Mengapa penataan fasilitas kantor yang tidak ergonomis dapat menyebabkan kejenuhan karyawan

Keadaan serta kondisi yang menunjang hidup sehat harus diterapkan dalam semua aspek kehidupan, termasuk di tempat kerja dan perkantoran. Hal ini penting untuk diterapkan mengingat bahwa pekerja atau karyawan di perkantoran umumnya menghabiskan sebagian besar waktu kerjanya dalam ruangan dan menggunakan peralatan elektronik termasuk komputer. Hal ini dapat memicu berbagai gangguan kesehatan karyawan.

Kementerian kesehatan telah menetapkan standar terkait K3, yaitu PMK No 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran. Dalam peraturan ini dijabarkan bahwa standar K3 Perkantoran meliputi keselamatan kerja, kesehatan kerja, kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan Ergonomi Perkantoran.

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi kompleks antara aspek pekerjaan yang meliputi peralatan kerja, tatacara kerja, proses atau sistem kerja dan lingkungan kerja dengan kondisi fisik, fisiologis dan psikis manusia / karyawan untuk menyesuaikan aspek pekerjaan dengan kondisi karyawan, sehingga karyawan dapat bekerja dengan aman, nyaman, efisien, dan lebih produktif. Ergonomi perkantoran penting untuk diperhatikan karena merupakan salah satu potensi bahaya dan resiko yang mengancam pekerja di kantor. Bahaya ergonomi [Biomechanical hazards] dapat berasal dari desain kerja, layout, maupun aktivitas yang buruk. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bahaya ergonomi dibagi menjadi 3:

  1. Bahaya terkait pekerjaan, terdiri dari durasi, frekuensi, beban, urutan pekerjaan, prioritas pekerjaan, dan postur kerja.
  2. Bahaya terkait peralatan, terdiri dari dimensi, bentuk, desain, dan penempatan dari fasilitas yang digunakan untuk mendukung pekerjaan.
  3. Bahaya terkait lingkungan atau tempat kerja, terdiri dari dimensi, luas, dan layout tempat kerja.

Jika pekerjaan, peralatan, dan lingkungan kerja tidak didesain dengan baik, maka dapat timbul berbagai akibat terhadap karyawan perkantoran, seperti iritasi dan kelelahan mata [astenophia]serta ketegangan otot leher [tension headache, frozon shoulder]. Faktor pekerjaan di depan komputer yang seringkali menjadi risiko adalah frekuensi mengetik, gerakan kepala dari keyboard ke monitor yang berulang-ulang dimana lebih dari 10 kali dalam 1 [satu] menit sehingga termasuk dalam pekerjaan repetitif. Terlebih hal tersebut dilakukan dalam durasi yang lama, maka dapat mengakibatkan dampak gangguan otot dan tulang rangka [musculoskeletal disorder] karena postur duduk yang statis di depan komputer. Jika kegiatan seperti ini dilakukan secara terus menerus maka dapat menyebabkan kelelahan dan cidera.

Beberapa standar ergonomi perkantoran adalah sebagai berikut:

Setiap ruang kerja harus dibuat dan diatur sedemikian rupa, sehigga setiap orang yang bekerja dalam ruangan tersebut mendapat ruang udara sedikitnya 10 m3 dan sebaiknya 15 m3. Luas tempat kerja staf sedikitnya 2,2 m2, merujuk peraturan tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Sehingga tiap pekerja dapat bergerak secara bebas dan memudahkan untuk evakuasi sewaktu terjadi keadaan darurat.

  1. Tata Letak Peralatan Kantor

Tata letak peralatan kantor memenuhi ketentuan sebagai berikut:

  • Sesuaikan tinggi tempat duduk dengan tinggi monitor
  • Sesuaikan tinggi sandaran punggung dan tangan, sehingga tersangga dengan baik
  • Sesuaikan meja dengan posisi keyboard dan mouse yang sejajar
  • Ukuran kursi harus sesuai dengan ukuran karyawan yang menggunakan
  • Pilih kursi kerja sesuai dengan jenis tugas pekerjaan
  • Kursi harus stabil, baik beroda maupun tidak beroda
  • Sandaran kursi harus menyangga lengkungan pinggang [kemiringan fleksibel]

Adapun tips sebelum melakukan pembelian kursi ergonomik disarankan agar melakukan pengujian dengan mengundang beberapa perwakilan pekerja yang akan menggunakan kursi tersebut. Mereke dapat memberikan umpan balik mengenai kenyamanan kursi, kemudahan dalam menggunakan, dan menyesuaikan kursi untuk mendapatkan posisi duduk yang ergonomis.

Dalam meletakkan barang-barang di meja kerja perlu diatur. Peletakkan barang-barang dapat dikelompokkan sesuai dengan tingkat kebutuhan, yaitu barang-barang yang sering dipakai, barang-barang yang lebih jarang dipergunakan, dan barang-barang yang hanya sesekali digunakan. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengorganisasi meja kerja adalah dengan mengidentifikasi dokumen kerja yang merupakan dokumen tim [bukan merupakan dokumen pribadi] agar  dapat disimpan dalam lemari arsip, sehingga tidak menumpuk di meja pribadi.

  • Pada saat duduk, posisikan siku sama tinggi dengan meja kerja, lengan bawah horizontal, dan lengan atas menggantung bebas
  • Mata sama tingginya dengan bagian paling atas layar monitor
  • Atur tinggi kursi sehingga kaki bisa diletakkan di atas lantai dengan posisi datar
  • Sesuaikan sandaran kursi sehingga punggung bawah dapat ditopang dengan baik
  • Letakkan layar monitor kurang lebih sepanjang lengan Anda. Pastikan letak monitor dan keyboard berada di tengah-tengah sumbu tubuh
  • Atur meja dan layar monitor untuk menghindari silau, atau pantulan cahaya
  • Pastikan ada ruang yang cukup di bawah meja untuk pergerakan kaki
  • Hindari tekanan berlebihan dari ujung tempat duduk pada bagian belakang kaki dan lutut
  • Letakkan semua dokumen dan alat yang diperlukan dalam jangkauan
  • Gunakan mouse yang sesuai dengan ukuran genggaman tangan dan letakkan di samping keyboard
  • Saat menggunakan keyboard, pergelangan tangan harus berada pada posisi netral [tidak menekuk ataupun berputar]

Rehat singkat dilakukan dengan metode 20 – 20 – 20 yaitu, setiap 20 menit bekerja menggunakan komputer, diselingi 20 detik rehat singkat, dengan melihat selain komputer sejauh 20 feet, dan setiap 2 jam kerja sebaiknya diselingi peregangan selama 10 – 15 menit.

Untuk mengingatkan pekerja agar rehat dan melakukan gerakan peregangan dapar dibuat ‘pengingat’ [reminder] yang dapat muncul di layar komputer pada periode waktu yang ditentukan.

Penulis :

Unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja [UK3]

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Sumber :

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi berbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalamkaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.

Dengan adanya penerapan system ergonomi dalam bekerja tersebut diharapkan para pekerja  merasa aman dan nyaman  sehingga tidak mudah  membuat kesalahan dalam melakukan pekerjaannya. Hal ini akan memberi kepuasan kerja kepada para pekerja dan pekerjaan yang dilakukannyapun akan  menjadi lebih efektif. Dengan alasan ini maka perlu  dirancang fasilitas yang ergonomi untuk dapat  mengurangi resiko terjadinya kesalahan pekerja saat  bekerja. 

Berkurangnya resiko terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh pekerja pada saat bekerja dapat  memberikan dampak dengan bertambah optimalnya  hasil kerja pekerja. Hasil kerja yang optimal ini  berupa peningkatan dan kualitas kerja yang diinginkan dapat tercapai tanpa ada pengerjaan ulang [rework].

B.     Rumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut :

·      Apa yang dimaksud penerapan ergonomi.

·      Bagaimana penerapan ergonomi yang baik pada tata letak fasilitas.

·      Apa akibat tidak menerapkan sistem ergonomi pada tata letak fasilitas.

C.     Tujuan Pembahasan

Dari rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan pembahasan selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Ergonomi adalah untuk :

·      Mengetahui apa itu penerapan ergonomi.

·      Mengetahui bagaimana penerapan ergonomi yang baik pada tata letak fasilitas.

·      Mengetahui apa akibat dari tidak menerapkan sistem ergonomi pada tata letak fasilitas.

BAB II

ISI

A.    Penerapan Ergonomi

Penerapan ergonomi adalah menerapkan atau mengaplikasikan sistem ergonomi [perilaku kerja manusia yang benar] di lingkungan kerja. Ergonomi dapat diterapkan pada beberapa aspek dalam bekerja, antara lain dimulai posisi kerja, proses kerja, tata letak tempat kerja dan cara pengangkatan beban. Kegunaan dari penerapan ergonomi adalah untuk memperbaiki performasi kerja [menambah kecepatan kerja, keakuratan, keselamatan kerja dan mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi kelelahan], mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan “human error”, dan memperbaiki kenyamanan manusia dalam kerja.

1. Posisi Kerja, terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. 

2.   Proses Kerja, Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

3.   Tata letak tempat kerja, Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

4. Mengangkat beban, Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. Maka pengangkatan bebanpun haruslah menggunakan metode dasar seperti posisi kaki yang benar, punggung kuat dan kekar, posisi lengan dekat dengan tubuh, mengangkat dengan benar dan menggunakan berat badan.

B.     Penerapan Ergonomi pada Tata Letak Fasilitas

Tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari unsur-unsur fisik yang diatur mengikuti aturan atau logika tertentu guna menunjang kelancaran kerja. Tata letak fasilitas ini merupakan bagian dari perancangan fasilitas yang lebih fokus pada pengaturan unsur-unsur fisik. Unsur-unsur fisik yang dimaksud dapat berupa mesin, peralatan, meja, bangunan dan sebagainya. Aturan atau logika pengaturan dapat berupa ketetapan fungsi tujuan misalnya saja total jarak.

Aturan atau logika pengaturan yang dimaksud yaitu dengan penerapan sistem ergonomi. Penerapan sistem ergonomi ini penting diterapkan karena ditujukan untuk lebih memanfaatkan area yang ada, mempermudah segala aktivitas disekitarnya, serta memberikan jaminan keamanan, keselamatan dan kenyamanan bagi pekerja, yang kemudian akan mempengaruhi hasil dari kinerja pekerja tersebut.

Maka tak heran bila disetiap perusahaan atau pabrik, merencanakan tata letak fasilitas bagi para pekerjanya. Namun tentu saja perencanaan desain tata letak ini harus mempertimbangkan beberapa hal untuk dapat mencapai:

·         Utilisasi ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi.

·         Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih baik.

·         Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih aman.

·         Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik.

·         Fleksibilitas [bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak tersebut akan perlu diubah].

Semakin lama, desain tata letak perlu dipandang sebagai sesuatu yang dinamis. Hal ini berarti tata letak haruslah mempertimbangakan peralatan yang kecil, mudah dipindahkan, dan fleksibel. Misalnya mengenai penempatan mesin pada tempat yang terbaik [dalam pengaturan produksi], kantor dan meja-meja [pada pengaturan kantor] atau pusat pelayanan, yaitu meja-meja atau rak-rak [dalam pengaturan rumah sakit atau department store] dan lainnya. Rak pajangan di toko harus dapat dipindahkan, meja kantor dan partisi yang modular, dan rak di gudang dibuat di pabrik [tinggal pasang]. Agar dapat mengatasi perubahan model produk secara cepat dan mudah, dan masih dalam tingkat produksi yang memadai, manajer operasi harus memberikan fleksibilitas dalam desain tata letak. Untuk mendapatkan fleksibilitas dalam tata letak, para manajer melatih pekerja mereka untuk bisa merawat peralatan, menjaga investasi tetap rendah, menempatkan sel kerja secara berdekatan, dan menggunakan peralatan yang kecil dan mudah dipindahkan.

Sebuah tata letak yang efektif memfasilitasi adanya aliran bahan, orang, dan informasi di dalam dan antar-wilayah. Untuk mencapai tujuan ini, beragam pendekatan telah dikembangkan. Di antara pendekatan tersebut, akan dibahas enam pendekatan tata letak:

·         Tata letak dengan posisi tetap - memenuhi persyaratan tata letak untuk proyek yang besar dan memakan tempat seperti proses pembuatan kapal laut dan gedung.

·         Tata letak yang berorientasi pada proses - berhubungan dengan produksi dengan volume rendah, dan bervariasi tinggi [juga disebut sebagai “job shop”, atau produksi terputus].

·         Tata letak kantor - menempatkan para pekerja, peralatan mereka, dan ruangan/kantor yang melancarkan aliran informasi.

·         Tata letak ritel - menempatkan rak-rak dan memberikan tanggapan atas perilaku pelanggan.

·         Tata letak gudang - melihat kelebihan dan kekurangan antara ruangan dan sistem penanganan bahan.

·         Tata letak yang berorientasi pada produk - mencari utilisasi karyawan dan mesin yang paling baik dalam produksi yang kontinu atau berulang.

Oleh karena hanya beberapa dari keenam golongan ini yang dapat dimodelkan secara matematis, tata letak dan desain dari fasilitas fisik masih merupakan sebuah seni. Walaupun demikian, telah diketahui bahwa sebuah tata letak yang baik perlu menetapkan beberapa hal berikut:

·         Peralatan penanganan bahan. Manajer harus memutuskan peralatan yang akan digunakan para pekerjanya.

·         Kapasitas dan persyaratan luas ruang. Desain tata letak dan penyediaan ruangan hanya dapat dilakukan saat persyaratan jumlah pekerja, mesin dan peralatan diketahui. Manajemen juga harus mempertimbangkan kelonggaran yang diisyaratkan sebagai keamanan yang mengatasi beberapa masalah.

·         Lingkungan hidup dan estetika. Pemikiran mengenai tata letak sering membutuhkan keputusan mengenai jendela, tanaman, dan tinggi partisi untuk memfasilitasi aliran udara, mengurangi kebisingan, menyediakan keleluasaan pribadi, dan sebagainya.

·         Aliran informasi. Komunikasi sangat penting bagi setiap perusahaan dan harus dapat difasilitasi oleh tata letak. Permasalahan ini mungkin membutuhkan keputusan tentang jarak, juga keputusan akankan dibuat kantor pada ruangan terbuka menggunakan pembatas setengah badan atau kantor yang memberi keleluasaan pribadi.

C.    Akibat Tidak Menerapkan Ergonomi pada Tata Letak Fasilitas

Penerapan ergonomi pada tata letak fasilitas tentu akan menimbulkan beberapa manfaat yang menunjang kepentingan pekerja maupun perusahaan atau pabrik tempat kerjanya. Begitu pula sebaliknya, sistem ergonomi yang tidak diterapkan akan menimbulkan beberapa akibat negatif, yang kemudiandapat menimbulkan penurunan produktivitas kerja. Akibat yang dimaksud yaitu seperti :

·         Kejenuhan pada pekerja

Kejenuhan termasuk kelelahan secara psikis. Kejenuhan pada pekerja ini dapat muncul karena kondisi ruang yang sama. Dimana seluruh fasilitasnya, seperti komputer, meja, lemari, atau lainnya berada diposisi yang sama. Hal ini akan memberikan kebosanan/kejenuhan tersendiri bagi pekerja yang berada diruangan tersebut. Padahal agar sel-sel otak bisa bekerja dengan giat, kitamembutuhkan ruang kerja yang nyaman, memiliki privasi, sekaligus inspiratif.

·         Kelelahan

Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya pasti terjadi
kelelahan
, apa lagi didukung tata letak fasilitas kerja yang tidak menerapkan sistem ergonomi. Kelelahan yang dimaksud disini adalah kelelahan dari segi fisik.

·         Timbul penyakit akibat kerja

Para pekerja yang sudah merasakan kelelahan, namun tidak melakukan upaya untuk kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahannya itu, maka sudah dipastikan penyakit akibat kerjapun akan muncul. Contohnya seperti para pekerja yang terus-terusan berada di depan komputer, maka tidak menutup kemungkinan penglihatannya akan terganggu.

·         Kematian

Kematian merupakan dampak yang paling fatal, hal ini tentu bisa terjadi hanya karena tata letak yang salah di lingkungan kerja. Misalnya bila tata letak mesin pengepres tidak sesuai prosedur dan kaidah ergonomi, maka berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja yang menelan korban jiwa.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

·      Penerapan kaidah ergonomi pada lingkungan kerja sangat diperlukan, termasuk penerapan ergonomi pada tata letak dan fasilitas pendukung dalam sebuah perusahaan.

·      Penerapan ergonomi pada tata letak fasilitas menjadikan pekerja nyaman dalam bekerja, sehingga hasil kerjanya dapat maksimal dan gangguan kesehatan akibat kerja dapat diminimalisir

·      Bila suatu perusahaan tidak menerapkan kaidah ergonomi pada tata letak fasilitas perusahaan, maka berpotensi timbul gangguan-gangguan kerja seperti kelelahan, kejenuhan, penyakit akibat kerja, dan bahkan kematian.

B.     Saran

Sebaiknya penerapan kaidah-kaidah ergonomi pada perusahaan lebih diperhatikan agar gangguan kesehatan akibat kerja dapat diminimalisir. Selain itu, seharusnya penerapannya tidak hanya dalam lingkup perusahaan saja namun dalam kehidupan sehari-hari juga sangat diperlukan karena prinsip ergonomi menjadikan aktivitas manusia menjadi lebih mudah dan nyaman.

Daftar Pustaka

1.            //ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/01/19/tata-letak

2.            //joe-proudly-present.blogspot.com/2011/11/ergonomi.html

3.           //elerning.gundarma.ac.id/docmodul/peng_manajemen_operasi/bab8-tataletak-fasilitas.pdf

Page 2

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề