Kelainan pada otot berupa peningkatan massa otot yang sering terjadi pada atlet binaraga disebut

Hipertrofi otot adalah peningkatan ukuran sel-sel otot. Ini berbeda dengan hiperplasia otot, yang adalah pembentukan sel-sel otot baru.

Beberapa rangsangan tertentu bisa meningkatkan volume sel-sel otot. Perubahan ini terjadi sebagai respon adapatif yang berfungsi meningkatkan kemampuan untuk membangkitkan tenaga atau menahan kelelahan dalam kondisi anaerobik.

Beberapa faktor biologis seperti umur dan nutrisi mempengaruhi hipertrofi otot. Saat lelaki dalam pubertas, hipertrofi terjadi pada kecepatan yang meningkat. Hipertrofi alami normalnya berhenti pada pertumbuhan maksimal pada remaja akhir. Hipertrofi otot bisa ditingkatkan melalui latihan kekuatan dan latihan anaerobik yang berintensitas tinggi serta berdurasi pendek lainnya. Latihan anaerobik yang berdurasi panjang, berintensitas rendah secara umum tidak menghasilkan hipertrofi jaringan yang efektif; malah, atlet daya tahan meningkatkan penyimpanan lemak dan karbohidrat dalam otot, seperti neovaskularisasi. Pada dasarnya suplai asam amino yang cukup sangat diperlukan untuk menghasilkan hipertrofi otot.

Dalam komunitas binaraga dan kebugaran dan bahkan dalam buku-buku akademik hipertrofi otot kerangka dideskripsikan dalam satu dari dua jenis: sarkoplasma atau miofibrillar. Mengacu pada teori ini, pada hipertrofi sarkoplasma, volume cairan sarkoplasma dalam sel otot meningkat tanpa diiringi peningkatan pada kekuatan otot, dimana pada hipertrofi miofibrillar, protein kontraktil aktin dan miosin meningkat dalam jumlah dan menambah kekuatan otot dan juga peningkatan kecil pada ukuran otot.

Hipertrofi sarkoplasma adalah karakteristik dari otot-otot binaragawan khusus sementara hipertrofi miofibrillar adalah karakteristik dari altet angkat besi Olimpic. Dua bentuk adaptasi ini jarang terjadi dengan bergantung sepenuhnya satu sama lain. Seseorang bisa mengalami peningkatan besar-besaran pada cairan diiringi peningkatan sedikit pada protein, peningkatan besar-besaran pada protein diiringi peningkatan kecil pada cairan, atau kombinasi keduanya yang relatif seimbang. Berbeda dengan teori ini perlu dicatat bahwa ketika dilihat dalam mikroskop, otot-otot diisi sepenuhnya dengan miofibrils, tidak peduli apakah otot dari binaraga atau pengangkat besi yang digunakan. Juga, sebenarnya sangat sedikit bukti aktual yang mendukung bahwa bagian non-miofibrillar dari sarkoplasma pernah berkembang. Lawan dari teori ini menasehatkan bahwa penyebab dari dugaan popular ini adalah dua: Pertama, ini diperoleh dari pemecahan pada penggunaan otot ketika mengukur sintesis protein. Ini adalah teknik dimana protein otot dipisahkan secara biokimia ke dalam pecahan miofibrillar, sarkoplasmic, membrane dan mitokondria untuk sintesis protein.

Validitas dari pemisahan ini dengan kurang baik divalidasi dan juga, hasil dari pemecahan ini dan pengukuran sintesis protein isotop stabil sesudahnya yang biasa tidak menunjukan apa-apa tentang kelebihan relatif dari pemecahan protein-protein ini [seperti perubahan pada sintesis protein yang secara definisi relatif [cth. perubahan 50% pada sebuah zat yang terdapat 1% otot masih tidak berarti dalam konteks fisiologi]]. Ke-dua, pendukung sarkoplasmic/miofibrillar menggunakan teorinya untuk menjelaskan mengapa bianraga memiliki kekuatan yang relatif tak sebanyak strongman. Tapi teori ini tidak perlu menjelaskan perbedaan ini. Perubahan fisiologi yang berhubungan dengan latihan dengan volume yang sangat tinggi dan kadar kelelahan otot menghasilkan adaptasi neuromuskular yang berbeda dari yang dialami pada latihan kekuatan dengan beban mekanik yang sangat tinggi dan sedikit kelelahan otot.

Contoh dari hipertrofi otot dapat dilihat pada macam-macam olahraga profesional, sebagian besar olahraga yang berhubungan dengan kekuatan seperti tinju, binaraga, rugby, pegulat profesional dan macam-macam bentuk senam. Atlet-atlet ini berlatih secara ekstensif pada kekuatan dan juga latihan daya tahan otot dan kardiovaskular.

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hipertrofi_otot&oldid=12207609"

Otot yang dilatih terus-menerus akan membesar atau mengalami hipertrofi, contohnya otot pada binaragawan. Sebaliknya, otot yang tidak digunakan [tidak ada aktivitas] akan menjadi kisut atau mengalami atrofi, contohnya adalah otot pada pasien yang sudah lama sakit dan terbaring di rumah sakit.

Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah B.  

Distrofi otot adalah kelainan pada otot yang menyebabkan otot melemah dan kehilangan fungsinya. Beberapa jenis distrofi otot tergolong berbahaya dan bahkan mengancam nyawa, sehingga penting bagi Anda untuk mengenal jenisnya satu per satu.

Otot memungkinkan tubuh untuk bergerak dan melakukan banyak hal. Namun, untuk beberapa kondisi, otot bisa mengalami kelainan yang membuat fungsinya terganggu atau bahkan tidak berfungsi sama sekali. Kelainan pada otot ini disebut juga distrofi otot.

Distrofi otot dapat dialami siapa saja tanpa mengenal usia. Namun, gejalanya sering kali terlihat sejak masa kanak-kanak. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh kelainan genetik atau faktor keturunan.

Jenis-Jenis Distrofi Otot

Setidaknya ada 9 jenis distrofi otot yang umum terjadi, yaitu:

1. Distrofi otot Duchenne

Distrofi otot Duchenne merupakan kasus kelainan pada otot yang umum terjadi pada anak berusia 2–6 tahun. Kelainan otot ini biasanya menyerang anak laki-laki. Namun, tidak menutup kemungkinan anak perempuan juga bisa mengalaminya.

Ada beberapa gejala distrofi otot Duchenne yang dapat dialami anak, antara lain:

  • Sering jatuh
  • Sulit melompat dan berlari
  • Sulit bangkit dari posisi duduk atau berbaring
  • Tumbuh kembang terganggu
  • Otot betis membesar
  • Otot terasa nyeri dan kaku

Gangguan pernapasan dan jantung adalah gejala yang kerap dialami penderita distrofi otot Duchenne tahap akhir. Bila tidak ditangani dengan tepat, penyakit ini dapat menyebabkan kematian saat penderitanya memasuki usia belasan atau awal 20-an.

2. Miotonik

Miotonik disebut juga dengan MMD atau penyakit Steinert. Penyakit ini umumnya menyerang orang dewasa berusia 20–30 tahun, tetapi bisa pula terjadi pada anak-anak. Miotonik ditandai dengan kaku pada otot dan biasanya menyerang otot wajah serta leher lebih dulu.

Orang dengan kelainan otot miotonik sering kali memiliki wajah panjang dan tirus, kelopak mata turun, dan leher seperti angsa. Dalam jangka panjang, penyakit ini dapat mengganggu sistem kerja jantung, mata, sistem saraf, saluran gastrointestinal, dan kelenjar penghasil hormon.

3. Limb-girdle

Kelainan pada otot jenis limb-girdle bisa dialami oleh pria maupun wanita pada usia remaja hingga dewasa. Penyakit ini ditandai dengan hilangnya massa otot dan melemahnya otot secara bertahap, mulai dari pinggul dan menyebar ke bahu, lengan, serta kaki.

Saat mengalami limb-girdle, Anda akan sulit mengangkat bagian depan kaki sehingga sering tersandung. Seiring waktu, kondisi ini bisa membuat penderitanya lumpuh dan tidak mampu berjalan sama sekali.

4. Distrofi otot Becker

Gejala distrofi otot Becker hampir menyerupai Duchenne, tetapi tingkat keparahannya jauh lebih ringan dan perkembangan penyakitnya juga lebih lambat. Hal ini memungkinkan penderitanya hidup hingga usia di atas 30 tahun.

Umumnya, gejala distrofi otot Becker ini muncul pada usia 11–25 tahun dan lebih sering menyerang anak laki-laki. Penyakit ini akan melemahkan otot di bagian lengan dan kaki.

5. Distrofi otot bawaan

Kelainan pada otot yang satu ini sering terjadi pada bayi baru lahir hingga usia 2 tahun. Distrofi otot bawaan dapat dikenali dari beberapa gejala berikut ini:

  • Kelemahan otot
  • Kontrol motorik yang buruk
  • Ketidakmampuan untuk berdiri atau duduk sendiri
  • Skoliosis
  • Kelainan bentuk kaki
  • Sulit berbicara
  • Penglihatan terganggu
  • Sulit menelan
  • Sulit bernapas

Penyakit ini juga dapat menyebabkan kelainan pada fungsi otak dan membuat penderitanya sering kejang. Namun, bila ditangani dengan baik, bayi atau anak yang menderita distrofi otot bawaan dapat hidup hingga dewasa.

6. Facioscapulohumeral

Facioscapulohumeral atau penyakit Landouzy-Dejerine merupakan kelainan otot yang memengaruhi otot tulang lengan atas, belikat, dan wajah. Gejala kelainan pada otot ini mulai terlihat di usia remaja dan berkembang secara bertahap hingga menyebabkan penderitanya sulit menelan, berbicara, dan mengunyah.

Dampak yang disebabkan oleh penyakit ini berbeda-beda sesuai dengan tingkat keparahannya. Namun, sekitar 50 persen penderita facioscapulohumeral masih dapat berjalan dan hidup sesuai usia rata-rata manusia.

7. Distrofi otot Emery-Dreifuss

Ini merupakan jenis distrofi otot langka dan lebih sering menyerang anak laki-laki. Emery-Dreifuss dapat muncul dari masa kanak-kanak hingga remaja.

Kondisi ini ditandai dengan gejala berupa otot melemah dan mengecil, terutama di bagian bahu, lengan atas, dan kaki bagian bawah. Untuk beberapa kasus, kelemahan otot juga bisa menyebar ke otot dada dan panggul.

8. Oculopharyngeal

Kelainan pada otot yang satu ini menyebabkan otot mata dan tenggorokan melemah. Oculopharyngeal biasanya dialami oleh pria maupun wanita usia 40–60 tahun. Kondisi ini membuat penderitanya sulit menelan, mudah tersedak, dan bahkan pneumonia berulang.

9. Distrofi otot distal

Kondisi yang disebut juga dengan miopati distal ini dapat memengaruhi kemampuan otot lengan bawah, tangan, betis, serta kaki, dan bahkan sistem pernapasan dan otot jantung.

Distrofi otot distal dapat menyebabkan penderitanya kehilangan kemampuan motorik dan kesulitan berjalan. Kelainan pada otot ini sering terjadi pada pria dan wanita yang berusia 40–60 tahun.

Penanganan Distrofi Otot

Sebelum menentukan pengobatan untuk menangani distrofi otot, dokter akan melakukan serangkaian tes untuk memastikan diagnosis. Ada beberapa tes untuk mendiagnosis distrofi otot, yaitu:

  • Tes darah
  • Tes urine
  • Elektromiografi [EMG]
  • Biopsi otot
  • Elektrokardiografi
  • Pemeriksaan dengan MRI
  • Tes genetik

Namun, sejauh ini belum ada pengobatan khusus yang dapat menyembuhkan kelainan pada otot yang disebabkan oleh distrofi otot. Meski demikian, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan membantu penderita kelainan otot untuk beraktivitas senormal mungkin.

Pemberian obat kortikosteroid dapat meningkatkan kekuatan otot dan memperlambat perkembangan beberapa jenis kelainan pada otot. Selain itu, obat-obatan untuk jantung juga diberikan untuk menangani distrofi yang menyebabkan gangguan pada jantung.

Berbagai terapi juga dapat diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita. Terapi ini dapat berupa latihan aerobik low impact, latihan peregangan, fisioterapi, dan terapi bicara.

Sebagian penderita kelainan pada otot juga memerlukan berbagai peralatan penunjang untuk mendukung aktivitasnya sehari-hari, seperti braces, kursi roda, atau alat bantu napas seperti mesin ventilator.

Prosedur operasi juga dapat dilakukan bila distrofi otot disebabkan oleh penyakit tertentu, seperti katarak, skoliosis, dan gangguan jantung.

Selain mengonsumsi obat-obatan serta menjalani berbagai terapi dan operasi, penderita distrofi otot juga dianjurkan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi setiap harinya dengan mengonsumsi makanan bergizi dan selalu memenuhi kebutuhan cairan.

Jika Anda atau anak Anda mengalami gejala kelainan pada otot seperti yang telah disebutkan di atas, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề