Mengapa organisasi profesi dapat menjadikan seseorang mengalami mobilitas sosial?

Artikel kali ini akan membahas tentang pengertian, bentuk-bentuk, dan faktor pendorong serta penghambat dari mobilitas sosial.

--

Apakah ayahmu pernah pindah tugas ke wilayah lain karena pekerjaannya? Hmm... atau kakakmu yang dulu seorang pelajar kini sudah menjadi pengusaha? Masih belum pernah ngalamin itu semua? Kalau begitu, coba tonton sinetron TV atau drama Korea, deh. Hueheheheh...

Eits, nggak ada maksud apa-apa, kok. Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan itu sebagai contoh dari mobilitas sosial aja. Loh emang mobilitas sosial itu apa sih? Mobilitas sosial adalah perpindahan status sosial yang dimiliki seseorang atau kelompok ke status sosial yang lain dalam masyarakat. Hasil perpindahan status sosialnya bisa menjadi lebih tinggi, lebih rendah, bahkan tetap sederajat.

Kenapa hasil perpindahannya berbeda-beda? Sebab mobilitas sosial terbagi menjadi beberapa bentuk. Nah, terjadinya bentuk-bentuk itu tidak terlepas dari adanya faktor pendorong dan penghambat yang perlu kita ketahui. Lalu apa saja ya bentuk dan faktor mobilitas sosial? Yuk, simak kelanjutan artikelnya!

Bentuk Mobilitas Sosial

Pembagian bentuk mobilitas sosial didasarkan pada berpengaruh tidaknya hasil perpindahan status sosial yang dialami dengan derajat sosial yang dimiliki. Secara umum bentuk mobilitas sosial terbagi menjadi dua, yaitu vertikal dan horizontal.

1. Mobilitas Sosial Vertikal

Coba bayangkan kamu berada di bagian tengah sebuah garis vertikal deh. Udah? Nah, ketika kamu berada di posisi itu, kamu punya kesempatan buat naik ke atas atau turun ke bawah ‘kan? Begitu juga dengan mobilitas vertikal yang dibedakan menjadi mobilitas sosial vertikal ke atas dan mobilitas sosial vertikal ke bawah. Maksudnya, perpindahan status sosial yang terjadi bisa menjadi lebih tinggi [naik] maupun lebih rendah [turun]. Makanya, mobilitas vertikal adalah perpindahan status sosial yang dimiliki seseorang atau kelompok ke status sosial lain yang tidak sederajat dari sebelumnya.

2. Mobilitas Sosial Horizontal

Sekarang coba bayangkan kamu berada di tengah sebuah garis horizontal deh. Kalau kamu berada di sana, mau kamu pindah ke kanan kek atau ke kiri kek, pasti kamu akan tetap di satu tempat yang sejajar ‘kan? Nah, kayak begitulah mobilitas horizontal. Dalam mobilitas horizontal, perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau kelompok tidak akan mengubah derajat sosialnya atau akan tetap sejajar seperti sebelumnya.

Contohnya, seorang dokter yang bekerja di salah satu rumah sakit Bandung diharuskan pindah tugas ke rumah sakit Jakarta. Pada kasus itu, dokter tersebut mengalami mobilitas horizontal, yaitu perpindahan tempat kerja tetapi tidak mengubah status sosialnya sebagai dokter. Penghasilannya tidak berubah dan jabatannya sebagai seorang dokter juga tidak berubah.

Faktor Pendorong Mobilitas Sosial

Setelah mengetahui bentuk-bentuknya, kita juga perlu mengetahui faktor-fator yang mendorong terjadinya mobilitas sosial. Ada beberapa faktor pendorong mobilitas sosial, yaitu:


1. Struktural

Faktor ini terkait dengan kesempatan seseorang untuk menempati sebuah kedudukan serta kemudahan untuk memperolehnya. Kalau di Indonesia sih struktur masyarakatnya sangat terbuka. Jadi, kesempatan kamu untuk menempati berbagai jabatan yang tinggi, seperti manajer bahkan presiden, menjadi lebih besar, lho! Namun, di Indonesia, ketersediaan lapangan pekerjaan dengan jumlah penduduknya juga masih belum imbang, nih. Ini bisa menjadi penyebab individu atau kelompok punya potensi mengalami mobilitas sosial yang turun.

2. Individu

Kalau faktor ini sih terkait dengan kualitas individu yang dilihat dari segi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Manusia ‘kan dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki orang tuanya tuh. Nah, jika seseorang tidak puas dengan status sosial yang diwariskan, ia dapat berusaha untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi. Sampai saat ini, pendidikan masih dianggap sebagai social elevator atau sarana yang dapat membuat orang menjadi pribadi yang lebih berkualitas dan meningkatkan status sosialnya di masyarakat.

Baca juga: Kebudayaan Universal dan Proses Pembentukannya

3. Ekonomi

Jika situasi ekonomi dalam masyarakat cenderung baik maka mobilitas sosial pun dapat terwujud. Kondisi ekonomi yang baik membuat masyarakat mudah memperoleh modal, pendidikan, dan kesempatan lainnya. Tapi, kalau kondisi ekonominya buruk, masyarakat akan memiliki pendapatan terbatas sehingga sulit untuk memenuhi seluruh kebutuhannya dan mobilitas sosial tidak akan bisa terjadi.

4. Politik

Faktor yang satu ini sangat bergantung pada situasi politik suatu negara. Keadaan negara yang tidak stabil akan memengaruhi kondisi keamanannya. Dengan begitu, ketersediaan dan kemudahan dalam bekerja juga lebih baik sehingga masyarakat mampu melakukan mobilitas sosialnya.

5. Kependudukan

Menurut data Badan Pusat Statistik [BPS] jumlah penduduk di Indonesia hampir selalu bertambah dari waktu ke waktu. Pertambahan itu bisa mempersempit lahan pemukiman bahkan meningkatkan kemiskinan lho! Makanya, masalah kependudukan seperti ini mendorong individu dan pemerintah untuk mengarahkan masyarakat agar bermigrasi ke daerah lain sehingga mobilitas sosial pun terjadi.

Data Penduduk Indonesia 1971 s.d. 2010 [Sumber: bps.go.id]

Faktor Penghambat Mobilitas Sosial

Selain faktor pendorong, ada juga faktor penghambat bagi mobilitas sosial. Jika faktor-faktor di bawah ini masih ada maka akan sulit untuk masyarakat melakukan mobilitas sosial. Adapun faktor penghambat dari mobilitas sosial, yaitu:

1. Kemiskinan

Masyarakat yang mengalami kemiskinan akan kesulitan untuk mencapai status sosial tertentu. Salah satu penyebab kemiskinan adalah pendidikan yang rendah. Emang kenapa kalau pendidikannya rendah? Dengan pendidikan yang rendah, kualitasnya sebagai sumber daya manusia pun juga menjadi rendah. Akibatnya, kemampuannya untuk bersaing dalam mendapatkan pekerjaan menjadi terbatas.

2. Diskriminasi

Diskriminasi adalah membedakan perlakuan terhadap sesama karena alasan beda bangsa, suku, ras, agama, dan golongan. Nah, perlakuan membedakan seperti ini sangat tidak baik, selain dapat mengakibatkan konflik, juga dapat menghambat mobilitas sosial.

3. Stereotip Gender 

Membeda-bedakan karakteristik serta posisi sosial laki-laki dan perempuan, seperti memiliki pandangan bahwa derajat laki-laki lebih tinggi daripada wanita juga bisa menghambat mobilitas sosial, lho! Misalnya, pandangan bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi toh yang bekerja adalah suami. Nah, perilaku seperti itu dapat menghalangi prestasi dan kesempatan seseorang untuk melakukan mobilitas agar status sosialnya meningkat.

---

Selesai deh artikel tentang bentuk dan faktor pendorong serta penghambat mobilitas sosial. Gimana kamu masih penasaran dengan mobilitas sosial nggak nih? Kalau masih penasaran, coba gabung deh ke ruangbelajar biar belajarmu jadi lebih intensif bersama tutor yang standby. Udah gitu kamu bisa gabung di grup chat bersama teman belajar se-Indonesia lagi, seru ‘kan? Cobain gih!

Referensi:

Sunarto, K.[1993] Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE – UI.

Soyomukti, Nurani [2010] Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori, & Pendekatan Menuju Analisis Masalah-masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-kajian Strategis. Yogyakarta: Ar Ruzz Media

Nathan Keirns, Eric Strayer, Heather Griffiths, [2012] Introduction to Sociology, [Houston: Openstax College]

Sumber foto:

Foto Data Penduduk Indonesia 1971 s.d. 2010 [daring]. Tautan: //bps.go.id/

Artikel diperbarui 4 November 2021.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề