Jelaskan bagaimana pengaruh gnb dalam upaya meredakan perang dingin

Kamis , 26 May 2011, 10:08 WIB

Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA - Berbicara tentang Gerakan Non-Blok [GNB] mungkin mengingatkan kita tentang masa perang dingin antara dua pihak yang bertikai, Barat dan Timur, di awal tahun 1940-an hingga akhir 1980-an. GNB, adalah persatuan negara-negara berkembang yang baru merdeka pada 1961 pada KTT pertama GNB di Beograd, Yugoslavia dengan jumlah anggota hanya 25 negara dari kawasan Asia dan Afrika yang ditujukan untuk menggalang solidaritas, menumbuhkan rasa percaya diri serta untuk menyatukan visi.Tujuan GNB semula adalah untuk meredakan perang dingin dan ketegangan dunia sebagai akibat pertentangan antara Blok Barat [Amerika Serikat] dan Blok Timur [Uni Soviet]. Namun kemudian berkembang meliputi kerja sama antarbangsa pada bidang-bidang lainnya.Proses kelahiran GNB tidak dapat dilepaskan dari situasi atau kostelasi politik internasional pada saat itu yang sangat kental dengan nuansa pertentangan antara timur dan barat, antara dunia kapitalis dan dunia sosialis, atau lazim dikenal sebagai Perang Dingin.Negara-negara yang baru merdeka pada saat itu, termasuk Indonesia, dihadapkan pada ancaman perang besar yaitu perang nuklir. Selain itu, juga terdapat persoalan-persoalan sosial dan ekonomi, seperti keterbelakangan dan kemiskinan karena penjajahan.Dalam perkembangannya, GNB merupakan bentuk emansipasi politik negara-negara tersebut untuk menciptakan dunia yang aman, bebas dari perang, kemiskinan, keterbelakangan, dan lepas dari belenggu penjajahan. Hingga pada akhirnya peristiwa runtuhnya tembok Berlin yang memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur pada tahun 1989 menandai akhir dari Perang Dingin. Tidak ada lagi pertentangan antara Blok Barat dan Blok Timur. Bahkan memasuki abad ke-21, peta kekuatan dunia telah mengalami revolusi yang sangat dramatis sejak runtuhnya Tembok Berlin.Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemeterian Luar Negeri, Andri Hadi menjelaskan GNB hanya sebuah gerakan, bukan organisasi karena tidak memiliki sekretariat dan sifatnya juga tidak mengikat diantara negara anggotanya. Andri Hadi menjelaskan hal itu di sela-sela rangkaian pertemuan Konferensi Tingkat Menteri GNB ke-16 di Nusa Dua, Bali.Kelahiran GNB 50 tahun yang lalu tidak lepas dari Dasa Sila Bandung serta prinsip-prinsip yang kemudian disetujui sebagai prinsip-prinsip perjuangan dari GNB yang diarahkan untuk mewujudkan perdamaian dunia dan pembangunan kesejahteraan bagi negara-negara anggotanya."Kita tidak akan pernah bisa membangun apabila tidak ada perdamaian dunia. Artinya pembangunan harus dan hanya bisa dilakukan apabila terdapat dunia yang aman, yang tenteram, dan damai, demikian pula sebaliknya," ujar Andri.Masihkah GNB Relevan Saat Ini?Namun, yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah masihkan GNB relevan dimasa sekarang ini ketika Blok Barat dan Blok Timur sudah tidak ada lagi? Sebagai salah satu pendiri GNB, maka Indonesia terdorong untuk membuktikan bahwa GNB masih sangat relevan pada abad ke-21 tetapi pada saat yang sama juga merasa bahwa GNB harus berubah.Sesuai dengan namanya Non-Aligned Movement [NAM], sebagai sebuah gerakan, GNB harus terus bergerak ditengah-tengah dinamika dunia internasional saat ini. Apa yang telah menjadi tema perjuangan GNB sejak 1961 sampai tahun 1990 masih tetap relevan karena keterbelakangan serta kesenjangan ekonomi dan pembangunan masih tetap menjadi permasalahan saat ini.Selain itu, Andri menambahkan bahwa interstate dan intra-state war justru muncul dimana-mana seperti cendawan di musim hujan. Peperangan tersebut terjadi bukan karena persaingan ideologi tetapi justru dipicu oleh persoalan-persoalan menyangkut sistem politik, kehidupan ekonomi, kesenjangan ekonomi dan sebagainya."Hal ini menunjukkan bahwa apa yang dicita-citakan GNB yaitu dunia yang aman, tenteram dan sejahtera masih menjadi tantangan bagi berbagai negara. Karena itulah keberadaan GNB masih relevan untuk mencapai apa yang tadi saya katakan world peace and development," tambahnya.Sementara itu, Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Luar Negeri Teuku Faizasyah menyatakan Gerakan Non Blok masih tetap relevan dalam situasi dunia saat ini. "Sebagai sebuah gerakan, forum ini masih sangat relevan," katanya ketika ditemui saat mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungan kerja di Nusa Dua, Bali, Selasa malam.

Faizasyah menegaskan, tanda bahwa Gerakan Non Blok [GNB] masih relevan adalah jumlah negara anggota yang terus bertambah yaitu Fiji dan Azerbaijan. "Jumlah keanggotaan gerakan ini meningkat meski perang dingin sudah berakhir," katanya.

Selain itu, relevansi GNB juga bisa dilihat dari semangat para pejabat negara anggota dalam menghadiri Konferensi Tingkat Menteri [KTM] di Bali. Menurut Faizasyah, 120 negara anggota [termasuk kedua anggota baru] GNB menyatakan dukungan terhadap pelaksanaan KTM di Bali. Sebanyak 75 menteri dari negara anggota tersebut menyatakan akan hadir. Faizasyah menjelaskan, GNB sebagai gerakan moral juga sangat dibutuhkan karena dapat juga menjadi poros yang mempunyai kekuatan dalam PBB untuk memperjuangkan kepentingan negara berkembang.Sampai saat ini 60 persen anggota PBB adalah anggota GNB, dengan adanya tantangan global, seperti krisis energi, keuangan, keamanan pangan atau food security , maka hal diperlukan partisipasi aktif dalam mencari solusi global. Perwakilan Tetap RI di PBB, Duta Besar Hasan Kleib juga menyatakan bahwa dirinya masih sepakat akan relevansi GNB dewasa ini.Menurut Hasan , keberadaan GNB masih relevan, sebagai persatuan yang memiliki sifat penekan terbesar dalam PBB untuk menekan negara adikuasa seperti Amerika Serikat. Selain itu dengan adanya keanggotaan baru juga menunjukkan relevansi GNB dan 27 negara yang meminta Indonesia sebagai penyelenggara bersama Mesir sebagai ketua GNB saat ini, diantaranya Jerman, Rusia, AS dan Belgia.Munculnya tantangan-tantangan global baru sejak akhir abad ke-20 telah memaksa GNB untuk terus mengembangkan Kapasitas dan arah kebijakannya agar sepenuhnya mampu menjadikan keberadaannya tetap relevan, tidak hanya bagi anggotanya tetapi juga lebih terkait dengan sumbangannya dalam menghadapi tantangan tersebut.

Tantangan yang dimaksud dewasa ini antara lain adalah isu menonjol yang terkait dengan masalah terorisme, merebaknya konflik intra dan antar negara, pelucutan senjata, serta dampak globalisasi di bidang ekonomi dan informasi teknologi. Isu-isu tersebut telah menjadikan GNB perlu menyesuaikan kebijakan dan perjuangannya yang dalam konteks ini GNB memandang perannya tidak hanya sebagai obyek, tetapi sebagai mitra seimbang dan bagian dari solusi masalah dunia.

sumber : Antara

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Gerakan Non Blok pada dasarnya dibentuk dengan tujuan sebagai upaya dukungan bagi hak menentukan nasib sendiri, kemerdekaan nasional, kedaulatan dan integritas nasional negara-negara anggotanya.Peranannya selain membantu ditujuannya diatas, juga :- Menentang aphertied- Menentang terhadap kolonialisme dan imperialisme

Sehingga dari GNB, diharapkan perdamaian akan lebh cepat diraih

Assalammualaikum, Selamat datang di Kelas IPS. Disini Ibu Guru akan membahas tentang pelajaran Sejarah yaitu Tentang “Gerakan Non Blok“. Berikut dibawah ini penjelasannya:

Latar Belakang Berdirinya Gerakan Non Blok

Gerakan Non Blok adalah organisasi negara-negara yang tidak memihak Blok Barat maupun Blok Timur. Berdirinya Gerakan Non Blok dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut.

  • Diilhami Konferensi Asia-Afrika di Bandung [1955] di mana negara-negara yang pernah dijajah perlu menggalang solidaritas untuk melenyapkan segala bentuk kolonialisme.
  • Adanya krisis Kuba pada tahun 1961 di mana Uni Soviet membangun pangkalan peluru kendali secara besar-besaran di Kuba hal ini mengakibatkan Amerika Serikat merasa terancam sehingga suasana menjadi tegang. Ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur ini mendorong terbentuknya GNB.

Berikut yang memprakarsai berdirinya Gerakan Non Blok, antara lain:

  1. Presiden Soekarno dari Indonesia,
  2. Presiden Gamal Abdul Nasser dari Republik Persatuan Arab-Mesir,
  3. Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru dari India,
  4. Presiden Josep Broz Tito dari Yugoslavia, dan
  5. Presiden Kwame Nkrumah dari Ghana.

Tujuan Gerakan Non Blok

Gerakan Non Blok didirikan adalah bertujuan untuk meredakan ketegangan dunia sebagai akibat pertentangan antara Blok Barat dan Blok Timur, dan dikhawatirkan akan pecahnya peperangan antara Blok-blok tersebut dan menimbulkan petaka bagi negara-negara yang lain.

Pelaksanaan KTT Gerakan Non Blok

Berikut ini terdapat beberapa pelaksanaan KTT gerakan non blok, antara lain:

  1. KTT I GNB [1-6 September 1961] di Beograd, Yugoslavia, Pelaksanaan KTT I GNB ini didorong oleh adanya krisis Kuba. Konferensi ini dihadiri oleh 25 negara dan menghasilkan Deklarasi Beograd yang intinya menyerukan untuk menghentikan perang dingin dan mendamaikan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
  2. Keputusan KTT I GNB ini melalui Presiden Soekarno dan Presiden Medibo Keita [dari Mali] disampaikan kepada Presiden F. Kennedy [Presiden Amerika Serikat]. Sedangkan PM Nehru [India] dan Presiden Kwame Nkrumah [Ghana] menyampaikan kepada PM. Kruschev [Perdana Menteri Uni Soviet].
  3. KTT II GNB [5-10 Oktober 1964] di Kairo Mesir. Pada KTT II GNB ini diikuti oleh 47 Negara peserta serta 10 peninjau lainnya antara lain Sekretaris Jenderal Organisasi Persatuan Afrika dan Liga Arab. Masalah perkembangan dan kerjasama ekonomi juga mendapat perhatian pada KTT II GNB ini.
  4. KTT III GNB [8-10 September 1970] di Lusaka, Zambia. Negara peserta yang hadir ada 53 negara. Hasil terpenting KTT kali ini adalah perlunya upaya meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran negara berkembang.
  5. KTT IV GNB [5-9 September 1973] di Algiers, Aljazair. KTT IV GNB ini membahas tentang peningkatan kerjasama dan saling pengertian antara negara-negara yang sedang berkembang serta berusaha meredakan ketegangan di Timur Tengah pergolakan di Rhodesia, dan bagian-bagian Afrika lainnya.
  6. KTT V GNB [16-19 September 1976] di Kolombo, Srilangka pada KTT V GNB ini membahas tentang penyelamatan dunia dari ancaman perang nuklir dan berusaha memajukan negara-negara Non Blok.
  7. KTT VI GNB [3-9 September 1979] di Havana, Kuba. KTT bertujuan memperjuangkan bantuan ekonomi bagi negara-negara Non Blok dan menggiatkan peran PBB dalam tata ekonomi dunia baru.
  8. KTT VII GNB [7-12 Maret 1983] di New Delhi, India. KTT menghasilkan seruan dilaksanakannya demokrasi tata ekonomi yakni dihapuskannya proteksionesme oleh negara maju.
  9. KTT VIII GNB [1-6 September 1986] di Harane, Zimbabue. KTT kali ini menghasilkan seruan dihapuskannya politik Apartheid di Afrika Selatan serta membahas sengketa Irak-Iran.
  10. KTT IX [4-7 September 1989] di Beograd, Yugoslavia. KTT yang dihadiri oleh 102 negara ini berhasil membahas kerja sama Selatan-Selatan [antarnegara berkembang].
  11. KTT X GNB [1-6 September 1992] di Jakarta, Indonesia. KTT yang dihadiri oleh 108 negara ini berhasil merumuskan “Pesan Jakarta” [Jakarta Message] antara lain berusaha menggalang kerja sama Selatan-Selatan dan Utara-Selatan.
  12. KTT XI GNB [16-22 Oktober 1995] di Cartagena, Kolombia. KTT ini dihadiri oleh 113 negara yang bertujuan memperjuangkan restrukturisasi dan demokratisasi di PBB.
  13. KTT XII GNB [1-6 September 1998] di Durban, Afrika Selatan. KTT ini dihadiri oleh 113 negara, bertujuan memperjuangkan demokratisasi dalam hubungan internasional.
  14. KTT XIII GNB [Februari 2003] di Kuala Lumpur, Malaysia.
  15. KTT XIV GNB [2006] di Havana, Kuba.

Artikel Terkait:  Peradaban Islam di Andalusia [Spanyol]

Pengaruh Gerakan Non Blok

Berikut ini terdapat beberapa pengaruh akibat dari gerakan non blok, antara lain:

  • Pernyataan dari kedua negara adikuasa [Amerika Serikat dan Uni Soviet] untuk mengurangi senjata-senjata nuklirnya.
  • Gencatan senjata antara Irak dan Iran.
  • Usaha penyelesaian sengketa di Kamboja secara damai.
  • Penarikan pasukan Uni Soviet dari Afganistan.
  • Meningkatkan hubungan kerja sama di bidang ekonomi antar anggota Gerakan Non Blok dan negara-negara maju di luar Gerakan Non Blok.

Peranan Indonesia dalam Gerakan Non Blok

Berikut ini terdapat beberapa peranan indonesia dalam gerakan non blok, antara lain:

  1. Ikut serta memprakarsai berdirinya Gerakan Non Blok dengan menandatangani Deklarasi Beograd sebagai hasil Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok I pada tanggal 1-6 September 1961.
  2. Indonesia sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok X yang berlangsung pada tanggal 1-6 September 1992 di Jakarta.

Demikian Penjelasan Pelajaran IPS-Sejarah Tentang Latar Belakang Gerakan Non Blok, Tujuan, Pelaksanaan dan Pengaruh

Semoga Materi Pada Hari ini Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi, Terima Kasih !!!

Baca Artikel Lainnya:

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề