Langkah-langkah menyusun buku fiksi dan Nonfiksi

Ilustrasi belajar. /Pixabay/klimkin

PORTAL PASURUAN - Sinopsis merupakan bentuk ringkas karya sastra yang isinya tentu saja adalah ringkasan cerita. Sinopsis buku membantu pembaca untuk mengetahui ringkasan cerita atau garis besar dan isi dari sebuah buku.

Berikut adalah beberapa langkah menyusun sinopsis:

1. Membaca keseluruhan cerita fiksi dengan seksama2. Mencatat bagian-bagian penting pengisahan cerita fiksi

3. Menyusun bagian-bagian penting cerita fiksi menjadi sebuah paragraf yang berkesinambungan.

Baca Juga: Resep dan Bahan Membuat Mie Ayam Super Nikmat, dengan Memiliki Aroma Harum dan Tekstur yang Lembut

Namun, menyusun sinopsis tidak bisa asal menulis, ada beberapa aturan yang harus diperhatikan. Aturan tersebut di antaranya:

1. Membaca buku fiksi dengan teliti2. Memperhatikan gagasan asli pengarang3. Isi sinopsis tidak boleh menyimpang dari isi buku4. Memperhatikan urutan cerita sinopsis

5. Menyajikan sinopsis dengan bahasa yang efektif.

Baca Juga: 5 Drakor Komedi Romantis Keluaran Tahun 2017 yang Masih Layak Ditonton Hingga Sekarang, Ada The K2

Sementara itu, cara menyusun atau membuat rangkuman dari buku nonfiksi agak sedikit berbeda dengan cara menyusun sinopsis buku fiksi. Rangkuman berarti ringkasan atau ikhtisar. Merangkum suatu bacaan berarti meringkas atau memendekkan bacaan.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menyusun rangkuman buku nonfiksi:

Sumber: Buku Bahasa Indonesia untuk SMP kelas 7

Oleh Elbuy 18.55.00

Bagaimana cara membuat buku cerita baik yang bersifat fiksi atau nonfiksi? Mudah saja. Tetapi bila mau sulit, bisa juga. Namun demi pemula, tips memmbuat bukunya lebih kepada jalan mudah. Mengapa pemula harus menempuh jalan mudah dalam membuat buku? Karena aktifitas menulis itu berat. Anda tidak bisa menulis sembarangan bila mau dibaca banyak orang. Tentu, ini berawal dari langkah sederhana yang langkahnya bisa dijalankan. Menulis itu terpenting benar, baik baru kemudian berkualitas. Tetapi, bila langkah sederhana saja tidak bisa, bagaimana mau membuat buku berkualitas?

Bagaimana cara membuat buku cerita fiksi dan nonfiksi? Cara ini saya gabungkan saja menjadi satu yakni bisa untuk membuat buku fiksi dan nonfiksi. Tetapi, menulis seputar fiksi harus berdasarkan nonfiksi terlebih dahulu. Ketika anda sudah pandai menulis cerita-cerita nonfiksi, berarti anda sudah selangkah lebih maju dalam menulis fiksi. Sebelum membuat buku cerita nonfiksi, cara yang paling simpel tentu mencari sumber-sumber cerita nonfiksi. Lalu bagaimana cara mencari cerita nonfiksi? Ada banyak cara mencari cerita nonfiksi. Tentu, bila anda ingin membuat bukunya, buku biografi bisa menjadi pilihan bacaan dalam mencri cerita-cerita nonfiksi. Pada intinya adalah mengandalkan pengalaman yang pernah anda ketahui, pengalaman berupa melakukan sesuatu dan hal yang mewarnainya. Tentu, hal ini belum dianggap cukup sebagai acuan bila tidak ada pencatatan agar nilai kevalidan sebuah cerita pengalaman terjaga. Intinya, mencari sumber cerita non fiksi bisa didapatkan di mana-mana seperti halnya mencari cerita fiksi yang bisa didapatkan lewat beberapa karya sastra. Tentunya, di dalam karya sastra sendiri memiliki nilai non fiksi walaupun tidak bisa menjadi rujukan dalam kevalidan data cerita. Tentunya, anda harus membanyak baca buku sejarah karena melingkupi hal-hal yang lebih lengkap daripada buku biografi atau autobiografi. Di sinilah anda akan mendapatkan cerita nonfiksi yang bisa untuk kepentingan membuat buku fiksi atau nonfiksi. Di sini, anda mau membuat buku apa mengandalkan cerita non fiksi yang sudah didapat? Jelas, cerita fiksi dibutuhkan untuk menulis fiksi. Tetapi, cerita nonfiksi bisa digunakan untuk kepentingan keduanya, baik fiksi atau non fiksi. Kalau membuat fiksi berdasarkan cerita nonfiksi masih memiliki tempat yang bagus, apalagi berdasarkan pasar seperti membuat novel, membuat cerpen dan sebagainya. Masalahnya kemudian, bagaimana cerita nonfiksi anda bisa untuk kebutuhan menulis fiksi? Apakah anda akan mau membuat buku biografi? Tentu, anda jauh lebih mudah membuat biografi karena cerita non fiksi bisa berdasarkan cerita pribadi sepenuhnya. Anda jauh lebih mengetahui tentang diri anda. Membuat buku cerita non fiksi jenis sejarah memang dianjurkan bila ingin menguasai pasar penjualan buku. Banyak sekali buku-buku yang membahas sesuatu mendapatkan banyak penjualan. Contoh adalah sejarah para nabi, sejarah para wali khususnya pada buku Atlas Wali Songo. Nah, hasil menguasai cerita non fiksi, anda bisa mengembangkan dalam penulisan cerita fiksi. Tetapi, biasanya, cerita non fiksi berupa sejarah maka akan menghasilkan cerita fiksi berbau sejarah. Hal ini sudah dibuktikan dalam penulisan novel Suluk Malang Sungsang karya Agus Sunyoto, penulis Atlas Wali Songo. Di novel ini, Agus Sunyoto menghadirkan cerita-cerita berdasarkan cerita nonfiksi. Menulis buku bukan sekedar menulis kumpulan artikel. Banyak orang mengira sudah menulis buku dengan bukti sudah menerbitkan buku. Padahal, bukunya hanya berisi kumpulan artikel sembarang. Jadi, bila anda harus menulis, menulislah yang mengarah pada prinsip membuat buku. Berikut langkah belajar bagaimana menulis untuk membuat buku cerita fiksi dan nonfiksi. Berikut pembahasan cara menulis untuk membuat buku cerita non fiksi. Pembahasan ini dikutip dari Tipsmenulisbuku.com. 1. Tentukan Tujuan Menulis Buku 2. Munculkan Semua Ide Buku 3. Persempit Topik 4. Lakukan Riset Bila Mau Dijual Secara Online 5. Buat Kerangka Buku 6. Tulis Draf Pertama 7. Edit Draf Pertama 8. Minta Bantuan Editor Profesional Sederhana dan bisa dijalankan para pemula bukan? Jadi, semua pemula bisa membuat buku. Adapun yang membedakan antara pemula dan profesional adalah terletak pada isi buku. Tentu, solusinya bukan rajin menulis semata melainkan rajin membaca dan berpengalaman sampai ahli. Langkahnya sama persis seperti membuat buku nonfiksi. Hanya saja, penulisan lebih bersifat fleksibel sehingga terkesan keluar dari sistematika. Padahal, inti pembahasan sebuah cerita fiksi ada pada kerangka cerita seperti alur, plot, setting, konflik dan lainnya. Jadi sebelumnya anda membuat buku ala nonfiksi terlebih dahulu menyangkut buku cerita fiksi yang akan ditulis. Buku yang buat seperti penjabaran sinopsis yang lebih menitikberatkan pada sub-sub cerita. Baru silahkan anda merangkai kata. Dalam merangkai kata, memang anda membutuhkan banyak latihan. Jadi, paham kan?

Beranda / Teks Fiksi dan Nonfiksi

ilmubindo.com | Tuliskan langkah-langkah menyusun tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi! Nah, pada kesempatan kali ini admin akan membagikan langkah-langkah menyusun tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang langkah-langkah menyusun tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi. Dan semoga, apa yang admin bagikan kali ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami langkah-langkah menyusun tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi.


Di bawah ini adalah beberapa langkah-langkah dalam menyusun tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi. Adapun beberapa langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Bacalah buku dengan saksama sampai tuntas.
  2. Tandai bagian-bagian buku yang dianggap menarik untuk ditanggapi.
  3. Susunlah tanggapan secara objektif dengan alasan logis dan masuk akal.
  4. Baca ulang tanggapan, perbaiki jika ada kesalahan

Penerbit: Inandra Published

Buku ini mengisahkan ulang cerita pilu seorang gadis bernama Keke atau Gita Sesa Wanda Cantika. Ia terkena penyakit yang terbilang langka bernama Rabdosmiosarkoma atau yang dalam bahasa awam dikenal dengan nama kanker jaringan lunak. Keke sendiri merupakan pasien pertama di Indonesia yang terdeteksi penyakit tersebut. Hal ini yang menjadikan kisahnya sangat menggugah. Keke divonis terjangkit penyakit tersebut di usia 13 tahun dan hanya dalam jangka waktu 5 hari saja! Kanker jaringan lunak tersebut perlahan merubah wajah belia Keke. Ia menjadi seseorang yang tak dikenali lagi sebab wajahnya menjadi sesuatu yang tak elok dipandang mata. Bagi anak-anak, mungkin wajah Keke tersebut akan dipanggilnya rupa monster.

Buku ini didasarkan pada kisah nyata. Sang penulis mengemas perjuangan Keke melawan kanker tersebut dengan baik. Meskipun pada beberapa bagian ia terlalu memaksakan pesan moral masuk pada dialog beberapa tokoh sehingga mengacaukan setting. Namun, buku ini tetap memberi spirit utamanya bagi generasi muda bahwa seberapapun cobaannya, kita harus berani berdiri dan menghadapinya.

Perjuangan Kekek sempat berbuah manis, sebab tim dokter berhasil menyembuhkan penyakitnya. Hal ini menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi dunia kedokteran di Indonesia pada saat itu dan menjadi buah bibir di negara lain. Banyak yang bertanya bagaimana bisa penyakit ganas tersebut ditaklukkan. Polemik tersebut akhirnya mendapat jawaban, sebab Keke hanya "sembuh sementara". Beberapa saat setelah ia menjalani pengobatan, kanker ganas itu bertamu kembali dan sekali lagi menyerang tubuh dan semangatnya. Keke pun menyadari, waktu hidup tak bisa diulur lagi dengan obat dan lain-lainnya. Benar saja, ia meninggal pada tanggal 26 Desember di tahun 2006. Sebelum meninggal, ia sempat menuliskan surat. Surat ini kemudian yang mengilhami judul "Surat Kecil untuk Tuhan". Berikut ini adalah petikan surat Keke tersebut:

Andaikan ,..... semua dapat terulang kembali,

Tetapi pernahkah Anda berfikiran tentang itu?

Pernahkah Anda mengira-ngira apa yang terjadi

Jika semuanya dapat terulang kembali?

Dalam novel ini, Agnes Davonar menekankan makna sebuah waktu kehidupan di dunia ini.

Kisah nyata gadis berusia 13 tahun bertahan hidup dari kanker ganas paling mematikan di dunia.

Aku tak ingin ada tangisan di dunia ini

Aku berharap tidak ada lagi yang sama terjadi padaku

Bolehkah aku menulis Surat Kecil Untuk-Mu?

Bolehkah aku memohon satu hal kecil pada-Mu?

Biarkanlah aku bisa dapat melihat dengan mataku

Untuk memandang langit dan bulan setiap harinya

Jika di telaah, buku ini memang menarik. Bukan hanya berbicara persoalan derita seseorang, tetapi juga memperlihatkan sebuah perjuangan sekaligus kepasrahan pada Sang Pencipta. Penulis novel ini berhasil menyampaikan kisah Keke dengan baik. Selain Keke, tokoh lain di dalam kisah ini antara lain ayah Keke sendiri, sahabat-sahabat Keke yakni Fadha, Maya, Shifa, Ida, dan Andhini, ada pula Dr. Adhi, Dr. Mukhlis, Andi, Pak Iyus. Karena ini berdasar pada kisah nyata, maka tokoh tersebut semua nyata. Mungkin hal ini yang membuat watak para tokoh tergambar dengan jelas.

Secara umum, novel ini layak dibaca. Alur yang digunakan adalah campuran yakni maju dan mundur. Sementara itu setting cerita antara lain rumah Keke, sekolah, rumah sakit dan juga beberapa potongan kejadian di sebuah villa. Penulis menggunakan sudut pandang cerita orang pertama. Jadi, saat membaca buku ini kita seolah sedang mendengarkan Keke bercerita kisahnya sendiri. Adapun pemilihan bahasa yang dipakai penulis cukup ringan sehingga novel ini bisa dibaca untuk umum. Novel ini juga banyak menyisipkan nilai moral dan nilai agama. Tentu hal ini merupakan pembelajaran yang baik bagi pembaca.


Demikianlah yang dapat admin bagikan tentang langkah-langkah menyusun tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi. Semog apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam memahami langkah-langkah menyusun tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề