Mengapa akhir-akhir ini banyak terjadi peristiwa harimau masuk ke pemukiman warga

Jika dalam berbagai dongeng anak-anak, harimau dikisahkan sebagai si raja hutan yang sombong dan dzalim yang akhirnya kalah oleh kecerdikan atau kebaikan hati binatang-binatang lain, maka pada kenyataannya tidak demikian. Dari tiga sub-spesies harimau yang pernah dimiliki Indonesia, dua sub-spesies yang sudah punah, penyebabnya adalah kesombongan dan keserakahan manusia.

Sub-spesies yang punah paling dulu adalah harimau Bali [Panthera tigris Balica [Schwarz, 1912]]. Sebelum kedatangan Belanda ke Nusantara, harimau adalah satwa yang sangat ditakuti sekaligus dihormati oleh penduduk lokal. Diperkirakan, hingga akhir abad ke-17, masih ada sekitar 300-an ekor harimau Bali di habitatnya. Belanda dan masyarakat Eropa pada umumnya pada waktu itu menganggap perburuan binatang buas sebagai sebuah prestige. Area pulau Bali yang sempit dan perburuan yang terus dilakukan membuat populasinya semakin menurun. Harimau Bali terakhir ditembak di daerah Sumber Kima, Bali Barat pada tanggal 27 September 1937. Sub-spesies ini kemudian dinyatakan punah pada tahun 1938.

Yang kedua adalah harimau Jawa [Panthera tigris Sondaica [Temminck, 1844]]. Pembukaan lahan hutan di Jawa pada awal tahun 1800-an untuk menjadi perkebunan, mengusik habitat harimau Jawa, yang kemudian menimbulkan konflik antara harimau dengan manusia. Karena banyaknya konflik antara harimau Jawa dengan manusia tersebut, perburuannya menjadi semakin massif. Hingga awal tahun 1940-an, populasi harimau Jawa diperkirakan tinggal 200-300 ekor dan menurun terus setelah itu. Pada tahun 1950-an harimau Jawa diperkirakan tinggal tersisa 25-an ekor.  International Union for Conservation Nature secara resmi mengumumkan bahwa harimau Jawa yang terakhir berada di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur pada tahun 1976. Sesudah itu harimau semakin menghilang dan akhirnya dinyatakan punah pada awal 1980-an. Saat ini sesekali dilaporkan terlihat di hutan-hutan di pegunungan di pulau Jawa, namun belum keberadaannya masih belum dapat diverifikasi. 

Saat ini yang tersisa di Indonesia tinggallah harimau Sumatra [Panthera tigris Sumatrae [Temminck, 1844]]. Diperkirakan saat ini populasinya hanya sekitar 400-500 ekor di hutan-hutan Sumatra [Taman-taman nasional]. 

Klasifikasi Taksonomi

Kingdom          : Animalia

Filum               : Chordata

Kelas               : Mammalia

Ordo                : Carnivora

Famili              : Felidae

Genus             : Panthera

Spesies           : Panthera tigris

Sub-spesies    : Panthera tigris sondaica [Temminck, 1844]

Ciri-Ciri Morfologi

Harimau Sumatra merupakan sub-spesies harimau dengan ukuran tubuh kecil. Harimau ini mempunyai warna paling gelap dibanding sub-spesies harimau lainnya. Pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat serta berhimpitan. Sub-spesies harimau Sumatra ini juga memiliki lebih banyak janggut dan surai dibandingkan sub-spesies harimau lainnya.

Harimau jantan dewasa berukuran panjang [dari kepala sampai ke kaki] sekitar 250 cm, dengan berat sekitar 140 kg. Tingginya dapat mencapai 60 cm. Sedangkan harimau dewasa betina berukuran panjang tubuh sekitar 198 cm, dengan berat sekitar 91 kg.

Harimau Sumatra berbiak kapan saja. Masa kehamilan biasanya sekitar 103 hari. Harimau melahirkan 2-3 anak harimau sekali melahirkan. Kadang-kadang juga sampai 6 ekor [paling banyak]. Anak harimau hanya minum air susu induknya saja selama 8 minggu pertama kelahirannya. Setelah itu mulai mencoba makanan padat, tetapi tetap minum asi sampai 6 bulan. Mereka belajar berburu pada umur 6 bulan dan dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan. Harimau Sumatra merupakan makhluk soliter yang berburu mangsanya sendirian. 


 Gambar: Harimau Sumatra di Kebun Binatang Taronga

[Sumber: Moonlight0551 dari Wikimedia Commons]

Makanan 

Makanan harimau Sumatra tergantung pada habitat yang menjadi tempat tinggalnya. Harimau merupakan pemangsa utama dalam rantai makanan. Harimau memangsa babi hutan, rusa, ungags atau ikan. Pada keadaan tertentu, harimau juga memangsa kijang, kancil, beruk, landak, trenggiling, beruang madu dan lain-lainnya.

Persebaran dan Habitat

Harimau Sumatra hanya hidup di Pulau Sumatra. Habitatnya mulai dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan dan juga tinggal di banyak tempat yang tidak terlindungi. Saat ini diperkirakan populasinya di alam hanya tinggal sekitar 400-an ekor yang tersebar di cagar Alam dan Taman-taman Nasional serta daerah-daerah lain yang yang telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian. Kemudian, sekitar 250 ekor lagi, hidup di berbagai kebun binatang di seluruh dunia.

Perlindungan dan Ancaman

Harimau Sumatra berstatus Critically Endangered atau Kritis [IUCN Redlist]. Di Indonesia satwa ini dilindungi dengan UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 

Ancaman terbesar bagi pelestariannya adalah degradasi lahan dan penghancuran habitat yang memicu peningkatan konflik dengan manusia. Misalnya berupa serangan terhadap ternak atau konflik dengan manusia secara langsung. Harimau Sumatra juga diburu untuk diambil bagian-bagian tubuhnya. Setelah itu, bagian-bagian tubuh harimau juga banyak diperdagangkan secara illegal sebagai barang seni atau bahan obat tradisional.

Akankah harimau Sumatra juga punah, menyusul kedua saudaranya yang lebih dulu punah, suatu saat nanti?

[Seksi KSDA - DLHK DIY]

Dari berbagai sumber.

CNN Indonesia

Kamis, 10 Feb 2022 21:52 WIB

Harimau masuk permukiman warga di Jambi. Kucing besar itu memangsa seekor sapi milik warga. Ilustrasi [ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto]

Jambi, CNN Indonesia --

Harimau Sumatera yang menghuni Taman Nasional Berbak Sembilang [TNBS] di kawasan Tanjung Jabung Timur, Jambi memasuki kawasan permukiman warga.

Satwa dilindungi ini memangsa sapi milik Roni, warga Desa Sungai Sayang, Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pada Minggu [6/2] malam. Kejadian itu baru diketahui pada keesokan hari.

Kehadiran harimau ini terlihat melalui jejak kaki yang banyak ditemui di perkebunan warga. Pada minggu malam seorang warga melihat kemunculan harimau sumatra itu.

"Kemungkinan malam setelah dimangsa, paginya datang lagi karena bangkai sapinya masih di sana," kata Roni.

Roni juga khawatir harimau akan kembali muncul. Menurutnya, dalam dua tahun terakhir warga sering menemukan jejak harimau di sekitar perkampungan.

Bahkan beredar video seekor harimau yang muncul di tepi jalan tak jauh dari kantor desa yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Berbak Sembilang itu.

Harimau Sumatera yang memangsa ternak warga bukan pertama kali terjadi. Oktober 2021 lalu 11 ekor kambing milik warga juga dimangsa harimau.

Kepala Desa Sungai Sayang, Ahmadi mengakui belakangan ini warga sering menemukan jejak harimau. Bahkan kucing besar ini pernah muncul di sekitar kantor desa dan direkam oleh warga.

Ahmadi mengimbau masyarakat tak beraktivitas pada malam hari.

"Kami sudah menyampaikan laporan ke kecamatan, mengirimkan surat kepada BKSDA Jambi mengenai kejadian ini," katanya.

Faried, Kepala Seksi Wilayah II BKSDA Jambi mengatakan sudah menerima laporan dari warga mengenai masuknya Harimau Sumatera ke kawasan permukiman dan memangsa ternak warga.

Menurutnya, kerusakan lingkungan yang terjadi di kawasan hutan Taman Nasional Berbak Sembilang menjadi penyebab harimau berkeliaran ke permukiman warga. Berkurangnya tutupan hutan akibat kebakaran lahan gambut serta pembukaan lahan mengakibatkan berkurangnya rantai makanan Harimau.

"Kita sudah mengirim tim ke lapangan. Sementara masih dilakukan pemantauan, kita juga menunggu hasil koordinasi dengan pihak Taman Nasional," kata Faried, Kamis [10/2].

[epu/fra]

Saksikan Video di Bawah Ini:

TOPIK TERKAIT

Selengkapnya

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề