Multi Level Marketing atau biasa disingkat MLM berasal dari bahasa Inggris yang secara singkat memiliki arti pemasaran yang berjenjang banyak. Arti tersebut bila diuraikan lebih detail di mana kata multi berarti banyak, level berarti jenjang atau tingkatan atau tahapan, dan marketing yang memiliki arti pemasaran [Echols : 1996]. Disebut dengan multi level marketing karena merupakan organisasi distributor yang melaksanakan penjualan dengan pola bertingkat atau mempunyai jenjang tertentu [Andreas, 1999 : 4]. Dalam bahasa yang lebih sederhana multi level marketing dapat dipahami sebagai suatu metode bisnis alternatif yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi yang dilakukan melalui banyak tingkatan, yang biasa dikenal dengan istilah upline bagi tingkat atas dan downline bagi tingkat bawah. Seseorang akan disebut upline jika mempunyai downline. Inti dari bisnis multi level marketing digerakkan dengan jaringan, baik bersifat vertikal atas bawah maupun horizontal kiri kanan atau pun gabungan antara keduanya [Benny, 2002: 28].
Multi level marketing dapat juga disebut dengan network marketing karena anggota kelompoknya semakin banyak, sehingga membentuk sebuah jaringan kerja [network] yang merupakan suatu sistem pemasaran dengan menggunakan jaringan kerja berupa sekumpulan banyak orang yang kerjanya melakukan pemasaran [Gemala : 182-183].
Sistem pemasaran ini memiliki perbedaan dengan sistem pemasaran lainnya. Ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh multi level marketing adalah terdapat jenjang, melakukan perekrutan anggota baru, penjualan produk, serta adanya bonus atau komisi di setiap jenjangnya tersebut. Dalam sistem ini, calon distributor seperti layaknya ‘membeli’ hak atau tanda milik khusus untuk merekrut anggota baru, menjual produk dan mendapatkan kompensasi dari hasil penjualannya sendiri maupun hasil penjualan anggota yang direkrut di dalam organisasi jaringannya. Selain multi level marketing, terdapat sistem lain yang termasuk kategori ini, yaitu sistem single level marketing dan sistem limited level marketing tetapi ketiga-tiganya ini berbeda karakteristik yang dimilikinya [Kuswara, 2005 : 36-38].
Dalam istilah marketing sebenarnya tidak hanya mencakup penjualan saja, namun lebih luas aspek yang terkandung dalam marketing di antaranya suatu atau beberapa produk, harga, promosi, distribusi dan sebagainya. Sehingga tidak hanya dapat dimaknai secara tunggal dan menjual itu sendiri merupakan bagian dari kegiatan transaksi penukaran produk dengan uang.
Sejarah Multi Level Marketing
Sejarah mencatat suatu pemasaran dengan sistem jaringan ini bermula sekitar tahun 1930-an M., ketika perusahaan Nutrilite Produced Inc. yaitu sebuah perusahaan yang berkedudukan di California, Amerika Serikat meluncurkan produk makanan suplemen. Perusahaan ini menerapkan sistem bonus sebesar 2% kepada setiap penjual yang dapat merekrut penjual baru. Perusahaan yang didirikan oleh Carl F. Rehnborg pada tahun 1934 M. ini, memberikan komisi tambahan kepada distributor barunya yang berhasil merekrut, melatih, mengajarkan dan membantu distributor baru dalam menjual Nutrilite kepada konsumen [Rozi, 2005 : 108-109].
Dalam perkembangannya, terdapat beberapa orang yang menyempurnakan pemasaran jaringan ini, mereka adalah Dr. Forrest Shaklee, Richad De Vos dan Jay Van Andel. Pada tahun 1950-an M., ketika Nutrilite mengalami guncangan internal manajemen perusahaan. Dr. Forrest Shaklee keluar dari distributornya dan pada tahun 1956 M. mendirikan Shaklee Corporation, yaitu perusahaan yang memfokuskan pada produksi makanan tambahan [suplemen food]. Dr. Forrest Shaklee berhasil mengembangkan perusahaannya menjadi perusahaan multinasional dan menyebar di beberapa negara seperti Inggris, Kanada, Malaysia, Filipina, Jepang dan Singapura [Rozi, 2005 : 108-109]
Selain itu, akar multi level marketing tidak lepas dari berdirinya Amway Corporation pada tahun 1959 M. di Michigan, Amerika Serikat. Pendiri Amway Corporation dan pelopor berdirinya perusahaan ini adalah Richad De Vos dan Jay Van Andel yang pernah menjadi distributor Nutrilite. Perusahaan Amway kemudian semakin dikenal ketika mereka menggunakan sistem pendukung Network Twenty One yang dirancang oleh Jim dan Nacy Dornan. Perusahaan ini memperkenalkan penjualan produk-produk rumah tangga [Kuswara, 2005 : 18].
Seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan ini semakin berkembang pesat dengan memasarkan berbagai jenis dan macam produk sehingga Amway dikenal sebagai pelopor produk multi level marketing pertama yang memasarkan berbagai macam produk. Amway sebagai perusahaan yang memasarkan produknya dengan sistem jaringan, hingga saat ini masih merupakan perusahaan besar dan yang telah beroperasi beberapa puluh tahun lamanya di berbagai negara termasuk masuk ke Indonesia pada tahun 1998 M. [Rozi, 2005 : 110-111].
April 17, 2018
Multi Level Marketing [MLM] adalah salah satu sistem pemasaran dengan memanfaatkan pelanggan sebagai jaringan distribusi. Istilah lain Multi Level Marketing adalah Network Marketing, Multi Generation Marketing dan Uni Level Marketing. Berdasarkan akar katanya, Multi artinya banyak, level artinya berjenjang dan Marketing artinya pemasaran, sehingga Multi Level Marketing adalah pemasaran yang banyak dan berjenjang.
Multi Level Marketing [MLM] |
- Menurut Clothier [1994], Multi Level Marketing adalah suatu cara atau metode menjual barang secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan oleh para distributor lepas yang memperkenalkan para distributor berikutnya pendapatan dihasilkan terdiri dari laba eceran dan laba grosir ditambah dengan pembayaran-pembayaran berdasarkan penjualan total kelompok yang dibentuk oleh sebuah distributor.
- Menurut Muslich [2015], Multi Level Marketing adalah sebuah sistem pemasaran modern melalui jaringan distribusi yang dibangun secara permanen dengan memposisikan pelanggan perusahaan sekaligus sebagai tenaga pemasaran. Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa Multi Level Marketing adalah pemasaran berjenjang melalui jaringan distribusi yang dibangun dengan menjanjikan konsumen [pelanggan] sekaligus sebagai tenaga pemasaran.
- Menurut Harefa [2000], Multi Level Marketing adalah menjual atau memasarkan langsung suatu produk baik berupa barang atau jasa konsumen, sehingga biaya distribusi dari barang yang dijual atau dipasarkan tersebut sangat minim bahkan sampai ke titik nol yang artinya bahwa dalam bisnis MLM ini tidak diperlukan biaya distribusi. MLM juga menghilangkan biaya promosi dari barang yang hendak dijual karena distribusi dan promosi ditangani langsung oleh distributor dengan sistem berjenjang.
- Armada penjualan. Di dalam MLM, tenaga penjualnya adalah para distributornya, mereka mempekerjakan dirinya sendiri, menjadi bos bagi dirinya sendiri. Sedangkan pada bisnis konvensional, arus barang harus melewati produsen-distributor/grosir-pedagang eceran-konsumen.
- Pembagian keuntungan. Pada MLM para distributor memperoleh imbalan dari perbandingan langsung usaha yang dilakukannya. Sedangkan pada bisnis konvensional orang-orang yang menerima keuntungan adalah para pemilik dan para direktur berbagai perusahaan distribusi. Amat jarang para pegawai penjualan toko eceran ikut menikmati keuntungan, betapapun unggul dan kerasnya mereka bekerja.
- Menjual produk. Semua penjualan MLM dilakukan melalui penjualan langsung atau direct selling. Sedangkan bisnis konvensional, menjual barang-barang konsumen melalui toko-toko, katalog dan melalui pos.
MLM Sistem Binary Plan |
MLM Sistem Matrix |
MLM Sistem Break Away |
Menurut Setiawan [2017], sistem atau cara kerja Multi Level Marketing adalah sebagai berikut:
- Pertama-tama Anda akan disponsori oleh seorang distributor perusahaan MLM. Sponsor Anda adalah distributor yang lebih dahulu bergabung dengan perusahaan MLM. Tugas Anda antara lain menjual produk-produk perusahaan MLM dan mencari mitra bisnis baru sebanyak mungkin untuk bergabung menjadi distributor, hingga membentuk suatu jaringan yang luas.
- Membayar uang pangkal/pendaftaran. Untuk dapat didaftar sebagai anggota atau distributor, setiap orang diwajibkan membayar sejumlah uang yang sudah ditentukan besarnya. Uang pendaftaran ini biasanya akan diserahkan ke stockiest terdekat bersamaan dengan formulir pendaftaran yang telah diisi oleh prospek atau calon distributor. Setelah membayar uang pangkal seorang distributor baru akan mendapatkan berbagai fasilitas misalnya buku pedoman, kartu anggota, literatur perusahaan, majalah, selebaran berkala, informasi produk, formulir-formulir pesanan, nasihat bisnis, dan contoh-contoh produk.
- Menandatangani perjanjian atau kontrak. Seorang anggota/distributor yang sudah membayar sejumlah uang pangkal tadi, kemudian akan menandatangani suatu kontrak yang bersifat mengikat distributor dan perusahaan. Seorang distributor harus mematuhi berbagai peraturan yang sudah ditetapkan, sedangkan perusahaan berkewajiban untuk menyediakan produk, memberikan berbagai bonus atau komisi, memberikan layanan sebagaimana dijanjikan dalam marketing plan perusahaan, dan pedoman agar para distributor dapat menjalankan bisnisnya dengan benar. Setiap anggota berhak untuk mendapatkan produk-produk dari perusahaan dengan harga distributor atau harga grosir.
- Melaksanakan aktivitas penjualan produk. Para distributor kemudian melakukan kegiatan menjual produk-produk perusahaan kepada konsumen. Sebagian besar penjualan langsung/direct selling ini merupakan personal selling/face to face, diawali dengan suatu rekomendasi atau pendekatan langsung. Para distributor biasanya memberikan penjelasan tentang produk-produk perusahaan dan meyakinkan akan manfaat, keunggulan, atau kualitas agar orang bersedia untuk membelinya.
- Mengembangkan jaringan. Selain bertugas menjual produk secara langsung kepada konsumen, setiap distributor juga harus mengembangkan jaringan penjualan seluas-luasnya. Untuk dapat membangun jaringan, setiap distributor harus mencari prospek. Ada beberapa strategi untuk mendapatkan prospek, yaitu kembangkan jaringan seluas-luasnya, jelajahi seluruh pasar, temui orang-orang tempat prospek bergantung, dan tampakkan diri sebagai agen. Apabila distributor berhasil dalam mengembangkan jaringan, maka perusahaan akan memberikan berbagai imbalan dalam bentuk bonus, potongan harga, dan insentif-insentif lainnya. Strategi MLM bertumpu pada pengembangan jaringan, sehingga semakin banyak seorang distributor berhasil merekrut anggota baru maka penghasilan atau bonusnya semakin besar.
- MLM dapat mendatangkan pasif income yang cukup menjanjikan sebagai tambahan gaji tetap yang diterima setiap bulan.
- MLM melatih setiap distributornya untuk mengasah skill berkomunikasi dengan downlinenya sehingga terbentuk jiwa personal selling yang kuat.
- Memperluas relasi.
- Distributor MLM bukanlah pengusaha [entrepreneur], namun hanya pengikut pada sebuah sistem hirarki yang rumit dimana mereka hanya punya sedikit kendali. Jadi mereka dikendalikan oleh sistem yang berlaku, tidak bisa bebas.
- MLM bedampak negatif terhadap sektor riil. Jika manusia sudah tergila-gila dengan MLM, maka kegiatan sektor riil bakal terganggu. Karena di dalam MLM, uang berputar hanya pada lingkungan perusahaan tersebut dan sudah pasti mengurangi produktivitas masyarakat dalam bekerja [dalam makna sesungguhnya].
- MLM membuat orang lain tidak mau berusaha memutar modal dalam kegiatan bisnis sektor riil. Padahal sektor riil butuh modal yang cukup besar.
- Uang nasabah yang berputar pada bisnis MLM tidak dijamin keamanannya oleh pemerintah. Pada kemungkinan terburuk [likuidasi], uang milik nasabah MLM tidak dapat dikembalikan alias hangus.
- Clothier, P.J. 1994. Meraup Uang dengan MLM: Pedoman Praktis Menuju Network Selling yang Sukses. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Harefa, Andreas. 2000. Multi Level Marketing. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Muslich, Ahmad Wardi. 2015. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah.
- Setiawan, Andi. 2017. Multi Level Marketing [MLM] Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah. Lampung: IAIN Metro.
- Yusuf, Tarmizi. 2000. Strategi MLM Secara Cerdas dan Halal. Jakarta: Alex Media Komputindo.