu memang secara kasar dapat dikatakan mirip. Tetapi, studi menyatakan bahwa hilangnya kemampuan mencium pada pasien COVID-19 dinilai lebih parah dibandingkan penderita flu. Hal ini dikarenakan anosmia pada pasien COVID-19 juga disertakan dengan hilangnya indera perasa atau dysgeusia. Jadi, selain tidak bisa mencium bau, kamu juga tidak dapat merasakan rasa.

Cara Mengatasi Anosmia

Setelah mengetahui perbedaan anosmia pada pasien COVID-19 dan penderita flu, berikut akan kami jelaskan beberapa cara menyembuhkan anosmia yang bisa kamu lakukan.

1. Lakukan irigasi hidung secara rutin

Irigasi hidup merupakan salah satu cara yang banyak direkomendasikan untuk mengatasi anosmia. Bahan yang kamu perlukan untuk melakukan irigasi hidung adalah cairan natrium klorida [NaCl] dan juga spuit tanpa jarum. Kedua barang ini dapat kamu beli secara bebas di apotek.

Langkah pertama tentunya masukkan NaCl ke dalam spuit. Kemudian, miringkan kepalamu pada satu sisi, lalu semprotkan cairan ini perlahan pada lubang hidung yang searah dengan posisi miring kamu. Cairan ini akan mengalir keluar dari lubang hidung lainnya atau bisa juga keluar dari mulut.

Ulangi cara ini dan semprot cairan ini pada kedua lubang hidung. Melakukan irigasi hidung dengan rutin diketahui dapat membantu kamu mengatasi anosmia.

2. Latihlah indra penciuman kamu

Latihan penciuman merupakan kegiatan melatih hidung dengan mengandalkan ingatan kamu tentang aroma-aroma. Hal ini akan mempercepat saraf penciuman untuk aktif kembali.

Beberapa hal yang memiliki bau yang dapat membantu melatih penciuman kamu yaitu minyak kayu putih, jahe, cengkeh, mawar, dan sebagainya. Latihan ini kamu lakukan dengan mencium hal tersebut selama setidaknya 15 hingga 30 detik.

Saat mencium, pancing indra penciuman kamu dengan mengingat-ingat bagaimana bau hal-hal tersebut. Lakukan latihan ini sesering mungkin. Sebuah penelitian mengatakan bahwa pasien yang rajin melakukan latihan penciuman akan lebih cepat untuk mengembalikan indera penciumannya.

3. Konsumsi obat jika diharuskan

Jika hal-hal diatas tidak dapat mengembalikan indera penciuman kamu, tentu kamu dapat mencoba mengkonsumsi obat-obatan untuk menghilangkan anosmia. Tentunya, sebelum kamu memutuskan untuk mengkonsumsi obat, jangan lupa konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Obat yang secara umum memiliki kemampuan untuk mengatasi anosmia yaitu obat dekongestan, obat golongan antihistamin, ataupun antibiotik.

Itulah penjelasan lengkap mengenai pengertian anosmia dan bagaimana cara mengatasinya. Kamu bisa mencoba lakukan hal di atas untuk mengembalikan indera penciuman kamu yang hilang akibat COVID-19. Semoga artikel ini bermanfaat!

Anosmia adalah kondisi ketika indra penciuman tidak berfungsi. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, yang salah satunya adalah COVID-19. Sebagian besar kasus anosmia bersifat sementara, tetapi pada beberapa kasus lainnya bisa menjadi tanda masalah kesehatan serius.

Salah satu tanda anosmia yang jelas dirasakan adalah hilangnya penciuman. Normalnya, ketika Anda mencium bau, sel saraf penciuman akan menerima dan memberikan sinyal ke otak. Selanjutnya, otak akan mengidentifikasi dan mengenali bau tersebut.

Namun, pada penderita anosmia, kerja indra penciuman tidak bisa berfungsi secara semestinya sehingga kemampuan penderita dalam mencium bau jadi menurun [hiposmia] atau hilang sama sekali [anosmia].

Akibatnya, penderita juga tidak dapat sepenuhnya mencicipi makanan dan kehilangan nafsu makan. Selain itu, anosmia juga bisa memicu depresi, karena penderita tidak dapat merasakan perasaan senang layaknya orang pada umumnya ketika mengonsumsi makanan enak.

Beragam Penyebab Anosmia

Penyebab anosmia yang paling umum adalah hidung tersumbat akibat flu, alergi, sinusitis, atau iritasi karena kualitas udara yang buruk. Dalam hal ini, anosmia biasanya bersifat sementara dan bisa sembuh tanpa pengobatan.

Selain itu, anosmia juga bisa terjadi karena adanya sesuatu yang menghalangi masuknya udara ke dalam hidung, seperti polip hidung, tumor, atau kelainan tulang di dalam hidung.

Anosmia juga bisa terjadi karena adanya gangguan pada otak atau saraf penciuman. Pada kasus ini, reseptor di dalam hidung yang berfungsi menerima dan mengirimkan sinyal bau ke otak tidak bekerja dengan baik atau tidak mampu mengolah informasi dengan semestinya.

Ada banyak kondisi yang juga dapat menyebabkan gangguan ini, di antaranya:

  • Proses penuaan
  • Cedera pada hidung dan otak
  • Obat-obatan tertentu, seperti antibiotik, antidepresan, atau obat penyakit jantung
  • Paparan bahan kimia beracun, seperti pestisida
  • Radioterapi untuk kanker pada kepala atau leher
  • Penyalahgunaan kokain
  • Kondisi medis atau penyakit tertentu, seperti tumor otak, COVID-19, diabetes, stroke, epilepsi, penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, kekurangan nutrisi, dan gangguan hormonal

Pada sebagian kecil kasus, anosmia juga bisa disebabkan oleh kondisi genetik atau keturunan yang membuat seseorang lahir tanpa indra penciuman. Kondisi ini disebut juga anosmia bawaan.

Cara Mengatasi Anosmia

Mengatasi anosmiadapat dilakukan berdasarkan penyebabnya.Jika anosmia muncul karena hidung tersumbat atau iritasi hidung, dokter akan memberikan resep obat berupa:

  • Semprotan hidung yang mengandung kortikosteroid
  • Antihistamin
  • Dekongestan

Selain obat-obatan di atas, antibiotik juga akan diberikan jika terdapat infeksi bakteri. Anosmia yang disebabkan infeksi virus umumnya bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, untuk beberapa kasus tertentu yang cenderung berat, diperlukan pula pemberian antivirus.

Selain itu, dokter juga akan menyarankan untuk mengurangi paparan terhadap bahan yang bisa memicu alergi atau iritasi hidung, misalnya debu atau asap rokok.

Pada kasus yang lebih serius, seperti polip hidung, dokter akan menyarankan tindakan berupa operasi pengangkatan polip. Tindakan ini diharapkan dapat mengembalikan fungsi indra penciuman penderita anosmia.

Hingga saat ini, belum ditemukan pengobatan untuk anosmia yang terjadi karena penuaan atau anosmia bawaan. Bila anosmia telah memengaruhi nafsu makan dan kesehatan mental Anda, dokter akan merekomendasikan dukungan psikoterapi atau konsultasi gizi.

Walaupun terdengar ringan, anosmia merupakan kondisi yang tidak bisa disepelekan. Nyatanya, anosmia bisa sangat memengaruhi kualitas hidup penderitanya, bahkan memicu depresi atau malnutrisi.

Tak jarang, penderita anosmia justru menjadi lebih banyak mengonsumsi garam atau gula untuk meningkatkan rasa makanan yang ia makan. Hal ini pun akan meningkatkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi dan diabetes.

Jika Anda mengalami gejala anosmia atau anosmia yang dialami tak kunjung sembuh hingga menyebabkan tidak nafsu makan, segera periksakan diri ke dokter guna mendapatkan penanganan dan solusi yang tepat.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề