Cuplikan puisi di atas harus dibacakan dengan ekspresi

Lafal, Intonasi, dan Ekspresi yang Tepat dalam Puisi Lihat ilustrasi dibawah ini !

Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang tersusun dari bahasa yang indah dan padat makna. Puisi terdiri atas beberapa baris yang disebut dengan bait. Perbedaan puisi dengan karya sastra lainnya, seperti prosa atau drama, adalah bahasa yang digunakan di dalam puisi cenderung berirama dan berbunyi indah, misalnya memiliki persamaan bunyi di setiap akhir baris. Persamaan bunyi di akhir baris tersebut disebut dengan rima. Puisi ditulis untuk dibacakan. Pembacaan puisi disebut dengan deklamasi puisi. Saat mendeklamasikan puisi, seseorang harus memperhatikan teknik pembacaan puisi yang benar dan tepat. Di antara teknik yang harus diperhatikan itu adalah lafal, intonasi, dan ekspresi. Ketiga aspek tersebut adalah hal penting dalam pembacaan puisi karena menyangkut cara pembaca puisi menyampaikan makna puisi yang dibacanya kepada pendengar atau penonton. 1.Lafal

Lafal atau pelafalan adalah cara mengucapkan kata-kata dalam puisi. Pelafalan disebut juga artikulasi. Pelafan menyangkut seberapa jelas seseorang mengucapkan setiap kata dalam baris-baris puisi yang dibacanya. Pembaca puisi yang baik harus memperhatikan kejelasan setiap kata yang diucapkan. Jangan sampai, setiap kata yang diucapkan terdengar seperti orang yang berkumur-kumur atau terdengar secara samar-samar.

Untuk dapat melafalkan setiap kata dalam puisi dengan baik, kita harus berlatih mengucapkan setiap kata dengan benar. Hal tersebut dapat diawali dengan melafalkan semua bunyi vokal seperti a-i-u-e-o secara jelas dan bulat. Perhatikanlah cara kita melafalkan vokal tersebut di depan cermin. Kemudian, lanjutkan berlatih melafalkan semua bunyi konsonan. Setelah itu, berlatihlah mengucapkan kata-kata pendek dengan jelas, misalnya: meja, buku, kiri, foto, dan sate. Penting untuk diketahui! Perhatikan pelafalan bunyi konsonan yang hampir sama, seperti p dan f, j dan z, serta fdan v. Perhatikan pelafalan bunyi akhir k yang jelas dan samar, seperti riak dan bapak. Perhatikan perbedaan bunyi vokal e pada kata lele dan emas. Sebagai contoh, bacalah puisi berjudul “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono berikut dengan pelafalan yang jelas dan tepat! Hujan Bulan Juni Tak ada yang lebih tabah Dari hujan bulan juni Dirahasiakannya rintik rindunya Kepada pohon berbunga ituTak ada yang lebih bijak Dari hujan bulan juni Dihapuskannya jejak-jejak kakinya Yang ragu-ragu di jalan ituTak ada yang lebih arif Dari hujan bulan juni Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu [1989] 2.Intonasi Intonasi adalah perubahan nada seperti naik-turun dan tinggi-rendahnya suara. Intonasi pembaca puisi harus disesuaikan dengan isi puisi yang dibacakan. Pembaca puisi harus dapat membedakan intonasi baris-baris tertentu berdasarkan penekanan yang ingin disampaikan. Baris puisi yang menandakan kesedihan tentu akan memiliki intonasi yang berbeda dengan baris yang menandakan semangat. 6Selain itu, intonasi juga berkaitan dengan jeda antarkata, antarbaris, dan antarparagraf. Intonasi yang baik menggantikan peran tanda baca dalam tulisan, seperti koma, titik, tanda tanya, atau tanda seru. 3.Ekspresi Ekspresi adalah raut wajah dan gerak tubuh yang menunjukkan perasaan pembaca puisi. Ekspresi pembaca puisi harus disesuaikan dengan isi puisi yang dibacakannya. Hal tersebut membantu penonton memahami isi puisi yang dibacakan. Dengan ekspresi yang baik dan tepat, penonton juga akan ikut merasakan suasana dalam puisi yang sedang mereka saksikan. Sama halnya dengan lafal dan intonasi, seorang pembaca puisi juga perlu berlatih mengekspresikan puisi yang dibacakannya dengan tepat. Hal paling penting yang harus dilakukan adalah membaca berulang kali dan memahami isi puisi yang akan dibacakan. Setelah itu, menghayati isi puisi tersebut dan berlatih memainkan raut muka dan gerak tubuh yang sesuai dengan isi puisi. Berlatihlah di depan cermin agar kita dapat menilai, apakah ekspresi yang ditunjukkan sudah sesuai atau tidak. Sebagai contoh, bacalah puisi berjudul “Percakapan Malam Hujan” karya Sapardi Djoko Damono berikut dengan ekspresi yang tepat! Percakapan Malam Hujan Hujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang, dan payung, berdiri di samping tiang listrik. Katanya kepada lampu jalan, “Tutup matamu dan tidurlah. Biar kujaga malam.” “Kau hujan memang suka serba kelam serba gaib serba suara desah; asalmu dari laut, langit, dan bumi; kembalilah, jangan menggodaku tidur. Aku sahabat manusia. Ia suka terang. Poin Penting Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang tersusun dari bahasa yang indah dan padat makna; Lafal atau artikulasi adalah cara mengucapkan kata-kata dalam puisi; Intonasi adalah perubahan nada seperti naik-turun dan tinggi-rendahnya suara;

Ekspresi adalah raut wajah dan gerak tubuh yang menunjukkan perasaan pembaca puisi.

Setelah mempelajari materi ini kita diharapkan dapat menyajikan gagasan, perasaan, dan pendapat dalam bentuk teks puisi secara lisan dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun puisi dengan tepat.

Materi ini dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar 4.8  menyajikan gagasan, perasaan, dan pendapat dalam bentuk teks puisi secara tulis/lisan dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun puisi.

Untuk mempelajari unit ini, kita dapat membuka buku yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013 yaitu Buku Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VIII. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Cetakan Ke-2.2017 [Edisi Revisi] halaman 117-122.

Perhatikan contoh puisi berikut!

ASMARA DAN TRAGEDI SEMANGGI

Asmaraku tumbuh

Bersama pasta gigi di bawah alis matamu

Desing peluru dan perihnya gas air mata

Lari kau dalam kerumunan tiarapku

Terpesona aku memandangi peluhmu

.

Asmaraku tumbuh

Bersama bom molotov dan batu batu berterbangan

Ribuan manusia saling menghujat tak henti

Di mana kau, ketika tentara memukuli anak bangsa?

Takutku datang, kau hilang tak terpandang

.

Asmaraku tumbuh

Menerobos barikade mencari bayangmu

Cahaya rembulan muncul perlahan

Revolusi lenyapkan jejakmu di gelap malam

Lelahku bersandar pada tameng yang garang

.

Asmaraku tumbuh

Di mana kau, saat Bendungan Hilir diam damai

Gerimis sepi saksikan kesendirianku

Itu bukan mimpi aku rindu padamu

Oh asmara… ku tunggu kau di bawah jembatan Semanggi

.

Puisi yang telah kita buat akan lebih indah apabila diperdengarkan. Membacakan puisi tergolong ke dalam tingkat pemahaman kreatif. Di dalam kegiatan itu kita tidak hanya melisankan sebuah puisi secara nyaring. Kita dituntut untuk menyampaikan puisi dengan ekspresi, lafal, tekanan, dan intonasi yang benar. Untuk itu, kita perlu melakukan serangkaian langkah berikut.

  1. Perhatikanlah judul puisi.
  2. Lihatlah kata-kata yang dominan.
  3. Pahami makna-makna konotatif yang ada dalam puisi itu.
  4. Tangkaplah ide pokok penyair yang ada dalam puisi dengan memparafrasakannya.
  5. Temukanlah pertalian makna tiap unit puisi [kata demi kata, frasa demi frasa, larik demi larik, dan bait demi bait].

Setelah itu, barulah kita membacakan puisi itu dengan memperhatikan kualitas suara [vokalisasi] dan gerak mimik. Aspek suara berkenaan dan cara mengucapkan kata-kata dalam puisi itu, yaitu lafal, tekanan, dan intonasi.

Adapun gerak mimik digunakan untuk menunjukkan ekspresi atas penghayatan dari puisi yang dibacakan. Dalam hal ini kualitas suara dan gerak mimik harus sesuai dengan makna puisi yang telah kita selami sebelumnya.

Ekspresi

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan ekspresi sebagai pengungkapan atau proses menyatakan, memperlihatkan, atau menyatakan maksud, gagasan, atau perasaan. Ekspresi dapat pula diartikan sebagai pandangan air muka yang memperlihatkan perasaan seseorang. Dengan demikian, ketika membacakan puisi, kita harus dapat mengungkapkan maksud, gagasan, atau perasaan suatu puisi melalui air muka secara tepat, entah itu berupa kegembiraan, antusias, harapan, dan semangat.

Lafal

Lafal berarti ucapan seseorang pada huruf ataupun kata. Dalam membacakan puisi, huruf ataupun kata-katanya harus dilafalkan dengan jelas. Jangan sampai tertukar dengan huruf ataupun kata-kata yang lainnya.

Misalnya, kata jalang tidak tertukar dengan jelang, kata tetap tidak sampai terdengar tatap, kata luka tidak terdengar lusa. Pasangan-pasangan kata itu memiliki makna yang berbeda.

Tekanan

Tekanan berarti kuat lemahnya cara pengucapan kata atau kalimat. Tekanan berfungsi untuk menegaskan bagian kata yang satu dengan kata yang lainnya.

Perhatikan cuplikan puisi berikut!

Kalau sampai waktuku

Kumau tak seorang ‘kan merayu

Tidak juga kauTak perlu sedu-sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Kata-kata yang bercetak tebal merupakan kata yang perlu mendapat penekanan kuat. Maksud dari kata-kata itu lebih jelas. Kata-kata itu lebih memperoleh penegasan daripada kata yang lain.

Intonasi

Intonasi adalah naik turunnya lagu kalimat. Perbedaan intonasi menyebabkan peredaan maksud suatu kalimat. Terdapat bermacam-macam intonasi, yakni intonasi berita, tanya, perintah, dan seru.

〈⇒menu⇐〉〈⇒LKPD⇐〉〈⇒umpan balik⇐〉

Perhatikan kalimat-kalimat berikut. Kemudian, bacalah dengan intonasi yang benar.

1] Saya membaca puisi.

2] Saya membaca puisi?

3] Saya membaca puisi!

Ketiga kalimat itu memiliki maksud atau fungsi yang berbeda, bukan? Perbedaan itu disebabkan oleh faktor intonasi. Oleh karena itu, intonasi memiliki pengaruh berbeda pada maksud suatu kalimat. Kita harus benar di dalam penggunaannya. Pendengar pun bisa memahami suatu kata atau kalimat dengan jelas.

Demikian, sukses selalu untuk Anda!

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề