Mengapa corak karakteristik relief candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur berbeda?

Merdeka.com - Pada awal abad ke-10 M tepatnya tahun 929 M, pusat pemerintahan di Jawa berpindah ke Jawa Timur. Mpu Sindok, keturunan raja-raja Mataram Hindu, mendirikan kerajaan di Jawa Timur dengan pusat pemerintahan di Watugaluh. Pusat pemerintahan ini diperkirakan berlokasi di daerah Jombang.

Mpu Sindok kemudian digantikan oleh putrinya, Sri Isyana Tunggawijaya. Raja-raja selanjutnya disebut sebagai Wangsa Isyana. Cucu Ratu Isyana Tunggawijaya, Mahendratta menikah dengan Raja Bali, Udayana.

Mahedratta dan Udaya dikaruniai seorang putra yang diberi nama Airlangga. Raja-raja keturunan Airlangga inilah yang memerintahkan pembangunan sebagian besar candi di Jawa Timur.

2 dari 6 halaman

©2021 Merdeka.com/Perpusnas Indonesia

Candi di Jawa Timur memiliki ciri yang berbeda dengan yang ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Di Jawa Timur tidak didapati candi berukuran besar atau luas, seperti Borobudur, Prambanan atau Candi Sewu di Jawa Tengah. Satu-satunya candi yang menempati kompleks agak luas ialah Candi Penataran di Blitar.

Secara umum, Candi di Jawa Timur dikenal lebih artistik. Tatakan atau kaki candi umumnya lebih tinggi dan berbentuk selasar bertingkat. Orang harus melintasi selasar-selasar bertingkat yang dihubungkan dengan tangga untuk sampai ke bangunan utama candi.

Tubuh bangunan candi di Jawa Timur umumnya ramping dengan atap bertingkat mengecil ke atas dan puncak atap berbentuk kubus. Di sisi pintu masuk ada patung atau ukiran naga.

Keunikan lain candi-candi di Jawa Timur tampak pada reliefnya. Relief pada candi-candi Jawa Timur dipahat dengan teknik pahatan yang dangkal [tipis] dan bergaya simbolis. Objek digambarkan tampak samping. Selain itu, tokoh yang digambarkan biasanya diambil dari cerita wayang, sebagaimana dilansir laman resmi Perpusnas Indonesia [diakses 4 Agustus 2021].

3 dari 6 halaman

Candi-candi Hindu di Jawa Timur dihiasi dengan relief atau patung yang berkaitan dengan Trimurti. Tiga dewa dalam ajaran Hindu yang berkaitan dengan Syiwa misalnya: Durga, Ganesha, dan Agastya.

Sosok dan hiasan yang berkaitan dengan ajaran Hindu seringkali dihadirkan bersama dengan sosok dan hiasan yang berkaitan dengan ajaran Buddha, khususnya Buddha Tantrayana. Ciri khas lain candi-candi di Jawa Timur yakni keberaadaan relief yang menampilkan kisah wayang.

4 dari 6 halaman

©2021 Merdeka.com/candi.perpusnas.go.id

Pembangunan candi-candi di Jawa Timur memiliki rentang waktu lebih panjang dibandingkan dengan pembangunan candi-candi di Jawa Tengah. Pembangunan candi di Jawa Timur berlangsung hingga abad ke-15.

Candi-candi yang dibangun pada masa Kerajaan Majapahit umumnya menggunakan bahan dasar batu bata merah dengan hiasan lebih sederhana. Sementara itu, para ahli Antropologi menilai beberapa candi yang dibangun pada akhir masa pemerintahan Kerajaan Majapahit mencerminkan "pemberontakan" akibat ketidakpercayaan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap keadaan yang kacau dan kekhawatiran terhadap munculnya budaya baru.

5 dari 6 halaman

Pada abad ke-13, pamor Kerajaan Majapahit mulai surut bersamaan dengan masuknya Islam ke Pulau Jawa. Saat itu, banyak bangunan suci yang berkaitan dengan agama Hindu dan Buddha ditinggalkan dan dilupakan. Di sisi lain, banyak masyarakat mulai memeluk agama Islam.

Akibatnya, bangunan candi yang ditelantarkan itu mulai tertimbun longsoran tanah dan ditumbuhi belukar. Saat daerah di sekitarnya berkembang menjadi daerah pemukiman, keadaan candi-candi tersebut lebih memprihatinkan.

Dinding candi dibongkar dan diambil batunya untuk fondasi rumah atau pengeras jalan, sedangkan bata merahnya ditumbuk untuk dijadikan semen merah. Sejumlah batu berhias pahatan dan arca diambil oleh sinder-sinder perkebunan untuk dipajang di halaman pabrik-pabrik atau rumah dinas milik perkebunan.

6 dari 6 halaman

©2014 Merdeka.com/Wikimedia Commons/ESCapade

Keterangan mengenai candi-candi di Jawa Timur secara umum bersumber dari Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca [1365] dan Pararaton yang ditulis oleh Mpu Sedah [1481], selain juga dari berbagai prasasti dan tulisan di candi yang bersangkutan. Dalam wacana arkeologi Indonesia, terdapat dua corak percandian yakni corak Jawa Tengah [abad 5-10 M] dan corak Jawa Timur [abad 11-15 M]. Masing-masing memiliki corak dan karakteristik berbeda.

Candi bercorak Jawa Tengah umumnya memiliki tubuh yang tambun, berdimensi geometris vertikal dengan pusat candi terletak di tengah. Sedangkan candi corak Jawa Timur bertubuh ramping, berundak horisontal dengan bagian paling suci terletak belakang.

Berbeda denga candi-candi Jawa Tengah, selain sebagai monument, candi di Jawa Timur diduga kuat berfungsi sebagai tempat pendarmaan dan pengabadian raja yang telah meninggal. Candi yang merupakan tempat pendarmaan, antara lain, Candi Jago untuk Raja Wisnuwardhana, Candi Jawi dan Candi Singasari untuk Raja Kertanegara, Candi Ngetos untuk Raja Hayamwuruk, Candi Kidal untuk Raja Anusapati, Candi Bajangratu untuk Raja Jayanegara, Candi Jalatunda untuk Raja Udayana, Pemandian Belahan untuk Raja Airlangga, Candi Rimbi untuk Ratu Tribhuanatunggadewi, Candi Surawana untuk Bre Wengker, dan candi Tegawangi untuk Bre Matahun atau Rajasanegara.

Dalam filosofi Jawa, candi juga berfungsi sebagai tempat ruwatan raja yang telah meninggal supaya kembali suci dan dapat menitis kembali menjadi dewa. Keyakinan tersebut berkaitan erat dengan konsep “Dewa Raja” yang berkembang kuat di Jawa. Fungsi ruwatan ditandai dengan adanya relief pada kaki candi yang menggambarkan legenda dan cerita yang mengandung pesan moral, seperti yang terdapat di Candi Jago, Surawana, Tigawangi, dan Jawi.

Candi ~ Sebelum unsur-unsur Hindu-Buddha masuk, masyarakat Indonesia telah mengenal teknologi membuat bangunan dari batu pada masa Megalitikum. Mereka telah pandai membangun menhir, sarkofagus, peti [kuburan] kubur, patung sederhana, dan benda-benda dari batu lainnya. Setelah berkenalan dengan seni arsitektur Hindu-Buddha, mereka kemudian mengadopsi teknologinya. Jadilah candi, stupa, keraton, makara yang memiliki seni hias [relief] dan arsitekturnya yang lebih beraneka. Nah, pada kesempatan kali ini, Zona Siswa akan mencoba membahas salah satu peninggalan arsitektur Hindu-Budha, yaitu Candi. Semoga bermanfaat Check this out!!!

A. Pengertian dan Karakteristik Candi

Candi berasal dari frase candika graha yang berarti kediaman Betari Durga. Durga ini disembah terutama oleh umat Buddha. Dalam dunia pewayangan di Indonesia, Durga merupakan istri Dewa Siwa yang dikutuk dari berwajah cantik menjadi raksasa. Yang pertama mendirikan candi di India diduga adalah umat Buddhis. Ini terlihat dari temuan candi tertua di sana yang dibangun pada abad ke-3 SM. Pada perkembangan berikutnya, candi pun didirikan oleh umat Hindu.

Candi sebagai tempat makam hanya terdapat dalam agama Hindu. Sedangkan, candi-candi dalam agama Buddha sebagai tempat pemujaan. Di dalamnya tidak terdapat peti pripih dan arcanya bukan perwujudan seorang raja. Abu jenazah dari para biksu yang terkemuka, ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.

Pada umumnya bangunan candi terdiri atas tiga bagian [triloka], yakni kaki candi, tubuh candi, dan atap candi. Pembagian itu melambangkan pembagian alam semesta.


  1. Kaki candi melambangkan alam bawah [bhurloka], ialah dunia manusia yang masih berkaitan dengan hal-hal duniawi. Kaki candi bentuknya bujur sangkar, di tengah-tengahnya ditanam pripih.
  2. Tubuh candi melambangkan alam antara [bhurwarloka], ialah dunia manusia yang sudah tidak berkaitan dengan hal-hal duniawi. Tubuh candi terdiri atas bilik yang berisi arca perwujudan. Dinding luar sisi bilik diberi relung [ceruk] yang berisi arca.
  3. Atap candi melambangkan dunia atas [swargaloka], yaitu dunia para dewa, dunia di mana para dewa bersemayam. Atap candi terdiri atas tiga tingkat, makin ke atas makin kecil dan di puncaknya terdapat lingga atau stupa. Bagian dalam atap [bilik] ada sebuah rongga kecil yang dasarnya berupa batu persegi empat dengan gambar teratai, melambangkan takhta dewa. Pada upacara pemujaan, jasad dari dalam pripih dinaikkan rohnya dari rongga atau diturunkan ke arca perwujudan sehingga hiduplah arca tersebut yang merupakan perwujudan raja sebagai dewa [pemujaan terhadap roh nenek moyang dalam Candi Hindu].

Pengertian, Karakteristik, & Pengelompokan Candi di Indonesia

B. Pengelompokan Candi

Jawa adalah tempat yang paling banyak terdapat candi, disusul oleh Sumatera. Ini menandakan bahwa perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha berlangsung lebih pesat di Jawa, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai pusat-pusat pemerintahan pada masanya. Berdasarkan arsitektur dan tempat dibangunnya, candi-candi di Indonesia dapat dibagi atas: candi yang terletak di Jawa Tengah [bagian selatan dan utara], Jawa Timur, dan lain-lainnya seperti di Sumatera, Bali, dan Jawa Barat.

1. Candi-candi di Jawa Tengah

Bentuk candi-candi di Jawa Tengah di bagian selatan berbeda dengan yang ada di bagian utara. Namun demikian, secara umum candi-candi yang ada di kedua wilayah tersebut memiliki kesamaan, yaitu:

  • Bentuk bangunan tampak lebih gemuk, terbuat dari batu andesit.
  • Atapnya berbentuk undak-undakan dan puncaknya berbentuk stupa atau ratna.
  • Pada pintu dan relung terdapat hiasan bermotif makara.
  • Reliefnya timbul agak tinggi dan lukisannya bercorak naturalis [dua dimensi].
  • Letak candi utama terletak di tengah-tengah halaman komplek candi muka candi menghadap ke arah timur.

Candi-candi di Jawa Tengah Bagian Selatan

Candi-candi Jawa Tengah bagian selatan menggambarkan susunan masyarakat yang feodalistik dengan raja sebagai pusat dunia. Candi-candi yang ukurannya lebih kecil mengitari candi utama yang lebih besar. Candi-candi tersebut adalah:

  • Komplek Candi Roro Jonggrang [Prambanan]
  • Candi Kalasan
  • Candi Borobudur
  • Candi Mendut
  • Candi Pawon
  • Komplek Candi Sewu
  • Komplek Candi Plaosan
  • Candi Sukuh
  • Candi Sajiwan
  • Candi Lumbung
  • Candi Sari

Candi-candi di Jawa Tengah Bagian Utara

Corak candi Jawa Tengah bagian utara mengambarkan susunan masyarakat demokratis. Kedemokratisan ini terlihat dari tak ada candi yang mencolok melebihi candi lainnya. Candi-candi bercorak Jawa Tengah bagian utara antara lain:

  • Komplek Candi Dieng
  • Komplek Candi Gedong Songo
  • Candi Canggal

2. Candi-candi di Jawa Timur

Corak candi di Jawa Timur menggambarkan susunan masyarakat federal, di mana raja berdiri di belakang mempersatukan wilayahwilayah di bawahnya. Dalam corak ini, candi utama ada di latar belakang bangunan-bangunan candi yang lebih kecil. Secara garis besar, ciri-ciri candi yang terdapat di Jawa Timur adalah:

  • Bentuk bangunan ramping.
  • Atapnya bertingkat-tingkat dan puncaknya berbentuk kubus.
  • Makara [patung atau relief yang berwujud binatang “campuran”] tidak ada dan pintu relung hanya ada ambangnya saja yang diberi kepala Batara Kala.
  • Reliefnya timbul sedikit dan bersifat simbolis, menyerupai karakter wayang kulit [satu dimensi].
  • Candi [utama] terletak di bagian belakang komplek. 
  • Kebanyakan menghadap ke arah barat dan terbuat dari bata.

Berikut ini nama-nama candi yang terletak di Jawa Timur.

  • Candi Badut
  • Candi Kidal
  • Candi Jago
  • Candi Jawi [Jajawa]
  • Candi Singasari
  • Komplek Candi Panataran
  • Candi Rimbi
  • Candi Bajang Ratu
  • Candi Sumber Awan

3. Candi-candi di Jawa Barat

Di Jawa Barat ditemukan candi yang bercorak Siwa, yaitu candi Cangkuang terletak di daerah Leles, Garut. Candi ini bentuknya sangat sederhana dan diperkirakan berasal dari abad ke-8 Masehi. Selain itu, di daerah Jawa Barat ditemukan beberapa arca dan bangunan suci, baik yang berbentuk bangunan teras berundak, altar maupun percandian seperti Batu Kalde di Pantai Pangandaran, Batujaya dan Cibuaya di Karawang, Astana Gede di Kawali dan Bojongmenje di daerah Cicalengka, Kabupaten Bandung.

4. Candi-candi di Sumatera

Di pulau Sumatra terdapat beberapa candi seperti Candi Muara Jambi di Jambi yang memperlihatkan corak Buddha Mahayana. Ada juga Candi Muara Takus di Riau [terbuat dari batu bata dan terdiri atas beberapa bangunan stupa]. Di komplek Candi Muara Takus ada beberapa candi seperti Candi Tua, Candi Bungsu, dan Candi Mahligai. Kompleks percandian [stupa] lainnya adalah Komplek Candi Padang Lawas yang terletak di Sumatra Utara dan bercorak Siwaisme dan Budhisme. Di daerah Tapanuli terdapat komplek Candi Gunung Tua yang bercorak Buddha.

5. Candi-candi di Bali

Di Bali terdapat Candi Padas atau Candi Gunung Kawi yang terletak di desa Tampaksiring Kabupaten Gianyar. Candi ini dipahatkan pada dinding batu yang keras dan merupakan tempat pemujaan Raja Anak Wungsu putra terakhir dari Raja Udayana.

BACA JUGA:
- Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia

- Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia

Terima kasih sudah berkenan membaca penjelasan di atas tentang Pengertian, Karakteristik, dan Pengelompokan Candi yang ada di Indoensia, semoba bisa menambah wawasan sobat mengenai sejarah dan budaya di nusantara. Apabila ada suatu kesalahan baik berupa penulisan maupun isi, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share juga ya sobat. ^^ Maju Terus Pendidikan Indonesia ^^

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề